1. Pasien didiagnosis asma, namun diberikan obat bromheksin yang memiliki efek samping
bronkospasme (kondisi menegangnya otot-otot yang melapisi bronkus sehingga bronkus akan
menyempit).
2. Pasien diberikan obat piroxicam (obat golongan NSAID) untuk mengobati penyakit gout, namun obat
NSAID dapat menginduksi asma.
3. Salbutamol yang diberikan memiliki efek samping yang menyebabkan takikardia.
4. Pasien khawatir terhadap efek samping Symbicort yang dapat menyebabkan sariawan.
5. Seharusnya penggunaan antibiotik amoksisilin ini pada infeksi sistemik, sedangkan pasien tidak
mengalami infeksi sistemik.
2
Rencana monitoring terapi:
1. Monitoring kadar asam urat.
2. Monitoring leukosit.
3. Monitoring frekuensi dan keadaan batuk.
4. Monitoring saturasi oksigen
Referensi:
Alldredge, B.K. et al. 2013. Koda Kimble's Applied Therapeutics. (Chapter 23: Asthma)
DiPiro, J.T. et al. 2019.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
AHFS. AHFS Drug Information, American Society of Health System Pharmacists. Bethesda:
American Hospital Formulary Service; 2011.
3
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: -
Rute: Inhalasi
Frekuensi pemberian: 2-4 L/menit
Indikasi terapi
Hipoksemia,
Tanggal dimulainya terapi
9 November
Durasi terapi
Sampai tercapai kadar saturasi oksigen ≥ 90%
Efek samping obat
Gejala toksisitas paru meliputi penurunan pada kapasitas vital,
batuk, dan gangguan substernal. Gejala toksisitas SSP termasuk
mual, perubahan suasana hati, vertigo, berkedut, kejang, dan
kehilangan kesadaran.
Indikasi terapi
Pada eksaserbasi sebagai bronkodilator yaitu agonis beta 2 kerja
singkat
Durasi terapi
2 hari
Indikasi terapi
Bronkhitis dan kondisi Paru lainnya yang membutuhkan
ekspektoran, mukolitik untuk meredakan batuk berdahak
Indikasi terapi
Osteo arthritis, ankilosa spondilitis, gangguan muskuloskeletal
akut,gout akut, nyeri persendian.
5
Frekuensi pemberian: 1 kali sehari
Indikasi terapi
Mengatasi peradangan (anti inflamasi), reaksi auto imun
(immunosupresan)
Tanggal dimulainya terapi
9 November
Durasi terapi
1 hari
Efek samping obat
Efek samping utama dexamethasone adalah supresi aksis HPA
(Hipotalamus-pituitari-adrenal), sedangkan interaksi obat terjadi
dengan obat yang menginduksi enzim CYP3A4.
Efek samping lainnya : nafsu makan meningkat, berat badan
bertambah, perubahan siklus menstruasi, gangguan tidur, pusing,
sakit kepala, sakit perut.
6
Dosis: 3 x 1 ½ cth
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: 3 kali sehari
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 250-500 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: 3 kali sehari
Indikasi terapi
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri (antibiotik)
Tanggal dimulainya terapi
9 November
Durasi terapi
2 hari
Efek samping obat :
Muntah, sakit kepala, mucul ruam pada kulit, diare.
8. Symbicort Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 3 x 2 inhalasi
Rute: inhalasi
Frekuensi pemberian: 3 kali sehari
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 4,5 – 9 mcg 1-2x/ hari
Rute: inhalasi
Frekuensi pemberian: 1-2 kali sehari
Indikasi terapi
Terapi reguler untuk asma (bronkodilator)
Tanggal dimulainya terapi
10 November
Durasi terapi
Efek samping obat
Palpitasi (detak jantung tidak teratur, melambat atau cepat); tremor
(getaran atau menggigil yang terjadi secara tidak sadar); iritasi
tenggorokan yang bersifat ringan, batuk, suara serak; sakit kepala;
kandidiasis oral (infeksi mulut karena Candida albicans).
9 Guaifenesin Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 400 mg
Rute: oral
Frekuensi pemberian: 3 kali sehari
7
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 200 – 400 mg / 4 jam
Rute: oral
Frekuensi pemberian: 6 kali sehari
Indikasi terapi
Ekspektoran
Tanggal dimulainya terapi
10 November
Durasi terapi
Efek samping obat
Pusing, ngantuk, sakit kepala, kulit kemerahan, mual, muntah, nyeri
perut.
Seorang pria bernama M berusia 45 tahun datang ke IGD sebuah rumah sakit pada tanggal 9
November pukul 04.10 wib. Pasien mengeluhkan sesak nafas semakin parah sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Sesak nafas timbul bila batuk, batuk berdahak (+) sejak 1 hari yang lalu dan demam (+) sejak 1
hari yang lalu, demam tidak terlalu tinggi. Pasien mengatakan pernah mengalami serangan sesak nafas
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi. Diketahui pasien
memiliki riwayat gout sejak 2 tahun yang lalu.
Berat badan pasien 75 kg, denyut nadi 80 kali/menit, laju nafas 30 kali/menit, suhu tubuh 36,7°C,
rhonki (-/-), wheezing (+/+); ekspirasi memanjang (+/+). Hb 13,3 g/dl, leukosit 15.430/mm 3, hematokrit 42,3
% dan trombosit 251.000/mm3, asam urat 7,6mg/dl, ureum 15 mg/dl dan kreatinin 0,8 mg/dl.
Pasien didiagnosis asma (serangan sedang) dan gout. Selanjutnya, pasien mendapat terapi seperti
pada tabel dibawah ini:
8
Berikut monitoring gejala pasien selama tanggal 9/11 dan 10/11
09/1 10/1
Kondisi Pasien
P S M P S
Demam - - - - Pasien pulang
pukul 11.00 wib
Batuk Berdahak + + + +
Sesak + + + Berkurang
Rhonki -/- -/- -/- -/-
Wheezing +/+ -/- -/- -/-
Eksperium memanjang +/+ -/- -/- -/-
Pasien dibolehkan pulang tanggal 10 November pukul 11.00 wib. Obat pulang pasien antara lain
Symbicort 3 x sehari 2 inhalasi, Bromheksin sirup 3 x 1 cth PO, dan Piroxicam 2 x 20 mg PO.
Pertanyaan:
1. Pada tanggal 10, pasien mengeluh jantung berdebar-debar dan tangan gemetar. Anda menyadari
adanya masalah dalam pengobatan pasien. Apakah masalah pengobatan yang mungkin terjadi?
Masalah pengobatan yang mungkin terjadi adalah efek samping akibat pemberian agonis β2
adrenergik rute sistemik yaitu injeksi salbutamol yang diberikan 3 kali. Seharusnya, saat di IGD
cukup gunakan nebulasi Ventolin saja, tidak perlu dengan injeksi salbutamol
2. Saat menjelaskan obat pulang, pasien mengungkapkan kekhawatirannya dengan efek samping
Symbicort® yang menyebabkan sariawan pada mulut. Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi
persoalan itu?
Menyarankan kepada pasien untuk berkumur-kumur dengan air setelah menyemprotkan obat
symbicort. Karena sisa-sisa zat inhaler yang menempel pada rongga mulut menyebabkan sariawan
dan sisa steroid yang tertinggal di mulut dapat memicu pertumbuhan jamur. Secara teratur setelah
pemakaian, bersihkan bagian luar corong dengan kain/tisu kering.
9
3. Satu minggu kemudian, pasien datang ke klinik dengan keluhan sesak nafas bertambah sering. Obat
apakah yang mungkin dapat menyebabkan masalah tersebut?
Masalah tersebut disebabkan oleh Piroxicam yang merupakan obat golongan NSAID, yang mana
mekanisme kerjanya hanya menghambat enzim siklooksigenase, sedangkan enzim lipoksigenase
tidak dihambat. Sehingga tetap dihasilkan leukotrien yang menyebabkan otot dan saluran bronkial
(pernapasan) membengkak. Akibatnya, saluran napas menyempit (bronkospasme) dan muncul gejala
asma.
10
11