Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

SHIN SPLINTS

Pengertian
Medial Tibial Stress Syndrome (MTSS) atau Shin-Splint Syndrome adalah kondisi nyeri
klinis didefinisikan sebagai nyeri akibat latihan di sepanjang batas posteromedial tibialis
(sepertiga distal) yang disebabkan oleh stres beban berulang selama berlari dan melompat dan
dipicu pada palpasi sepanjang 5 sentimeter berturut-turut.

Patologi dan patokinetik


Patofisiologi tidak jelas tetapi ada dua hipotesis untuk diskusi: periostitis yang disebabkan
oleh traksi fasia atau reaksi stres tulang lokal. Secara internal, peradangan kronis pada
perlekatan otot di sepanjang tibia medial posterior dan perubahan tulang dianggap sebagai
penyebab paling mungkin dari sindrom stres tibialis medial.

Tujuan
Mengelola permasalahan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang
optimal.

Prosedur
Assessment ICD
Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya
1. Usia (21-30 tahun)
2. Jender (wanita > pria)
3. Penyebab (beban yang berulang)
4. Timeline, normal – abnormal (fase akut-fase subakut)
5. Tanda dan gejala (nyeri tumpul pada dua pertiga distal dari batas posteromedial tibialis)
6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat ketika berolahaga atau menurun saat istirahat
7. Prevalensi (Panjang kaki, antara lakilaki dan perempuan seimbang)

Prosedur
Assessment ICF
Asesmen fisioterapi
1. Anamnesis

 Jika ada nyeri akibat olahraga di sepanjang 2/3 distal batas tibialis medial: diagnosis
MTSS dicurigai
 Atlet ditanya tentang apa yang memperburuk dan menghilangkan rasa sakit mereka:
Jika rasa sakit dipicu selama atau setelah aktivitas fisik dan berkurang dengan istirahat
relatif, diagnosis MTSS dicurigai
 Atlet ditanyai tentang kram, rasa terbakar dan nyeri betis seperti tekanan dan/atau
kesemutan di kaki (kehadiran mereka bisa menjadi tanda sindrom kompartemen
aktivitas kronis, yang bisa menjadi cedera bersamaan atau satu-satunya penjelasan
untuk rasa sakit mereka): Jika tidak ada, diagnosis MTSS dicurigai

2. Inspeksi:
Telapak kaki menjadi rata

3. Regional screening dan Tes cepat


 Test cepat: tidak ada tanda yang jelas
 Test gerak aktif: nyeri pada gerakan dorso fleksi
 Test gerak pasif: nyeri pasif ke arah plantar fleksi
 Test gerak isometrik: Gerak isometrik nyeri pada saat dorso fleksi
 Test khusus : palpasi pada bagian tepi tulang tibia terjadi nyeri yang tinggi

4. Review of system:
- musculoskeletal

5. Red flag
- Bone stress pada tulang tibia
- Inflamasi pada periosteum dan fascia medial tibialis
- peningkatan tekanan compartement pada muscle lower leg akibat
overuse dan inflamation.

6. Pemeriksaan fisik berbasis bukti klinis

 Keterbatasan Gerak (ROM): kekuatan dan daya tahan otot pada nilai Poor (lemah)
 Pasien tidak mampu melakukan olahraga dan lari dalam waktu yang lama karena
menahan sakit.

7. Pemeriksaan lain
- X-Ray

Diagnosis
- Adanya gangguan stabilitas pada tumit (ankle) dimana pasien tidak mampu dalam berlari
dengan waktu yang lama.
Prediksi gerak dan fungsi
- Fungsi normal dicapai 6-8 minggu

Rencana Tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:
 Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya
 Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan
 Pengukuran hasil

Intervensi
Ultrasound
Calf raise
Ankle elastic band exercise

Edukasi

Evaluasi Nyeri dan ROM

Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS

Anda mungkin juga menyukai