Anda di halaman 1dari 4

Peran Perawat Dalam Mencegah Masalah Aborsi Pada Remaja

Pada zaman sekarang banyak remaja yang hamil di luar nikah dan melakukan aborsi illegal
karena terbawa arus pergaulan bebas dan kurangnya pengetahuan tentang agama. Setiap tahun
kasus tentang aborsi semakin bertambah. Beberapa survei yang pernah dilakukan pada Sembilan
kota besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus,
27 persen terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen di lingkungan pelajar. Berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus aborsi di Indonesia tinggi, menurut ahli demografi
kesehatan masyarakat, lebih dari 1 juta bahkan hingga 2 juta per tahun (Sawab, 2009). Tujuan
penulisan essay ini adalah untuk membahas kasus aborsi pada kalangan remaja. Adapun pokok-
pokok bahasan yang akan dibahas di essay ini meliputi : penjelasan rinci masalah aborsi, hasil
penelitian aborsi dan penyebabnya, manfaat aborsi, solusi untuk mencegah semakin maraknya
aborsi, dan peran perawat dalam mencegah aborsi.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO,
2000). Aborsi yang umum diketahui terbagi menjadi 3 macam aborsi, yaitu :
1. Aborsi spontan/alamiah (spontaneous abortion)
Aborsi spontan/alamiah adalah pengguguran kehamilan berlangsung tanpa tindakan apapun yang
terjadi secara alami. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma, sehingga menyebabkan zigot atau bayi tidak berkembang dengan baik.
2. Aborsi buatan/sengaja (induced abortion/procured abortion)
Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan, atau
dukun beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis (therapeutic abortion)
Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan karena adanya
indiksi medis, jika terdapat adanya indikasi bahwa kehamilan dapat membuat nyawa ibu
berbahaya kehamilan tersebut terus dilanjutkan.

Efek Dan Resiko Aborsi


A. Efek aborsi
Efek aborsi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Efek jangka pendek
 Rasa sakit yang intens
 Terjadi kebocoran uterus
 Pendarahan yang banyak
 infeksi
 Shock/koma
 Merusak organ tubuh lain
 Kematian
2. Efek jangka panjang
 Tidak dapat hamil kembali
 Keguguran kandungan
 Kehamilan tubal
 Kelahiran premature
 Gejala peradangan di bagian pelvis
B. Resiko aborsi
Resiko aborsi terbagi menjadi resiko kesehatan, resiko psikologi, dan resiko psikososial
diantaranya :
1. Resiko kesehatan
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
 Kematian mendadak karena pembiusan yang salah.
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan pada leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
 Kanker payudara.
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kanker hati (Liver Cancer).
 Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa).
 Menjadi mandul (Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapsisan rahim (Endometriosis).
2. Resiko psikologi
 Kehilangan harga diri (82%)
 Berteriak-teriak histeris (51%)
 Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
 Ingin melakukan bunuh diri (28%)
 Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
 Tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual (59%)
3. Resiko psikososial
 Diasingkan oleh masyarakat.
 Tekanan dari masyarakat akan keberadaannya.
 Dikucilkan dari keluarga.
 Mendapat celaan dari orang-orang sekitar.
Perubahan yang begitu cepat terjadi pada remaja karena era globalisasi yang
mempermudah remaja mengakses berbagai informasi baik informasi yang positif maupun yang
negatif. Akibat penyalahgunaan teknologi ini yang biasanya menyebabkan pergaulan bebas yang
menyudutkan remaja pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Setiap tahunnya, dari 175
juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan (WHO, 2000). Beberapa survei yang pernah dilakukan pada Sembilan kota
besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus, 27
persen terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen di lingkungan pelajar. Selain itu
penderita AIDS/HIV, 50 persen menimpa kelompok usia 19-25 tahun (Sawab, 2009). Banyak hal
yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja misalnya karena
pemerkosaan, kehamilan di luar nikah, gagal KB, janin cacat dan sebagainya.

Aborsi juga memiliki sisi positif selain sisi negatifnya, yaitu :


1. Penjual obat aborsi illegal akan terbongkar.
2. Praktek aborsi illegal akan terbongkar.
3. Membuat ibu yang ingin menjaga kandungan lebih waspada.
4. Aborsi dapat memberi pelajaran pada orang lain, bahwa aborsi sangat berbahaya.
5. Generasi muda akan tahu bahwa seks bebas akan menghancurkan masa depan.
6. Mengurangi populasi dunia.
Solusi untuk mencegah semakin maraknya aborsi dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Pendidikan agama sejak dini diberikan agar kelak saat anak remaja atau dewasa sudah punya
pengetahuan tentang agama.
2. Aborsi hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
3. Bila terjadi kehamilan sebelum nikah sebaiknya yang bersangkutan segera dinikahkan.
4. Orang tua, guru, ulama, tokoh, pejabat, aparat dan masyarakat menciptakan lingkungan yang
religius dan tidak memberikan peluang berupa sarana dan prasarana untuk berbuat zina, dan
sebagainya.
5. Pemberian penyuluhan tentang bahaya aborsi akibat pergaulan bebas.
6. Kepada yang melakukan tindakan aborsi di berikan sanksi hukum yang berat.
7. Organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan POGI (Perhimpunan Obstertri
Ginekologi Indonesia) hendaknya dapat menertibkan para anggotanya yang melakukan tidakan
aborsi illegal.
Peran perawat dalam mencegah aborsi
Mengingat banyak sekali kalangan remaja yang melakukan aborsi dalam hal ini perawat
bisa mencegah dengan cara berikut.
1. Melakukan penyuluhan tentang seks yang benar.
2. Melakukan pendekatan.
3. Memperdalam pemahaman tentang agama kepada klien agal moral mereka tinggi dan sadar
bahwa seks bebas tidak sesuai dengan agama dan berbahaya untuk kesehatan dan masa depan.
4. Mendampingi dan memberi support pada klien, agar tidak jadi mengabsorsinya.
5. Memberikan pengertian tentang akibat-akibat yang akan terjadi jika melakukan absorsi.
Aborsi merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
atau kurang dari 22 minggu. Tindakan aborsi merupakan tindakan yang tidak dapat ditolelir baik
dari segi hukum maupun agama, kecuali aborsi terapeutik. Aborsi sangat berbahaya secara
kesehatan maupun psikologi pada perempuan maupun remaja dan dapat sangat berdampak pada
masa depannya. Jadi untuk mencegah semakin maraknya aborsi di kalangan remaja perlunya
peran tenaga kesehatan (dokter, bidan maupun perawat), orang tua, guru dan masyarakat untuk
memperhatikan dan memberi penyuluhan maupun nasihat kepada para remaja yang ada
dilingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai