Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEFARMASIAN

“KARAKTERISTIK PENGGUNAAN OBAT


RASIONAL”

DOSEN MATA KULIAH : Apt. MURNI MURSYID, S.Farm.,


M.Si

OLEH : ELSYAHRANI RAFIKA


INTAN
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Definisi penggunaan obat rasional menurut
WHO (2011) adalah pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan individual pasien tersebut, dalam
periode waktu yang sesuai, serta harga obat
yang terjangkau oleh dirinya dan
kebanyakan masyarakat.
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Menurut WHO pemakaian obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria (a) sesuai
indikasi, (b) tersedia setiap saat dengan harga
yang terjangkau, (c) diberikan dengan dosis yang
tepat, (d) cara pemberian dengan interval waktu
pemberian yang tepat, (e) lama pemberian obat,
(f) obat yang diberikan harus efektif, dengan
mutu terjamin dan aman.
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Kemenkes RI, 2011) :

1. Tepat diagnosis, penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan
sesuai dengan indikasi yang seharusnya.

2. Tepat Pemilihan Obat, keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang harus memiliki efek terapi sesuai
dengan spekrum penyakit. Contoh: Gejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan
inflamasi. Untuk sebagian besar demam, pemberian parasetamol lebih dianjurkan, karena
disamping efek antipiretiknya, obat ini relatif paling aman dibandingkan dengan antipyretik
lainnya. Pemberian antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen) hanya dianjurkan untuk demam
yang terjadi akibat peradangan atau inflamasi.

3. Tepat Indikasi penyakit, setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik,
misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Kemenkes RI, 2011) :

4. Tepat Dosis. Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi
yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping, sebaliknya dosis yang terlalu kecil
tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
5. Tepat cara pemberian. Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula
antibitoik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi
tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.
6. Tepat interval waktu pemberian. Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin
dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum
3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
7. Waspada terhadap Efek Samping Obat. Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping,
yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu
bila terjadi muka atau wajah menjadi merah setelah pemberian obat (misalnya atropin), ini bukan
alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah diwajah. Pemberian
tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan
pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Kemenkes RI, 2011) :
8. Tepat penilaian kondisi pasien. Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Beberapa
kondisi harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat :
• B-bloker (misalnya propanolol) hendaknya tidak diberikan pada penderita hipertensi yang memiliki
riwayat asma, karena obat ini memberikan efek bronkospasme.
• Antiinflamsi nonsteroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada penderita asma, karena obat golongan
ini terbukti dapat mencetuskan serangan asam.
• Peresepan beberapa jenis obat seperti simetidin, klopropamid, aminoglikosida dan allupurinol pada
usia lanjut hendaknya ekstra hati-hati, karena waktu paruh obat-obat tersebut memanjang secara
bermakna, sehingga rtesiko efek toksisnya juga meningkat pada pemberian secara berulang.
• Peresepan kuinolon (misalnya siprofloksasin dan ofloksasin), tetrasiklin, doksisiklin dan
metronidazol pada ibu hamil sama sekali harus dihindari, karena memberi efek buruk pada janin
yang dikandung.
9. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap saat
dengan harga yang terjangkau. Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-
obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan
dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang
pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang
menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi.
INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur penggunaan obat secara rasional yaitu
dengan menggunakan indikator penggunaan obat WHO :
a. Indikator Peresepan
• Rata-rata jumlah item obat tiap resep
• Persentase obat generik yang diresepkan
• Persentase antibiotik yang diresepkan
• Persentase injeksi yang diresepkan
• Persentase obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit
b. Indikator Pelayanan Pasien
• Rata-rata waktu konsultasi
• Rata-rata waktu penyerahan obat
• Persentase obat yang diberikan
• Persentase pelabelan obat dengan benar
• Persentase pasien tentang cara minum obat dengan benar
c. Indikator Fasilitas
• Ketersediaan buku DOEN atau formularium
• Ketersediaan obat-obat penting d. Indiator Pendukung atau Pelengkap
• Persentase pasien yang tidak menerima obat
• Rata-rata biaya obat per resep
• Persentase biaya obat yang dikeluarkan untuk antibiotik
INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur penggunaan obat secara rasional yaitu
dengan menggunakan indikator penggunaan obat WHO :
d. Indikator Pendukung atau Pelengkap
• Persentase pasien yang tidak menerima obat
• Rata-rata biaya obat per resep
• Persentase biaya obat yang dikeluarkan untuk antibiotik
• Pesentase biaya obat yang dikeluarkan untuk injeksi
• Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
• Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian
Faktor yang memengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak
rasional

1. Pemberian pengobatan belum didasarkan pada pedoman terapi yang telah


ditetapkan.

2. Kurangnya sarana penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa yang


tepat.

3. Informasi yang sering "bias" yang dilakukan oleh industri farmasi akan
berakibat adanya peresepan obat-obat yang tidak tepat dan tidak sesuai
dengan kebutuhan pengobatan yang diperlukan.

4. Adanya tekanan dari pasien dalam bentuk permintaan untuk meresepkan


obat-obat berdasarkan pilihan pasien sendiri.

5. Sistem perencanaan dan pengelolahan obat yang lemah juga akan


Permasalahan Penggunaan Obat yang Tidak Rasional

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional, jika


kemungkinan dampak negatif yang diterima
oleh pasien lebih besar dibandingkan dengan
manfaatnya. Dampak negatif dapat berupa
dampak klinik yaitu terjadi efek samping dan
resistensi kuman, dampak ekonomi berupa
biaya tidak terjangkau oleh pasien, dampak
sosial yaitu ketergantungan pasien terhadap
intervensi obat.
Permasalahan Penggunaan Obat yang Tidak Rasional

Bentuk-bentuk peresepan yang tidak rasional adalah:

1. Peresepan keliru (incorrect prescribing), peresepan keliru meliputi


kesalahan diagnosis sehingga obat yang diberikan salah, diagnosis tepat
namun bisa juga obat yang diberikan salah.

2. Peresepan majemuk (multiple prescribing), peresepan majemuk meliputi


penggunaan dua obat atau lebih padahal satu atau dua obat sudah
memberikan efek yang sama.

3. Peresepan berlebih (over prescribing), peresepan berlebih meliputi


peresepan obat yang tidak perlu, dosis yang diberikan ke pasien berlebih,
durasi pengobatan terlalu lama, jumlah yang diberikan melebihi yang
diperlukan pasien.

4. Peresepan kurang (under prescribing), peresepan kurang meliputi dosis


yang diberikan kepada pasien kurang dan obat yang diperlukan belum
diberikan pada pasien.
Permasalahan Penggunaan Obat yang Tidak Rasional

Bentuk-bentuk peresepan yang tidak rasional adalah:

5. Peresepan kurang (under prescribing), peresepan kurang meliputi dosis


yang diberikan kepada pasien kurang dan obat yang diperlukan belum
diberikan pada pasien.

6. Peresepan boros (extravagant prescribing), peresepan boros meliputi


peresepan obat yang mahal, dimana tersedia alternatif obat yang lebih
murah dengan kemanfaatan dan keamanan yang sama, terlalu berorientasi
pada pengobatan gejala penyakit sehingga dana yang dikeluarkan sama
dengan pengobatan penyakit berat dan pemakaian obat nama dagang.
Dampak Ketidakrasional Penggunaan Obat

Dampak negatif ketidakrasionalan pemakaian obat meliputi :


1. Mutu pengobatan dan pelayanan. Beberapa kebiasaan peserepan yang tidak rasional akan
mempengaruhi mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung dan tidak langsung.
2. Biaya pelayanan kesehatan. Pemakaian obat-obatan tanpa indikasi yang jelas, untuk kondisi-
kondisi yang sebetulnya tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan, baik
dipandang dari sisi pasien maupun pelayanan kesehatan.
3. Kemungkinan efek samping obat. Kemungkinan resiko efek memicu timbulnya efek samping
obat), dapat diperbesar oleh pemakaian yang tidak tepat. Hal ini dapat dilihat secara individu
pada masing-masing pasien atau secara epidemiologi dalam populasi. Pemakaian antibiotik
secara berlebihan juga dikaitkan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik
yang bersangkutan dalam populasi. Hal ini juga merupakan contoh dampak efek samping
yang kurang nyata pada seorang penderita, tetapi jelas merupakan konsekuensi serius
secara epidemiologi
Dampak Ketidakrasional Penggunaan Obat

Dampak negatif ketidakrasionalan pemakaian obat meliputi :


4. Dampak psikososial. Ketidakrasionalan pemberian obat oleh dokter juga sering memberi
pengaruh pengaruh buruk bagi pasien maupun populasi. Pengaruh buruk ini dapat beruapa
ketergantungan terhadap intervensi obat maupun persepsi yang keliru terhadap pengobatan.
Apabila penggunaan obat tidak dilakukan secara rasional, niscaya akan timbul dampak
negatif yang tidak diinginkan, diantaranya dampak ekonomis (boros), dampak klinis penyakit
tidak sembuh atau makin parah dan memicu timbulnya efek samping obat), dan dampak
psikosial.
Upaya Mengatasi Penggunaan Obat yang Tidak Rasional

Menurut WHO ada empat strategi untuk memperbaiki pemakaian obat yang tidak rasional :
1. Pertama, strategi pendidikan yaitu dengan upaya meningkatkan mutu dokter selama
dalam masa pendidikan maupun sesudah menjalankan praktek keprofesian, juga
mutlak harus diikuti dengan pendidikan kepada masyarakat secara stimulant.
2. Kedua, upaya peningkatan pengelolaan yang meliputi perbaikan sistem suplai melalui
penerapan program obat esensial nasional dan pembatasan sistem dispensing dan
peresepan obat dengan menyediakan buku pedoman pengobatan di masing-masing
pusat pelayanan kesehatan.
3. Ketiga, dengan upaya intervensi regulasi. Upaya ini pada umumnya yang paling
ditaati, karena sifatnya yang mengikat secara formal serta memiliki kekuatan hukum.
4. Keempat pemberian informasi secara ringkas dapat dibagi menjadi dua yaitu
intervensi informasi bagi dokter, dan intervensi informasi kepada pasien.
Upaya Mengatasi Penggunaan Obat yang Tidak Rasional

Menurut WHO ada empat strategi untuk memperbaiki pemakaian obat yang tidak rasional :
1. Pertama, strategi pendidikan yaitu dengan upaya meningkatkan mutu dokter selama
dalam masa pendidikan maupun sesudah menjalankan praktek keprofesian, juga
mutlak harus diikuti dengan pendidikan kepada masyarakat secara stimulant.
2. Kedua, upaya peningkatan pengelolaan yang meliputi perbaikan sistem suplai melalui
penerapan program obat esensial nasional dan pembatasan sistem dispensing dan
peresepan obat dengan menyediakan buku pedoman pengobatan di masing-masing
pusat pelayanan kesehatan.
3. Ketiga, dengan upaya intervensi regulasi. Upaya ini pada umumnya yang paling
ditaati, karena sifatnya yang mengikat secara formal serta memiliki kekuatan hukum.
4. Keempat pemberian informasi secara ringkas dapat dibagi menjadi dua yaitu
intervensi informasi bagi dokter, dan intervensi informasi kepada pasien.
Upaya Mengatasi Penggunaan Obat yang Tidak Rasional
Di INDONESIA sendiri ada :

Pada tahun 2016, Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan Pedoman dan


Petunjuk Pelaksanaan GeMa CerMat, penyusunan dan pembuatan materi Penyebaran
Informasi POR sebagai bahan sosialisasi dan edukasi. Selain itu Direktorat Pelayanan
Kefarmasian bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terpilih melaksanakan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat) pada masyarakat di Propinsi dan Kabupaten/Kota
model percontohan. Sasaran kegiatan adalah berbagai kelompok masyarakat termasuk
organisasi kemasyarakatan, kewanitaan, kepemudaan dan kader Posyandu, dengan
melibatkan organisasi profesi, termasuk apoteker dan pengurus Ikatan Apoteker Indonesia,
serta lembaga pemerintah .
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai