Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN


ENSEFALITIS”

Di susun oleh :

Yusuf Zulfikar Permana


2010306034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan,


tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya untuk Allah atas segala berkat, rahmat
yang sangat besar, makalah ini bisa saya selesaikan.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Clinical


Education yang telah memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dukungan dari keluarga dan juga teman-teman dekat juga membuat saya
bersemangat dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari makalah saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun Kesempurnaan itu sepertinya hal yang mustahil. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah presentasi kasus saya
ini bermanfaat.

Yogyakarta,

Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS MAKALAH STASE NEUROMUSCULAR


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN
ENSEFALITIS”

Disusun Oleh :

Yusuf Zulfikar Permana

2010306034

Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Menyetujui
Clinical Educator

Ftr. Setyawan, AIFO


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan Penulis........................................................................................................................5
D. Manfaat...................................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6

A. Definisi Ensefalitis.................................................................................................................6
B. Etiologi Ensefalitis.................................................................................................................7
C. Patofisiologi Ensefalitis .........................................................................................................8
D. Tanda dan gejala Ensefalitis...................................................................................................9
E. Klasifikasi Ensefalitis...........................................................................................................11
F. Pemeriksaan penunjang Ensefalitis.....................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta
yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu kita perhatikan.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi
akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada
cairan otak.
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medula spenalis. Selaput otak
terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter.
Durameter terdiri atass lapisan yang berfungsi kecuali diladalm tulang tengkorak, dimana
lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah
lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua humisfer serebri pada garis tengah.
Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari durameter yang memisahkan lobus
oksifitalis dari serebellum. Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu di
tempatnya dengan diameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid dimana terdapat
arteri dan vena serebri dan dioenugi oleh cairan serebrosvinal. Sisterna magna adalah
bagian terbesar dari ruang subaraknoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi
celah diantara serebellum dan medulla oblongata. Diameter merupakan membran halus
yang kaya akan pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang
banyak. Secara ringkas pengertia dari meningitis adalah radang pada meningen atau
membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis.penyakit ini mempunyai
insiden tertinggi pada anak dibawah usia 5 tahun,dengan puncak insiden pada anak usia
3-5 bulan (speer, 2007)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu bagaimana penatalaksanaan asuhan fisioterapi pada
pasien dengan Ensefalitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan fisioterapi pada pasien dengan meningitis.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi Ensefalitis
b. Menjelaskan etiologi Ensefalitis
c. Menjelaskan patofisiologi Ensefalitis
d. Menjelaskan tanda dan gejala Ensefalitis
e. Menjelaskan klafikasi Ensefalitis
f. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Ensefalitis
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Rumah sakit
Memberikan tambahan keilmuan serta referensi tentang bagaimana peran
fisioterapi terhadap penatalaksaan fisioterapi pada pasien Ensefalitis.
2. Bagi Fisioterapi
Memberikan pedoman dan alternatif penatalaksaan fisioterapi pada pasien
Ensefalitis.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa profesi fisioterapi sehingga
dapat mengaplikasikan penangan penatalaksaan fisioterapi pada pasien Ensefalitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2010).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan
oleh enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi
campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam


mikroorganisme. Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai
selaput pembungkus otak sampai dengan medula spinalis (Smeltzer, 2012). Encephalitis
adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang kuat pada jaringa otak dan leptomeningen
menyebabkan edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf
difusi (Anania, 2012).

B. Etiologi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis:


1. bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab
Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T.
Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000).
2. Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak
dan chicken pox/cacar air.
3. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi
karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya
ialah:

Infeksi virus yang bersifat endemic


a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern
equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997)

C. Patofisiologi

Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
1. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput lendir dan
menyebar melalui system persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa
prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah
nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat,
fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi
mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah
laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala
lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-
kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia,
ataksia, dan paralisis saraf otak.
D. Tanda dan Gejala
Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
1. Kesadaran dengan cepat menurun
2. Muntah
3. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
4. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
5. Perubahan perilaku
6. Gelisah

Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda


dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
E. Klasifikasi

1. Infeksi virus yang bersifat endemik

a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.


b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern
equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.

2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 2013)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
a. Cairan warna jernih
b. Glukosa normal
c. Leukosit meningkat
d. Tekanan Intra Kranial meningkat
2. Protein agak meningkat
3. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urin
a. Sukar oleh karena uremia berlangsung singkat
b. Dapat membantu mengidentifikasikan daerah pusat infeksi dan penyebab infeksi
4. CT Scan/ MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah
cerebral, hemoragic, atau tumor.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Infra Red
Infra merah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti
"bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerahmemiliki jangkauan dan
memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara
tidak sengaja oleh Raden mas Pursito, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang
mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop. Manfaat Infrared bagi
kesehatan :
- Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena inframerah
mempunyai getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga, ketika molekul tersebut
pecah maka akan terbentuk molekul tunggalyang dapat meningkatkan cairan tubuh.
- Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan pengaruh inframerah
akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan
meningkatkan temperatur kulit, memperbaiki sirkulasi darah dan mengurani tekanan
jantung.
- Meningkatkan metabolisme tubuh. jika sirkulasi mikro dalam tubuh meningkat, racun
dapat dibuang dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban
liver dan ginjal.
- Mengembangkan Ph dalam tubuh. Sinar inframerah dapat membersihkan darah,
memperbaiki tekstur kulit dan mencegah rematik karena asam urat yang tinggi.

Indikasi penggunaan IR

- Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle strain, contusion
- Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia, neuritis
- Gangguan sirkulasi daran, seperti : tromboplebitis, Raynold’s disease
- Penyakit kulit, seperti : folliculitis, wound
- Persiapan exercise dan massage
Kontra indikasi penggunaan IR
- Daerah insufisiensi darah
- Gangguan sensibilitas
- Adanya kecenderungan terjadi perdarahan
- Luka terbuka
B. Bobath exercise
Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan
atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of abnormal reflex activity) dan
pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui
penanganan manual dan fasilitasi.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga mengalami
perkembangan dimana menggunakan pendekatan problem solving dengan cara
pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada tonus otot, gerak
dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf pusat. Tujuan intervensi dengan metode
Bobath adalah optomalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan
selektif melalui fasilitasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh International Bobath
Instructor Training Association (IBITA, 1998).
Konsep yang dipakai Bobath sebagai dasar Penanganannya adalah mempelajari
sensasi gerak, pola gerak dan pola postural. Aktifitas terampil dapat dicapai seseorang
jika pola dasar kontrol postural, reaksi tegak, reaksi keseimbangan dan reaksi protektif
lain sudah dimiliki. Pola - pola dasar tersebut dimunculkan dengan cara memberi
stimulus yang tepat sambil menghambat pola abnormal.
Terminology of Treatment Tehniques
1. Reflex Inhibition Patterns
2. Key Point of Control
3. Fascilitation of Spontaneus Movement
4. Fascilitation of Voluntary movement
5. Tapping
6. Placcing
7. Grapping
Tujuan yang akan dicapai dengan konsep Bobat:

1. Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang


mengalami penurunan tonus.
2. Meningkatkan kemampuan input proprioceptive.
3. Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu
melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”.
4. Fasilitasi specific motor activity .
5. Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak.
6. Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif.
7. Analisa tentang gerak normal (normal movement)

Teknik bobath : Latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.

Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan
tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri.

C. Propriocetive exercise
Proprioseptif dapat diartikan sebagai modalitas sensoris yang mencakup sensasi
gerakan sendi, atau kinaesthesia, dan rasa posisi sendi. Proprioseptif merupakan bagian
yang paling penting dalam menjaga keseimbangan.
Keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi
terhadap setiap perubahan posisi tubuh agar tetap stabil dan dinamis, baik yang bersifat
statis seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis seperti pada saat melakukan
gerakan lokomotor.
Salah satu cara untuk meningkatkan keseimbangan adalah pelatihan proprioseptif.
Proprioseptif merupakan kemampuan tubuh untuk mengirim rasa posisi, menganalisis
informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar) terhadap stimulasi dengan gerakan yang
tepat. Dengan memperbaiki proprioseptif seseorang dapat memperoleh keseimbangan
yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan dapat dengan cepat mengubah arah bila
diperlukan.
Pemberian pelatihan proprioseptif akan melatih kemampuan mekanoreseptor
sehingga terjadi perbaikan mekanoresptor. Perbaikan mekanoreseptor akan berdampak
terhadap perbaikan pada fungsi proprioseptif, sehingga meningkatkan stabilitas ankle dan
keseimbangan dinamis. Proprioseptif akan memberikan informasi - informasi dari alat
tubuh seperti kekuatan otot, posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti kondisi
permukaan lantai. Proprioseptif memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang
posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara
segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada pada sendi,
tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis
dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan
kontraksi otot.
Terdapat empat jenis mekanoreseptor yang berperan dalam memberikan informasi
proprioseptif yaitu, reseptor ruffini, reseptor pacini, golgi tendon organ (GTO), dan
muscle spindle. Pelatihan proprioseptif, akan menstimulasi mekanoreseptor melalui
aktivasi golgi tendon organ dan muscle spindel sehingga terjadi perbaikan pada informasi
proprioseptif. Adanya perbaikan proprioseptif maka informasi mengenai posisi tubuh
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen tubuh
(internal) yang diterima oleh serebelum akan lebih baik, informasi tersebut akan
digunakan oleh tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan
oleh enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis biasa juga terjadi pascainfeksi
campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis.
Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita encephalitis adalah sakit
kepala, demam, sakit otot-otot, dll.
untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit encephalitis yaitu dengan mencuci
tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup mulut saat bersin atau batuk,
jika sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan.
Banyak kasus encephalitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin. Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang
terbaru atau tidak.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengerti dan memahami apa yang telah ditulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Dan juga agar bisa mengetahui proses
fisioterapi pada sistem Neuromuskular untuk kasus encephalitis .
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansur. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Anania, et all. (2012). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: Indeks.

Arif mansjoer suprohaita. (2000) Penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia, kapita
selekta kedokteran,edisi 2 jilid 3, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai