Anda di halaman 1dari 80

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS


TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATIONS
(TENS) DAN INFRA RED (IR) DI RSU RAJAWALI CITRA
BANTUL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Ahli


Madya Kesehatan Fisioterapi Program Studi Fisioterapi Diploma
Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

Disusun oleh :
DESTIYA ANGGREINI
17170010

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATIONS
(TENS) DAN INFRA RED (IR) DI RSU RAJAWALI BANTUL”

Laporan Tugas Akhir ini dipersiapan dan disusun oleh:


Destiya Anggreini
17170010

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji
Proposal Laporan Tugas Akhir Program Studi Fisioterapi program diploma tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, pada :

Hari : Senin
Tanggal : 31 Agustus 2020
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Universitas Respati Yogyakarta kampus
II
Ruang A201

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Aan Ika Sugathot, S.Ft. M. Fis Githa Andriani, S.Si.T., M.Kes

NIK 451817006 NIK 45060400


HALAMAN PENGESAHAN

ii
LAPORAN TUGAS AKHIR

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATIONS (TENS)
DAN INFRA RED (IR) DI RSU RAJAWALI CITRA BANTUL”

Disusun oleh
DESTIYA ANGGREINI
17170010

telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Tanggal

susunan Dewan penguji


Penguji I
Nama : Aan Ika Sugathot., S.Ft.,M.Fis
NIK : 451817006 ( )
Penguji II
Nama : Githa Andriani, S.Si.T.,M.Kes
NIK : 450604007 ( )
Penguji III
Nama : dr.Agnes Savitri Agni, M.Kes
NIK : 450714001 ( )

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-3 Fisioterapi

Dr.J Nugrahaningtyas W.Utami.,M.Kes

NIK. 450714002

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

iii
Saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Destiya Anggreini
NIM : 17170010
Program Studi : Program studi Fisioterapi program diploma tiga
Judul Kasus : “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dengan Modalitas Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulations (Tens) Dan Infra Red (Ir) di RSU Rajawali Citra Bantul”
Diajukan untuk diuji pada hari dan tanggal :
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam Laporan
Tugas Akhir ini : (1) tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain
yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran
dari penulis lain, yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri; (2) tidak terdapat
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya; (3) tidak
terdapat proses rekayasa Laporan Tugas Akhir orang lain yang saya akui sebagai
karya Laporan Tugas Akhir saya.
Apabila dikemudian hari, terbukti bahwa saya melakukan plagiat pada naskah ini
baik sengaja ataupun tidak, saya menyatakan menarik Laporan Tugas Akhir yang
telah saya ajukan sebagai hasil karya saya dan berarti gelar dan ijazah yang telah
diberikan oleh Universitas Respati Yogyakrta dinyatakan BATAL dan segala
konsekuensi hukum yang ada melekat pada saya menjadi tanggung jawab
saya.
Yogyakarta,

Yang membuat pernyataan

Destiya Anggreini
KATA PENGANTAR

iv
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya

Laporan tugas akhir dengan judul: “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus

Carpal Tunnel Syndrome Dengan Modalitas Transcutaneous Electrical Nerve

Stimulations (Tens) Dan Infra Red (Ir) di RSU Rajawali Citra Bantul”, yang

merupakan salah satu syarat kelulusan Program Studi Fisioterapi Program

Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

Selama penyusunan Laporan tugas akhir telah banyak menerima bimbingan,

pengarahan, petunjuk, saran, serta fasilitas yang membantu hingga akhir dari

penyusunan Laporan tugas akhir ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Santoso, MS, Sp.OK, selaku Rektor Universitas

Respati Yogyakarta

2. Bapak Wahyu Rochdiat M. S.Kep,Ns, M.Kep,Sp.KJ , selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

3. Ibu dr. J Nugrahaningtyas W.Utami.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi Program Diploma Tiga sekaligus Dosen PA Fisioterapi

angkatan pertama

4. Bapak Aan Ika Sugathot.,S.Ft.M.Fis, selaku Pembimbing I, yang telah

membimbing dan telah memberi arahan hingga terselesaikannya Laporan

Tugas Akhir ini.

v
5. Ibu Githa Andriani, S.Si.T.,M.Kes, Selaku Pembimbing II, yang telah

membimbing dan telah memberi arahan hingga terselesaikannya Laporan

Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membantu, meskipun dalam tugas akhir ini masih banyak

kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis

harapkan

Yogyakarta, Agustus 2020

Penulis

vi
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATIONS (TENS) DAN INFRA RED (IR) DI RSU
RAJAWALI CITRA BANTUL

Destiya Anggreini¹, Aan Ika Sugathot², Githa Andriani³

Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Email: Destiyaanggreini26@gmail.com

INTISARI
Latar Belakang : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kondisi yang
mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau
nyeri akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. CTS disebebkan oleh
beberapa faktor, salah satunya pekerjaan. Di Indonesia, Jakarta prevalensi CTS 20,3%.
Fisioterapi dapat menggunakan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations
(TENS) Dan Infra Red (IR). TENS dan IR dapat digunakan untuk menurunkan nyeri,
juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Di Rajawali Citra
Bantul banyak pekerjaan dengan menggunakan tangan dengan pergerakan yang berulang
berulang lagi, yang mempunyai resiko terjadinya CTS
Tujuan : Untuk mengetahui efektifitas pemberian Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan
kemampuan aktivitas fungsional.
Hasil : Setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan hasil penurunan nyeri. T0: nyeri diam
1, nyeri tekan 3, nyeri gerak 3, dan kemampuan fungsional 33. T2: nyeri diam 0, nyeri
tekan 2, nyeri gerak 2, dan kemampuan fungsional 12

Kesimpulan : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR)
dapat mengurangi nyeri, dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional.

Kata Kunci : TENS, IR, Nyeri, dan fungsional

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS/TIDAK PLAGIAT ............. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

INTISARI ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH ................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Laporan Tugas Akhir .............................................................. 5

D. Manfaat Laporan Tugas Akhir ............................................................. 5

E. Keaslian Laporan Tugas Akhir ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi kasus .................................................................................... 10

B. Anatomi fungsional .............................................................................. 14


C. Tinjauan Proses Fisioterapi ...................................................................22

viii
1. Pengkajian .......................................................................................24
2. Diagnosa Fisioterapi........................................................................24
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi......................................................28
4. Perencanaan Fisioterapi...................................................................30
5. Penatalaksanaan Fisioterapi.............................................................34
6. Edukasi............................................................................................36
7. Evaluasi...........................................................................................38

BAB III PROSES FISIOTERAPI

A. Metode Pengumpulan data.....................................................................30

B. Pengkajian fisioterapi ........................................................................... 30

C. Diagnosis Fisioterapi ............................................................................ 39

D. Perencanaan fisioterapi ....................................................................... 40

E. Penatalaksanaan fisioterapi ................................................................... 40

F. Evaluasi .................................................................................................44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Proses Fisioterapi ....................................................................... 44

B. Pembahasan Kasus .............................................................................. 46

C. Keterbatasan Fisioterapi .......................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................49

B. Saran .................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian


2. Surat Izin Penjelasan Sebelum Persetujuan Penelitian
3. Informed Consent

ix
4. Status Klinis
5. Format Alat Ukur
6. Curriculum VitaeTempat Pengambilan Data

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Laporan Tugas Akhir ........................................................ 7

Tabel 2.1 Wrist Hand Disabilty Index .............................................................32

Tabel 3.1 Kategori Hipertensi ..........................................................................37

Tabel 4.1 Evaluasi Nyeri .................................................................................42

Tabel 4.2 Evaluasi Wrist Hand Disability Index ............................................ 43

Tabel 4.3 Evaluasi Table WHDI ...................................................................... 44

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi tulang Carpal................................................................. 16

Gambar 2.2 Anatomi sendi tangan .................................................................. 17

Gambar 2.3 Otot-otot pada Wrist ..................................................................... 19

Gambar 2.4 Anatomi Ligament Wrist .............................................................. 20

Gambar 2.5 Persyarafan Nervus Medianus ...................................................... 21

Gambar 2.6 Carpal Tunnel Syndrome ............................................................. 21

Gambar 2.7 Area persyarafan tangan ............................................................... 22

Gambar 2.8 Anatomi terowongan Carpal ....................................................... 22

Gambar 3.1 Visual Analog Scale ..................................................................... 37

xii
DAFTAR SINGKATAN / ISTILAH

1. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

2. Infra Red (IR)

3. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

4. Visual Analog Scale (VAS)

5. Lingkup Gerak Sendi (LGS)

6. Wrist Hand Disability Index (WHDI)

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tangan mempunyai fungsi yang kompleks karena merupakan anggota

tubuh yang sangat penting untuk bekerja. Sebagian besar manusia

menggantungkan produktivitasnya pada kemampuan fungsi tangan yang

dapat diandalkan sehingga jika tangan mengalami kelainan mengakibatkan

terganggunya aktivitas maupun produktivitas (Subekti,2014).

Yang termasuk gangguan fungsi tangan antara lain adalah Cervical

Radikulopati, Pronator Teres Syndrome, Pronator Teres Syndrome,

Thoracic Outlet Syndrome, De Quervain Syndrome Dan Carpal Tunnel

Syndrome. Carpal Tunnel Syndrome merupakan sindrom yang timbul akibat

nervus medianus tertekan di dalam carpal tunnel (terowongan karpal) di

pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari

lengan bawah ke tangan. Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan salah

satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di

negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-

pekerja industri (Jagga, 2011). Beberapa penyebab CTS ialah keturunan,

pekerjaan, trauma,umur dan inflamasi.

Di Inggris prevalensi 6%-17%, sedangkan di Amerika Serikat hanya

5%. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk

wanita dan 0,6% untuk laki-laki CTS adalah jenis neuropati yang paling

sering ditemui. Syndrome CTS dapat terjadi secara unilateral 42% kasus.

1
2

Pada bagian unilateral kanan sebanyak 29% dan pada bagian unilateral kiri

sebanyak 13%. Sedangkan kejadian CTS secara bilateral 58%

(Gorsche,2015). Di Jakarta, prevalensi CTS pada pekerja industri garmen

mencapai 20,3%. Pada studi yang dilakukan di Karanganyar, Jawa Tengah,

62% penderita CTS pada sebuah industri pabrik saus dan kecap adalah

perempuan(Tana,2014).

Problematika CTS yang muncul pada penderita CTS diantaranya adalah

nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, inflamasi,

kemampuan fungsional, atrofi, dan paresthesia. Dampak dari problematika

tersebut antara lain tidak dapat meremas,menggenggam, menulis, mencuci

dan mengetik. Penatalaksanaan CTS secara medis pada kasus ringan bisa

diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan

penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi

netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama

gerakan berulang. Pada kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi

steroid lokal untuk mengurangi peradangan. Jika pengobatan tersebut tidak

efektif dan gejala cukup mengganggu, maka operasi sering dianjurkan untuk

meringankan kompresi. Menurut Mufidati (2017) penatalaksanaan

Fisioterapi untuk CTS antara lain dengan modalitas Ultra Sound, Infra Red,

Paraffin, Terapi Latihan, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

(TENS), Tapping, Stretching dan Massage.

Dalam hal ini, peran Fisioterapis dibutuhkan untuk membantu

pemulihan pasien, bahwa Fisioterapis adalah bentuk pelayanan kesehatan

yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,


3

memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang

daurkehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis),

pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes RI, 2007).

Elektroterapi yang bisa digunakan pada CTS diantaranya TENS dan IR.

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan modalitas

fisioterapi yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dengan

merangsang saraf perifer melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas

yang dapat di toleransi pasien (Van Middelkoop et al., 2011). TENS banyak

digunakan untuk mengurangi nyeri, biasanya digunakan untuk kasus-kasus

seperti trauma, inflamasi, cidera, dan nyeri punggung bawah. TENS juga

dapat digunakan untuk kasus nyeri yang sudah kronik dan nyeri akut pada

semua kondisi (Ayu & Yuspita, 2016). Menurut Ansori (2015). TENS dapat

mengurangi nyeri sebanyak 60%. TENS merupakan modalitas yang mudah

ditemukan, hampir seluruh rumah sakit mempunyai TENS, dan

pengoprasian TENS juga mudah di jalankan. Menurut Branco, dkk, (2016).

Dengan pemberian IR dan TENS dapat meningkatkan aktifitas kemampuan

fungsional sebanyak 65%.

Infra Red Penggunaan infra merah pada kasus CTS adalah untuk

menaikkan temperature pada jaringan sehingga menimbulkan vosodilatasi

pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan

menimbulkan pengaruh sedative terhadap ujung-ujung syaraf sensoris yang

dapat mengurangi inflamasi. Menurut Subekti (2014) Infra Red dalam


4

menurunkan nyeri dan menaikkan keterbatasan lingkup gerak sendi

sebanyak 40%. Menurut Branco, dkk, (2016). Dengan pemberian IR dan

TENS dapat meningkatkan aktifitas kemampuan fungsional sebanyak 65%.

RSU Rajawali Citra merupakan tempat pelayanan kesehatan di daerah

Bantul, Yogyakarta. RSU Rajawali Citra dapat menjadikan rumah sakit

dengan pelayanan kesehatan yang profesional, efisien, agamis, dan

membahagiakan seperti visi pada rumah sakit ini. Alasan penulis memilih

RSU Rajawali Citra sebagai lokasi penelitian adalah ketersediaan alat yang

di miliki rumah sakit tersebut cukup lengkap salah satunya yaitu alat IR dan

TENS, dimana alat terapi ini adalah alat terapi yang sangat mendukung

dalam melakukan penelitian. Di RSU Rajawali Citra Bantul ditemukan

pasien CTS 3-6 setiap minggunya.

Berdasarkan uraian diatas terlihat angka kejadian CTS cukup banyak

dan fungsi tangan sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu

Fisioterapis dengan modalitasnya dapat memberi solusi atas permasalahan

tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis laporan tugas akhir

dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Carpal Tunnel

Syndrome dengan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations

(TENS) dan Infra Red Di RSU Rajawali Citra Bantul”


5

B. Rumusan Masalah

1. Apakah TENS dan IR dapat mengurangi nyeri pada kondisi Carpal

Tunnel Syndrome?

2. Apakah TENS dan IR dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada

kondisi Carpal Tunnel Syndrome?

C. Tujuan Laporan Tugas Akhir

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui manfaat modalitas, TENS, dan Infra Red pada

penatalaksanaan kasus Carpal Tunnel Syndrome.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui manfaat TENS dan IR dalam mengurangi nyeri

pada kondisi CarpalTunnel Syndrome?

b. Untuk mengetahui manfaat TENS dan IR dalam meningkatkan

kemampuan fungsional pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome ?

D. Manfaat Laporan Tugas Akhir

1. Manfaat teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan terkaitilmu fisioterapi dari

berbagai ilmu-ilmu kesehatan, khususnya adalah gambaran mengenai

Carpal Tunnel Syndrome

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lahan Praktik

1) Untuk masukan dalam menyusun Standar Operasional Prosedur

(SOP) dalam penatalaksanaan kasus CTS.


6

2) Memberikan masukan dalam sarana dan prasarana bagi lahan

praktik.

b. Bagi Institusi Perguruan Tinggi

Dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang

berhubungan dengan judul penelitian ini.

c. Bagi Pasien

Mendapatkan penatalaksanaan Fisioterapi secara adekuat dan

komprehensif. Edukasi yang diberikan oleh penulis kepada pasien

dapat memberikan informasi tentang pencegahan CTS, pasien dan

keluarga, sehingga bisa menjadi promotor .

d. Bagi Fisioterapis

Menjadi masukan dalam memberikan pelayanan dan memilih

modalitas untuk intervensi pada kasus CTS.

E. Keaslian Laporan Tugas Akhir

Penelitian yang berkaitan dengan Carpal Tunnel Syndrome dengan


modalitas TENS,IR dan Stretching sudah banyak dilakukan. Adapun
penelitian serupa yang ditemukan, antara lain :
7

Tabel 1.1 Keaslian Laporan Tugas Akhir

1 Penatalaksanaan Ultrasound, Setelah dilakukan 6 kali terapi diperoleh hasil seb


Fisioterapi pada kasus Infra Red dan berikut : nyeri diam T0 = tidak nyeri (nilai 1) men
T6 = tidak nyeri (nilai 1), nyeri tekan T0 = nyeri cu
Carpal Tunnel Terapi latihan berat (nilai 5) menjadi T6 = nyeri cukup berat (nila
Syndrome Sinistra Di nyeri gerak T0 = nyeri tidak begitu berat (nila
menjadi T6 = nyeri ringan (nilai 3), kekuatan
RSUD Salatiga.
fleksor wrist sinistra T0 = 4 menjadi T6 = 4, keku
Subekti (2014) otot ekstensor wrist sinistra T0 = 4 menjadi T6
kekuatan otot ulna deviasi, radial deviasi, fl
metacarpal dan ekstensi metacarpal sinistra T0
menjadi T6 = 5, lingkup gerak sendi wrist sin
secara aktif bidang sagittal T0 = (40-0-35)° menjad
= (40035)°, bidang frontal T0 = (15-0-25)° menjad
= (150-30)°, bidang sagittal metacarpal T0 = (1
45)° menjadi T6 = (10-0-50)°, dan terjadi peningk
kemampuan aktivitas fungsional.
8

2 Penatalaksanaan Ultra sound, Setelah dilakukan terapi selama enam kali didapa
fisioterapi pada Carpal TENS, dan hasil penurunan nyeri pada tangan kanan nyeri d
T0: 2, menjadi T6: 1, nyeri tekan T0: 4, menjadi T
Tunnel Syndrome Terapi Latihan nyeri gerak T0: 5, menjadi T6: 4, sedangkan u
bilateral di rumkital dr. (Hold Relax). tangan kiri nyeri diam T0: 3, menjadi T6: 1, n
tekan T0: 4, menjadi T6: 1, nyeri gerak T0: 5, men
ramelan Surabaya
T6: 3. Kekuatan otot pada tangan kanan flexor w
Ansori (2015)
T0: 4, menjadi T6: 5, extensor wrist T0: 5, menjadi
5, ulnar deviasi T0: 5, menjadi T6: 5, radial deviasi
4, menjadi T6: 5, untuk tangan kiri flexor wrist T0
menjadi T6: 5, extensor wrist T0: 5, menjadi T6
ulnar deviasi T0: 4, menjadi T6: 4, radial deviasi T
menjadi T6: 4. Lingkup gerak sendi wrist kanan
S:50° - 0 - 50°, menjadi T6: S: 50° - 0 - 60°, T0: F:
- 0 - 30°, menjadi T6: F:20° - 0 - 30°, sedangkan u
tangan kiri T0: S:50° - 0 - 50°, menjadi T6: S: 50°
60°, T0: F: 20° - 0 - 30°, menjadi T6: F:20° - 0 - 30
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017) Carpal Tunnel

Syndrome (CTS) atau yang juga dikenal dengan sindrom terowongan

karpal merupakan kondisi yang mempengaruhi tangan dan jari hingga

mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri akibat tekanan

pada saraf median pergelangan tangan. Carpal Tunnel atau

terowongan karpal adalah jalur pada pergelangan tangan dimana

terdapat saraf Medianus dan sejumlah tendon yang berguna dalam

pergerakan dan indera perasa pada ibu jari dan tiga jari pertama selain

jari kelingking.

2. Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab CTS, antara lain :

a. Faktor keturunan CTS bisa terjadi dan bisa dialami oleh memiliki

genetik keturunan dari seseorang yang mengalami CTS, resiko

mengalami CTS lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki

keluarga yang mengalami CTS. (Huldani,2013).

b. Berat badan, obesitas merupakan salah satu faktor resiko

munculnya CTS. Karena berat badan yang berlebihan sehingga

tangan menumpu beban yang berlebihan juga ( Putra, 2019)

9
10

c. Pekerjaan

1) Orang yang memiliki aktifitas melibatkan tangan seperti

menggenggam dengan kuat, melakukan gerakan tangan

berulang-ulang dan melibatkan getaran yang kuat maka bisa

menyebabkan CTS (Gilory J, 2009).

2) Pekerjaan: gerakan mengetuk atau Dorsi Flexidan Palmar

Flexipergelangan tangan yang berulang-ulang (Ika,2010).

3) Ada beberapa profesi yang lebih rentan mengalami CTS, yaitu

penjahit, petugas kasir, tukang cukur, dan pekerja bagian

pengemasan, karena pekerjaannya banyak melibatkan gerakan

tangan.(Huldani,2013)

d. Trauma

Pergelangan tangan atau tangan melakukan gerakan yang sama

berulang kali, terutama jika pergelangan tangan tertekuk.

dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan

tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung

terhadap pergelangan tangan (Gilory J, 2009).

e. Inflamasi

CTS terjadi ketika jaringan disekitar Tendon Fleksor pada

pergelangan tangan membengkak dan menekan saraf medianus

(Gilory J, 2009)
11

f. Usia

Undang-undang tenaga kerja No. 13 Tahun 2003, usia kerja

produktif di Indonesia adalah minimal 15 tahun dan maksimal 64

tahun. CTS sering dialami oleh wanita berusia 29-62 tahun.

Beberapa studi juga mengungkapkan bahwa CTS umumnya

dialami oleh wanita berusia 30an sebab dengan bertambahnya

umur dapat dipastikan bahwa paparan dengan alat kerja tangan

pada waktu bekerja semakin lama pula, kemampuan elastisitas

tulang, otot ataupun tendon semakin berkurang. Meskipun

demikian penderita CTS saat ini usianya cenderung semakin

muda. Salah satu penelitian di Amerika menyebutkan saat ini CTS

mengincar penderita usia 25-34 tahun. (Gilory J, 2009)

3. Patofisiologi

Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan Fleksor

Retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap Nervus Medianus.

Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan

peninggian tekanan Intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena

Intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu

nutrisi Intrafasikuler lalu diikuti oleh Anoksia yang akan merusak

Endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein

sehingga terjadi Edema Epineural. Hipotesa ini menerangkan

bagaimana keluhan nyeri dan bengkak yang timbul terutama pada

malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
12

digerakgerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan

sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan

terjadi Fibrosis Epineural yang merusak serabut saraf. Lama-

kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang

mengakibatkan fungsi Nervus Medianus terganggu secara menyeluruh

(Munir,2015)

4. Tanda dan gejala

Keluhan pasien biasanya lebih menonjol dimalam hari. Gejala lainnya

adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari

sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini

umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak

gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi

yang tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak

mengistirahatkan tangannya. Apabila tidak segera ditangani dengan

baik maka jari-jari menjadi kurang terampil misalnya saat memungut

benda benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan

dengan keluhan adanya kesulitan penderita pada waktu menggenggam.

Pada penderita CTS akan mengalami keterbatasan lingkup gerak

sendi, yang membuatnya sulit mengerjakan pekerjaannya. Pada tahap

lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan

abduktor pollicis brevis) dan otot-otot lainnya yang di inervasi oleh

nervus medianus (Bahrudin, 2011).


13

5. Prognosis Carpal Tunnel Syndrome

Pada kasus CTS yang ringan dengan terapi konservatif umumnya

prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena

operasi hanya dilakukan pada pasien yang lama menderita CTS

penyembuhannya relatif bertahap. Kesembuhan yang paling cepat

dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti dengan

perbaikan sensorik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif

maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali

masih tetap ada.(Ansori,2015)

6. Penatalaksanaan CTS

a. Aspek Medis

1) Pemasangan bidai di pergelangan tangan pada posisi netral,

diharapkan pergelangan dapat istirahat secara fisiologis dan

tekanan dalam terowongan karpal menjadi lebih minimal.

2) Penyuntikan steroid ke dalam terowongan karpal

3) Selain untuk terapi Sindroma Terowongan Karpal, penyuntikan

steroid yang dapat menghilangkan atau mengurangi keluhan

Sindroma Terowongan Karpal

4) Pengontrolan cairan misalnya diuretika

5) Anti inflamasi non steroid atau steroid 6) Vitamin B6

(piridoksin).

b. Aspek Fisioterapi
14

Menurut Mufidati (2017) penatalaksanaan Fisioterapi untuk CTS

antara lain dengan modalitas Ultra sound, Infra Red, Paraffin,

Terapi Latihan, TENS, dan Stretching.

7. Pencegahan umum CTS

a. Hindari menekuk pergelangan tangan dengan waktu yang lama

Tangan yang menekuk bisa memicu CTS. Contohnya, jika bekerja

menggunakan komputer, maka atur posisi duduk dan meja agar

posisi keyboard sama tinggi atau sedikit lebih rendah daripada

siku.

b. Istirahatkan pergelangan tangan setelah bekerja penuh 2 jam

Jika Anda bekerja atau beraktivitas dengan memanfaatkan

pergelangan tangan, beristirahatlah lebih sering untuk menghindari

tekanan pada lorong karpal.

c. Lakukan peregangan 15-20 menit setelah 2 jam bekerja

Lakukan peregangan secara berkala, misalnya dengan menekuk

dan memutar pergelangan tangan, atau meregangkan jari-jari.

d. Tidur dengan posisi pergelangan tangan yang tetap lurus Posisi

tersebut dilakukan untuk menghindari pergelangan tangan

tertekuk.

e. Gunakan sarung tangan Jika bekerja di lingkungan yang dingin,

kenakan sarung tangan agar tangan tidak kedinginan. Suhu yang

dingin dapat menyebabkan rasa sakit dan kaku pada tangan.


15

B. Anatomi Fungsional

Anatomi Fungsional tubuh yang berkaitan dengan kasus CTS adalah

Tulang pada pergelangan tangan, sendi pada pergelangan tangan, otot-otot

pada pergelangan tangan sampai jari-jari tangan, ligament, dan saraf

Nervus Medianus.

Anatomi pergelangan tangan terdiri dari Tulang, sendi, otot, ligament,

Nervus medianus

1. Tulang-tulang pada pergelangan tangan

a. Tulang Scapoideum

Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran yang proximal

konveks bersendi dengan tulang radius. Tulang ini memiliki

dataran sendi yaitu ke arah ulna bersendi dengan tulang hamatum,

ke arah distal bersendi dengan tulang tulang trapesium, capitatum,

dan trapesoideum dan pada permukaaan volar memiliki tonjolan

yang disebut tuberositas scapoideum. Fungsinya membentuk

pergelangan tangan (Putz R dan R. Dabst,2015).

b. Tulang Lunatum

Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah

radial dengan tulang Scapoideum, ke arah ulnar dengan

Triquetrum, ke arah distal dengan tulang capitatum. Tulang ini

memiliki dataran proximal yang konvek yang bersendi dengan

tulang radius, dan berbentuk kecil, seperti bulan sabit. Fungsinya

membentuk pergelangan tangan (Putz R dan R. Dabst, 2015).


16

c. Tulang Triquetrum

Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal

dengan tulang radius, ke arah radial dengan tulang Lunatum, ke

arah ulnar dan berlawanan berhubungan dengan tulang pisiforme

yang melekat pada permukaan berlawanan tulang triquetrum dan

arah distal dengan tulang hamatum. Fungsinya membentuk

pergelangan tangan (Putz R dan R. Dabst,2015).

d. Tulang Pisiforme

Tulang yang berbentuk kecil, agak bulat seperti biji kacang ini

melekat di dataran berlawanan pada tulang triquetrum. Fungsinya

membentuk pergelangan tangan (Putz R dan R. Dabst,2015).

e. Tulang Trapesium

Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah

berlawanan dengan trapesoideum dan terdapat tonjolan tulang

yang disebut tuberositas osis trapesium, ke arah proximal dengan

tulang scapoideum, ke arah distal dengan tulang metacarpal satu

dan dua. Fungsinya membentuk pergelangan tangan (Putz R dan R.

Dabst,2015).

f. Tulang Trapezoideum

Tulang ini ke arah radial mempunyai hubungan dengan tulang

trapesium ke arah ulnar dengan tulang capitatum, ke arah

distaldengan tulang metacarpal dua, dan ke arah proximal


17

berhubungan dengan tulang scapoideum. Fungsinya membentuk

pergelangan tangan (Putz R dan R. Dabst,2015).

g. Tulang Capitatum

Memiliki bangunan bangunan bulat dan panjang sebagai kaputnya.

Mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial

berhubungan dengan tulang trapesoideum, ke arah proximal

dengan tulang scapoideum dan lunatum. Ke arah ulnar dengan

tulang hamatum dan ke arah distal dengan tulang metacarpal dua,

tiga, dan empat. Fungsinya membentuk pergelangan tangan (Putz

R dan R. Dabst,2015).

h. Tulang Hamatum

Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal

dengan tulang triquetrum ke arah radial dengan tulang capitatum

ke arah distal dengan tulang metacarpal empat dan lima. Dan ke

arah berlawanan memliki bangunan seperti lidah yang disebut

hamalus ossis hamate. Fungsinya membentuk pergelangan tangan

(Putz R dan R. Dabst,2015).

Gambar 2.1

Anatomi tulang Carpal (Paulsen & Waschke, 2013)


18

2. Sendi

Sendi merupakan struktur pada tubuh sebagai penghubung antar tulang

sehingga tulang dapat digerakkan. Sendi yang terdapat pada

pergelangan tangan dan sekitarnya antara lain : Distal radio ulna,

Articulation radio carpal, Articulation medial carpal, Carpo meta

carpal, Meta carpo phalangeal, Proximal interphalang,Distal

interphalang

Gambar 2.2

Anatomi Sendi tangan ( Paulsen & Waschke, 2013)

3. Otot

Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai

alat gerak aktif dan stabilisasi tulang. Ada beberapa otot-otot pada

pergelangan tangan sampai jari-jari beserta origo, insertio, inervasi,

dan fungsinnya:
19

a. M. Fleksor Carpiradialis

1) Origo: Epicondilus Medialis Humeri, Fascia Antebrachii

2) Insertio: permukaanPalmar dasarOs. Metacarpi II dan III

3) Fungsi: Palmar Flexi dan Abduksi tangan pada pergelangan

tangan.

b. M. Fleksor Digitorum Profundus

1) Origo: Dua pertiga Proximal Facies Anterior Ulnae,

MembranaInterossea.

2) Insertio: Basis Phalangis distalis jari II-V

3) Fungsi: Palmar Flexi pada pergelangan tangan, Adduksi pada

Meta CarpoPhalangeal 2-4, Flexi pada sendi-sendi jari II-IV

c. M. Flexor Pollicis Longus

1) Origo: Facies Anterior Radii Disebelah Distal Tuberositas

Radii.

2) Insertio: Basis Phalangesdistalis ibu jari tangan

3) Fungsi: Palmar Flexipada pergelangan tangan, adduksi dan

oposisi pada ibu jari, Flexi ibu jari.


20

d. M. Flexor Pollicis Brevis

1) Origo: Retinaculum Musculorum Flexorum

2) Insertio: Os. Sesamoid bagian Radial sendi Meta Carpo

Phalangeal ibu jari.

3) Fungsi: Oposisi dan Adduksi ibu jari, Fleksi ibu jari

e. M. Abductor Pollicis Brevis

1) Origo: Retinakulum Fleksorum, Tuberositas Ossis Skapoid

2) Insertio:Os. Sesamoid bagian Radial sendi Meta Carpo

Phalangeal ibu jari.

3) Fungsi: Abduksi dan oposisi ibu jari, Flexi sendi dasar ibu jari.

f. M. Pronator Teres

1) Origo: Pada Caput Humeral Di Epicondilus Medialis Humeri

Dan Pada Caput Ulna Di Processus Coronoideus Ulna.

2) Insertio: sepertiga tengahRadius bagian Lateral.

3) Fungsi: Pronasi pergelangan tangan


21

g. M. Palmaris Longus

1) Origo: Epicondilus Medialis Humeri, Fascia Antebrachii

2) Insertio: Aponeurosis Palmar

3) Fungsi: Palmar Flexi dan penegangan Aponeurosis Palmaris

(Putz R dan R pabst, 2007).

Gambar 2.3

Otot otot pada Wrist (Inser & Colby, 2017)

4. Ligamen

Ligamen Colateral Capri Ulnar yang membentang dari Procesus

Styloideus Ulnamenuju ke tulang Triquetrum, Ligament Colateral

Carpi radialis yang membentang dari Prossesus Stiloideus

Radiimenuju tulang Scapoideumdan Ligamen Intercarpalyang terdiri

dari Ligamen Interlaveum CollaredanDorsale, Ligamen Inteorseumdan

Ligamen Carpi Arquetrum.


22

Gambar 2.4

Anatomi Ligament wrist ( Patrick & Thomas,2010)

5. Nervus Medianus

Berasal dari pleksus brachialis dengan dua buah caput yaitu caput

medial dari pasikulus medialis dan caput lateral dari pasikulus

lateralis. Kedua caput tersebut bersatu pada tepi bawah otot pectoralis

minor. Jadi, serabut dalam truncus berasal dari tiga atau empat segmen

medula spinalis (C6-8, Th 1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak

bercabang. Truncus berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan

melewati sisi berlawanan lengan bawah dan bercabang masuk ke

tengah dan berakhir dengan cabang musculus kutaneus (Chusid, 1993

dalam Azkia, 2014). Otot-otot yang disarafi nervus medianus antara

lain : m. pronator teres, m. fleksor carpi radialis, m.palmaris longus,

m.fleksor digitorum profundus, m,fleksor pollicis longus dan pronator

quadratus (Chusid, 1993 dalam Azkia, 2014). Apabila ada lesi yang

mengenai nerves medianus akan mengakibatkan terjadinya

pengurangan sensoris pada bagian berlawanan lengan bawah, daerah

palmar tangan jari satu, dua, tiga, dan setengah jari empat
23

Gambar 2.5

Persyarafan Nervus Medianus (Inser & Colby, 2017)

Gambar 2.6

Carpal Tunnel Syndrome (Patrick & Thomas,2010)


24

Gambar 2.7 Area persyarafan tangan (Patrick & Thomas,2010)

Gambar 2.8

Anatomi terowongan karpal (Salawati dan Syahrul, 2014)

C. Tinjauan Proses Fisioterapi

Sebelum melakukan intervensi pada pasien seorang fisioterapis akan

melakukan tinjauan proses fisioterapi untuk menentukan diagnosa dan

intervensi yang tepat, tinjauan proses fisioterapi berikut ini adalah

anamsesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spesifik, problematika

fisioterapi, tujuan fisioterapi, teknologi intervensi, evaluasi dan edukasi.

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu pengumpulan data dengan cara tanya

jawab antara terapis dengan sumber data, dimana dengan dilakukannya

tanya jawab diharapkan akan memperoleh informasi tentang penyakit

dan keluhan yang dirasakan oleh sumber data. Anamnesis dapat dibagi

menjadi dua, yaitu autoanamnesis dan heteroanamnesis.

Autoanamnesis merupakan suatu proses tanya jawab yang dilakukan


25

secara langsung dengan sumber data atau pasien, sedangkan

heteroanamnesis merupakan suatu proses tanya jawab yang dilakukan

dengan orang lain (keluarga ataupun orang yang mengetahui tentang

perjalanan penyakit dari sumber data

a. Anamnesis umum

Anamnesis umum berisikan tentang:

1) Nama

Nama dikumpulkan datanya dengan tujuan untuk membedakan

pasien satu dengan pasien yang lain

2) Umur

Digunakan untuk menentukan dosis obat. juga dapat digunakan

untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita

beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.

3) Jenis kelamin

Sebagai kelengkapan untuk menentukan dosis terapi yang

berhungan dengan hormonal khususnya pre & post menopause

4) Agama

Keterangan ini berguna untuk meningkatkan motivasi diri dan

mengarahkan kepada pasien untuk berdoa sebelum dimulainya

terapi.

5) Pekerjaan

Hubungan antara penyakitpasien dengan pekerjaannya maka

tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga


26

pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

6) Alamat

Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan

bukanhanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu

pasien merasasakit untuk pertama kalinya, dan pemberian

home care apabila perlu

b. Anamnesis khusus

Anamnesis khusus berisikan penjelasan pasien tentang keluhannya

dan riwayat-riwayat penyakit yang dapat berpengaruh pada

keluhan yang dirasakan pasien, diantaranya adalah:

1) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan

yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan

utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali

informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan dan pemberian

tindakan. Keluhan utama pasien CTS ialah nyeri, , keterbatasan

gerak , kelemahan otot.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan

utama yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama

mengalami keluhan secara lengkap.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik


27

maupun psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu pada kasus CTS ialah trauma akibat

kecelakaan, post oprasi, dan post anastesi.

4) Riwayat pribadi

Riwayat pribadi berisikan tentang aktifitas sehari-hari, hobi,

pekerjaan, lingkungan tempat tinggal dari pasien. Riwayat

keluarga. Riwayat pribadi pada kasus CTS berkaitan dengan

pekerjaan dan aktifitas seseorang seperti sekertaris, penjahit,

tukang cuci, ataupun seseorang yang berpergian jauh dengan

motor

5) Riwayat keluarga

Merupakan penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang

keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk menderita

penyakit tersebut.

6) Anamnesis sistem

Anamnesis sistem adalah tanya jawab yang bertujuan untuk

mengetahui gangguan lain yang terdapat dalam sistem lain

dalam tubuh yang mungkin dapat berpengaruh atau

berhubungan dengan gangguan sistem yang diderita pasien.

Dan juga ditujukan untuk mengetahui keadaan tubuh pasien

secara keseluruhan. Anamnesis sistem meliputi :

a) Sistem kepala & leher untuk mengetahui apakah pasien

mempunyai keluhan rasa pusing dan rasa kaku pada


28

bagian leher

b) Sistem Kardiovaskuler untuk mengetahui apakah pasien

mempunyai keluhan pada jantung dan pembuluh darah

c) Sistem respirasi untuk mengetahui apakah pasien

mempunyai keluhan sesak nafas.

d) Sistem gastrointestinalis untuk mengetahui apakah

pasien mempunyai keluhan buang air besar.

e) Sistem Urogenital untuk mengetahui apakah pasien

mempunyai keluhan buang air kecil

f) Sistem Muskuloskeletal untuk mengetahui apakah

pasien mempunyai keluhan nyeri, keterbatasan gerak

dan kekakuat otot

g) Sistem nervorum untuk mengetahui apakah pasien

mempunyai keluhan nyeri menjalar dan rasa kesemutan

2. Pemeriksaan fisik

Data yang diperlukan antara lain:

a. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah

Tekanan darah dengan menggunakan tensimeter. Tidak

mempengaruhi tekanan darah dengan penyakit CTS, pasien

yang terkena CTS memiliki tekanan darah normal.


