Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN


DENGAN MENINGITIS”

Di susun oleh :

Yusuf Zulfikar Permana


2010306034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah Subhanahu wa


ta’ala berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya untuk Allah
atas segala berkat, rahmat yang sangat besar, makalah ini bisa saya selesaikan.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada


pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kasih, dan kepercayaan
yang begitu besar. Dukungan dari keluarga dan juga teman-teman dekat juga
membuat saya bersemangat dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari makalah saya ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun Kesempurnaan itu sepertinya hal yang mustahil. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah presentasi


kasus saya ini bermanfaat.

Yogyakarta

Penyusun

2
HALAMAN PENGESAHAN

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN


DENGAN MENINGITIS”

Disusun Oleh :

Yusuf Zulfikar Permana

2010306034

Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Menyetujui
Clinical Educator

Ftr. Setyawan, AIFO


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................... 4

A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan Penulis.................................................................................... 5
D. Manfaat............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

A. Definisi Meningitis............................................................................. 6
B. Anatomi Selaput Otak ....................................................................... 7
C. Etiologi Meningitis............................................................................. 7
D. Patofisiologi Meningitis...................................................................... 8
E. Tanda dan gejala Meningitis............................................................... 9
F. Klafikasi Meningitis........................................................................... 11
G. Pemeriksaan penunjang Meningitis.................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN....................................................................... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya
adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu
kita perhatikan.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan
otak dan medula spinalis yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud
meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak.
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medula spenalis.
Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu durameter,
arakhnoid, dan piameter. Durameter terdiri atass lapisan yang berfungsi
kecuali diladalm tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada
tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal
durameter yang memisahkan kedua humisfer serebri pada garis tengah.
Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari durameter yang memisahkan
lobus oksifitalis dari serebellum. Araknoid merupakan membran lembut yang
bersatu di tempatnya dengan diameter, diantaranya terdapat ruang
subaraknoid dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dioenugi oleh cairan
serebrosvinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaraknoid
disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum dan
medulla oblongata. Diameter merupakan membran halus yang kaya akan
pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang
banyak. Secara ringkas pengertia dari meningitis adalah radang pada
meningen atau membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula
spinalis.penyakit ini mempunyai insiden tertinggi pada anak dibawah usia 5
tahun,dengan puncak insiden pada anak usia 3-5 bulan (speer, 2007)

5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu bagaimana penatalaksanaan asuhan
fisioterapi pada pasien dengan meningitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan fisioterapi pada pasien dengan
meningitis.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi meningitis
b. Menjelaskan Anatomi Selaput Otak (Meninges)
c. Menjelaskan etiologi meningitis
d. Menjelaskan patofisiologi meningitis
e. Menjelaskan tanda dan gejala meningitis
f. Menjelaskan klafikasi meningitis
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang meningitis
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Rumah sakit
Memberikan tambahan keilmuan serta referensi tentang bagaimana
peran fisioterapi terhadap penatalaksaan fisioterapi pada pasien
meningitis.
2. Bagi Fisioterapi
Memberikan pedoman dan alternatif penatalaksaan fisioterapi pada
pasien meningitis.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa profesi fisioterapi
sehingga dapat mengaplikasikan penangan penatalaksaan fisioterapi pada
pasien meningitis.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Meningitis
Meningitis adalah Peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (yuliani, 2010).
Meningitis adalah peradangan pada susunan saraf, radang umum pada
araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, rikersia atau protozoa,
yang dapat terjadi secara akut dan kronis (arif mansjoer, 2000).
Meningitis adalah peradangan selaput, semsum tulang belakang, atau
keduanya penyebabnya adalah bakteri atau virus, miningitis sering didahului
oleh infeksi pernafasan, tenggorok atau tanda dan gejala flulike. Sejumlah
kuman neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang sering.
Penyakit ini mempunyai insiden tertingi pada anak dibawah usia 5 th, dengan
puncak insidensi pada anak usia 3-5 bulan. Bentuk meningitis yang berat,
yaitu meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan dapat
menyebabkan kematian. Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi,
menggigil, dan timbul ruam pada kulit (kathleen, 2008).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat.
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu
atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum

7
tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa.
Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
B. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Selaput otak terdiri darei 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter,
Aranoid, Piameter. Durameter terdiri lapisan yang berfungsi kecuali didalam
tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat
sinus venosis. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang
memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri
adalah ruang horizontal dari durameter yang memisahkan lobsus oksifitalis
dari serebelum. Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu
ditempatnya dengan parameter, diantaranya terdapat ruang subarnoid dimana
terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah
belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla
oblongata. Piameter merupakan memmbran yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.

C. Etiologi
Penyebab meningitis adalah mikroorganisme yang tidak spesifik (satu
jenis tertentu seperti penyakit typus). Mikroorganisme yang sering
menyebabkannya adalah :
a. Pneumokokus
b. Haemofilus influenzae
c. Stapilokokus

8
d. Streptokokus
e. Escherichia coli
f. Meningokokus
g. Salmonela
Bakteri tersebut diatas dikenal sangat toksik karna dapat mengakibatkan
jaringan cepat rusak dan menghasilkan pustula sehingga sering disebut
penyakitnya dengan meningitis purulenta. Biasanya mikroorganisme tersebut
di atas sampai menginfeksi otak setalah didahuli infeksi pada penyakit lain
seperti brokitis, tonsilitis, pneumonia. Perpindahan tersebut yang terbanyak
melalui sistem hematogen.
D. Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro
spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi
hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dan
peradangan tersebut adalah : Hiperemi pada meningen. Edema dan eksudasi
yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau
pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau
rhinorrea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis,
dimana dapat terjadi hubungan antara GSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub
arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF
dan ventrikel.
Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya
merupakan sel respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit
yang di bentuk diruang subarachnoid. Penumpukan pada CSF disekitar otak
dan medula spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah

9
dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan
jaringan otak dapat menjadi infarct.
Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales,
mump, herpes simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF.
E. Tanda dan gejala klinik
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai
kondisi medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa
berujung pada kematian.
1. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Remaja dan Orang Dewasa
Jika Anda dicurigai mengidap meningitis bakterialis, Anda harus
segera menghubungi rumah sakit terdekat atau segera menuju ke rumah
sakit secepatnya. Ada tanda-tanda awal yang mungkin Anda lihat
sebelum gejala-gejala yang lain muncul. Meningitis bakterialis memiliki
gejala yang muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dengan cepat.
Jika terjadi demam tinggi disertai dengan pertanda awal di bawah ini,
harap segera menghubungi dokter atau langsung menunju rumah sakit
terdekat. Sekali lagi, ini merupakan kondisi medis darurat. Tanda-tanda
awalnya adalah:
- Nyeri pada otot dan persendian, misalnya pada tangan dan kaki
- Tangan dan kaki akan kedinginan atau bahkan menggigil
- Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang tersebar
- Bibir terlihat biru
Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip
dengan penyakit lain, di antaranya demam, sakit kepala parah, badan
merasa tidak enak, mual, muntah-muntah.
Demam berarti suhu tubuh mencapai 38° Celcius atau lebih, hal ini
bisa terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya
adalah wajah akan terasa panas saat disentuh dan kulit akan terlihat
memerah.
Saat meningitis bakterialis bertambah parah, kondisi ini bisa
menyebabkan beberapa hal seperti berikut ini :

10
- Bernapas cepat
- Bingung
- Mengantuk
- Leher kaku, meski hal ini jarang terjadi pada anak kecil
- Ruam merah terang yang tidak memudar atau berubah warna saat
gelas ditekan di atas ruam itu. Tapi gejala ini tidak selalu ada pada
setiap orang
- Sensitif terhadap cahaya (fotofobia), hal ini jarang terjadi pada
anak kecil
- Kejang-kejang
Perlu diingat bahwa tanda dan gejala di penderita meningitis bisa
berbeda-beda. Sebagian besar hanya mengalami sebagian gejala-gejala di
atas.
2. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Anak Kecil dan Bayi
Anak kecil dan bayi memiliki gejala-gejala meningitis bakterialis
berbeda. Ada kemungkinan terjadi pembengkakan pada bagian ubun-
ubun pada sebagian bayi yang mengidap meningitis. Gejala-gejala yang
mungkin terjadi di antaranya:
- Terus menerus menangis tanpa alasan
- Mudah marah dan tidak mau digendong
- Kehilangan selera makan
- Muntah-muntah
- Pucat dan muncul bintik-bintik merah
- Sangat mengantuk dan tidak ingin bangun
- Lunglai dan tidak responsif. Pergerakan yang kaku dan patah –
patah
- Tatapan kosong
3. Gejala Meningitis Virus
Gejala-gejala flu ringan akan muncul pada kebanyakan orang yang
mengidap meningitis virus seperti demam, sakit kepala, dan badan
merasa tidak sehat.Meningitis virus biasanya tidak berlanjut menjadi
septikemia atau infeksi darah, berbeda halnya dengan meningitis

11
bakterialis yang berpotensi terjadi komplikasi. Tapi pada kasus yang lebih
parah, gejala-gejala meningitis virus dapat berupa :
- Diare
- Mual dan muntah-muntah
- Leher kaku
- Nyeri otot atau persendian
- Mata menjadi sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
F. Klasifikasi
1. Meningitis Purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis
2. Meningitis Tuberkulosa Generalisata
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih, penyebab terjadinya adalah mycobacterium
tuberculosa.
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya:
1. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu menigitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid.
2. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukan meningitis yag disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus
influenza.
3. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningen umumnya di hubungkan dengan satu atau dua jalan,
yaitu melalui salah satualiran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi
bagian lain, seperti selulitis, melalui penekanan langsung seperti didapat
setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil ada beberapa
kasus merupakan iatrogenetik atau hasil sekumder prosedur invasif (seperti
lumbal fungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat TIK) (arif muttaqin, 2008)

12
G. Pemeriksaan penunjang
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya
penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang intensif. Pemeriksaan fisik pemeriksaan laboratorium yang meliputi tes
darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan
pemeriksaan X-Ray (rontgen) paru akan membantu dokter dalam
mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksan yang sangat penting apabila
penderita telah diduga meningitis adalah pemriksaan lumbar puncture
(pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai
meningitis, maka pemberian antibiotik secara infuse (intravenous) adalah
langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurangi atau
menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita
tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.

13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Infra Red
Infra merah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang
lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang
radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"),
merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang.
Radiasi inframerahmemiliki jangkauan dan memiliki panjang gelombang
antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh
Raden mas Pursito, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan
penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop. Manfaat
Infrared bagi kesehatan :
- Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena
inframerah mempunyai getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga,
ketika molekul tersebut pecah maka akan terbentuk molekul tunggalyang
dapat meningkatkan cairan tubuh.
- Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan pengaruh
inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh
kapiler membesar, dan meningkatkan temperatur kulit, memperbaiki
sirkulasi darah dan mengurani tekanan jantung.
- Meningkatkan metabolisme tubuh. jika sirkulasi mikro dalam tubuh
meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal
ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.
- Mengembangkan Ph dalam tubuh. Sinar inframerah dapat membersihkan
darah, memperbaiki tekstur kulit dan mencegah rematik karena asam urat
yang tinggi.

Indikasi penggunaan IR
- Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle strain,
contusion
- Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia, neuritis

14
- Gangguan sirkulasi daran, seperti : tromboplebitis, Raynold’s disease
- Penyakit kulit, seperti : folliculitis, wound
- Persiapan exercise dan massage
Kontra indikasi penggunaan IR
- Daerah insufisiensi darah
- Gangguan sensibilitas
- Adanya kecenderungan terjadi perdarahan
- Luka terbuka
B. Bobath exercise
Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang
didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of
abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The
relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan
fasilitasi.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga
mengalami perkembangan dimana menggunakan pendekatan problem
solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang
diarahkan pada tonus otot, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf
pusat. Tujuan intervensi dengan metode Bobath adalah optomalisasi fungsi
dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi,
sebagaimana yang dinyatakan oleh International Bobath Instructor Training
Association (IBITA, 1998).
Konsep yang dipakai Bobath sebagai dasar Penanganannya adalah
mempelajari sensasi gerak, pola gerak dan pola postural. Aktifitas terampil
dapat dicapai seseorang jika pola dasar kontrol postural, reaksi tegak, reaksi
keseimbangan dan reaksi protektif lain sudah dimiliki. Pola - pola dasar
tersebut dimunculkan dengan cara memberi stimulus yang tepat sambil
menghambat pola abnormal.
Terminology of Treatment Tehniques
1. Reflex Inhibition Patterns
2. Key Point of Control
3. Fascilitation of Spontaneus Movement

15
4. Fascilitation of Voluntary movement
5. Tapping
6. Placcing
7. Grapping

Tujuan yang akan dicapai dengan konsep Bobat:


1. Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi
yang mengalami penurunan tonus.
2. Meningkatkan kemampuan input proprioceptive.
3. Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan
mampu melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”.
4. Fasilitasi specific motor activity .
5. Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak.
6. Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif.
7. Analisa tentang gerak normal (normal movement)

Teknik bobath : Latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.
Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat
mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri.

C. Propriocetive exercise
Proprioseptif dapat diartikan sebagai modalitas sensoris yang
mencakup sensasi gerakan sendi, atau kinaesthesia, dan rasa posisi sendi.
Proprioseptif merupakan bagian yang paling penting dalam menjaga
keseimbangan.
Keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk
melakukan reaksi terhadap setiap perubahan posisi tubuh agar tetap stabil dan
dinamis, baik yang bersifat statis seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat
dinamis seperti pada saat melakukan gerakan lokomotor.
Salah satu cara untuk meningkatkan keseimbangan adalah pelatihan
proprioseptif. Proprioseptif merupakan kemampuan tubuh untuk mengirim
rasa posisi, menganalisis informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar)
terhadap stimulasi dengan gerakan yang tepat. Dengan memperbaiki

16
proprioseptif seseorang dapat memperoleh keseimbangan yang diperlukan
untuk menjaga stabilitas dan dapat dengan cepat mengubah arah bila
diperlukan.
Pemberian pelatihan proprioseptif akan melatih kemampuan
mekanoreseptor sehingga terjadi perbaikan mekanoresptor. Perbaikan
mekanoreseptor akan berdampak terhadap perbaikan pada fungsi
proprioseptif, sehingga meningkatkan stabilitas ankle dan keseimbangan
dinamis. Proprioseptif akan memberikan informasi - informasi dari alat tubuh
seperti kekuatan otot, posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti
kondisi permukaan lantai. Proprioseptif memberikan informasi ke sistem
saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya
(eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui
reseptor-reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh
tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu
dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot.
Terdapat empat jenis mekanoreseptor yang berperan dalam
memberikan informasi proprioseptif yaitu, reseptor ruffini, reseptor pacini,
golgi tendon organ (GTO), dan muscle spindle. Pelatihan proprioseptif, akan
menstimulasi mekanoreseptor melalui aktivasi golgi tendon organ dan muscle
spindel sehingga terjadi perbaikan pada informasi proprioseptif. Adanya
perbaikan proprioseptif maka informasi mengenai posisi tubuh terhadap
kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen tubuh
(internal) yang diterima oleh serebelum akan lebih baik, informasi tersebut
akan digunakan oleh tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Meningitis atau radang otak disebabkan oleh infeksi di sekitar otot,
dan saraf tulang yang di sebabkan oleh virus yang masuk melalui peredaran
darah dan cairan otak. Banyak bakteri yang mengakibatkan serangan
mengintis, diantaranya adalah stretococcur pneumonia dan masi banyak lai
virus-virus yang bias mengakibatkan penyakit meningitis.
Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis adalah
sakit kepala, demam, sakit otot-otot, dll.
untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu
dengan mencuci tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup
mulut saat bersin atau batuk, jika sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih
makanan.
Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan
berbagai macam vaksin. Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin
apakah vaksinasi Anda yang terbaru atau tidak.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengerti dan memahami apa yang telah ditulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Dan juga agar bisa mengetahui proses fisioterapi pada sistem Neuromuskular
untuk kasus Meningitis.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL :
http://www.bluefame.com/lofiversion/index-php/t47283.html
2. http//:Makalah/20Referat/20Kedokteran/20/20Meningitis/20Bakterial.htm
3. http//:Vitaz/20/20Bakteri/20Neisseria/20Meningitidis.htm
4. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library
URL : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
5. Jawets, melnick, adelberg’s. 2005. Mikrobiologi kedokteran (medical
miccrobiology) edisi 2. Salemba medika . jakarta.
6. Ma’mun, A. dan Saputra, Y.M. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar
Gerak. Availabel From: Url:Http://File.Upi.Edu.Perkembangangerak
7. Riemann, B.L. and Lephart, S.M. 2002. The Sensorimotor System, Part I:
The Physiologic Basis of Functional Joint Stability. J Athl Train. 37(1):71-
79.
8. Soedarto. 2002. Sinopsis klinis. Air langga university prees. Surabaya.

19

Anda mungkin juga menyukai