Anda di halaman 1dari 39

Penggunaan Obat Rasional

Menurut WHO adalah apabila pasien menerima pengobatan


sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan
dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan
masyarakat.

POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai


pengobatan yang efektif.
Terapi Rasional
Cara pengobatan yang telah diakui dan dibuktikan secara
ilmiah dengan pertimbangan:
 Aspek manfaat
 Resiko ESO (Efek Samping Obat)
 Biaya
Penggunaan Obat Rasional
01. Tepat 02. Tepat Indikasi
Diagnosis
03. Tepat Obat 04. Tepat Regimen
Dosis
05. Tepat 06. Tepat
Penderita Infomasi
07. Tepat Harga 08. Waspada
ESO
Tepat Diagnosis

Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis


yang tepat. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam
sebuah pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan
indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien.
Contoh: Pasien diare yang disebabkan ameobiasis, maka
diberikan metronidazol. Jika dalam diagnosis tidak
ditemukan penyebabnya amoebiasis, terapi tidak
menggunakan metronidazol.
Tepat Indikasi

Penggunan obat atas indikasi medik


Intervensi dengan obat memang diperlukan
Efek klinik apa yang diharapkan

Pasien diberikan obat dengan indikasi sesuai diagnosa dokter.


Misalnya antibiotik hanya diberikan pada pasien yang terbukti
terkena penyakit akibat bakteri.
Tepat Obat
Sesuai dengan diagnosa klinik dan bakteriologik:
• Manfaat dan efektifitas diketahui paling tingi dan sudah
terbukti secara pasti
• Keamanan dapat dijamin
• Menjamin kepatuhan pasien
• Harga dapat terjangkau
• Tersedia di pasaran
Berdasarkan diagnosis yang tepat maka dilakukan pemilihan
obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari
ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan
diagnosis serta obat terbukti manfaat dan keamanannya, mudah
diapat, dan jenis obat yang digunakan pasien harus jumlahnya
seminimal mungkin.
Tepat Regimen Dosis

 Tepat takaran (dosis)


 Tepat cara penggunaan (rute)

 Tepat waktu penggunaan

 Tepat lama penggunaan


Dosis yang tepat
 Sangat menentukan keberhasilan terapi
 Harus akurat
 Respon obat sangat dipengaruhi faktor kinetik
(ADME) penyesuai dosis
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi
obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik
farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan
mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek
terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan
kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun
kelainan tertentu.
Rute yang tepat
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih rute pemberian obat :

 Obat dapat mencapai tujuan terapi


 Praktis dan dapat dilakukan dengan sarana dan
tenaga yang ada di unit kesehatan
 Dapat diterima oleh pasien sehingga tidak
mengurangi kepatuhan pasien dalam
pengobatan
Bentuk sediaan (formulasi)
• Diformulasi sesuai tujuan terapi
• Didasarkan kepada faktor stabilitas
bahan aktif
• Pemilihan bentuk sediaan tergantung
pada tujuan terapi
Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan
keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan
berpengaruh pada bentuk sediaan dan rute pemberian
obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan
tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup yang
digunakan secara oral.
Waktu penggunaan obat yang
 Disesuaikan dengan tujuan terapi
tepat
(penenang, profilaksis)
 Sebelum makan, setelah makan, saat
makan, dll.

Frekuensi
Frekuensi dipilih yang paling mudah diikuti oleh
penderita
• dan
Interval teratur agar kadar dalam plasma berada
dalam keadaan steady state (kadar obat dalam
Interval
plasma optimal)
• yang
Interval dosis rasional dalam konsep farmakokinetik
disamakan dengan waktu paruh eliminasi
tepat
Lama Pengunaan Obat
Lama penggunaan/pemberian obat
sesuai dengan standar dan literatur
yang dipercaya/terstandar.
Lama penggunaan meliputi frekuensi dan lama pemberian
yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi
pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah
yang menghasilkan efek terapi.
Contoh: Penggunaan antibiotika amoxicillin 500 mg dalam
penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari
akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi
berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama
pemberian harus tepat.
Diberikan kepada penderita yang tepat.
Pemberian obat dengan mempertimbangkan :

• Tepat
Apakah obat tersebut kontra indikasi (dengan
Penderita
bayi, anak dan lansia)
• Ada kondisi-kondisi khusus yang
memerlukan pertimbangan
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan
kondisi individu bersangkutan. Riwayat alergi, adanya
penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan
hati, kondisi khusus misalnya hamil, lakktasi, balita, dan
lansia harus dipertimbangkan pemilihan obat yang harus
dihindari.
Misalnya pemberian obat golongan aminoglikosida pada
pasien gagal ginjal akan meningkatkan resiko nefrotoksik.
Tepat Informasi
 Cara penggunaan obat
 Waktu penggunaan obat
 Aturan pakai penggunaan obat
 Lama penggunaan obat
 ESO dan cara penanggulangannya
 Cara penyimpanan obat
 Ciri-ciri obat yang rusak dan tidak
dapat digunakan
 Penggunaan obat lain selain yang
diberikan dokter
 Tanda-tanda keracunan obat

 Peringatan lain yang dirasa perlu


Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum
atau digunakan pasien akan sangat mempengaruhi
ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya
pada persepan rifampisin harus diberi informasi bahwa
urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga
pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun
urinnya berwarna merah.
Tepat Harga
Penggunaan obat tanpa indikasi jelas atau untuk
keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi
obat merupakan pemborosan dan sangat
membebani pasien, termasuk peresepan obat yang
mahal.
Contoh: pemberian antibiotik pada pasien ISPA non
pneunomia dan diare non spesifik yang sebenarnya
tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan
serta dapat menyebabkan efek samping yang tidak
dikehendaki.
Pemberian obat potensial menimbulkan efek
Waspada
samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul
Efek
pada pemberian obat dengan dosis terapi.
Contoh: Penggunaan Teofilin menyebabkan
Samping
jantung berdebar

Obat
Penulisan Resep yang tepat
 Penulisan resep adalah tindakan terakhir
dokter dalam proses terapi yang diwujudkan
dalam bentuk resep.
 Kesalahan penulisan resep akan berimbas
pada kesalahan pengobatan, sehingga terapi
menjadi tidak rasional
3 Hal Peran Farmasis dalam Proses
Persepan
Sebelum resep ditulis

Masukkan farmasis klinis dalam penyusunan


kebijakan:
Penyusunan Formularium RS, kebijakan
peresepan, pedoman pengobatan
3 Hal Peran Farmasis dalam Proses
Persepan
Selama resep ditulis

Mempengaruhi penulis resep dengan


mempengaruhi pengetahuannya, sikap dan
prioritas dalam penulisan resep (masuk dalam
tim multidisiplin)
Misal: tim kemoterapi sitotoksik, tim
pemantauan terapi obat
3 Hal Peran Farmasis dalam Proses
Persepan
Sesudah resep ditulis

• Mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas


peresepan. Hal ini terjadi sesaat setelah resep
dituliskan atau sebagai bagian proses
penatalaksanaan obat secara rutin
• Farmasis dapat mengambil peran bermakna
dalam audit medis dan klinis
• Pemantauan pasien dan persepan menjadi
tugas utama farmasis
Penggunaan obat yang rasional
mempunyai dampak yang cukup
besar dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dan
penurunan biaya kesehatan
masyarakat.
Akibat Obat Tidak Rasional
 Timbul resistensi
 Toksisitas dan ESO lebih tinggi
 Efektifitas jadi rendah
 Biaya pengobatan tinggi
Bentuk Ketidakrasionalan
Pemberian Obat

 Peresepan boros
 Peresepan berlebihan
 Peresepan yang salah
 Peresepan kombinasi
 Peresepan kurang
Ciri-ciri Obat Tidak
• Rasional
Memberikan obat tanpa indikasi yang jelas
• Dosis terlalu tinggi atau terlalu rendah
• Memberikan obat yang efektif dengan toksisitas
lebih tinggi dari efek terapi
• Efektif dengan harga lebih mahal
• Resep polifarmasi
• Memberikan obat dengan manfaat dan
keamanan yang masih diragukan
• Memberikan obat hanya berdasarkan
pengalaman individu
• Penggunaan antibiotik secara tidak tepat dosis
dan indikasinya
• Penggunaan injeksi yang berlebihan
• Pemberian resep yang tidak sesuai dengan
indikasi klinis dan diagnosis
• Swamedikasi yang tidak tepat
Dampak Pemberian Obat
yang
Tidak Rasioanl
• Dampak terhadap mutu
pelayanan :
 Mortalitas

 Morbiditas

• Dampak terhadap biaya


pelayanan
• Dampak terhadap
kemungkinan ESO
• Dampak terhadap psikologi
Kendala Penggunaan Obat
Secara Rasional

 Beban pelayanan terlalu banyak


 Aktivitas promosi yang berlebihan dari industri
farmasi
 Rasa ketidak amanan dan ketidak pastian
diagnostik
 Rasa gengsi dari penulis resep
 Sistem suplai obat yang tidak efisien
 Kurangnya buku resmi tentang informasi obat
 Kurangnya program pendidikan dan pelatihan
untuk petugas tentang obat secara
berkesinambungan
 Tekanan dan permintaan pasien
 Generalisasi secara keliru pengalaman individu
 Ketidakmampuan menelaah setiap informasi
secara kritik analitik
Pendekatan Sistematik
untuk Meningkatkan
 Partisipasi pasien dan masyarakat POR
 Ketersediaan pedoman pengobatan
 Ketersediaan obat esensial
 Kebijakan harga obat yang memadai
 Kebijakan yang menujang POR
 Kurikulum profesi kesehatan
 Pengendalian promosi obat
 Insentif untuk penggunaan obat esensial
Strategi Efetif Untuk
Penggunaan Obat Rasional
 Konsep POR dalam kurikulum kedokteran dan farmasi
 Self monitoring di Puskesmas menggunakan indikator
terpilih
 POR melalui “quality improvement management
cycle”
 Pendidikan pasien dan pemberdayaan masyarakat
 Peran serta masyarakat dalam POR (misal untuk
menurunkan penggunaan injeksi)
 Peran serta toko obat untuk meningkatkan kualitas
swamedikasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai