Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM FARMASEUTIK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN
“ SKRINING KLINIS “

OLEH :

NAMA : TAMAR SAMAWATI A


NIM : 15020180177
KLS/KLP : C9C10 / 1

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
Tugas Pendahuluan

1. Buat rangkuman dan tuliskan hal-hal yang termasuk dalam skrining klinis
berdasarkan Permenkes No 72, 73 dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan
kefarmasian di Rumah sakit, apotek dan puskesmas!
Jawab :
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk
tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan salah
satunya yaitu pengkajian dan pelayanan Resep. Jika terdapat masalah terkait
obat, maka seorang apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Adapun persyaratan klinis
menurut Permenkes Nomor 72, 73, dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan
kefarmasian di Rumah sakit, Apotek, dan Puskesmas meliputi :
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
b. aturan dan cara penggunaan Obat
c. duplikasi pengobatan dan/atau polifarmasi;
d. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD : alergi, efek samping
Obat, manifestasi klinis lain)
e. kontraindikasi;
f. interaksi Obat; dan
g. Efek adiktif.
(Permenkes No. 72, 73, dan 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas)
2. Tuliskan defenisi tiap poin!
Jawab :
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat; Obat yang
diresepkan oleh dokter dapat dikatakan tepat indikasi apabila obat yang
dipilih untuk pasien tersebut telah teruji secara klinis dapat mengatasi
penyakit berdasarkan diagnosis dokter. Obat harus tepat dosis bagi
pasien, artinya regimen dosis dengan rentang dosis lazim yang diberikan
kepada pasien sudah sesuai dan harus berada di bawah dosis maksimum.
Ketepatan dosis obat dapat dilihat dengan membandingkan dosis obat
berdasarkan resep dokter dengan dosis lazim berdasarkan literatur.Durasi
merupakan lamanya.
( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
b. aturan dan cara penggunaan Obat. Aturan penggunaan obat dalam resep
harus ditulis dengan jelas pada etiket obat sehingga pasien dapat
mengikuti dengan tepat. Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam
penulisan etiket obat ialah keterangan tambahan untuk obat dengan cara
penggunaan khusus. Hal ini penting khususnya untuk sediaan obat yang
belum banyak diketahui pasien , agar tepat cara penggunaannya
penggunaan obat untuk menghasilkan efek terapi yang dibutuhkan.
Durasi obat sangat penting untuk diperhatikan terutama obat-obat untuk
penyakit kronis, antibiotik, antivirus, antijamur, dll.
( Umi, 2011 )
c. duplikasi pengobatan dan/atau polifarmasi. Polifarmasi merupakan
kondisi dimana seorang pasien mendapatkan obat dalam jumlah yang
sangat banyak. Sedangkan duplikasi adalah apabila pasien menerima obat
yang sama (kandungan sama namun berbeda merk) atau pasien menerima
obat untuk indikasi tertentu dengan golongan obat yang sama atau bahkan
mekanisme aksi yang sama, mungkin dapat menimbulkan efek potensial
dan atau sinergisme sehingga berpotensi menyebabkan overdosis.
( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
d. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD : alergi, efek samping
Obat, manifestasi klinis lain). Efek samping yang merugikan pada
pengobatan yang terjadi ketika obat berinteraksi dengan obat lain atau
dengan sesuatu yang ditelan. Efek samping merupakan dampak negatif
yang muncul pada penggunaan dalam rentang dosis lazim. Dimana efek
samping antar individu yang mendapatkan obat serupa dapat berbeda-
beda, tergantung respon masing-masing.
( Amelia, dkk, 2013 )( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
e. kontraindikasi. Kontraindikasi adalah suatu kondisi atau faktor yang
berfungsi sebagai alasan untuk mencegah tindakan dalam terapi tertentu
karena bahaya yang akan didapatkan pasien karena dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan. Kontraindikasi adalah suatu kondisi atau
faktor yang berfungsi sebagai alasan untuk mencegah tindakan medis
tertentu karena bahaya yang akan didapatkan pasien.
( Suhariningsih, 2020 )( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
f. interaksi Obat. Bila pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinan
besar akan terjadi interaksi antar obat-obatan tersebut di dalam tubuhnya.
Efek masing-masing obat dapat saling mengganggu dan / atau efek
samping yang tidak diinginkan mungkin akan timbul. Hal tersebut
disebut interaksi obat. Interaksi obat merupakan salah satu bentuk
ketidaksesuaian obat yang terjadi di dalam tubuh. Secara umum dampak
dari interaksi obat dapat bersifat minor, mayor, hingga sangat berbahaya
(critical).
( Tan & Kirana, 2007 )( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
g. Efek adiktif. Jika dua obat dengan kerja serupa diberikan, interaksi dari
kedua obat ini disebut sebagai efek adiktif.
(Joice, L., K., & Evelyn, R., H., 1996)
3. Jelaskan apa pentingnya hal tersebut diatas diskrining!
Jawab :
Adapun pentingnya hal tersebut di lakukan skrining untuk menjamin
ketepatan pemberian obat terhadap indikasi, dosis, durasi, efek samping yang
mungkin muncul, interaksi obat, polifarmasi, duplikasi, dan kontraindikasi.
Hal ini tentu dapat berpotensi menyebabkan terapi yang tidak optimal bagi
pasien jika terdapat masalah terhadap resep.
( Wahyuning, S., & Dina, 2019)
4. Tuliskan interaksi apa saja yang dapat terjadi dalam dispensing obat dalam
resep!
Jawab :
Adapun interaksi yang dapat terjadi dalam dispensinf obat dalam resep
meliputi :
a. Interaksi Kimiawi. Obat bereaksi dengan obat lain secara kimiawi,
misalnya pengikatan fenitoin oleh kalsium, Tetrasiklin oleh logam
bervalensi dua, dimermaprol (BAL) oleh arsen/ air raksa dan penisilamin
oleh Cu, PB atau Au.
b. Kompetisi untuk protein plasma. Analgetika (salisilat, fenilbutazon,
indonetasin), klofibrat dan kinidin mendesak obat lain dari ikatannya
pada protein dan dengan demikian memperkuat khasiatnya, misalnya
sulfonamid dan kumarin memperkuat daya kerja tolbutamid dan
metotreksat
c. Induksi enzim. Obat yang menstimulir pembentukan enzim hati, tidak
hanya mempercepat eliminasinya, tetapi juga mempercepat perombakan
obat lain. Contohnya adalah hipnotika ( barbital) dan antiepileptika
(fenitoin, karvamazepin, lamotrigin, felbamat) memperlancar
biotransformasi antikoagulansia dan antidepresiva trisiklis (imipramin,
amitriptilin) dan menurunkan khasiatnya. Contoh lain adalah hipnotika
dan obat-obat rematik yang mengurangi kegiatan fenitoin.
d. Inhibisi enzim. Zat yang mengganggu fungsi hati dan enzimnya, seperti
alkohol, dapat memperkuat daya kerja obat lain yang efek dan lama
kerjanya tergantung pada enzim tersebut.
e. Interaksi obat dengan makanan. Adakalanya terjadi interaksi dari obat
dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat.
( Tan & Kirana, 2007 )
5. Tuliskan rumus perhitungan DM untuk anak!
Jawab :
Perhitungan DM pada anak:
a) Perhitungan DM anak berdasarkan berat badan (Rumus Clark)

Atau

b) Perhitungan DM anak berdasarkan usia


 Rumus Young (anak usia kurang dari 8 thn)

 Rumus Dilling (anak usia lebih dari 8 thn)

 Rumus Fried (bayi usia kurang dari 1 thn)


(Wikantyasning, dkk, 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, dkk, 2013 " Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy ",
Elsevier ; Singapura.
Joice, L., K., & Evelyn, R., H., 1996, " Farmakologi, Pendekatan Proses
Keperawatan " , EGC ; Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2016, “Permenkes RI No. 72 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit”, Kementerian Kesehatan
RI: Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2016, “Permenkes RI No. 73 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek”, Kementerian Kesehatan RI:
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2016, “Permenkes RI No. 74 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas”, Kementerian Kesehatan
RI: Jakarta.
Suhariningsih, 2020, " Penggunaan Praktis Penggunaan Elektrostimulator
Laserpunktur ", Airlangga University Press ; Surabaya.
Tan & Kirana, 2007, " Obat - Obat Penting ", PT Elex Media Komputindo ;
Jakarta.
Umi, 2011 , " Buku Ajar Preskripsi : Obat dan Resep Jilid 1 ", Airlangga
University Press ; Surabaya.
Wikantyasning, dkk, 2021, “Farmasetika Dasar”, Muhammadiyah
University Press: Surakarta.
Wahyuning, S., & Dina, 2019, " Resep dan Peracikan Obat ", Sanata
Sharma University Press ; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai