Rasional
WHO :
1. Manfaat (efecacy)
2. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti (safety)
3. Resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang dengan manfaat dan
keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien (affordable)
4. Kesesuaian/suittability (cost)
Secara umum dan dalam konteks yang lebih luas penggunaan obat
yang tidak rasional dapat memberi dampak:
Agar tercapai
Tepat Pasien
Agar
tercapai
Tepat Obat
2.6 Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional
Penggunaan obat yang tidak rasional dikategorikan (ciri-ciri):
• Peresepan berlebih (over prescribing), yaitu memberikan obat yang sebenarnya tidak
diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan.
• Pemberian obat dengan dosis lebih banyak dari yang dianjurkan, obat yang
diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit tersebut.
• Peresepan kurang (under prescribing), yaitu jika pemberian obat kurang dari yang
seharusnyadiperlukan, baik dosis, jumlah maupun lama pemberian.
• Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu jika memberikan beberapa obat untuk
suatu indikasipenyakit yang sama, pemberian lebih dari satu obat untuk
penyakityang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
• Peresepan salah (incorrect prescribing), yaitu Pemberian obat untuk indikasi yang keliru
dengan resiko efek samping
Contoh lain ketidakrasionalan penggunaan obat
dalam praktek sehari hari
• Penggunaan obat yang memiliki potensi toksisitas lebih besar, sementara obat
lain dengan manfaat yang sama tetapi jauh lebih aman tersedia.
• Contoh: Terlalu cepat meresepkan obat obat baru sebaiknya dihindari karena
umumnya belum teruji manfaat dan keamanan jangka panjangnya, yang
justru dapat merugikan pasien.
2.7 Dampak Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional
• Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan
contoh :
Penyakit diare akut non spesifik umumnya mendapat antibiotik dan obat injeksi sementara,
pemberian oralit (yang lebih dianjurkan) kurang banyak dilakukan akibatnya risiko dehidrasi
pada anak menjadi lebih tinggi sehingga dapat membahayakan keselamatan.
ISPA non pneumonia pada anak umumnya mendapat antibiotik yang sebenarnya tidak perlu.
Tidak mengherankan angka kematian bayi dan balita akibat ISPA dan diare masih cukup tinggi
di Indonesia
• Dampak terhadap biaya pengobatan
6. Pengaturan pembiayaan.
Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis kapitasi dan cost-sharing.
• Adapun sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk intervensi antara lain:
- Media cetak: buletin, pedoman pengobatan.
- Pendidikan tatap muka (face to face education): kuliah penyegaran,
seminar.
- Media elektronik: radio, televisi, video.
- Media lain.
c. Intervensi regulasi (regulatory strategies)
Di negara maju pun sistem pengendalian kebutuhan obat melalui
regulasi juga dilakukan.
• Hal ini antara lain didasarkan pada kenyataan bahwa biaya obat secara nasional
merupakan komponen terbesar dari anggaran pelayanan kesehatan.
• Strategi regulasi dilakukan dalam bentuk kewajiban registrasi obat bagi obat jadi
yang beredar, peraturan keharusan peresepan generik, pelabelan generik, dan lain-
lain.
• DOEN, Formularioum Obat
3. Informasi / sumber-sumber informasi
a. Upaya informasi
• Intervensi informasi bagi dokter.
• Informasi ilmiah untuk menunjang praktek keprofesian agar bebas dari pengaruh
promosi industry farmasi.
• Intervensi apoteker untuk mengenai obat
• Intervensi informasi bagi pasien / masyarakat untuk mentaati upaya pengobatan
b. Informasi yang disampaikan ke pasien antara lain:
Tujuan
1. Untuk menilai apakah kenyataan praktek penggunaan obatyang dilakukan telah sesuai dengan pedoman
yang disepakati
2. Manfaat Pemantauan: Dengan pemantauan ini dapat dideteksi adanya kemungkinan pemakaian obat
yang berlebih (over prescribing), kurang (under prescribing), boros (extravagant prescribing), maupun tidak tepat
(incorrect prescribing).
3. Perencanaan obat. -- Perencanaan obat dapat dilakukan dengan cara pemantauan penggunaan obat
secara langsung, mulai dari anamnesis sampai penyerahan obat. Pantau kecocokan antara gejala/tanda-
tanda (symptoms/signs), diagnosis dan pengobatan yang diberikan
4. Kesesuaian pengobatan yang diberikan dengan pengobatan yang ada
Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas (antibiotik untuk ISPA non peneumonia)
5. Praktek polifarmasi
6. Ketepatan indikasi
7. Ketepatan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian.
8. Monitoring dan evaluasi.
Empat parameter utama yang akan dinilai dalam monitoring dan evaluasi penggunaan obat yang rasional
adalah:
• Penggunaan standar pengobatan
• Proses pengobatan (Penerapan SOP)
• Ketepatan diagnostik
• Ketepatan pemilihan intervensi pengobatan
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu terapi obat terpenting terhadap
pasien. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati pasien yang
memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan pasien dalam banyak hal,
beberapa obat yang menimbulkan efek yang berbahaya akibat efek samping yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon dan membantu pasien
menggunakannya dengar benar dan berdasarkan pengetahuan akan dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pada pasien.
TUGAS
• Jelaskan definisi obat rasional ?
• Uraikan kriteria yang digunakan untuk mengukur penggunaan obat rasional ?
• Bagaimana upaya yang perlu dilakukan tenaga kesehatan dalam meningkatkan
penggunaan obat rasional ?
• Jelaskan tujuan dari monitoring penggunaan obat rasional ?
• Jelaskan hubungan medication error dan obat rasional ?