Anda di halaman 1dari 28

Drug Related Problem

PHARMACEUTICAL CARE
Filosofi dari penggunaan obat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Praktek kefarmasian yang mengharuskan profesi farmasis
bertanggung jawab langsung terhadap penggunaan obat
pasien dan dilakukan dengan komitmen penuh

• Menyembuhkan penyakit
• Mengurangi gejala penyakit
• Menahan penyebaran/
memperlambat proses penyakit
• Mencegah penyakit/gejala
• penyakit
• Menyembuhkan penyakit
• Mengurangi gejala penyakit
• Menahan penyebaran/
memperlambat proses penyakit
• Mencegah penyakit/gejala
• penyakit
Prosedur Penggunaan Obat
Sistem Melingkar
Mengidentifikasi Memecahkan Masalah
Masalah Pasien Pasien
“Diagnosa”

Merencanakan Pengobatan
“Penulisan Resep”

Menilai Pelaksanaan Pengobatan


Perkembangan “Peracikan &
Pasien Informasi/konseling obat”

Pelaksanaan
Monitor Pengobatan
Perkembangan “Penggunaan
Pasien obat”
Kolaborasi dan Integrasi
dalam Pelayanan

Dokter Apoteker

Pasien

Perawat Tenaga
Kesehatan
Lain

Komunikasi & Informasi


Keterkaitan dalam Terapi
ObatVan den Bemt, Drug Safety 2000;22:321-33.
Adverse Drug
Symptoms Reaction
Medication error related to
with morbidity disease or
therapy

Human or
systematic Drug
error therapy

Medication error
no morbidity
Defenisi

• keadaan yang tidak diinginkan pasien terkait


dengan terapi obat serta hal-hal yang
mengganggu tercapainya hasilakhir yang
sesuai dan dikehendaki untuk pasien
2. Identifikasi Masalah Terkait Obat (Drug
Related Problem)

 Ada indikasi tapi tidak diterapi


 Pemilihan obat tidak tepat
 Dosis terlalu rendah
 Dosis terlalu tinggi
 Efek samping obat
 Interaksi Obat
 Pasien tidak menggunakan obat
 Tidak ada indikasi
Asesmen
Telaah data subjektif dan objektif
Gejala terkait interaksi obat/ ESO
Terapi obat (termasuk obat non
resep, herbal): indikasi?, tepat obat?
Tepat rejimen?
Evidence based therapy
Fungsi organ utama (ginjal, hepar)
Reaksi alergi/hipersensitivitas
Kepatuhan pasien
Sasaran Farmakoterapi
 Specific
 Measurable (qualitative, quantitative)
 Achievable
 Relevant with the pharmacist’s
responsibility
 Timely

Goals ≠ Plan
3. Rekomendasi Terapi

 Pertimbangkan status klinik pasien

 Pilihan terapi yang mungkin diberikan untuk


pasien
 Beri rekomendasi:

- patient-focused

- drug-focused

- do nothing
Pemberian Rekomendasi Terapi
 Ubah obat
 Ubah dosis
 Ubah rute pemberian
 Ubah waktu pemberian.
 Hentikan obat
 Tambahkan obat
 Lakukan pemantauan (gejala klinis, uji
laboratorium)
 Edukasi pasien (cara menggunakan obat, modifikasi
gaya hidup)
4. Rencana pemantauan
 Menetapkan parameter pemantauan
 Menetapkan sasaran terapi
 Menetapkan frekuensi pemantauan
Apa yang dipantau ?

 Efek terapeutik (therapeutic effects)


 Efek tidak diharapkan (adverse effects)
 Kepatuhan pasien (patient compliance)
 Hasil terapi (patient outcome) 
kualitas hidup pasien
Fungsi Dokumentasi

 Komunikasi antar tenaga kesehatan


 Bukti pelayanan
 Reimbursement
 Bukti hukum
Menulis di CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)

 Tidak melebihi 1 halaman


 Gunakan frase
 Gunakan singkatan standar
 Tidak menggunakan singkatan untuk nama obat
 Tulis hanya data yang mendukung Assessment
dan
Plan
 Tiap masalah diberi nomor yang berbeda
Sistematika
S : Gejala, keluhan yang disampaikan
pasien/keluarga
O : Pengukuran/observasi oleh tenaga
kesehatan
A : Penilaian apoteker terhadap masalah yang
dihadapi pasien terkait penggunaan obat
P : Rencana Terapi
CONTOH KASUS
( kasus Tn. AH)

 S: Batuk berdahak, sesak, lemah


 O : Tanda-tanda vital normal, Hemoglobin
(11,0 g/dL); hematokrit (31,9%); Eritrosit
(3,84 10^6/µL); Leukosit (20,4 10^3/µL)
Obat yang digunakan:

Nama Obat Rute Regimen

Levofloxacin 500mg po 1x500 mg (Hari ke 14)


Omeprazol inj.40mg iv 2x 40 mg
Simvastatin 20mg po 1x20 mg
Warfarin 2mg po 1x2 mg
Clopidogrel 75mg po 1x75 mg
Valsartran 80mg po 1x80 mg
Asam folat 5mg po 2x5 mg
Neurodex 100 mg po 2 x 100 mg
 A:
1. Pasien belum menunjukkan perbaikan dengan levofloxacin
pada hari ke 14
2. Batuk berdahak belum teratasi
3. Anemia
4. Kombinasi omeprazol dapat menurunkan efek terapi
clopidogrel
5. Kombinasi warfarin dan clopidogrel dapat meningkatkan
risiko perdarahan

 P:
1. Pertimbangkan untuk evaluasi penggunaan levofloxacin
dan
mengganti dengan antibiotik lain
2. Disarankan untuk menambahkan mukolitik
3. Disarankan untuk menambahkan tablet zat besi
4. Pertimbangkan untuk mengganti omeprazol dengan ranitidin
tab 2 X 150 mg,
5. Pemantauan INR (target 2,5)
Berbagai Penyebab Terjadinya Problema Terapi Obat
Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Terapi obat yang tidak diperlukan . Tidak ada indikasi medis


. Obat yang adiktif/ obat
rekreasional
. Terapi non obat lebih sesuai
. Terapi duplikasi
. Terapi terhadap ADR yang
dpt dihindari

Pemilihan obat yang tidak tepat . Sediaan obat yang tidak sesuai
. Adanya kontraindikasi
. Kondisi refraktori thd obat
. Obat tidak diindikasikan utk
kondisi tertentu pasien
. Adanya obat yang lebih efektif
Berbagai Penyebab Terjadinya Problema Terapi Obat
Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Terapi obat yang tidak diperlukan . Tidak ada indikasi medis


. Obat yang adiktif/ obat
rekreasional
. Terapi non obat lebih sesuai
. Terapi duplikasi
. Terapi terhadap ADR yang
dpt dihindari

Pemilihan obat yang tidak tepat . Sediaan obat yang tidak sesuai
. Adanya kontraindikasi
. Kondisi refraktori thd obat
. Obat tidak diindikasikan utk
kondisi tertentu pasien
. Adanya obat yang lebih efektif
Problema terapi obat (PTO) Penyebab PTO

Dosis subterapi . Dosis keliru


. Frekuensi pemakaian yang
tidak tepat
. Lama pemakaian yang tidak
tepat
. Penyimpanan tidak benar
.Cara/rute penggunaan yang
tidak benar

Interaksi obat . Interaksi obat-obat


. Interaksi obat-makanan
. Interaksi obat-minuman
. Interaksi obat-nutrisi
. Interaksi obat-penyakit
. Interaksi obat-bahan dari
lingkungan
Problema terapi obat (PTO) Penyebab PTO

Reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD) . Obat tidak aman untuk pasien
(Adverse drug reaction (ADR)) . Reaksi alergi
. Pemakaian tidak benar
. Kenaikan/penurunan dosis
terlalu cepat
. Efek tidak dikehendaki

Dosis terlalu besar . Dosis keliru


. Frekuensi pemakaian tidak tepat
. Lama pemakaian tidak tepat
Problema terapi obat (PTO) Penyebab PTO

Komplians tidak terpenuhi . Produk obat tidak tersedia


. Tidak mampu menebus obat
. Tidak dpt menelan/memekai obat
. Tidak mengerti aturan pemakaian
. Pasien memilih tidak memakai obat

Memerlukan tambahan terapi obat . Kondisi pasien yang belum ditangani


. Terapi sinergistik
. Terapi profilaktik
Problema Terapi Obat ‘Aktual’ dan ‘Potensial’
• Problema terapi obat ‘aktual’:
Problema yang telah terjadi dan problema itu harus diupayakan untuk
dibenahi.

• Problema terapi obat ‘potensial’:


Problema yang sangat mungkin dapat terjadi dan pasien yang mendapat
terapi itu mempunyai risiko untuk memproleh problema terkait bila
intervensi tidak dilakukan.

• Contoh:

• Seorang pasien diketahui pernah mendapat reaksi hipersensitivitas


terhadap amoksisilin. Kemudian, pasien itu mendapat amoksisilin dengan
resep dokter.

• Apakah pasien menghadapi problema terapi obat actual atau potensial ?


Beberapa Contoh Problema Terapi Obat

• Pemakaian bersama-sama ciprofloxacin dan sucralfat, jumlah ciprofloxacin yang


diabsorpsi dari saluran cerna jauh berkurang sehingga kegagalan terapi dapat
terjadi.

• Seseorang menggunakan obat kontrasepsi oral dan obat lain atau bahan dari
lingkungan yang menginduksi enzim pemetabolisme obat. Kehamilan dapat
terjadi.

• Interaksi antara digoxin dan verapamil. Verapamil dapat meningkatkan kadar


digoxin dalam darah sebesar 44%; hal ini karena verapamil menurunkan sekresi
digoxin melewati saluran empedu.

• Pasien yang mendapatkan obat felodipine dan meminum jus anggur (grapefruit
juice), kadar felodipine dalam darah meningkat 3 kalinya. Spence (1997)
melaporkan terjadinya kematian seorang pria berumur 29 tahun yang
menggunakan terfenadine (antihistamine) dan meminum jus anggur 2 – 3 kali
tiap minggunya. Kematian ini diakibatkan oleh toksisitas terfenadine.
Beberapa Contoh Problema Terapi Obat
5. Obat diuretika dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetika, karena diuretika meningkatkan
kadar gula darah.

Obat diuretika juga mempunyai efek meningkatkan kadar asam urat dalam darah, karenanya
penggunaan obat untuk mengurangi kadar asam urat darah perlu dilakukan penyesuaian.

Obat diuretika dapat meningkatkan kehilangan kalium dan mineral lainnya.


Bila seseorang kekurangan kalium dalam darahnya secara berkelanjutan maka dia akan dapat
mengalami:
a. fragilitas tulang,
b. paralysis,
c. sterilitas,
d. kelemahan otot,
e. kerusakan saraf,
f. detak jantung tidak reguler (arrhythmia), dan
g. kerusakan ginjal.

6. Telah dilaporkan tentang meninggalnya beberapa pasien yang memperoleh terapi dengan obat
monoamine oksidase inhibitor (MAOI) setelah pasien itu menghentikan pemakaian obat
fluoxetine. Direkomendasikan bahwa paling tidak perlu waktu 5 minggu antara penghentian
fluoxetine dan inisiasi terapi dengan MAOI.

Anda mungkin juga menyukai