29

Kategori TD sistolik TD Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi (Derajat 1) 140-159 90-99
Hipertensi (Derajat 2) >160 >100
Tabel 3.1

Kategori Hipertensi (pemeriksaan Wahyuni & Hermawati

2016)
30

2) Denyut nadi

Denyut nadi diukur secara manual dengan cara palpasi.

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan di beberapa tempat,

seperti arteri radialis, brachialis, jugularis, temporalis,

femoralis, dan lainlain. Kecepatan normal Frekuensi denyut

pada orang dewasa adalah 60-100x/menit. Frekuensi denyut

lambat (<60x/menit) disebut bardiardia. Sedangkan frekuensi

denyut cepat (>100x?menit) disebut talkkardi (Hermawati dan

Wahyuni,2017). Pasien yang terkena CTS memiliki denyut

nadi normal.

3) Pernafasan

Pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan pengamatan, yaitu

dengan cara mengamati kembang kempisnya thorac pasien.

Tujuan dari pemeriksaaan pernafasan adalah untuk mengetahui

adanya gangguan sesak nafas/gangguan respirasi lain atau

tidak. Hasil pemeriksaan terhadap pasien didapatkan hasil

pernafasan. Frekuensi pernapasan berkisar antara 12 rpm

sampai 20rpm. Frekuensi pernapasan kurang dari 12 rpm

disebut bradypnea. Dan frekuensi napas lebih dari 20 rpm

disebut takhipnea ( Hermawati dan Wahyuni,2017). Pasien

yang memiliki pernafasan tidak normal menjadi kontraindikasi

TENS dan IR dalam kasus CTS.


31

4) Suhu tubuh

Alat pengukuran suhu tubuh adalah termometer. Pemeriksaan

suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui apakah pasien demam

atau tidak. Rentang suhu tubuh normal untuk orang dewasa

36,4-37,2 celcius. Suhu tubuh menjadi indikasi penggunaan

modalitas TENS dan IR pada kasus CTS. Apabila suhu tubuh

melebihi batas normal TENS dan IR tidak dapat di berikan.

5) Tinggi badan

Alat ukur untuk pemeriksaan tinggi badan dengan

menggunakan midline atau pita ukur. Dalam keadaan normal

tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.

6) Berat badan

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat

timbangan berat badan. Dari hasil pemeriksaan berat badan

pasien didapatkan hasil berat badan pasien. Bila pasien

mengalami berat badan berlebih atau kekurangan berat badan.

Berat badan perlu ditanyakan karena merupakan salah satu

penyebab CTS.

b. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan menggunakan indra

penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda

tertentu dari bagian dan fungsi pergelangan tangan pasien. Inspeksi

terdiri dari:
32

1) Inspeksi statis, dilakukan pada saat pasien tidak bergerak atau

diam. Pada kasus CTS dapat dilihat ekspresi pasien saat datang

ke Fisioterapis.

2) Inspeksi dinamis, dilakukan pada saat pasien bergerak. Pada

kasus CTS dapat dilihat pada saat pasien bersalaman.

c. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan

memegang bagian pergelangan tangan pasien untuk mengetahui

adanya nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dan lain-lain.

d. Gerak dasar

Pemeriksaan gerak dasar meliputi:

1) Pemeriksaan gerak aktif

Pemeriksaan gerak aktif merupakan pemeriksaan gerakan yang

dilakukan oleh pasien secara aktif untuk mengetahui adanya

nyeri, Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan kekuatan otot. Terapis

hanya mengamati dan memberikan aba-aba atau instruksi pada

pasien.

2) Pemeriksaan gerak pasif

Pemeriksaan gerak pasif merupakan pemeriksaan gerakan

yang dilakukan dengan bantuan terapis yang menggerakkan

pergelangan tangan hingga jari-jari pasien pasien. Gerak pasif

untuk mengetahui adanya nyeri, LGS, dan end feel.


33

3) Pemeriksaan gerak isometric melawan tahanan

Pemeriksaan gerak isometric melawan tahanan merupakan

pemeriksaan yang dilakukan oleh fisioterapi dengan

memberikan tahanan pada tangan pasien.

Pemeriksaan ini dapat menggunakan Manual Muscle Testing

( MMT).

a). Nilai 0 = tidak ada kontraksi otot

b). Nilai 1 = ada kontraksi, tapi belum ada Gerakan

c). Nilai 2 = ada kontraksi, tetapi tidak melawan gravitasi

d). Nilai 3 = ada kontraksi, melawan gravitasi

e). Nilai 4 = ada kontraksi, melawan gravitasi, dan tahanan

minimal

f). Nilai 5 = ada kontraksi, melawan gravitasi dan tahan

maksimal

3. Pemeriksaan Spesifik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:

a. Nyeri

Nyeri merupakan pemeriksaan subjektif yang didapatkan

berdasarkan dari rasa yang dirasakan oleh pasien saat dilakukan

pemeriksaan baik pada keadaan diam, tekan, dan bergerak. Tes ini

dapat menggunakan Visual Analog Scale (VAS) yaitu skala yang

digunakan untuk menentukan tingkatan nyeri. Pasien diminta

mendeskripsikan rasa sakitnnya dengan menentukan nilai dari 1-


34

10. Pasien dapat dengan bebas mengekspresikan rasa nyeri yang

mereka rasakan. Penderita CTS biasanya hanya merasakan nyeri

dari skala VAS 3-5. (Subekti, 2014)

Gambar 3.1

Alat ukur VAS

b. Lingkup gerak sendi (LGS)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya keterbatasan

lingkup gerak sendi menggunakan alat yang disebut dengan

goneometer

c. Pemeriksaan aktivitas fungsional dengan Wrist hand Disability

Index

Merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan fungsional pada

gangguan wrist dan tangan sepert CTS. Indeks ini terduru dari 10

pertanyaan yaitu : intensitas nyeri, rasa tebal-tebal dan kesemutan,

perawatan diri, kekuatan, toleransi menulis atau mengetik, bekerja,

menyetir, tidur, pekerjaan rumah, dan rekreasi atau olahraga.

Prosedur pelaksanaannya terapis menanyakan 10 aktifitas diatas

kemudian dimauskkan kedalam kriteria penilian

Skor Derajat ketergantungan


35

0-4 Tidak ada ketergantungan


5-14 Ketergantungan ringan
15-24 Ketergantungan sedang
25-34 Ketergantungan berat
35-50 Ketergantungan penuh
Table 2.1

Wrist Hand Disabilty Index

d. Tes khusus

Tes khusus merupakan pemeriksaan yang bersifat khusus untuk

kasus tertentu dan bahkan hanya dilakukan atau ditujukan hanya

pada kasus tersebut. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk

memperjelas adanya gangguan pada fungsi dasar dalam kasus

tersebut.

1) Tinel sign adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui

gangguan pada nervus medianus. Berikut tata cara melakukan

Tinel sign :

a) Posisi pasien berdiri. Posisi pemeriksa berdiri di sisi depan

dari pasien.

b) Mintalah pasien untuk memfleksikan kedua wrist secara

maksimal dengan cara mempertemukan sisi dorsal tangan

bersamaan selama 1 menit.


36

Tes positif jika pasien merasakan kesemutan pada

thumb,index finger,middle finger dan sebagian sisi lateral

dari ring finger.

2) Phalen test untuk memprovokasi N.Medianus. Berikut tata

cara melakukan Phalen test

a). Posisi pasien duduk. Posisi pemeriksa duduk didepan

pasien

b). Posisikan lengan pasien yang akan di tes dalam posisi

supinasi lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke

atas, diatas bed. Selanjutnya, lakukan “ketukan” diatas Carpal

Tunnel pada Wrist. Tes positif jika pasien merasakan

kesemutan atau paresthesia pada thumb,index finger, middle,

dan sebagian sisi lateral dari ring finger.

3) Flick’s sign penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau

menggerakgerakan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau

menghilang akan menyokong diagnosa. Tes positif jika pasien

merasakan berkurang pada jari-jarinya.

4. Problematika Fisioterapi

1. Impairtment

Menurut Ansori (2015) Impairment merupakan adanya gangguan

kapasitas fisik yang berhubungan dengan aktivitas fungsional dasar.

Dalam kasus Carpal Tunnel Syndrome, impairment berupa:


37

a. Nyeri

b. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi

c. Penurunan Kekuatan Otot

d. Atrofi

2. Functional Limitation

Menurut Ansori (2015) Functional limitation merupakan suatu

problem yang berupa penurunan atau keterbatasan saat melakukan

aktifitas-aktifitas fungsional sebagai akibat dari adanya

impairment.Functional limitation pada kasus CTS antara lain

kesulitan dalam menggenggam, menulis, mencuci, mengetik dan

menyetir.

3. Disability

Merupakan gangguan atau ketidakmampuan seseorang dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, berinteraksi dan bersosialisasi dengan

individu lain. Dalam hal ini disability pasien CTS adalah keterbatasan

dalam melakukan aktivitas didalam rumah maupun diluar rumah.

5. Tujuan Fisioterapi

1. Tujuan jangka pendek

a. Mengurangi nyeri

b. Meningkatkan LGS

c. Meningkatkan kemampuan fungsional


38

2. Tujuan jangka Panjang

a. Melanjutkan tujuan jangka pendek

b. Mengembalikan kemampuan fungsional pasien

6. Teknologi Intervensi

a. TENS

1) Pengertian TENS

Merupakan modalitas fisioterapi yang banyak digunakan

untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer

melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas yang

dapat di toleransi pasien (Van Middelkoop et al., 2011).

TENS digunakan untuk memblokade nyeri sehingga nyeri

berkurang, biasanya digunakan untuk kasus-kasus seperti

trauma, inflamasi, cidera, dan nyeri punggung bawah.

TENS juga dapat digunakan untuk kasus nyeri yang sudah

kronik dan nyeri akut pada semua kondisi. TENS memiliki

arus yang akan dihantarkan ke permukaan kulit melalui

elektroda. (Ayu & Yuspita, 2016).

2) Efek dan Dosis

TENS dirancang untuk memberikan sensasi kesemutan

yang nyaman pada sensori tingkat submotorik. Pemberian

TENS pada arus gelombang frekuensi 150 Hz, durasi 150

ms, Kondisi CTS menggunakan TENS tipe konvensional

dapat mengurangi nyeri dalam waktu 10 – 15 menit dengan


39

lama pemberian antara 30 menit frekuensi impuls yang

sebanding dengan biolectricy alami, akan merangsang

pengurangan nyeri karena dapat menghambat receptor

nyeri (nosiceptor). Perjalanan impuls pada serabut A delta

yang dihasilkan oleh TENS akan menabrak impuls

nosiceptif yang berjalan di A delta yang sama, sehingga

terlepasnya zat “P” dari neuron sensoris akan berujung

terjadi vasodilatasi sehingga pengangkutan zat zat limbah

seperti histamin, zat “P” akan ikut terangkut (Watson,

2013). Menurut Ansori (2015) TENS pada kasus CTS dapat

mengalami penurunan nyeri setelah 6 kali pemberian terapi.

3) Indikasi

a) Nyeri akut dan kronis pinggang

b) Sakit kepala kronis

c) Syndrome nyeri regional kompleks

d) Nyeri neuropati

4) Kontraindikasi

a) Kehamilan

b) Sinus karatoid

c) Area sensitive mata

d) Kanker

e) Pemasangan ring jantung


40

5) Penerapan Elektroda

Penempatan elektrode tidak terbatas pada daerah nyeri

saja, tetapi penempatan elektroda pada daerah nyeri

memberikan hasil yang baik terhadap penurunan tingkat

nyeri. bisa juga penempatan elektrode pada area

dermatome, trigger dan pada titik acupuntur.

a) Di sekitar nyeri

Penempatan pada daerah nyeri paling mudah dan

paling sering digunakan.

b) Area dermatome

Mannheim, 2015 menyarankan 3 cara teknik pada area

dermatom yang mungkin dapat di gunakan penempatan

pada area dermatom yang terlibat, penempatan pada

lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan

pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari

suatu area dermatom tertentu, area acupuntur, trigger

dan motor point.

6) Persiapan alat ;

a) Persiapan alat TENS dan cek kabel

b) Persiapkan pet elektroda

c) Siapakan handuk kering atau tissue

d) Tutup tirai dan cuci tangan

7) Persiapan Pasien :

a) Perkenalkan diri kepasien


41

b) Jelaskan kepasien mengenail alat ini dan efek yang

akan dirasakan

c) Cek sensibilitas

d) Bersihkan area yang akan diterapi

e) Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan

( comfortable )

f) Letakakn pet elektroda pada area yang akan diterapi.

Berikan penjelasan pada pasien tentang efek pemberian

electrical stimulasi

8) Pelaksanaan Terapi :

a) Tekan tombol ON / OFF

b) Atur / pilih arus yang akan digunakan

c) Lama terapi 10 sampai 15 menit

d) Atus intensitasTanyakan setiap 5 menit efek apa

yang dirasakan. Apakah pusing atau mual. Jika iya

hentikan pemakaian

e) Setelah selasai matikan alat tekan tombol ON /

OFF. Cek kembali sensabilitas, Rapikan alat

b. IR

1) Persiapan alat ;

a) Persiapan alat IR dan cek kabel

b) Persiapkan IR dengan jarak 35-45 cm

c) Siapakan handuk kering atau tissue


42

d) Tutup tirai dan cuci tangan

2) Persiapan Pasien :

a) Perkenalkan diri kepasien

b) Jelaskan kepasien mengenail alat ini dan efek yang akan

dirasakan

c) Cek sensabilitas

d) Bersihkan area yang akan diterapi

e) Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan ( comfortable )

f) Berikan penjelasan pada pasien tentang efek pemberian

electrical stimulasi

3) Pelaksanaan Terapi :

1) Tekan tombol ON / OFF

2) Atur / pilih arus yang akan digunakan

3) Lama terapi 10 sampai 15 menit

4) Atus intensitas

5) Tanyakan setiap 5 menit efek apa yang dirasakan. Apakah

pusing atau mual. Jika iya hentikan pemakaian

6) Setelah selasai matikan alat tekan tombol ON / OFF

7) Cek kembali sensabilitas

8) Rapikan alat
43

7. Evaluasi

Evaluasi fisioterapi merupakan pertimbangan klinis yang dapat

menunjukan adanya ukuran disfungsi gerak mencakup adanya ganguan

atau kelemahan pada jaringan tertentu, limitasi fungsi,

ketidakmampuan dan sindrom, setelah intervensi fisioterapi dalam

periode waktu (Tasbun, 2016). Evaluasi yang diberikan pada pasien

CTS adalah nyeri menggunakan VAS, LGS menggunakan

goneometer, dan kemampuan fumgsional menggunakan WHDI.

BAB III
44

PROSES FISIOTERAPI

A. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data

Laporan Tugas Akhir ini menggunakan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diambil dari sumber tidak langsung,

misalnya lewat orang atau dokumen dari rumah sakit yang dapat

memberikan informasi atau masukan data yang diperlukan.

(Machfoedz, 2010). Data sekunder diambil dari rekam medis yang

dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang

diperlukan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir.

2. Subjek pengamatan

Subyek pengamatan adalah data dari rekam medis yang mengarah

kepada kondisi yang mempengaruhi tangan dan jari sehingga

mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri akibat tekanan pada

saraf median pergelangan tangan. Data diambil dari rekam medis

dengan kriteria tersebut.

3. Objek pengamatan

Hal yang diamati dan dicatat selama studi kasus adalah rekam medis

yang berisi tentang langkah tindakan fisioterpis yang dilakukan kepada

pasien yang tercatat di rekam medis


45

4. Lokasi dan waktu penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengakses rekam medis


menggunakan computer di Poli Fisioterapi RSU Rajawali Citra Bantul
pada tanggal 19 September 2019.

B. Pengkajian Fisioterapi

Untuk mengetahui suatu penyakit dibutuhkan suatu pengkajian

tentang riwayat penyakit baik berupa anamnesis atau pemeriksaan

sistematika. Anamnesis di ambil dari rekam medis yang tersimpan di

rumah sakit.

Data kasus yang ditulis merupakan data sekunder dari kasus pasien di

RSU Rajawali Citra Bantul, yang dipilih karena sesuai dengan judul

laporan tugas akhir yang berjudul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus

Carpal Tunnel Syndrome Dengan Modalitas Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) di RSU Rajawali Citra

Bantul.

Pemeriksaan pada kasus CTS sebagai berikut:

1. Pengkajian Identitas Pasien

a. Nama : Ny. S

b. Umur : 45 th

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : SMP

f. Pekerjaan : Penjahit baju

g. Alamat : Dlingo, Bantul


46

2. Data-data Medis Rumah Sakit

a. Diagnosa Medis

Tanggal, 20 September 2019

Carpal Tunnel Syndrome

b. Catatan Klinis : Tidak ada catatan Klinis sebelumnya

c. Terapi Umum :

Pasien meminum obat pereda nyeri asam mefenamat

d. Rujukan Fisioterapi dari Dokter :

Dari dokter saraf dirujuk ke rehabilitasi medik dan dirujuk ke

Fisioterapi

2. Segi Fisioterapi

a. Pemeriksaan Subyektif

1) Keluhan Utama :

Pasien merasakan nyeri pada pergelangan tangan sampai jempol

tangan.

2) Riwayat penyakit sekarang :

Dua tahun lalu Ny.S seorang tukang cuci. Setelahnya pasien

menjadi tukang jahit. Kemudian 9 bulan lalu Ny.S mengalami


47

baal/mati rasa dijempol kanan dan langsung memeriksanya ke

puskesmas tetapi selama dipuskesmas tidak ada perubahan,

maka Ny S dirujuk ke rehabilitasi medik dan langsung ke

Fisioterapi.

3) Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu yang

berhubungan dengan CTS.

4) Riwayat Pribadi :

Ny. S dahulu seorang tukang cuci yang aktivitas pekerjaannya

banyak menggunakan gerakan di pergelangan tangan khususnya

bagian jempol tangan. Dan pekerjaan Ny.S sekarang adalah

tukang jahit.

5) Penyakit Penyerta :

Pasien tidak ada penyakit penyerta yang berkaitan dengan

Carpal Tunnel Syndrome

6) Riwayat Keluarga :

Keluarga pasien tidak ada yang pernah terkena Carpal Tunnel

Syndrome

7) Data Sosial :
48

Ny.S tinggal di desa yang kegiatan aktivitasnya sering

berkumpul bersama. Seperti pengajian dan senam bersama.

Keluarga Ny. S juga menyemangati untuk kesembuhan Ny.S.

8) Anamnesis Sistem :

a) Kepala dan leher :

Pasien tidak mengeluh pusing & nyeri pada leher

b) Kardiovaskuler :

Pasien tidak memiliki penyakit jantung & hipertensi

c) Respirasi :

Irama pernafasan pasien normal

d) Gastrointestinalis :

Pasien tidak mengeluh gangguan Buang Air Besar

e) Urogenital :

Pasien tidak mengeluhan gangguan Buang Air Kecil

f) Muskuloskeletal :

Pasien mengalami hypotonus pada M.Flexor Policis Brevis

g) Nervorum :

Pasien merasakan baal/mati rasa dijempol kanan

b. Pemeriksaan Obyektif

1) Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital :


a) Tekanan Darah : 130/80
Mmhg
: 90 kali /
b) Denyut Nadi
mnt
49

: 21 kali /
c) Pernafasan
mnt
d) Temperatur : 36,4 c

e) Tinggi Badan : 148 cm

: 59 kg
f) Berat Badan
2) Inspeksi ( Statis & Dinamis ) :

Statis : ekspresi tidak tampak nyeri saat pasien berbaring,

tidak tampak perbedaan struktur anatomi, tidak ada

bengkak

Dinamis : pasien mampu membuka pintu dan bersalaman

3) Palpasi :

Nyeri tekan pada M Flexor Policis Brevis Dextra

Hypotonus pada M Flexor Policis Brevis Dextra

4) Perkusi :

Tidak dilakukan

5) Gerakan Dasar :

a) gerak Aktif

Gerak ROM Nyeri

Dorsal Fleksi Full ROM nyeri

Palmar Fleksi Full ROM nyeri

b) Gerak Pasif

Gerak ROM Nyeri

Dorsal Fleksi Full ROM nyeri


50

Palmar Fleksi Full ROM nyeri

c) Gerak Isometrik Melawan Tahanan :

Tidak Dilakukan

6) Kognitif, Intra Personal, & Inter Personal :

a) Kognitif : Pasien mampu mengingat memori jangka

panjang dan pendek sehingga dapat menjelaskan

keluhannya dengan baik dan jelas

b) Intra personal : semangat pasien tinggi untuk sembuh

c) interpersonal : pasien mampu berkomunikasi dengan

baik kepada orang lain.

7) Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktivitas pasien

tidak mampu melakukan aktivitas yang menggunakan

motorik halus seperti menulis, memasukkan benang

kedalam jarum dan mengancing baju

8) Pemeriksaan Spesifik :

a) Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS


Nyeri T0

Nyeri Diam 1

Nyeri Tekan 3

Nyeri Gerak 3

b) Pemeriksaan lingkup gerak sendi menggunakan


Goneometri

S: 50-0-60
51

F: 20-0-30

c) Tes Pemeriksaan Khusus

(1) Tes phalen (+)

(a).Posisi pasien berdiri. Posis pemeriksa berdiri

disisi depan dari pasien

(b). Mintalah pasien untuk memfleksikan kedua

wrist secara maksimal dengan

mempertemukan sisi dorsal tangan

bersamaan selama 1 menit

(2) Tes Prayer (+)

(a). Posisi pasien berdiri. Posis pemeriksa berdiri

disisi depan dari pasien

(b). Mintalah pasien untuk memekstensikan kedua

wrist secara maksimal dengan mempertemukan sisi

palmar tangan bersamaan selama 1 menit

(3) Tes Tinel (+)

(a). Posisi pasien duduk. Posisi pemeriksa duduk

didepan pasien.

(b). Posisikan lengan pasien yang akan ditest

dalam posisi supinasi lengan bawah sehungga

telapak tangan menghadap ke atas, diatas bad.


52

Selanjutnya, lakukan “ketukan” diatas Carpal

Tunnel pada wrist. Terapis menyarankan untuk

melakukan “ketukan” sepanjang keseluruhan

distribusi dari nervus medianus. Mulailah dari

index finger ke arah elbow.

(4) Tes De Quervain Syndrome (-)

(a). Posisi pasien duduk. Posisi pemeriksa duduk

di sisi depan pasien.

(b). Posisikan lengan pasien yang akan di test

dalam mid-posisi (antara pronasi dan supinasi)

lengan bawah dan wrist berada diluar tepi bed.

Lengan bawah pasien harus tersanggah secara

comfortable diatas bed.

(c). Selanjutnya, ambil thumb pasien dan tarik

menyilang telapak tangannya. Ini menyebabkan

penambahan stress pada tendon ekstensor dari

thumb.

d) Pemeriksaan Aktifitas Fungsional dengan WHDI


No Bagian Score
T0 T1 T2
1 Intensitas nyeri 3 2 1
2 Rasa tebal dan kesemutan 4 2 1
3 Perawatan diri 4 3 2
4 Kekuatan 2 2 1
53

5 Toleransi menulis & mengetik 4 3 1


6 Bekerja 3 2 1
7 Menyetir 4 3 2
8 Tidur 3 2 1
9 Pekerjaan rumah 3 2 1
10 Rekreasi / olahraga 3 2 1
Total 33 23 12

c. Diagnosis Fisioterapi

1. Impairment :

Nyeri pada area pergelangan dan jempol tangan

2. Fungsional Limitation :

Pasien mengalami keterbatasan untuk menekuk jempolnya

3. Disability :

Pasien tidak mampu dalam mengikuti kegiatan sosial seperti

pengajian dan tidak mampu melakukan kegiatan seperti

menjahit & mengancing baju.

d. Program/ Rencana Fisioterapi

1. Tujuan

a) Jangka pendek

Mengurangi Nyeri pada area pergelangan dan jempol tangan

b) Jangka panjang

Mengembalikan aktivitas fungsional

2. Teknologi Intervensi
54

a) Teknologi Fisioterapi :

(1) Transtaneous Electrikal Nerve Stimulations (TENS)

(2) Infra Red

b) Edukasi :

(1) Mengompres dengan air hangat bila nyeri

(2) Menghindari / mengurangi aktivitas yang

menggunakan pergelangan tangan secara berlebihan

dan dalam waktu lama

3. Rencana Evaluasi

a) Mengukur nyeri dengan VAS

b) Mengukur kemampuan aktivitas fungsional dengan WHDI

e. Penatalaksanaan Fisioterapi

Hari Rabu tanggal 25 September 2019

1. TENS

a) Persiapan alat

b) Menentukan frekuensi & durasi puls. Cek kabel stekler,

kabel penghubung tombol intensitas dalam posisi nol &

polaritas seperti yang dibutuhkan. Elektroda harus cukup

basah. Sambungkan kabel ke elektroda

c) Persiapkan handuk & bantal, Persiapan pasien. Posisi

pasien rilex & nyaman


55

d) Periksa area yang akan diterapi. Kulit yang akan diterapi

bebas dari lotion minyak & kotoran lainnya. Pastikan

pasien terbebas dari logam di tubuhnya

e) Mulai terapi. Terangkan alat yang kita gunakan pada

pasien & arus yang digunakan serta rasa yang akan

dirasakan oleh pasien

f) Atur waktu 15 menit. Setiap 5 menit sekali tanyakan

kepada pasien efek yang pasien rasakan

g) Jika waktu sudah habis, posisikan semua tombol dalam

keadaan OFF. Lepas elektroda

h) Cek sensabilitas pasien dan rasa setekah diterapi dengan

alat ini

2) INFRA RED

a) Persiapan alat

b) Mengecek alat seperti kabel,timer pada posisi nol dan tes

alat terlebih dahulu

c) Persiapan pasien. Posisikan Pasien rileks dan nyaman.

Area terapi bebas dari lotion minyak dan logam

d) Cek sensabilitas pasien

e) Jarak alat dan pasien 35-45 cm. Tentukan timer 10-15


menit

f) Menjelaskan pada pasien sensasi yang akan dirasakan

hanya hangat. Apabila da kluhan mual pusing dan terlalu

panas segera beritahu terapis


56

g) Setiap 5 menit sekali tanyakan kepada pasien efek yang

pasien rasakan . Jika ada keringat silahakn di lap

menggunakan tisu

h) Setelah waktu habis. Jauhkan alat dari pasien. Cek apakah

ada kemerahan pada area yang diterapi. Menanyakan pada

pasien keluhkan. Cek sensabilitas pada pasien

f. Evaluasi

No Problematika T0 T1 T2

1 A Nyeri Diam 1 0 0

B Nyeri Gerak 3 3 2

C Nyeri Tekan 3 2 2

2 Kemampuan Fungsional 33 23 12

g. Hasil Terapi Terakhir

Ny.S pasien perempuan 45 th dengan CTS telah dilakukan terapi 2

kali selama 2 minggu, nyeri pasien berkurang dari 3 menjadi 2 dan

kemampuan fungsional menjadi lebih baik dari 33

(Ketergantungan berat ) menjadi 12 (Ketergantung ringan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Proses Fisioterapi

1. Nyeri

Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. S usia 45 tahun

dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

nyeri tekan dan gerak pada pergelangan tangan kanan dan penurunan

kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Setelah dilakukan

penatalaksanaan fisioterapi selama dua kali, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Evaluasi Nyeri


10
9
8
7
6
5
4
3 4
2 3 3 3
1 2 2
1 0 0
0
T0 T1 T2

Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak

Evaluasi pemeriksaan nyeri menggunakan skala VAS untuk

mengetahui perubahan nyeri diam, tekan dan gerak selama dua kali

terapi. Hasil evaluasi nyeri diam yang diperoleh ada perubahan dari

sebelum T0 hingga T2 berkurang 1 skala. Hasil evaluasi nyeri tekan

yang di peroleh dari T0 hingga T2 juga berkurang 1 skala dan hasil

57
58

evaluasi nyeri gerak dari T0 hingga setelah T2 ada penurunan juga

diakhir walaupun dari T0 ke T1 skala nyerinya tidak berubah.

2. Pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional dengan WHDI

Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. S usia 45 tahun

dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

nyeri tekan dan gerak pada pergelangan tangan kanan dan penurunan

kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Setelah dilakukan

penatalaksanaan fisioterapi selama dua kali, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Evaluasi WHDI
35

30

25

20

15

10
T0 T1 T2

ketergantungan Berat ketergantungan sedang ketergantungan ringan


59

Tabel 4.3 Evaluasi table WHDI

Setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan hasil T0: 33

(Ketergantungan Berat), T1: 23 (Ketergantungan Sedang), T2:

Ketergantungan Ringan.

B. Pembahasan Kasus

Dari evaluasi di atas di dapatkan hasil sesuai dengan tujuan

fisioterapi yaitu adanya penurunan nyeri dan adanya peningkatan

kemampuan fungsional pada pasien Ny S usia 45 tahun, jenis kelamin

perempuan dengan diagnnosa CTS dengan penggunaan modalitas TENS

dan IR

1. Mekanisme Penurunan Nyeri

Pemberian TENS pada frekuensi 150 hz, intensitas 150 ms dan

dengan durasi 15 menit dapat mengurangi nyeri pada kasus pasien

CTS. TENS digunakan untuk merangsang saraf perifer melalui

elektroda permukaan kulit dan memblokade nyeri. Terlihat pada table

diatas dari T0 sampai T2 pasien mengalami penurunan nyeri.


60

Walaupun nyeri tekan dari T0 ke T1 nyeri tetap sama, ini dikarenakan

pasien baru pertama kali diterapi dan pasien sudah 2 tahun mengalami

keluhan ini, jadi nyeri tekan tidak ada perubahan di terapi pertama.

Hasil penelitian ini sema dengan dengan penelitian yang ditulis oleh

Ansori (2015).

Berdasarkan pelaksanaan terapi dengan Pemberian TENS pada

frekuensi 150 hz, intensitas 150 ms dan dengan durasi 15 menit dan

Pemberian IR pada jarak 30 cm dengan durasi 15 menit, selama dua

kali diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu

penurunan nyeri, dan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari.

Selama terapi, perkembangan pasien bagus yaitu terjadi penurunan

nyeri. Secara teori oleh peneliti sebelumnya Ansori (2015) nyeri akan

berkurang bisa sampai 4 skala dengan dilakukan terapi sebnyak 6 kali

dengan waktu 4 minggu. Namun karena terapi hanya dua kali pasien

tidak banyak mengalami perubahan penurunan nyeri yaitu hanya 1

skala. Hal ini juga bisa dilihat dari situasi kondisi pasien. Pada

penelitian sebelumnya Ansori (2015) pasien yang ditangani

mengalami nyeri dengan skala 8 sedangkan pada penelitian saya

pasien hanya mengalami nyeri dengan skala 3.

Pemberian sinar IR selama 15 menit, pemberian sinar IR akan

memberikan vasodiltasi sehingga akan melancarkan aliran darah pada

daerah pergelangan tangan penderita. Efek terapeutik pada sinar IR

akan menyebabkan In relieving pain (menghilangkan atau mengurangi

nyeri) karena pemberian mild heating atau pemanasan ringan pada


61

jaringan superficial sehingga terjadi counter irritation yang akan

menimbulkan pengurangan nyeri (Singh,2005). Pemberian IR pada

jarak 30 cm dengan durasi 15 menit dapat mengurangi nyeri.

Penggunaan IR pada kasus CTS dapat menaikkan temperature pada

jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah selain itu

juga pemanasan ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh

sedative terhadap ujung-ujung saraf sensoris.

Terlihat dari table diatas adanya penurunan nyeri dari T0 sampai

T2. Walaupun nyeri tekan pada T0 ke T1 terlihat hasil evaluasi

tidak ada perubahan, dikarenakan terapi pertama pasien

menggunakan IR, IR hanya sampai subkutan saja, maka dari itu

kemungkinan tingkat nyeri tidaklah menurun

2. Mekanisme peningkatan aktivitas kemampuan fungsional

Dengan pemberian sinar Infra Red dan TENS menurut (Branco,dkk,

2015) hasil bagi penderita CTS yang sebelumnya takut untuk

melakukan tindakan bedah, maka terapi dengan menggunakan sinar

IR dan TENS dengan frekuensi yang rendah lebih efektif. Hal ini

dapat terjadi bersamaan dengan adanya penurunan nyeri, maka

terjadilah peninggalan dalam aktifitas fungsional sehari-hari.

C. Keterbatasan Proses Fisioterapi


62

Keterbatasan selama proses fisioterapi ialah pasien hanya diterapi 2

kali, dikarenakan pasien tidak datang lagi untuk melanjutkan proses

fisioterapi. Hal tersebut bisa saja terjadi karena dilihat dari perkembangan

terapi pasien sudah merasakan penurunan nyeri dan peningkatan aktifitas

fungsional.
63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain :

1. Penggunaan modalitas TENS dan IR pada proses fisioterapi dengan

kasus CTS dapat mengurangi nyeri.

2. Penggunaan modalitas TENS dan IR pada proses fisioterapi dengan

kasus CTS dapat meningkatkan kemampuan fungsional

B. Saran

1. Bagi pasien

Bagi pasien setelah terapi dirumah sakit, melakukan latihan dirumah

yang sudah diajarkan fisioterapi dan melakukan edukasi yang sudah

diberikan oleh fisioterapi

2. Bagi Fisioterapis

Menjadi masukan dalam memberikan pelayanan dan memilih

modalitas untuk intervensi pada kasus CTS


64

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Y.S (2015). Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal
Tunnel Syndrome Bilateral Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Adit, P (2014). Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi,


Surakarta

Baharudin (2011). Pelatihan Nasional Fisioterapi Neuromuskular Mobilitation. 5-


7 November. Surakarta. Ikatan Keluarga Mahasiswa Program Studi D-IV
Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta

Dwi, L(2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome


Bilateral Di Rsup Dr Sardjito Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Ermawati, N.S (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel


Syndrome Dextra Di Rsud Sukoharjo. Disertai. Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Fisher, B et. al. (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel
Syndrome: An Evidence-Based Assessment. A Background Paper.

Gandhang, G.H.P (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel


Syndrome Dextra Di Rsjd Dr. Rm Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Gilory J. (2009). Dasar dasar fisioterapi pada cedera olahraga. Yogyakarta : media
komunikasi olahraga

Gorsche. (2015). Efektifitas Pemberian Terapi Ultrasound Dan Transcutaneus


Electrical Nerve Stimulation Dengan Ultrasound Dan Mobilisasi Saraf
Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Pasien Carpal Tunnel Syndrome

Hayes Karen, W. Hall Kathy, D. (2015). Agend Modalitas. Edisi 6. Jakarta: EGC

Huldani (2013). Sindroma Terowongan Karpal dalam Neurology in Daily Practice


bagian ilmu penyakit saraf. Bandung
65

Inser & Colby. (2017) Neural Mobilization : A Systematic Review of


Randomized Controlled Trials with an Analysis of Therapeutic Efficacy.
The Journal of Manual and Manipulative Theraphy. Volume 16. Nomor 1.
Tahun 2008: 8-22.

Ika (2010) . Sindrome Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome) Bagian


Neurologi Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana

Jagga. (2011). Occupation and its association with Carpal Tunnel syndrome - A
Review .

Journal of Exercise Science and Physiotherapy. Vol. 7, No. 2: 68-78.

Kementerian kesehatan republik indonesia. (2017). Pedoman Menteri Kesehatan


Republik Indonesia. Menteri kesehatan republik indonesia. Indonesia

Menkes RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80


Tahun 2013.Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis.

Mufidati, H (2014) Efektifitas Pemberian Terapi Ultrasound Dan


Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation Dengan Ultrasound Dan
Mobilisasi Saraf Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Pasien Carpal
Tunnel Syndrome. Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Munir, (2015). Neurologi Dasar. Jakarta: sagung Seto

Patrick & Thomas The Effect of Longitudinal Stretching of Muscles and Nerve
versus Deep Transverse Friction Massage in the Management of Patients
with Carpal Tunnel Syndrome. . Journal of Therapy and Rehabilitation,
2014, 2, 199-206.

Paulsen & Waschke. (2013) .Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques.


Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia.

Putz, R; R. Dabst, (2015).Sobotta Atlas Anatomi Manusia,diakses 04 Januari


2015.
66

Rofi’, A (2015) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome (Cts)


Dextra Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Suryani, D, (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel
Syndrome Dextra Di Rsj. Prof. Dr. Soerojo Magelang. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Subekti. H (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel


Syndrome Sinistra Di Rsud Salatiga. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Setyaningsih. R, (2017). Pengaruh Pemberian Stretching Dan Massage Dengan


Kines taping Dan Massage Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional
Penderita Carpal Tunnel Syndrome. Disertai. Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

Salawati, L Syahrul. (2014). dan Carpal Tunnel Syndrome.Jurnal Kedokteran


Syiah Kuala. Volume 14. Nomor 1: 1 April 2014: Halaman 29-32

Tana, L. (2014). Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di Jakarta.


Puslitbang Pemberantasan Penyakit vol.32, no.2 ,2004. P:73-82.

Van middelkoop et al., (2011) A Comparison of Treatment Approaches Used


after Carpal Tunnel Release Surgery. American Journal of Occupational
Therapy, 43, 398-402

Watson K., et al. (2013). Effects of Therapeutic Ultrasound on Range of Motion


and Stretch Pain. Journal of Physical Therapy Science, 26(5), 711–715.
67

Anda mungkin juga menyukai