Anda di halaman 1dari 27

Ratna Sari Dewi,M.Farm,Apt.

DRUG RELATED PROBLEMS (DRPS)

OLEH KELOMPOK 4 :
Ainun Nurain Nurdin
Ardhia Regita Cahyani
Deza Novrianti
Martini Aulia
Olifia Ramadani
Tengku Desvita Dwipa Putri

DIII – IV B
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2017
Pengertian Drug Related Problem
(DRPs)

Kategori Drug Related Problem


(DRPs)

Jenis Drug Related Problem (DRPs)


Pembahasan
Identifikasi Drug Related Problem
(DRPs)

Contoh problema terapi obat

Peyebab terjadinya problema terapi


obat
• Pharmaceutical Care Network Europe mendefinisikan
masalah terkait obat (DRPs) adalah kejadian suatu
kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata
atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan
yang diinginkan.
• Masalah terkait obat dapat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas kualitas hidup pasien serta berdampak
juga terhadap ekonomi dan sosial pasien
Menurut Cipolle tahun 2004, Drug Related Problems (DRPs) merupakan
situasi tidak ingin dialami oleh pasien yang disebabkan oleh terapi obat
sehingga dapat berpotensi menimbulkan masalah bagi keberhasilan
penyembuhan yang dikehendaki. Suatu kejadian dapat disebut DRPs bila
memenuhi komponen-komponen. Komponen tersebut adalah kejadian tidak
diinginkan yang dialami pasien berupa keluhan medis, gejala, diagnosis,
penyakit, dan ketidakmampuan (disability) serta memiliki hubungan antara
kejadian tersebut dengan terapi obat dimana hubungan ini dapat berupa
konsekuensi dari terapi obat atau kejadian yang memerlukan terapi obat
sebagai solusi maupun preventif
1. PENGERTIAN

DRPs adalah kejadian yang tidak


diinginkan pasien terkait terapi obat,
dan secara nyata maupun potensial
berpengaruh pada outcome yang
diinginkan pasien.
Menurut Pharmaceutical Care Network Europe
tahun 2006, masalah terkait obat
dikelompokkan sebagai berikut :

Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug Reaction/ADR)

Masalah pemilihan obat (Drug choice problem)

Masalah pemberian dosis obat (Drug dosing problem)

Masalah pemberian/penggunaan obat (Drug use/administration problem)

Interaksi obat (Interaction)

Masalah lainnya (Others)


Suatu kejadian dapat
disebut DRPs apabila
terdapat dua kondisi, yaitu
:

Adanya kejadian tidak


diinginkan yang dialami Adanya hubungan antara
pasien, kejadian ini dapat kejadian tersebut dengan
berupa keluhan medis, terapi obat
gejala, disgnose penyakit,
ketidakmampuan yang
merupakan efek dari kondisi
psikologis, fisiologis,
ekonomi.
Kategori DRP
 DRP dibagi menjadi 2 : actual dan
potensial,
1. DRP actual adalah masalah yang terjadi
seketika saat pasien menggunakan obat
(misalkan alergi dll), dan
2. DRP potensial adalah masalah yang akan
terjadi pada saat setelah penggunaan obat
(misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb).
Problema Terapi Obat ‘Aktual’ dan ‘Potensial’

 Problema terapi obat ‘aktual’:


Problema yang telah terjadi dan problema itu harus diupayakan untuk
dibenahi.

 Problema terapi obat ‘potensial’:


Problema yang sangat mungkin dapat terjadi dan pasien yang mendapat
terapi itu mempunyai risiko untuk memproleh problema terkait bila
intervensi tidak dilakukan.

 Contoh:

 Seorang pasien diketahui pernah mendapat reaksi hipersensitivitas


terhadap amoksisilin. Kemudian, pasien itu mendapat amoksisilin
dengan resep dokter.
 Apakah pasien menghadapi problema terapi obat actual atau potensial ?
Ada 8 jenis Drug Related
Problem, yaitu :
1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication)

 Ada indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani


dalam resep tersebut, misalnya pasien mengeluh nyeri di
persendian, sedang dalam resep tersebut tidak ada obat untuk
mengatasi masalah nyeri tersebut.

2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection)

 Pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan


beresiko, misalnya pasien demam dikasih antibiotik rifampisin,
ini jelas pemilihan bat salah. atau obat yang dipilih memiliki
kontraindikasi atau perhatian (caution) terhadap pasien.
Lanjutan...
3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use
Without Indication)

 Obat yang ada dalam resep, tidak sesuai dengan


indikasi keluhan penyakit pasien.

4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)

 Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut


terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak memadai
untuk mengobati penyakit pasien.
Lanjutan...
5. Dosis Terlalu Besar (Over Dosage)

 Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar, diatas dosis


maksimum, hal ini dapat berakibat fatal.
6. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki
(Adverse Drug Reactions)

 Obat yang diberikan memberikan efek samping yang


memberatkan kondisi pasien, misalnya captopril menyebabkan
batuk yang mengganggu (efek samping ini tidak selalu terjadi,
karena sensitifitas setiap orang berbeda-beda).
Lanjutan....
7. Interaksi Obat (Drug Interactions)
Obat-obatan dalam resep saling berinteraksi seperti warfarin dan
vitamin K bersifat antagonis, atau obat dengan makanan semisal
susu dan tetrasiklin membentuk khelat/kompleks yang tidak bisa
diabsorpsi.

8. Gagal Menerima Obat (Failure to receive


medication)
Obat tidak diterima pasien bisa disebabkan tidak mempunyai
kemampuan ekonomi, atau tidak percaya dan tidak mau
mengkonsumsi obat-obatan. atau bisa juga disebabkan obat tidak
tersedia di apotek sehingga pasien tidak dapat memperoleh obat.
Identifikasi Drug Related
Problem

Modul 1 : Pharmacist’s Patient Data Base


Adalah untuk memperoleh data pasien yang obyektif maupun
subyektif sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan terapi.
Modul 2 : Drug Therapy Assesment Worksheet (DTAW)
Adalah form yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mereview DRPs.
Modul 3 : Drug Therapy Probem List (DTPL)
Pada lembar ini ditulis jenis DRPs yang ditemukan sesuai yang ada,
di DTAW dan rekomendasi yang diberikan kepada dokter atau
perawat untuk tercapainya keberhasilan terapi.
Modul 4 : Pharmacist Care Plan (PCP)
PCP berisi ulasan lebih rinci tentang rencana yang akan
dilakukan oleh farmasis untuk mewujudkan kerasionalan
penggunaan obat.
Modul 5 : Pharmacist Care plan Monitoring Worksheeet
(PCPMW)
PCPMW berfungsi untuk mengarahkan farmasis dalam
melakukan monitoring secara efektif dalam pelaksanaan
Pharmacist Care Plan (PCP)
Lanjutan....
 Dengan adanya DRP diharapkan seorang
apoteker dibantu tenaga teknis kefarmasian
dapat menjalankan perannya dengan
melakukan screening resep untuk mengetahui
ada atau tidaknya DRP, serta melakukan
konseling pada pasien tersebut agar masalah
terkait penggunaan obat dapat diatasi dan
pasien dapat mengerti tentang pengobatannya
yang bermuara pada meningkatnya kepatuhan
pasien dalam pengobatan yang teratur.
 Pemakaian bersama-sama ciprofloxacin dan sucralfat, jumlah
ciprofloxacin yang diabsorpsi dari saluran cerna jauh berkurang
sehingga kegagalan terapi dapat terjadi.

 Seseorang menggunakan obat kontrasepsi oral dan obat lain atau


bahan dari lingkungan yang menginduksi enzim pemetabolisme
obat. Kehamilan dapat terjadi.

 Interaksi antara digoxin dan verapamil. Verapamil dapat


meningkatkan kadar digoxin dalam darah sebesar 44%; hal ini karena
verapamil menurunkan sekresi digoxin melewati saluran empedu.

 Pasien yang mendapatkan obat felodipine dan meminum jus jenis


jeruk (grapefruit juice), kadar felodipine dalam darah meningkat 3
kalinya. Spence (1997) melaporkan terjadinya kematian seorang pria
berumur 29 tahun yang menggunakan terfenadine (antihistamine)
dan meminum jus jenis jeruk 2 – 3 kali tiap minggunya. Kematian ini
diakibatkan oleh toksisitas terfenadine.
5. Obat diuretika dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetika, karena diuretika
meningkatkan kadar gula darah.

Obat diuretika juga mempunyai efek meningkatkan kadar asam urat dalam darah,
karenanya penggunaan obat untuk mengurangi kadar asam urat darah perlu
dilakukan penyesuaian.

Obat diuretika dapat meningkatkan kehilangan kalium dan mineral lainnya.


Bila seseorang kekurangan kalium dalam darahnya secara berkelanjutan maka
dia akan dapat mengalami:
a. fragilitas tulang,
b. paralysis,
c. sterilitas,
d. kelemahan otot,
e. kerusakan saraf,
f. detak jantung tidak reguler (arrhythmia), dan
g. kerusakan ginjal.
6. Telah dilaporkan tentang meninggalnya beberapa pasien yang memperoleh terapi
dengan obat monoamine oksidase inhibitor (MAOI) setelah pasien itu
menghentikan pemakaian obat fluoxetine. Direkomendasikan bahwa paling tidak
perlu waktu 5 minggu antara penghentian fluoxetine dan inisiasi terapi dengan
MAOI.
Penyebab Terjadinya Problema Terapi Obat

Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Terapi obat yang tidak diperlukan • Tidak ada indikasi medis


• Obat yang adiktif/ obat
rekreasional
• Terapi non obat lebih sesuai
• Terapi duplikasi
• Terapi terhadap ADR
yang dpt dihindari
Pemilihan obat yang tidak tepat • Sediaan obat yang tidak sesuai
• Adanya kontraindikasi
• Kondisi refraktori thd obat
• Obat tidak diindikasikan utk
kondisi tertentu pasien
• Adanya obat yang lebih efektif
Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Dosis subterapi • Dosis keliru


• Frekuensi pemakaian yang tidak
tepat
• Lama pemakaian yang tidak tepat
• Penyimpanan tidak benar
• Cara/rute penggunaan yang tidak
benar
Interaksi obat • Interaksi obat-obat
• Interaksi obat-makanan
• Interaksi obat-minuman
• Interaksi obat-nutrisi
• Interaksi obat-penyakit
• Interaksi obat-bahan dari
lingkungan
Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Reaksi obat tidak dikehendaki • Obat tidak aman untuk


(ROTD) pasien
(Adverse drug reaction (ADR)) • Reaksi alergi
• Pemakaian tidak benar
• Kenaikan/penurunan
dosis terlalu cepat
Dosis terlalu besar • Dosis keliru
• Frekuensi pemakaian tidak
tepat
• Lama pemakaian tidak
tepat
Problema Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO

Komplians tidak terpenuhi • Produk obat tidak tersedia


• Tidak mampu menebus obat
• Tidak dpt menelan/memekai
obat
• Tidak mengerti aturan
pemakaian
• Pasien memilih tidak memakai
obat
Memerlukan tambahan terapi obat • Kondisi pasien yang belum
ditangani
• Terapi sinergistik
• Terapi profilaktik
THANK YOU
SEMOGABERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai