Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN NUTRISI

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA I

2019
I. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengertian

Nutrisi atau gizi adalah bahan organik dan anorganik yang terdapat dalm makanan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Nutrisi dibutuhkan oleh tubuh
untuk memperoleh energi bagi aktivitas tubu, membentuk sel dan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagi proses kimia di dalam tubuh (saputra, 2013).
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. nutrisi juga
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit (tarwoto dan wartonah, 2011).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh sistem yang
berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan dan organ asesoris. saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai
usus bagian distat, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan
pankreas (Aziz alimut, 2012).
a. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan


kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan
kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat,
misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga


kelompok besar, yaitu:

1) Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

a) Bahan makanan yang mengandung karbhohidrat seperti beras,


jagung, gandum ubi, roti, singkong. selain itu dalam bentuk gula
seperti gula, sirup, madu dan lain-lain

b) Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak., santan,


mentega, margarine, susu dan hasil olahannya

2) Kelompok zat pembangun, Kelompok ini meliputi makanan makanan


yang banyak mengandung protein baik protein hewani maupun nabati,
seperti daging, ikan, susu, telur kacangkacangan dan olahannya.

3) Kelompok zat pengatur, Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak


mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

b. Kebutuhan setiap jenis nutrisi pada ibu hamil

Kebutuhan setiap jenis nutrisi di masa kehamilan tentu berbeda dengan


kebutuhan nutrisi saat tidak hamil. Pada masa kehamilan, perlu adanya tambahan
300 kalori terutama di trismester kedua dan ketiga. Kebutuhan harian ibu hamil
adalah kalsium sebanyak 1000-1200 miligram, folat sebanyak 600-800
mikrogram, dan zat besi sebanyak 27 miligram. Berikut daftar kandungan nutrisi
yang dibutuhkan di masa kehamilan:

1) Protein, berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sel


atau jaringan, termasuk sel otak pada janin. Protein juga membantu
pertumbuhan jaringan payudara ibu hamil, serta berperan penting dalam
meningkatkan suplai darah dalam tubuh. Para ahli merekomendasikan 75
sampai 100 Gram protein per hari. Adapun sumber protein terbaik untuk
ibu hamil meliputi daging sapi tanpa lemak, ikan, boga bahari, daging
ayam, daging domba, tahu, dan kacang-kacangan (kacang merah, kacang
polong).

2) Karbohidrat merupakan sumber kalori yang penting bagi ibu hamil.


Makanan sumber karbohidrat terbaik yang bisa Anda konsumsi antara lain
nasi, kentang, sereal, pasta, sayuran dan buah.

3) Kalsium, Tak hanya menguatkan tulang dan gigi Anda, kalsium juga
berguna untuk membangun tulang dan gigi janin. Selain itu, kalsium
membantu tubuh mengatur cairan, membantu kerja fungsi saraf dan
kontraksi otot. Kebutuhan kalsium harian sekitar 1000 miligram selama
kehamilan. Sumber kalsium terbaik ada di susu, keju, yoghurt, ikan sarden
atau salmon, dan bayam.

4) Folat, Kandungan nutrisi yang dikenal sebagai asam folat ini berperan
penting dalam mengurangi risiko cacat lahir, termasuk cacat tabung saraf
pada janin yang memengaruhi otak serta sumsum tulang belakang janin.
Kebutuhan asam folat harian di masa kehamilan adalah 600 sampai 800
mikrogram. Adapun sumber asam folat bisa Anda dapatkan pada sayuran
hijau, kacang-kacangan, telur, hati sapi, buah jeruk, stroberi, lemon,
mangga, dan tomat.
5) Zat besi membantu meningkatkan volume darah dan mencegah anemia.
Asupan harian yang ideal di masa kehamilan adalah 27 miligram. Sumber
zat besi bisa didapatkan pada lobak, sayuran hijau seperti bayam, selada,
kubis, biji-bijian, roti, sereal, dan havermut.

Kebutuhan energi dan zat nutrisi untuk dewasa Protein Kalsium Besi (mg)
26 Energy kcal) Vit A (RE Vit E Vit B (mg) 1,0 Vit C (mg) 60 Folat (mg) 150
(mg) (mg) (gr) 48 P (20 2200 600 500 45 L (20 2800 55 500 1.3 700 10 1,2 60 70
45

Kebutuhan gizi seimbang bagi orang dewasa Kebutuhan akan unsur -unsur
gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan kecuali bila terjadi kelainan-kelainan
pada tubuhnya seperti sakit dan sebagainya. Sehingga membutuhkan zat gizi yang
lebih dari biasanya. Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal
kualitas maupun kuantitas zat zat gizi sesuai dengan kebutuhan faal tubuh.
Kebutuhan energi rata rata untuk usia dewasa senesar 2000 Kkal, karbohidrat
sebesar 300 gram/hari, protein sebesar 50 gram, serat 25 gram/hari, vitamin dan
mineral disesuaikan dengan AKG.

National Institue of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases NIDDK


NIH (2013) Health Tips for Pregnant Women

c. Pemberian obat yang berpengaruh terhadap nutrisi

Waktu pemberian obat per oral berpengarug terhadap daya kerja obat.
absorbsi obat akan lebih cepat bila diberikan saat perut dalam keadaan kosong.
sedangkan obat yang dapat menyebabkan iritasi lambung akan lebih aman bila
diberikan pada perut yang berisi makanan. (teknik dasar pemberian obat bagi
perawat/Robert Priharjo; editor, Ni Luh Gede Yasmin Asih. -Jakarta: EGC, 1995)

Bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau


mempertahankan kadar darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu
yang tepat. jika obat itu harus diminum sbeelum makan (ante cimum atau a.c)
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
hal ini berlaku untuk banyak antibiotik. Misalnya, tetrasiklin dikhelasi (yaitu
terbentuk senyawa yang tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan
tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu sebelum diserap. sebaliknya, ada
obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi berlebihan
pada lambung (misalnya, indometasin) atau agar diperoleh kadar darah yang lebih
tinggi (misalnya, griseofulbin bila diberi bersama makanan berlemak).
(Farmakologi untuk keperawatan/ Jan Tambayong. -Jakarta: Widya Medika,
2001.)

d. Rumus indeks massa tubuh


Indeks massa tubuh adalah metrik standar yang digunakan untuk
menentukan siapa saja yang masuk dalam golongan berat badan sehat dan tidak
sehat. Indeks massa tubuh alias BMI membandingkan berat badan dengan tinggi
badan, dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi
badan dalam meter kuadrat.
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interprestasi IMT tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh
yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta
berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk
mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis
(Pudjiadi et al, 2010).

Ilustrasi BMI Misalnya, Anda ingin mencari tahu apakah Anda normal
atau obesitas. Anda memiliki berat badan 80 kilogram dan tinggi 1,75 m (175
centimeter).
Pertama, kalikan tinggi badan dalam kuadrat: 1,75 x 1,75 = 3,06. Selanjutnya,
bagi angkat berat badan dengan hasil kuadrat tinggi badan: 80/3,06 = 26,1.
Terakhir, bandingkan angka BMI Anda (26,1) dengan kategori berat badan yang
tercantum di bawah ini:

 Di bawah 18,5 = Berat badan kurang

 18,5 – 22,9 = Berat badan normal

 23 – 29,9 = Berat badan berlebih (kecenderungan obesitas)

 30 ke atas = obesitas

Dengan begitu, angka BMI alias indeks massa tubuh Anda menyatakan bahwa
Anda memiliki kelebihan berat badan.

B. Tujuan

1. Membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh,


sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
2. Untuk memberi energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka, serta
mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh (Mubarak dan Chayatin, 2008)

3. Mengubah faktor - faktor pengubah gizi yang dapat meningkatkan resiko


penyakit-penyakit kronik dan membantu sescorung mempertahankan kesehatan,
kesejahteraan dan kapasitas fungsionalnya yaitu dengan cara:

 Menyeimbangkan masukan energi dan zat gizi lainnya sesuai dengan


kebutuhan tubuh

 Memelihara keseimbangan berbagai masukan zat gizi dalam makanan,


Membatasi konsumsi makanan terolah.

4. Membuat keadaan gizi menjadi lebih baik


C. Anatomi Sistem Pencernaan

1. Mulut
Mulut merupakan orgqn yang pertama dari saluran pencernaan yang
meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dan
faring. Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik
membran mukosa (syaifudin, 2011)
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk
sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan
lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Yang
terdiri dari bibir, pipi, tonsil, gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

2. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus.


Di dalam lengkungan faring terdapat fonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
3. Esofagus

Merupakan bagian saluran pangjang ± 25 cm dan berdiameter 2 cm.


Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubungkan rongga mulut
dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi
catilage cricoilea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae.

4. Lambung

Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat


menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Fungsi utama lambung adalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang dihasilkan
lambung (getah lambung). lambung merupakan lanjutan dari esofagus berbentuk
seperti huruf "J" atau kubah dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Hasil
penggerusan makanan dilambung secara mekanik dan kimiawi menjadikan
makanan menjadi bubur yang di sebut crime atau kimus.

5. Usus halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak diantara


spingter pilorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian awal
usus besar, dengan panjang sekitar 3 meter dan lebar 2,5 cm. Adapun fungsi
utama usus halus adalah menerima sekresi hati dan pancreas, mengabsorbsi
saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usu besar.

Usus halus terletak di daerah umbilikus dan di kelilingi usus besar. dibagi
dalam beberapa bagian:

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang 25 cm panjangnya,


berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi pankreas.
b. Yeyenum menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus.
c. Ileum menempati tiga perlima akhir (Pearce, 2011)
6. Usus Besar

Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usu halus.
Ia memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usu besar
dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: kolon asenden, kolon transversum, dan kolon
desenden. Fungsi kolon adalah menyerap air selama proses pencernaan, tempat
dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (biotin), sebagai simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E-coli, membentuk massa feses, mendorong sisa makanan
hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.

7. Rektum

Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh melalui


anus, dimana obat spingter yang menyusun terdiri dari otot polos dan lurik.
(Tarwoto, Aryani, Wartonah, 2015:265)

D. Fisiologi Sistem Pencernaan

Awal mula proses pencernaan, Pertama makanan masuk melalui mulut lalu
dihaluskan secara mekanik dan secara kimiawi dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar
ludah. Kelenjar ludah mempunyai enzim yang bernama enzim petialin yang mengubah
karbohidrat menjadi gula sederhana yang dikenal dengan maltose. kemuadian makanan
masuk ke lambung melalui kerongkongan, melalui gerakan peristaltik menuju ke
lambung, lambung mempunyai 3 bagian yaitu: bagian atas (kardiak), bagian tengah
(fundus) dan bagian bawah (pilorus).

Pada bagian ujung kardiak dan juga pilorus mempunyai klep yang berperan dalam
mengatur masuk maupun keluarnya makanan kedalam lambung dan dari lambung.
Kontraksi pada otot lambung, akan membuat makanan menjadi teraduk dengan sempurna
sehingga bisa bercampur secara merata dengan getah lambung. kemudian makanan yang
sudah diproses didalam lambung diteruskan ke dalam usus halus, ternyadinya sebagian
besar proses pencernaan yakni pada 1 meter awal dari usus. Usus halus terdiri dari usus
12 jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan juga usus penyerap (ileum). Usus dua
belas jari adalah tempat yg digunakan sebagai saluran empedu dan sebagai saluran
pankreas.

Hati menghasilkan cairan empedu dan nantinya akan dialirkan oleh saluran
empedu ke bagian usus dua belas jari. Fungsi Cairan empedu untuk mengemulsikan
lemak supaya mudah dicerna. Pada saluran pankreas akan dialirkan enzim amilase,
tripsinogen, dan juga lipase ke dalam usus dua belas jari. Pengaktifan tripsinogen oleh
enzim enterokinase yang diperoleh dari usus halus akan diubah menjadi tripsin. Enzim
tersebut akan membantu mempercepat proses pencernaan makanan agar bisa didapatkan
sari-sari makanan yang nantinya bisa diserap oleh usus penyerap. Cairan empedu dan
enzim tersebut, akan menyebabkan suatu proses pencernaan yang aktif pada bagian usus
dua belas jari.

Usus kosong adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah bagian usus dua
belas jari. Pada dinding usus halus akan menciptakan getah usus yang mempunyai
kandungan berbagai enzim seperti enterokinase, maltase, laktase, lipase, dan juga
peptidase. Bagian terakhir dari usus halus yakni usus penyerapan. Pada bagian inilah
makanan yang berubah menjadi sari-sari makanan akan dilakukan proses penyerapan.
Permukaan dari usus penyerapan yang berlipat-lipat biasa disebut dengan jonjot usus
yang membuat daerah penyerapan pada bagian usus halus menjadi lebih luas sehingga
proses penyerapan makanan akan menjadi maksimal.

Didalam usus halus tidak terjadi penyerapan pada semua makanan, Sisa makanan
tersebut akan bergerak menuju ke bagian usus besar. Pada bagian usus besar tidak akan
terjadi suatu proses pencernaan, melainkan pada usus besar akan membusukkan sisa
makanan dengan bantuan bakteri Escherichia coli. Hasil pembusukannya biasa disebut
dengan tinja atau feses. Selain itu pada usus besar juga akan terjadi proses penyerapan
terhadap air dan juga garam-garam mineral supaya feses bisa berbentuk padat.

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah
dicerna), air garam, yang berasal dari zat makanan untuk di distribusikan ke sel-sel
melalui sirkulasi. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan material mentah
untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme
mengacu pada semua reaksi biokimia dalam sel tubuh. Makanan dimakan, dicerna, dan
diserap untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk reaksi ini (Potter dan Perry,
2006).
1) Ingesti, adalah proses masuknya makanan kedalam tubuh yang terdiri dari:

 Dimulai dari koordinasi otot-otot lengan dan tangan untuk membawa


makanan ke mulut.

 Proses mengunyah: proses pemecahan, penyederhanaan makanan dari


ukuran besar menjadi ukuran lebih kecil. Proses mengunyah melibatkan
gigi dan kontrol volunter otot-otot mulut bila makanan berada pada gigi,
gusi, palatum keras dan lidah, maka akan terjadi refleks mengunyah yang
volunter (disadari), yang diatur oleh system saraf pusat.

 Menelan merupakan tahap terakhir dari peristiwa ingesti, yaitu


bergeraknya makanan dari mulut ke esophagus, dan masuk lambung.
Proses ini terjadi secara refleks sebagai akibat adanya penekanan pada
bagian faring dan mulai sejak makanan sudah dikunyah secara adekuat,
serta refleks ini akan menahan proses respirasi.

2) Digesti, merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibawa kedalam tubuh.

 penyederhanaan zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran


intestinal.

 Yang berperan antara lain: mulut, pharing, esophagus, lambung, usus


halus, usus besar.

3) Absorpsi

Merupakan proses dimana nutrien yang telah berbentuk paling sederhana


diserap oleh usus. Nutrien diserap berupa: (glukosa karbohidrat), asam amino
(protein), asam lemak dan gliserol (lemak), tanpa kecuali vitamin, mineral dan
air. Setelah diserap oleh usus nutrien akan dilanjutkan ke saluran darah dan
getah bening masuk ke hati melewati vena porta.
4) Metabolisme

Merupakan bagian akhir dalam penggunaan makanan di tubuh. Proses ini


meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh
usus hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah

5) Ekskresi

Ekskresi atau eliminasi merupakan pekerjaan tubuh untuk membuang zat


sisa dari metabolisme yang tidak terpakai lagi untuk keperluan tubuh. Proses
ini terjadi dalam bermacam – macam bentuk, antara lain: defekasi (zat sisa
dari saluran cerna), Miksi (zat sisa dari saluran kemih), diaporesis
(pengeluaran keringat), dan ekspirasi (pengeluaran air dan CO2). (Maria,
2010)

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi

a) Pengetahuan, yang kurang tentang nutrisi dan manfaatnya dapat


mempengaruhi pola konsumsi seorang. (Saputra, 2013)
b) Prasangka atau mitos, tentang makanan dari adat kebudayaan seorang tinggal.
(Saputra, 2013)
c) Pilihan pribadi merupakan kegemaran atau ketidaksukaan terhadap makanan.
(Saputra, 2013)
d) Kebudayaan dan keyakinan (agama) yang dianut menyebabkan seorang harus
mengikuti perintah dan larangan yang diatur didalam kebudayaan dan agama
tersebut. (Saputra, 2013)
e) Ekonomi, Orang dengan ekonomi yang tinggi umumnya dapat memenuhi
asupan nutrisi dengan baik karena mereka memiliki dana untuk membeli
makanan bergizi. (Saputra, 2013)
f) Faktor psikologis Stres, psikologis terkadang membuat pola makan seseorang
berubah. (Saputra, 2013)
g) Usia, Pada usia 0-10tahun, kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan
cepat hal ini berhubungan dengan faktor pertumbuhan dan perkembangan
yang tepat pada usia tersebut. Setelah usia 20tahun energi basal relatif konstan.
(Tarwoto dan Wartonah, 2015)
h) Jenis kelamin, Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar
dibandingkan wanita. Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan
pada wanita 0,9kkal/kg BB/jam. (Tarwoto dan wartonah, (2015)
i) BadanTinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar mengeluarkan
panas sehingga metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar. (Tarwoto
dan wartonah, (2015)
j) Kelainan endokrin, hormon tiroksin berpengaruh terhadap peningkatan
metabolisme. (Tarwoto dan wartonah, (2015)

9. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

a) Kekurangan Nutrisi keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak


berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. *Tanda klinis:
 Berat badan 10-20% dibawah normal
 Tinggi badan dibawah ideal
 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
 Adanya kelemahan dan nyeritekan pada otot
 Adanya penurunan albumin serum.
 Penurunan transferin
kemungkinan penyebab:
 Disfagia karena adanya kelainan persarafan
 Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit grohn atau intoleransi
laktosan
 Nafsu makan menurun

b) Kelebihan Nutrisi, suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai


risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara
berlebihan. *Tanda klinis :
 Berat badan lebih dari 10% berat ideal
 Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
 Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
 Jumlah asupan yang berlebihan.
 Menurun atau monoton.

c) Obesitas, Masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal. Obesitas adalah kondisi dimana terjadinya penimbuhan
lemak tubuh dalam jumlahh yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat
badan melebihi dari normal. Menurut WHO 2006 Dikelompokan menjadi:

 preobesitas dengan BMI antara 25 - 29,9 Kg/m²


 obesitas I dengan 30 - 34,9 Kg/m²
 obesitas II dengan BMI 35 - 39,9 kg/m²
 obesitas III dengan BMI lebih dari 40

d) Malnutrisi, masalah ini dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh.

e) Diabetes Mellitus, gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya


gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin.

f) Hipertensi, penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.

g) Penyakit Jantung coroner, gangguan nutrisi yang diakibatkan adanya


peningkatan kolesterol darah dan merokok.

h) Kanker, gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengemulsi lemak


secara berlebihan.

10. Pemeriksaan penunjang laboratrium

a) Albumin (nilai normal 4-5,5 mg/100ml)


b) Transferin (nilai normal 17- 25 mg/100ml)
c) Hemoglobin (nilai normal 12-15 mg/dl)
d) BUN (blood urea nitrogen) (nilai normal 12-15 mg/dl)Eksresi kreatinin
untuk 24jam (nilai normal laki-laki 0,6-1,5 mg/100 ml, wanita 0,5-1,0
mg/100 ml) (Tarwoto dan wartonah, 2015)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI KEBUTUHAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan dan diet.

 Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.

 Apakah ada diet yang di lakukan secara khusus?

 Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama
periode waktunya?

 Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar dan demam?

 Apakah ada toleransi makanan atau minum tertentu?

2. Faktor yang memperngaruhi diet

 Status kesehatan

 Kultur dan kepercayaan

 Status sosial ekonomi

 Faktor psikologi

 Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

3. Keluhan utama

 Tidak nafsu makan, mual, atau muntah.


 Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan

 Kelainan fisik

 Penurunan berat badan

 Kesulitan menelan

4. Pemeriksaan fisik

 Keadaan fisik: apatis, lesu

 Berat badan: obesitas, kurus

 Otot: flaksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.

 Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun.

 fungsi gastroinsterstinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,


pembesaran liver atau limfa.

 Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dadi 100 kali/menit, irama abnormal,


tekanan darah rendah atau tinggi

 Rabut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah atau patah-patah

 Kulit: kering, pucat, iritasi, plekie, lemak di subkutan tidak ada.

 Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa


pucat

 Gusi: pendarahan peradangan

 Lidah: edema, hiperemis

 Gigi: karies, nyeri, kotor

 Mata: konjungtiva pucat, kering, eksoftalamus, tanda-tanda infeksi

 Kuku: mudah patah


 Pengukuran antropometri:

a) Berat badan ideal (TB -100) ± 10).

b) Lingkar pergelangan tangan

c) Lingkar lengan atas (MAC) (normal: wanita 28,5 dan pria: 28,3)

d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) (normal: wanita 16.5 - 18 cm,
pria 12.5 - 16.5 cm)

B. DIAGNOSA
1. Berat Badan Lebih
Penyebab:

 Kekurangan aktivitas fisik


 Kelebihan konsumsi gula
 Gangguan kebiasaan makan
 Gangguan persepsi makan
 Kelebihan konsumsi alcohol
 Penggunaan energy kurang dari
asupan
 Sering mengemil
 Sering memakan makanan
berminyak atau berlemak
 Factor keturunan
 Penggunaan makanan formula atau
makanan campuran (pada bayi)
 Asupan kalsium rendah pada anak-
anak
 Berat badan bertambah cepat
 Makanan padat sebagai sumber
makanan utama pada usa < 5 bulan
Gejala dan tanda mayor

Subjektif: Objektif:

 (tidak tersedia)  IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa)


atau berat dan panjang badan lebih
dari presentil 95 (pada anak < 2
tahun) atau IMT pada presentil ke
85 – 95 (pada anak 2 – 18 tahun)
Gejala dan tanda minor:

Subjektif: Objektif:
 (tidak tersedia)
 Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
Kondisi klinis terkait:

 Gangguan genetik
 Factor keturunan
 Hipotiroid
 Diabetes mellitus maternal

2. Desfisit Nutrisi
Penyebab:

 Ketidakmampuan menelan makanan


 Ketidakmampuan mencerna
makanan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
 Peningkatan kebutuhan metabolism
 Factor ekonomi (mis. finansial tidak
mencukupi)
 Factor psikologis (mis.stres,
keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor

Subjektif: Objektif:

 (tidak tersedia)  Berat badan menurun minimal


10% di bawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor:

Subjektif: Objektif:
 Cepat kenyang setelah makan
 Bising usus hiperaktif
 Kram/ nyeri abdomen  Otot pengunyah lemah
 Otot menelan lemah
 Nafsu makan menurun
 Membrane mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare
Kondisi klinis terkait:

 Stroke
 Parkinson
 Mobius syndrome
 Cerebral palsy
 Cleft lip
 Cleft palate
 Amyotropic lateral sclerosis
 Kerusakan neuromuskular
 Luka bakar
 Kanker
 Infeksi
 AIDS
 Penyakit crohn’s
 Enterolitis
 Fibrosis kistik

3. Difungsi motilitas gastrointestinal


Penyebab:

 Asupan enteral
 Intoleransi makanan
 Imobilisasi
 Makanan kontaminan
 Malnutrisi
 Pembedahan
 Efek agen farmakologis (mis:
narkotik/ opiate, antibiotic, lasaktif,
anastesia)
 Proses penuan
 Kecemasan
Gejala dan tanda mayor:

Subjektif: Objektif:

 Mengukapkan flatus tidak ada  Suara peristaltic berubah (tidak


 Nyeri/ kram abdomen ada, hipoaktif, atau hipraktif)
Gejala dan tanda minor:

Subjektif: Objektif:
 Merasa mual
 Residu lambung meningkat/
menurun
 Muntah
 Reguritasi
 Pengosongan lambung cepat
 Distensi abdomen
 Diare
 Feses kering dan sulit keluar
 Feses keras
Kondisi klinis terkait:

 Pembedahan abdomen/ usus


 Malnutrisi
 Kecemasan
 Kanker empedu
 Koleksistektomi
 Infeksi pencernaan
 Gastroesophageal reflux disease
(GERD)
 Dialisis peritoneal
 Terapi radiasi
 Multiple organ dysfuction syndrome

C. RENCANA

1) Manajemen Nutrisi
Defenisi: Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan:
 Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
Rasional: untuk mengetahui status nutrisi pasien
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Rasional: mengawasi pola makan klien dalam rangka terapi
penyembuhan
- Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: Untuk mengetahui makanan yang disukai oleh klien
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Rasional: Meningkatkan kontrol dan pemberian informasi kepada
ahli gizi
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Rasional: Untuk mengetahui apakah adanya kebutuhan klien dalam
pemasangan selang
- Monitor asupan makanan
Rasional: Mengawasi makanan yang masuk kedalam tubuh klien
- Monitor berat badan
Rasional: Mengawasi perubahan berat badan dalam proses
keperawatan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan dalam proses
keperawatan
 Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Rasional: Untuk menjaga kebersihan oral
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
Rasional: Untuk memberi pilihan variasi makanan pada klien
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan klien
- Berikan makanarı tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Rasional: Untuk pengendalian asupan nutrisi yang dapat
membantu mengurangi konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional: Untuk pengendalian asupan nutrisi yang dapat
membantu dalam asuhan keperawatan
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Rasional: untuk meningkatkan nafsu makan
 Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu Ajarkan diet yang
diprogramkan
Rasional: Untuk membantu proses penyembuhan atau penurunan
berat badan yang sudah di konsultasikan dengan ahli gizi maupun
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika periu Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika
perlu
Rasional: Kolaborasi dalam pengobatan

2) Manajemen Nutrisi Parenteral


Defenisi: Mengidenifikasi dan mengelola pemberian nutrisi tanpa melalui saluran
pencernaan namun melalui pembuluh darah.
Tindakan
 Observasi
- Identifikasi indikasi pemberian nutrisi parenteral (mis. gangguan
absorbsi makanan mengistirahatkan usus, gangguan motilitas usus,
jalur enteral tidak memungkinkan)
Rasional: Untuk mengetahui gangguan dari sistem pencernaan
- Identifikasi jenis akses parenteral yang diperlukan (mis. perifer,
sentral)
Rasional: Untuk mengetahui metode yang akan diberikan dengan
tepat
- Monitor reaksi alergi pemberian nutrisi parenteral
Rasional: Untuk mengawasi adanya perubahan reaksi dari nutrisi
yang diberikan
- Monitor kepatenan akses intravena
Rasional: Mengawasi jalannya akses yang diberikan melalui
intravena
- Monitor asupan nutrisi
Rasional: Untuk mengontrol asupan nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor terjadinya komplikasi (mis. mekanik, septik, metabolik)
Rasional: Mengawasi tanda tanda terjadinya komplikasi
 Terapeutik
- Hitung kebutuhan kalori
Rasional: Untuk mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan
- Berikan nutrisi parenteral, sesual Indikasi
Rasional: Untuk menghindari kesalahan agar tidak terjadinya
komplikasi
- Atur kecepatan pemberian infus dengan tepat
Rasional: Untuk mengontrol dosis sesuai dengan kebutuhan klien
- Gunakan infusion pump, jika tersedia
Rasional: Pemberian dosis dengan tepat sesuai dengan anjuran
dokter
- Hindari pengambilan sampel darah dan pemberian obat pada jalur
nutrisi parenteral
Rasional: Untuk mengurangi terjadinya infeksi
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi parenteral
Rasional: Memberikan penjelasan pada pasien agar pasien lebih
memahami
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemasangan akses vena sentral, jika perlu
Rasional: menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasangan
akses vena sentral
3) Manajemen Berat Badan
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola berat badan agar dalam rentang optimal
Tindakan:
 Observasi
- Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat mempengaruhi
berat badan
Rasional: Untuk mengetahui status berat badan pasien
 Terapeutik
- Hitung berat badan ideal pasien
Rasional: Untuk mengetahui status gizi pasien
- Hitung persentase lemak dan otot Pasien
Rasional: Untuk mengetahui status gizi pasien
 Edukasi
- Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan penurunan berat badan
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien
- Jelaskan risiko berat badan lebih dan berat badan kurang
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien untuk mencegah
terjadinya gizi buruk
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan
Rasional: Untuk memandirikan pasien dalam mengontrol pola
hidup sehat

4) Konseling Nutrisi
Definisi: Memberikan bimbingan dalam melakukan modifkasi asupan nutrisi.
Tindakan:
 Observasi
- Identifkasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah
Rasional: Untuk mengetahui perubahan pola makan sebelum dan
sesudah perawatan yang akan dilakukan
- Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara reguler
Rasional: Untuk mengetahui jenis diet pasien dengan tepat
- Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, tekanan darah,
kanaikan berat bedan dan kebiasaan membeli makanan
Rasional: Untuk mengontrol kesehatan tubuh klien
 Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik
Rasional: Untuk membuat pasien lebih nyaman
- Sepakati lama waktu pemberian konseling
Rasional: untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan
konseling
- Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis dan
gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
Rasional: Untuk menetapkan jenis diet pasien yang tepat
- Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis. Usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)
Rasional: Untuk mencegah terjadinya resiko dalam pemenuhan
kebutuhan gizi klien
 Edukasi
- informasikan perlunya modifikasi diet (mis. Penurunan atau
penambahan berat badan, pembatasan natrium atau cairan,
pengurangan kolesterol)
Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perubahan
jenis diet yang akan diterapkan
- pembatasan natrlum atau cairan, pengurangan kolesterol
Rasional: untuk memberikan pengetahuan klien tentang pengurangan
jenis gizi yang dikonsumsi
- Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang
diprogramkan
Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan klien terhadap program
diet
 Kalaborasi
- Rujuk pada ahli gizi jika perlu
Rasional: Untuk menetapkan gizi yang tepat pada klien

D. EVALUASI

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu

b. Peningkatan status nutrisi

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

a. Terindentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol

b. Perencanaan kontrol berat badan

c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebih.

(Tarwoto dan Wartonah, 2006)


Daftar Pustaka

Mubarak; Wahit, Iqbal; Chayatin, Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Nanda International 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014


Jakarta: EGC.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang


Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher

Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi dan Fisiologi Kurikulum Berbasis kompetensi untuk
Keperawatan dan kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Tarwoto; Aryani, Ratna, Wartonah. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa


Keperawatan Jakarta: TIM.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Keutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai