Anda di halaman 1dari 31

DRUG RELATED

PROBLEM (DRP)
. M itra Wyn ne Ti m bu ra s, S.Farm, M.Farm
Apt
Pertemuan 1
MATERI PERKULIAHAN

• Pengantar Penggunaan Obat


Rasional
• Definisi dan Komponen DRP
• DRP Aktual dan Potensial
• Klasifikasi DRP
• Hubungan Kepatuhan dan DRP
• Hubungan Interaksi Obat dan DRP
• Jenis DRP dan Kasus
Penggunaan obat rasional
DEFINISI

Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien


menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya
yang terjangkau baik untuk individu maupun masyarakat
KRITERIA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (Kemkes, 2011)

Tepat diagnosis
Tepat indikasi
Tepat Pemilihan Obat
Tepat dosis
Tepat cara pemberian
Tepat Interval waktu pemberian
Tepat lama pemberian
Waspada terhadap ES
Tepat penilaian kondisi pasien
Obat yg digunakan AMAN, EFEKTIF MUTU TERJAMIN
Tepat informasi
Tepat tindak lanjut
Tepat penyerahan obat (Dispensing)
TEPAT DIAGNOSIS TEPAT PEMILIHAN DOSIS
Apabila penegakkan diagnosis benar, maka pemilihan obat akan Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh
terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. terhadap efek terapi obat..
Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan
indikasi yang seharusnya
TEPAT CARA PEMBERIAN
TEPAT INDIKASI PENYAKIT ????
Antihipertensi, misalnya diindikasikan untuk terapi hipertensi.
Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk
TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN
pasien yang memberi gejala adanya hipertensi/Tekanan darah
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana
tinggi.
mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.

TEPAT PEMILIHAN OBAT


Pengambilan keputusan berdasarkan penegakkan diagnosis TEPAT LAMA PEMBERIAN
merupakan upaya agar pemilihan obat yang digunakan sesuai Lama pemberian Tiamfenikol pada demam tifoid adalah 10-14
hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama
dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil
pengobatan
WASPADA ES TEPAT PEMBERIAN INFORMASI
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak • Cara pemberian
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. • Efek samping
CONTOH???

TEPAT PENILAIAN KONDISI PASIEN TEPAT TINDAK LANJUT


Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada pasien • Upaya tindak lanjut pengobatan (follow up) harus
yg alergi terhadap bbrp golongan nsaid juga pada pasien asma, karena
dilakukan untuk memantau perkembangan penyakit
obat golongan ini terbukti dapat mencetuskan serangan asma
setelah pengobatan.
• CONTOH : Penderita hipertensi dianjurkan untuk
OBAT YG DIGUNAKAN EFEKTIF, AMAN, MUTU TERJAMIN
selalu kontrol secara teratur ke Puskesmas
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam
daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial
didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan TEPAT PENYERAHAN OBAT (DISPENSING)
harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan
Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang secara tepat, agar pasien mendapatkan obat
menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan obat juga
melalui jalur resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah petugas harus memberikan informasi yang tepat kepada
menerapkan CPOB. pasien.
LANJUTAN (TEPAT PENYERAHAN OBAT …)

Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi
pada keadaan berikut:
• Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
• Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
• Jenis sediaan obat terlalu beragam
• Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
• Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara minum/menggunakan obat
• Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikutan (urine menjadi
merah karena minum rifampisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih dahulu
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN TIDAK RASIONAL APABILA DAMPAK BURUK/NEGATIF >
MANFAAT YG DIBERIKAN

 Dampak klinik efek samping dan resisten kuman


 Dampak ekonomi Biaya
 Dampak sosial ketergantungan pasien terhadap intervensi obat

CIRI-CIRI PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL

1. PERESEPAN BERLEBIH (OVER PRESCRIBING)


2. PERESEPAN KURANG
3. PERESEPAN MAJEMUK
4. PERESEPAN KELIRU
5. ADANYA TANGGAPAN PRAKTISI MEDIS BAHWA PENGOBATAN
ADALAH SENI (dokter menentukan obat)
DAMPAK PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK RASIONAL

 Dampak negatif sangat beragam dan bervariasi


 Dapat hanya dialami oleh pasien (Efek samping dan biaya yang mahal)
 Dialami populasi yang lebih luas (resistensi kuman terhadap anti biotik tertentu).

DAMPAK NEGATIF KETIDAK RASIONALAN ANTARA LAIN :

 Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan.


 Dampak terhadap biaya pengobatan.
 Dampak terhadap kemungkinan side efek yang tidak diharapkan.
 Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
 Dampak Psikososial.
BUAT 3 KELOMPOK
1.PCNE V6
2.PCNE V7
3.PCNEV8

BSK BAHAS DAN TAMPILKAN SECARA DETAIL


MENGENAI KLASIFIKASI DRP DARI MASING2
VERSI BAHAN PDF MASING2 VERSI AKAN
DIKIRIM KE GRUP
DRUG RELATED
PROBLEM (DRP)
Pertemuan -2
Menurut Strand, et al., 1990
DRPs adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara
nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan pasien. Suatu
kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua kondisi, yaitu: (a) adanya
kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian ini dapat berupa
keluhan medis, gejala, diagnose penyakit, ketidak mampuan (disability)
yang merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi;
dan (b) adanya hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat

Menurut Cipolle, et al., 1998

DEFINISI DRPs adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan pengalaman pasien akibat
atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya/potensial mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998).
Society Consultant American Pharmacist menyebutkan bahwa tujuan dari terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien
melalui pengobatan atau pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya gejala, atau memperlambat proses penyakit. Apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau outcome pasien tidak tercapai maka hal ini dapat dikategorikan sebagai DRP
(Cipolle et al., 1998).

Kualitas Hidup

Drug Related
Needs DRP
Indikasi Yg
Ketepatan Indikasi Efektif Keamanan Terapi
#Tertangani
DRP
DRP yang sudah terjadi sehingga harus
AKTUAL diatasi dan dipecahkan.Dalam hal ini pasien
sudah mengalami DRP misalnya dosis
terlalu besar sehingga dosis harus
disesuaikan dengan kondisi pasien

POTENSIAL DRP yang kemungkinan besar dapat terjadi


dan akan dialami oleh pasien apabila tidak
dilakukan pencegahan, misalnya pasien
apabila diberikan suatu obat akan
mengalami kontraindikasi sehingga harus
diganti dengan obat l

(Rovers et al, 2003).


• Kejadian ini dapat diakibatkan oleh kondisi
ekonomi, psikologi, fisiologis, atau

Komponen DRPs
Kejadian atau resiko yang sosiokultural pasien.
tidak diharapkan yang dialami
oleh pasien

• Hubungan ini meliputi konsekuensi dari terapi


Ada hubungan atau diduga obat sehingga penyebab/diduga sebagai
ada hubungan antara kejadian penyebab kejadian tersebut,atau
yang tidak diharapkan yang • Dibutuhkannya terapi obat untuk mencegah
dialami oleh pasien dengan kejadian tersebut
terapi obat
KATEGORI DRP
(Cipolle et al, 1998)

Membutuhkan obat tetapi tidak menerimanya


misalnya untuk profilaksis atau premedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan pengobatan kontinyu.

Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai


Menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat,minum beberapa obat padahal hanya
satu terapi obat yang diindikasikan dan atau minum obat untuk mengobati efeksamping.

Menerima Obat salah


Kasus yang mungkin terjadi: obat tidak efektif, alergi, adanya resiko kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi
obat yang tidak perlu dan bukan yang paling aman.

Dosis Terlalu Rendah


Penyebab yang sering terjadi: dosis terlalu kecil untuk menghasilkan respon yang diinginkan, jangka waktu terapi yang terlalu
pendek,pemilihan obat, dosis, rute pemberian, dan sediaan obat tidak tepat.
Lanjutan… Dosis terlalu tinggi
Penyebabnya : Dosis salah, frekuensi tidak tepat, jangka waktu tidak tepat dan
Komponen adanya interaksi obat.

DRP Pasien mengalami ADR


Penyebab: pasien dengan factor resiko yang berbahaya bila obatdigunakan, efek dari
obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien,interaksi dengan obat lain, dosis
dinaikkan atau diturunkan terlalu cepatsehingga menyebabkan ADR dan mengalami
efek yang tidak dikehendakiyang tidak diprediksi.

Kepatuhan
Penyebab: pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat, pasien tidak
menuruti rekomendasi yang diberikan untuk pengobatan, pasien tidak mengambil
obat yang diresepkan karena harganya mahal, pasien tidak mengambil beberapa
obat yang diresepkan secara konsisten karena merasa sudah sehat
Drug related problem
Pertemuan -3
Masalah terapi terkait obat
(drug therapy problem)

muncul ketika

Kebutuhan pasien terkait obat


(drug related needs of patients)
TIDAK TERPENUHI
TUJUAN
MENGOPTIMALKAN

M
PENGGUNAAN OBAT
SECARA RASIONAL

AS
• Butuh tambahan terapi obat tapi tidakdipenuhi
Sesuai • Tidak perlu terapi obat tapi diberikan

AL
indikasi

AH
• Obat tidak sesuai kebutuhan

TE
Efektif • Dosis terlampau rendah

RA
PI
• ROTD
Aman • Dosis terlampau tinggi

KEBUTUHAN PASIEN
Terpenuhi • Tidak terpenuhi
R E V I E W …. …. …

Evolusi Tgjawab Pelayanan Farklin


Pelayanan farmasi klinik  pelayanan LANGSUNG yang diberikan tenaga farmasi kepada pasien dalam rangka meningkatkan
OUTCOME terapi dan meminimalkan risiko terjadinya EFEK SAMPING KARENA OBAT. Pelayanan farmasi klinik terbukti efektif
dalam MENANGANI TERAPI pada pasien. Selain itu, pelayanan tersebut juga efektif untuk mengurangi BIAYA PELAYANAN
kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hal itu terutama diperoleh dengan melakukan PEMANTAUAN
RESEP DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT. untuk tujuan KESELAMATAN PASIEN (patient safety) sehingga KUALITAS
HIDUP PASIEN (quality of life) terjamin.

• Praktik pelayanan farmasi klinik di Indonesia baru berkembang pada TAHUN 2000-AN.
• Lambatnya perkembangan ini DISEBABKAN KONSEP FARMASI KLINIK BELUM DITERIMA SEPENUHNYA OLEH TENAGA
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT. Selama ini, tenaga farmasi yang BERTUGAS MENYIAPKAN OBAT di instalasi farmasi
rumah sakit tidak memiliki akses untuk ikut memantau perkembangan pengobatan pasien.
• TENAGA FARMASI SELAMA INI DIANGGAP KURANG KOMPETEN untuk dapat memainkan peran dalam pengobatan,
padahal telah memahami FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK  Semestinya tenaga farmasi bisa memegang peran
yang signifikan dalam pelayanan terapi obat
• SEKARANG, tenaga farmasi harus diberi peran yang lebih luas dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan terapi
obat pada pasien agar dapat memberikan pelayanan kefarmasian secara individual sebelum mereka menyiapkan resep
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah:
1. Berorientasi kepada pasien.
2. Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal).
3. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai dan memberi
informasi bila diperlukan.
4. Bersifat aktif, dengan memberi masukan kepada dokter sebelum pengobatan dimulai,
atau menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan.
5. Bertanggung jawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan.
6. Menjadi mitra dan pendamping dokter
PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE
• TIDAK HANYA PELAYANAN DI RS TAPI JUGA PELAYANAN FARMASI KOMUNITAS
• Dalam praktiksehari-hari, ada banyak cara untuk mengimplementasikan Pharmaceutical Care, yaitu melalui bentuk pelayanan farmasi klinik yang
secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pelayanan farmasi klinik yang bersifat umum :
• Pengambilan sejarah pengobatan pasien (Medication History-taking)
• Konsultasi penggunaan obat yang rasional bagi tenaga kesehatan lain maupun pasien
• Pemantauan penggunaan obat
• Partisipasi aktif dalam program monitoring efek samping obat, KFT, infeksi nosokomial, dan lain-lain.
Pelayanan farmasi klinik yang bersifat khusus :
• Informasi Obat
• Konseling
• Nutrisi Parenteral Total (TPN = Total Parenteral Nutrition)
• Pencampuran obat suntik (IV admixture)
• Penanganan obat sitotoksik
• - Pemantauan kadar obat dalam darah (TDM =Therapeutic Drug Monitoring)
3. Pelayanan farmasi klinik yang bersifat spesialistik farmakoterapi :
Penyakit Dalam, Bedah, Pediatri, Geriatri, Kardiovaskuler, dan lain-lain.
HUBUNGAN KERJA ANTARA DOKTER DAN APOTEKER
DALAM TERAPI MEDIS

• Tujuan terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Optimalisasi terapi
medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat serta
adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan informasi terkini

• Dokter dan apoteker harus saling mengisi dan saling mendukung memenuhi tanggungjawab dalam
mencapai tujuan penyediaan pelayanan medis secara optimal. Hal ini membutuhkan komunikasi, saling
menghormati, saling percaya, dan saling mengakui kompetensi profesional masing-masing. Ketika
konseling pasien, dokter memfokuskan pada tujuan terapi, berkaitan dengan resiko, manfaat dan efek
samping. Apoteker fokus pada bagaimana menggunakan obat secara benar, kepatuhan pasien, dosis,
tindakan pencegahan dan informasi penyimpanan obat
KLASIFIKASI DRP (PCNE)

Anda mungkin juga menyukai