”KERACUNAN OBAT”
Dibuat Oleh:
Tingkat 3A
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
ABSTRAK
Latar Belakang : Kumpulan dari berbagai masalah yang berhubungan dengan obat banyak
terjadi di tempat pengobatan manapun di seluruh dunia. Dalam tatalaksana keracunan obat
sering ditemui kendala disebabkan oleh kesalahan diagnose karena kurang atau tidak adanya
keterangan dari pihak pasien, kurangnya pengetahuan tentang gejala-gejala keracunan obat,
kesalahan dalam penanganan, dan kesalahan dalam terapi. Tujuan umum dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui angka kejadian keracunan obat dan penatalaksanaan keracunan obat.
Metode penelitian menggunakan studi kepustakaan melalui artikel/jurnal penelitian sebagai
sumber data yang didapatkan dengan menggunakan search engine scholar google dan
menggunakan kata kunci : Tatalaksana, Keracunan obat. Hasil penelitian menunjukkan angka
kejadian keracunan obat disebabkan oleh factor pendidikan yang rendah dan sebagian besar
dialami oleh jenis kelamin laki-laki. Tatalaksana keracunan obat menggunakan terapi
pertolongan pertama, terapi supportif terapi dengan antidotum, dan terapi pemulihan kesehatan.
Semua kejadian keracunan obat pada penelitian ini tidak berakibat fatal pada pasien yang
mengalaminya.
A. DESKRIPSI
Keracunan obat adalah kondisi yang disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan
obat, baik dosis yang berlebihan maupun kesalahan dalam mengombinasikan obat. Gejala dan
cara mengatasi keracunan obat dapat berbeda tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi.
Keracunan obat biasanya terjadi pada pasien yang mengonsumsi lebih dari satu jenis
obat sehingga mengalami efek interaksi obat, pada pasien lansia, anak-anak, atau orang yang
memiliki masalah kejiwaan. Keracunan obat juga dapat terjadi jika seseorang minum obat
disertai minuman atau makanan yang dapat membuat obat tersebut menjadi senyawa beracun,
misalnya alkohol.
B. ANALISIS PICOT
C. PEMBAHASAN
Penanganan keracunan obat perlu dilakukan oleh dokter di rumah sakit agar tidak
memperburuk kondisi penderita keracunan obat. Penderita keracunan obat sering kali
membutuhkan rawat inap, agar kondisinya dapat terus dipantau. Jika Anda secara tidak sengaja
salah atau terlalu banyak meminum obat, dan khawatir mengalami keracunan obat, jangan
tunggu sampai gejala muncul. Segera pergi ke instalasi gawat darurat di rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan pertolongan.
Terdapat beberapa penelitian tentang penatalaksanaan pada keracunan obat dari mulai
pertolongan pertama, terapi supportif terapi dengan antidotum, dan terapi pemulihan kesehatan.
Penatalaksanaan bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik, antihistamin,
analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan beberapa obat gastrointestinal.
Pada penelitian Keracunan metanol dan ethylene glycol dapat ditangani dengan
pemberian fomepizole dengan menghambat proses pembentukam enzim alkohol
dehidrogenase yang akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Namun penggunaan
fomepizole ini tidak memenuhi standar cost effective dan sulit untuk didapatkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan. Sementara itu, penggunaan etanol masih belum mendapatkan
rekomendasi dari FDA.
Penatalaksanaan keracunan yang sudah sesuai buku pedoman Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) RI sebanyak 24 kasus (20,51%), belum sesuai sebanyak 75 kasus
(64,10%) dan belum terdapat di dalam pedoman sebanyak 18 kasus (15,38%) sebagai
konsekuensi Perlu dibuat suatu standar prosedur operasional untuk menangani keracunan agar
penatalaksanaan keracunan yang dilakukan lebih maksimal.
1. Manfaat
2. Kekurangan
Kemungkinan adanya pengaruh terapi lain yang lebih efektif serta efek
sampingnya tidak dijelaskan.
E. KESIMPULAN
Banyak terapi tanpa indikasi maupun indikasi tanpa terapi serta pemilihan terapi yang
tidak tepat. Tidak ada standar terapi yang baku untuk penatalaksanaan keracunan.
F. SARAN
Diharapkan kepada Perawat dapat menerapkan teknik terapi-terapi pada
penatalaksanaan keracunan obat untuk membantu menurunkan resiko yang fatal. Sehingga
dapat digunakan sebagai alternatif pilihan tindakan mandiri perawat, disamping pemberian
terapi medis, sehingga pasien tidak masuk dalam tingkat resiko yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
Yekti Mumpuni, Risna. 2014. A Literature Review: Treating Methanol and Ethylene Glycol
Intoxication by Using Fomepizole, Ethanol, and Haemodialysis. Universitas Brawijaya
Safitrih, Laila. 2016. Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2012–2014.
Purwokerto, Jawa Tengah. Laila Safitrih, et al.
Sindhu H. Menolong korban keracunan bahan Kimia [Internet]. 2014. Available from:
http://chem-is-try.org/artikel_kimia/bagaimana_menolong_korban_
keracunan_bahan_kimia. Diakses pada Mei 2019
Illias MZ. Cases of poisoning in Sardjito Hospital an observational study for estimating social
awareness towards toxic agents. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
2013
Buller, GK; Moskowitz; Eckardt K. 2012. The role of hemodialysis and fomepizole in ethylene
glycol intoxication. Nephrology and Therapeutics. S10:004.
Cline, DM. 2012. Tintinalli’s Emergency Medicine Manual 7th Edition. New York: McGraw-
Hill.