Anda di halaman 1dari 17

Makalah

PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO TERHADAP


PENURUNAN GEJALA ASMA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Gerontik:
Dr. Siti Nur Kholifah, M.Kep.Sp.Kom

Di Susun Oleh:
Kelompok 4
1. Melisa Oktiani (201601006)
2. Elis F Sapury (201601007)
3. Vera Sulistyowati (201601010)
4. Silviana Mnggasari Putri (201601017)
5. Nanda Fitria Ningsih (201601025)
6. Novia Eka Putri (201601031)
7. Raina Resty Nur Ramadhani (201601035)
8. Karsono (201501175)
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Alla SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengaruh
Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Penurunan Gejala Asma". Selesainya penulisan
makalah ini adalah berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dengan hati tulus kepada:
1. Dr. Muhammad Sajidin, S.Kp,.M.Kes selaku Ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menempuh pendidikan di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
2. Ana Zakiah, M.Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bina
Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan dorongan untuk
menyelesaikan pendidikan di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
3. Dr. Siti Nur Kholifah, M.Kep.Sp.Komselaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan gerontik yang telah sabar menjelaskan dan memberikan materi-
materi kepribadian atau ilmu dengan baik.

Mojokerto, Nopember 2019

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Teknik Pernafasa Buteyko ............................................................. 6
2.2 Teori Dasar Teknik Pernapasan Buteyko .................................................... 6
2.3 Tujuan .......................................................................................................... 8
2.4 Cara melakukan Teknik Pernapasan Buteyko ............................................. 8
BAB III
3.1 Manfaat Teknik Pernapasan Buteyko .......................................................... 12
3.2 Kelebihan Teknik Pernafasan Buteyko ....................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
4.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi
berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2006). Brunner dan Sudarth (2002) mengatakan
bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. World Health Organization (WHO) mendefinisikan asma sebagai
penyakit kronis bronkial, yaitu saluran udara yang menuju ke paru-paru
(WHO, 2011). Istilah asma ini diambil dari kata yunani yang artinya terengah-
engah dan berarti serangan pendek. (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit asma menjadi masalah yang sangat dekat dengan masyarakat
karena jumlah populasi yang menderita asma semakin bertambah. Hal
tersebut dinyatakan dalam survey The Global Initiative for Asthma (GINA),
ditemukan bahwa kasus asma diseluruh dunia mencapai 300 juta jiwa dan
diprediksi pada tahun 2025 pasien asma bertambah menjadi 400 juta jiwa
(GINA, 2005). WHO pun mendukung pernyataan tersebut dengan hasil
penelitiannya yang memperkirakan bahwa 235 juta orang saat ini menderita
asma. Sebagian besar asma terkait kematian, hal ini terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah-kebawah (WHO,2011).
Di Indonesia penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian (Depkes RI, 2009). Hal ini sesuai dengan Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT
tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkhitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkhitis kronik dan emfisema sebagai

1
penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995,
prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan
bronkhitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000 (PDPI, 2006). Selain itu,
penelitian yang dilakukan di 37 puskesmas di Jawa Timur terhadap 6.662
responden usia 13-70 tahun (rata-rata 35,6 tahun) menunjukkan prevalensi
asma sebesar 7,7% dengan rincian laki-laki 9,2% dan perempuan 6,6%
(PDPI,2006).
Asma dapat menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhan dan
menurunkan produktivitas penderitanya (PDPI, 2006). Asma terbukti
menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam sebuah studi ditemukan
bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, pasien yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, 44-51%
mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir, keterbatasan dalam aktivitas
fisik sebanyak 44,1%, keterbatasan dalam aktivitas sosial sebanyak 38%,
keterbatasan dalam memilih karier sebanyak 37,9%, dan keterbatasan dalam
cara hidup sebanyak 37,1%. Bahkan, pasien yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga sebanyak 32,6%,
28,3% mengaku terganggu tidurnya minimal sekali dalam seminggu, dan
26,5% orang dewasa juga absen dari pekerjaan. Selain itu, total biaya
pengobatan untuk asma sangat tinggi dengan pengeluaran terbesar untuk
ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit (United States Environmental
Protection Agency, 2004). Biaya pengobatan untuk asma diperkirakan
mencapai 850 poundsterling tiap tahunnya (Thomas, 2004).
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara
menghindari alergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara
teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan menghindari
stres (Wong, 2003). Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk mengurangi
gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas (The Asthma Foundation
of Victoria, 2002).
Akhir-akhir ini, para pasien asma mulai memanfaatkan terapi
komplementer (nonfarmakologis) untuk mengendalikan asma yang

2
dideritanya. Jumlah pasien asma yang sudah memanfaatkan terapi
komplementer ini diperkirakan cukup tinggi yaitu sekitar 42% dari populasi
pasien asma yang ada di New Zealand (McHugh et al., 2003).
Pengontrolan asma dengan terapi komplementer dapat dilakukan
dengan teknik pernapasan, teknik relaksasi, akupunktur, chiropractic,
homoeopati, naturopati dan hipnosis. Teknik-teknik seperti ini merupakan
teknik yang banyak dikembangkan oleh para ahli. Salah satu teknik yang
banyak digunakan dan mulai populer adalah teknik pernapasan. Dalam teknik
ini diajarkan teknik mengatur napas bila pasien sedang mengalami asma atau
bisa juga bersifat latihan saja (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).
Teknik ini juga bertujuan mengurangi gejala asma dan memperbaiki kualitas
hidup ( McHugh et al.,2003).
Salah satu metode yang dikembangkan untuk memperbaiki cara
bernapas pada pasien asma adalah teknik olah napas. Teknik olah napas ini
dapat berupa olahraga aerobik, senam, dan teknik pernapasan seperti Thai chi,
Waitankung, Yoga, Mahatma, Buteyko dan Pranayama (Fadhil, 2009).
Olahraga pernapasan sebagai salah satu bentuk olah napas efektif terhadap
menurunkan gejala asma mingguan dan gejala asma bulanan pada pasien
asma (Mardhiah, 2008). Beberapa teknik olah napas ini tidak hanya khusus
dirancang untuk pasien asma, karena sebagian dari teknik pernapasan ini
dapat bermanfaat untuk berbagai penyakit lainnya. Namun demikian, ada
juga beberapa teknik pernapasan yang memang khusus untuk pasien asma
yaitu teknik pernapasan Buteyko dan Pranayama (Thomas, 2004;
Fadhil,2009).
Menurut Douglas Dupler (2005) teknik pernapasan Buteyko merupakan
sebuah metode untuk mengatur asma. Teknik ini didasari oleh latihan
pernapasan yang bertujuan untuk mengurangi kontriksi jalan nafas. Buteyko
merupakan sebuah terapi yang mempelajari teknik pernapasan yang
dirancang untuk memperlambat dan mengurangi masuknya udara ke paru-
paru, jika teknik ini dipraktikan sering, maka dapat mengurangi gejala dan
tingkat keparahan masalah pernapasan (Longe, 2005). Courtney dan Cohen

3
(2008) menyatakan bahwa teknik pernapasan Buteyko dapat memengaruhi
perubahan pada gejala dispnea didasari pada efisiensi biomekanik
pernapasan. Metode pernafasan Butekyo juga memberikan pengaruh terhadap
pasien asma yang sedang mengalami terapi kortikosteroid inhalasi yaitu
mengurangi penggunaan terapi pengobatan tersebut (Cowie, et.al. 2007)
Pemberian latihan teknik pernapasan Buteyko secara teratur akan
memperbaiki buruknya sistem pernapasan pada pasien asma sehingga akan
menurunkan gejala asma (Kolb, 2009). Prinsip latihan teknik pernapasan
Buteyko ini adalah latihan teknik bernapas dangkal (GINA, 2005) dan teknik
pernapasan Buteyko ini efektif terhadap peningkatan derajat kontrol asma
(Prasetya, 2011). Hal tersebutlah yang mejadi latar belakang penulisan yang
peneliti lakukan untuk mencoba mengkaji dan meneliti lebih dalam terkait
tentang pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala
asma.
1.2 Rumusan Masalah
Teknik pernapasan Buteyko banyak dilaporkan sebagai salah satu
teknik pernapasan yang dapat mengontrol asma. Maka dalam makalah ini,
peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh teknik pernapasan Buteyko
terhadap penurunan gejala asma
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik pernapasan
Buteyko terhadap penurunan gejala asma.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik demografi pasien asma
di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Kota
TangerangSelatan.
b. Mengidentifikasi gejala asma sebelum melakukan teknik
pernapasanButeyko.
c. Mengidentifikasi gejala asma sesudah melakukan teknik
pernapasanButeyko.

4
d. Membandingkan antara asien asma diintervensi dengan kontrol
tentang penurunan gejalaasma.
1.4 Manfaat
1. Untuk klien:
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pasien asma agar
teknik pernapasan Buteyko sebagai metode alternatif dalam mengontrol
asmanya.
2. Untuk institusi pendidikan :
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan
tentang pengaruh teknik pernapasan Buteyko pada pasien asma
terhadap penurunan gejalaasma.
3. Untuk peneliti:
Penelitian ini mampu menjadi awal pola pemikiran peneliti untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya, sebagaimana peran
perawat sebagai researcher.
4. Untuk penelitian akan datang:
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan
penelitian lain dengan ruanglingkup yang sama.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko adalah sebuah teknik pernapasan yang
dikembangkan oleh profesor Konstantin Buteyko dari Rusia. Ia meyakini bahwa
penyebab utama penyakit asma menjadi kronis karena masalah hiperventilasi
yang tersembunyi, dengan program dasar memperlambat frekuensi pernafasan
agar menjadi normal. Program tersebut termasuk sebuah panduan untuk
memperbaiki pernapasan diafragma (dada) dan belajar bernafas melalui hidung
(Lingard, 2008).
Motin mengatakan bahwa teknik pernapasan Buteyko ini dikembang sejak
tahun 1940-an sebagai strategi untuk menurunkan gejala asma dengan prinsip
“breathe less‟ (bernapas lebih sedikit) (Thomas, 2004).M
2.2 Teori Dasar Teknik Pernapasan Buteyko
Metode Buteyko merupakan konsep baru tentang manajemen asma.
Konsep Buteyko memahami secara fisiologis bahwa ketika pasien mengalami
serangan asma, hal ini disebabkan oleh bronkonspasme pada paru-paru sehingga
menyebabkan berkurangnya kadar karbon dioksida (CO2dalam alveoli. Hal
tersebut mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan pada otot polos dalam
bronkus sehingga menimbulkan konstriksi pada bronkus dan susah bernapas.
Sehingga konsep metode Buteyko tersebut berusaha mengatasi masalah
penurunan kadar CO2agar kembali pada kadar normal. Hal inilah yang akhirnya
menyebabkan relaksasi otot polos pada dinding bronkus dengan demikian
menghindari bronkospasme dan membuka jalan napas serta mencegah terjadinya
serangan asma (Novozhilov, 2004).
Selama serangan asma, pasien asma bernapas dua kali lebih cepat
dibandingkan orang normal, yang kemudian kondisi ini dikenal dengan istilah
hiperventilasi (Rakhimov, 2011). Teori Buteyko menyatakan bahwa dasar
penyebab dari penyakit asma adalah kebiasaan bernapas secara berlebihan (over-

6
breathing) yang tidah disadari (VitaHealth, 2006). Teori yang mendasari
Buteyko dalam mengembangkan teknik pernapasan ini adalah: Bila pasien asma
melakukan pernapasan dalam, maka jumlah CO2yang dikeluarkan akan semakin
meningkat. Hal ini dapat menyebabkan jumlah CO2di paru-paru, darah dan
jaringan akan berkurang (Rakhimov, 2011).
Terjadinya defesisensi CO2disebabkan oleh cara bernapas dalam yang
dapat menyebabkan pH darah menjadi alkalis. Perubahan pH dapat
menggganggu keseimbangan protein, vitamin dan proses metabolisme. Bila pH
mencapai nilai 8, maka hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolik yang
fatal (Rakhimov, 2011).
Terjadinya defesiensi CO2menyebabkan spasme pada otot polos bronkus,
kejang pada otak, pembuluh darah, spastik usus, saluran empedu dan organ
lainnya. Bila pasien asma bernapas dalam, maka semakin sedikit jumlah oksigen
yang mencapai otak, jantung, ginjal dan organ lainnya yang mengakibatkan
hipoksia disertai hipertensi arteri (Rakhimov, 2011).
Kekurangan CO2dalam pada organ-organ vital (termasuk otak) dan sel-sel
saraf meningkatkan stimulasi terhadap pusat pengendalian pernapasan di otak
yang menimbulkan rangsangan untuk bernapas, dan lebih lanjut meningkatkan
pernapasan sehingga proses pernapasan lebih intensif yang kemudian dikenal
dengan hiperventilasi atau over-breathing (Rakhimov, 2011).
Over-breathing dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar CO2di
dalam tubuh (terutama paru-paru dan sirkulasi) sehingga hal ini akan mengubah
kadar O2darah dan menurunkan jumlah O2seluler. Keseimbangan asam-basa
tubuh juga dipengaruhi oleh pola napas dan konsentrasi O2dan CO2. Pada waktu
serangan, over-breathing dapat menyebabkan stres pada tubuh
(Rakhimov,2011).
Jika terjadi defisiensi CO2pada udara di alveoli jalan satu-satunya untuk
mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan pada otot polos tersebut yaitu
dengan pengobatan. Bagaimanapun menurut pemahaman matode Buteyko, obat

7
tersebut hanya menangani gejala saja, sehingga jika pengobatan dihentikan maka
akan muncul kembali. Konsep metode Buteyko inilah yang mengatasi secara
alami terhadap defisiensi kadar CO2dalam alveoli (Novozhilov, 2004).
2.3 Tujuan
Pada metode teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang menjadi tujuan
dari teknik tersebut yaitu:
a. Memperbaiki pola pernapasan, sehingga mempertahankan keseimbangan
kadar CO2dan oksigenasi seluler (Longe,2005).
b. Berusaha menghilangkan kebiasaan buruk bernapas yang berlebihan untuk
menggantikannya dengan kebiasaan yang baru melalui pola napas yang
lambat dan dangkal, yang disebut “reduced breathing” (Longe, 2005).
c. Faktor alergen yang terhirup menjadi berkurang, serta keringnya dan iritasi
pada saluran napas pun berkurang (Longe,2005).
d. Produksi mukus dan histamin menurun, infalamasi pun menurun serta
pernapasan menjadi lebih mudah (Longe,2005).
2.4 Cara Melakukan Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko dilakukan secara terus menerus selama 2
minggu, dilakukan tiga kali sehari. Idealnya, teknik pernapasan Buteyko ini
dilakukan sebelum sarapan, sebelum makan siang/malam dan sebelum tidur
(Brindley, 2010).
Sebelum melakukan teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antaralain; (1) Pemilihan tempat yang benar, karena latihan
Buteyko memerlukan konsentrasi yang baik, dimana ideal tempatnya harus
tenang, tidak ada gangguan seperti televisi, musik, suara telepon atau lainnya; (2)
Dilakukan secara rutin; (3) menentukan tujuan yang ingin dicapai (Brindley,
2010).

8
Tata cara melakukan tehnik pernapasan Buteyko
1. Nose ClearingExercise
Latihan ini dilakukan sebelum memulai teknik pernapasan Buteyko dan
melakukan pernapasan hanya melalui hidung. Langkah latihan ini adalah
sebagai berikut:
Nodding- 10kali
a. Anggukan kepala ke depan dan ke belakang secara perlahan. Hitung
secara perlahan sampai tiga ketika kepala ke belakang dan kedepan.
b. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pernapasan. Yaitu ambil napas
ketika kepala ke belakang dan keluarkan napas ketika kepala
kedepan.
Tipping-6 kali
a. Ambil napas dan keluarkan napas secara perlahan kemudian tahan
hidung.
b. Rebahkan kepala ke belakang tiga sampai enam kali ketika menahan
napas. Waktunya lebih cepat darisebelumnya.
c. Lepaskan tangan dari hidung dan ambil napas secara perlahan. Jaga
mulut tetaptertutup
Hold and Blow-6 kali
a. Ambil napas dan keluarkan napas secara normal dan lembut
kemudian tahanhidung.
b. Tingkatkan tekanan pada belakang hidung dan coba tiupsecara
lembut. Jangan sampai pipi tergelembung tetapi hanya sampai telinga
merasa adaletupan.
c. Jaga tekanan tersebut dan hitung sampai lima kemudian ambil napas
melalui hidung. Jaga mulut tetaptertutup.
2. RelaxedBreathing
a. Duduk secara nyaman dengan punggung lurus, kaki tidak menyilang

9
serta lutut-bahu direnggangkan. Pandangan agak ke atas atau
tutupmata.
b. Letakkan tangan pada bagian atas dan bawah dada serta tenangkan
diri dengan cara bernapas dengan tenang dan perlahan
melaluihidung.
c. Lalu, fokus pada area dimana merasakan gerakan napas.Konsentrasi
pada bagian sekitar bawah dada. Coba lepaskan pada area ini
sebanyak mungkin dan kurangi gerakan pada tangan bagianatas.
d. Setelah beberapa menit biarkan tangan istirahat di pangkuan.
Sekarang, relaksasikan serta istirahatkan otot-otot seperti pada muka,
dagu, leher dan pundak, bagian perut bawah, paha dan kaki. Pada saat
ini mungkin dirasakan sedikit kekurangan udara. Hal ini
menunjukkan latihan berjalan denganbaik.
e. Lanjutkan dengan perlahan teknik ini sekitar tiga menit kemudian
kembali bernapas normal. Jaga pernapasan melalui hidung dan
sesekali perhatikanpernapasan.
3. Control pause
Control pause memiliki dua fungsi, pertama adalah sebagai pengukur
peningkatan latihan dan kedua sebagai cara cepat untuk memproduksi rasa
kebutuhan udara derajat ringan ketika memulai siklus latihan Buteyko.
Langkah control pause adalah sebagai berikut:
a. Ambil napas secara normal dan keluarkan melalui hidung.
Pegang/tahan hidung secara lembut dan mulai hitung
menggunakanstopwatch.
b. Tahan napas sampai merasa tahap awal mulai kekuranganudara.
c. Pada poin ini bebaskan hidung, ambil napas dengan lembut melalui
hidung dan hentikanstopwatch.
4. Extendedpause

10
a. Ambil napas secara normal, keluarkan dan peganghidung
b. Tahan napas di tambah 5-10 detik melampaui control pause sambil
menggunakan teknik distraksi seperti pindah dari kursi atauberjalan.
c. Lepaskan hidung, pastikan bernapas melalui hidung
senyamanmungkin.
d. Segera mulai dengan reduced breathing dan relaksasi sampai
merasakan membutuhkanudara.
5. Reducedbreathing
Latihan reduced breathing memerlukan agak sedikit udara sementara
itu tetap jaga tubuh agar relaksasi khususnya otot-ototpernapasan.
a. pastikan duduk secara nyaman dan bernapas melaluihidung.
b. Mulai dengan control pause dan beralih ke dalam reducedbreathing
c. perhatikan jeda alami yang dirasakan antara bernapas dan istirahat
yaitu tidak bernapas untuk satu detik diantara pernapasan. Relaksasi
sampai merasakan sedikit kekurangan udara. Fokuskan pada otot-
otot sekitar dada bagian bawah danperut.
d. Perhatikan ukuran dan kecepatan pernapasan. Letakkan jari tepat
dibawah hidung dan akan ditemukan perlambatan aliran udara yang
masuk dan keluar dari lubang hidung. Biarkan sampai merasakan
kebutuhan udara tetapi jangan sampai berlebihan. Kadang-kadang
gerakan menggeliat dan perenggangan otot-otot dapat membantu
membebaskan beberapa ketegangan otot yang muncul sebagai hasil
dari kurangnya udara.
e. Jaga terus pola reduced breathing dan kembali bernapas normal
tanpa melakukan sedikitpun pernapasan dalam (Buteyko reathing
Association, 2010).

11
BAB III

2.5 Manfaat Teknik Pernafasan Buteyko


Teknik pernapasan ini terutama digunakan sebagai teknik alami untuk
menurunkan gejala asma dan keparahan asma. Selain itu, teknik pernapasan
Buteyko digunakan oleh para pasien asma untuk menurunkan
ketergantungannya terhadap obat. Metode ini juga bisa digunakan untuk
penyakit saluran pernapasan lain termasuk empisema dan bronkitis (Longe,
2005).
McKeown (2004) menyatakan bahwa teknik pernapasan Buteyko berguna
untuk mengurangi ketergantungan pasien asma terhadap obat atau medikasi
asma. Selain itu, teknik pernapasan ini juga dapat meningkatkan fungsi paru
dalam memperoleh oksigen dan mengurangi hiperventilasi paru.
2.6 Kelebihan Teknik Pernapasan Buteyko
1. Membantu dalam pengobatan asma bronkial
2. Mengurangi aterosklerosis
3. Meredahkan kelemahan dan sesak napas, sakit kepala, pusing, susah tidur

12
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis diharapkan mampu
menghadirkan praktisi buteyko professional dan mengajarkan peneliti
kemudian diajarkan kepada responden.
4.2 Saran
1. Tehnik pernapasan Buteyko dapat dijadikan intervensi keperawatan pada
pasien asma
2. Evaluasi dan monitoring terhadap penatalaksanaan tersebut sangat
penting untuk melihat efek teknik pernapasan Buteyko

13
DAFTAR PUSTAKA
Bass, P. What Is Asthma? Definition, Statistics, Types & Causes of
Asthma.http://asthma.about.com/od/asthmabasics/a/Asthma_whatis.htmdiakses
pada tanggal 20 Nopember 2012 About.com: The New York Times Company.
2010.
Behman, Kliegman dan Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. E/15. Jakarta:
EGC. 2000.
Courtney, Rosalba dan Marc Cohen. Investigating the Claims of Konstantin
Buteyko,M.D., Ph.D.: The Relationship of Breath Holding Time to End Tidal
CO2 andOther Proposed Measures of Dysfunctional
Breathing.http://www.liebertonline.com/doi/abs/10.1089/acm.2007.7204,
diakses padatanggal 02 November 2011. 2008.
Cowie, Robert L., et.al. A Randomised Controlled Trial Of The Buteyko Technique As
An Adjunct To Conventional Management Of Asthma.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0954611107005112,diakses
pada tanggal 02 November 2011.2008.
Depkes RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, http://www.depkes.go.id,
diaksespada tanggal 01 November 2011.2009.
Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. 2009.
Dupler, Douglas. Buteyko: Gale Encyclopedia of Alternative
Medicine. http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3435100140.html. diakses
pada tanggal 20 Nopember 2012. 2005.
Elisa. Status Gizi, Status Pertumbuhan, dan Asupan Makanan Pada Penderita
Asma.http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-
gdl-res-2000-elisa-748-gizi&q=Anak. Diakses pada tanggal 20 Nopember 2012.
2000.
Esteves, Denise. The Buteyko Method: Breathing Your Way to Cure. 2010.
Gershwin, M. Eric dan Timothy E. Albertson. Brochial Asthma: A Guide for Practical
Understanding and Treatment. Ed. 6. London: Springer. 2001.

14

Anda mungkin juga menyukai