RASIONALITAS PENGOBATAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien menerima obat
yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka
waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu maupun
masyarakat.Konsep tersebut berlaku sejak pertama pasien datang kepada tenaga
kesehatan, yang meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat diagnosis, tepat
indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat informasi,
dengan memperhatikan keterjangkauan harga, kepatuhan pasien, dan waspada efek
samping. Pasien berhak mempertanyakan hal-hal itu kepada tenaga kesehatan. Jika pasien
menerima pengobatan yang tidak sesuai dengan definisi penggunaan obat. Penggunaan
obat yang tidak rasiona dapat menimbulkab dampak morbilitas dan mortilitas yang serius
terutama pada pasien anak dengan infeksi dan pasien dengan penyakit kronis (WHO,
2002), dan pada skala besar secara signifikan meningkatkan kejadien efek samping serta
tingginya biaya pengobatan (Quick et al., 1997).
Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan
kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada
berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukan
bahwa penggunaan obat jauh dari keadaa optimal dan rasional. Banyak hal yang dapat
ditingkatkan dalam penggunaan obat pada umumnya dan khususnya dalam peresepan
obat (prescribing), secara singkat, penggunaan obat (khususnya adalah peresepan obat),
dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan memberikan manfaat sangat kecil atau
tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau
biayanya (Vance dan Millington, 1986).
B. Rumusan Masalah
1. Apa keriteria penggunaan obat dikatakan rasional?
2. Apa ciri-ciri penggunaan obat dikatakan tidak rasional?
3. Bagaimana upaya untuk mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional?
4. Apa saja indikator penggunaan obat yang rasional?
5. Apa yang dimaksud pemantauan dan evaluasi penggunaan obat yang rasional?
C. Tujuan
1. Mengetahui keriteria penggunaan obat dikatakan rasional
2. Mengetahui ciri-ciri penggunaan obat dikatakan tidak rasional
3. Mengetahui upaya untuk mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional
4. Mengetahui indikator penggunaan obat yang rasional
5. Mengetahui pemantauan dan evaluasi penggunaan obat yang rasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penggunaan Obat yang Rasional
Menurut world health Organization menjelaska bahwa definisi penggunaan obat yang
rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya,
dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan
biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci
yaiutu kebutuhan klinis, dosis, waktu dan biaya yang sesuai.
Penggunaan obat yang dapat dianalisa adalah penggunaan obat melalui bantuan tenaga
kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien. Berikut ini keriteria suatu obat dikatakan
rasional menurut Peraturan Kementerian Kesehatan adalah:
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat. Ketepatan
diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan
pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien.
Contohnya : Anamnesis: Diare, Disertai darah dan lendir.
Diagnosis: Bukan amoebiasis.
Terapi: Bukan metronidazol
bila pemeriksa tidak jeli untuk menanyakan adanya darah dalam feses, maka bisa saja
diagnosis yang dibuat menjadi kolera. Untuk yang terakhir ini obat yang diperlukan
adalah tetrasiklin. Akibatnya penderita amoebiasis di atas terpaksa mendapat tetrasiklin
yang sama sekali bukan antibiotik pilihan untuk amoebiasis.
2. Tepat Indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa dokter. Setiap obat
memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi
bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang
memberi gajala adanya infeksi bakteri.
3. Tepat Pemilihan Obat
Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat.
Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatana kelas terapi dan jenis obat
yang sesuai dengan diagnosis. Selain ini, obat juga harus terbukti manfaat dan
keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis
obat yang digunakan pasien juga seharusnya seminimal mungkin.
4. Tepat Dosis
Dosis obat digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai
karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang mempengaruhi kadar obat
didalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien
dari segi usia, berat badan, maupun kelainan tertentu.
5. Tepat Cara pemberian
Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien.
Hal ini juga berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien
anak yang tidak mampu menelan tablet dapat diganti dengan sirup atau puyer.
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhaa mungkin dan praktis, agar mudah
ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali
sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x
sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
7. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai
karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat
dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya penggunaan antibiotik dalam
penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri
patogan yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan
lama pemberian harus tepat.
8. Waspada Terhadap Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah
pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilitasi pembuluh
darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12
tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh
9. Kepatuhan Pasien
Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan ketidaktaatan minum
obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:
a. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat
f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikutan
(Urine menjadi merah karena minum rifampisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih
dahulu.
10. Obat yang Diberikan Harus Efektif dan Aman Dengan Mutu Terjamin
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam daftar obat
esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan
mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang
pengobatan dan klinis.
11. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi. Contoh peresepan rifampisin akan mengakibatkan urine
penderita menjadi merah. Jika hal ini tidak diinformasika ada kemungkinan dimana
penderita akan berhenti meminum obat karena penderita mengira kencing disertai darah.
12. Tepat Tindak Lanjut (follow-up)
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau timbul efek samping.
Contoh terapi teofilin sering memberikan gejala takikardi. Jika hal ini terjadi, maka dosis
obat perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti.
13. Tepat Penyerahan Obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan
pasien sendiri sebagai konsumen. Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan
secar tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya.
14. Tepat Pasien
Obar yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang
bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau
kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus
dipertimbangkan dalam pemilihan obat.
15. Tepat Harga
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali tidak
memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk
peresepan obat yang mahal.
A. Kesimpulan
Pemberian obat yang aman, bermutu dan bermanfaat adalah tujuan utama dalam
pengobatan pasien. Untuk menjamin obat yang aman, bermutu dan bermanfaat maka
penggunaan obat yang rsional merupakan bagian yang terpenting yang perlu diperhatikan
oleh tenaga kesehatan terutama oleh tenaga farmasi.
B. Saran
Saya menyadari bahwa, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan dan saya terima
dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA