Anda di halaman 1dari 119

BELAJAR MANDIRI

MINGGU 5
MUTIARA PRIMA DIANA
1710312038
Dasar Pemilihan Obat yang tepat dan
rasional (termasuk pemilihan terapi
tunggal atau kombinasi)
◦ Penggunaan Obat Rasional (WHO) adalah
apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh
dirinya dan kebanyakan masyarakat.

POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif.


◦ Kampanye POR oleh WHO dilatarbelakangi oleh dua kondisi yang
bertolak belakang :
1. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50% obat-
obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak
efektif, dan tidak efisien.
2. Kondisi kedua yaitu kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah penduduk
dunia ternyata kesulitan mendapatkan akses memperoleh  obat
esensial..
Tepat Diagnosis
  
Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat.
Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan pemilihan
obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien.
Tepat Diagnosis
   Contoh
pasien diare yang disebabkan Ameobiasis maka akan
diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan
diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya adalah
Amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan
metronidazol.
Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis
merupakan wilayah kerja dokter. Sedangkan pada
swamedikasi oleh pasien, Apoteker mempunyai peran
sebagai second opinion untuk pasien yang telah
memiliki self-diagnosis.
Tepat pemilihan obat
◦  Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat
ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus
terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis obat
yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.
Tepat indikasi
◦  Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter. Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien
yang terbukti terkena penyakit akibat bakteri.

◦“ Tidak semua pasien memerlukan Intervensi


Obat “
Tepat pasien
◦  Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan. Riwayat alergi,
adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi,
balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat. harus dihindari.
◦ Misalnya Pemberian obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan
meningkatkan resiko nefrotoksik

◦ “ Diagnosis yang tepat menentukan


pengobatan yang tepat “
◦ “ Setiap pasien mempunyai respon yang
berbeda terhadap obat
Tepat dosis
◦  Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik
farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan
efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan,
maupun kelainan tertentu.
Tepat  cara dan lama pemberian

◦ Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan


mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien. Hal
ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat
pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu
menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup.
Tepat  cara dan lama pemberian

Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan
penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek
terapi.
Tepat  cara dan lama pemberian

Contohnya penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan tiga kali
sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi
resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat.
Tepat harga
◦  Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan
terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk peresepan obat yang
mahal. Contoh Pemberian antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang
sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat menyebabkan efek samping
yang tidak dikehendaki
Tepat informasi
◦  Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan sangat
mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin
harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan
berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.
Waspada efek samping
◦    Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan
dosis terapi. Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PENILAIAN
KONDISI
PASIEN

DIAGNOSIS INDIKASI HARGA


TERJANGKAU

TEPA WASPADAKEPATUHAN
T ESO PASIEN

INFORMASI JENIS OBAT

DOSIS, CARA &


LAMA
PEMBERIAN
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN TIDAK
RASIONAL, APABILA :
◦ Polypharmacy
◦ Penggunaan antibiotik secara tidak tepat dosis dan indikasinya
◦ Penggunaan injeksi yang berlebihan
◦ Pemberian resep yang tidak sesuai dengan indikasi klinis dan diagnosis
◦ Swamedikasi yang tidak tepat
Ada 3 hal Farmasis dapat berperan dalam proses
peresepan :
Sebelum resep ditulis
◦Masukan Farmasis klinis dalam
penyusunan kebijakan:
penyusunan Formularium RS,
kebijakan peresepan, pedoman
pengobatan
Ada 3 hal Farmasis dapat berperan dalam proses
peresepan :
Selama resep ditulis
◦ Mempengaruhi penulis resep dengan
mempengaruhi pengetahuannya,
sikap dan prioritas dalam penulisan
resep ( masuk dalam tim
multidisiplin ); mis : tim kemoterapi
sitotoksik, tim pemantauan terapi obat
dll.
Ada 3 hal Farmasis dapat berperan dalam proses
peresepan :
Sesudah resep ditulis
◦ Mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas peresepan. Hal ini terjadi sesaat setelah resep
dituliskan atau sebagai bagian proses penatalaksanaan obat secara rutin
◦ Farmasis dapat mengambil peran bermakna dalam audit medis dan klinis
◦ Pemantauan pasien dan peresepan menjadi tugas utama farmasis
The
Patient

The
The
Facilities Safety Health Care
Worker

The The
Environment Business
Tahap Pengembangan Obat (uji
preklinik sampai monitoring
pemasaran obat)
Monitoring Efek Samping
Pengobatan (follow up terapi
dan eso)
DEFINISI E.S.O (WHO)
Tiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
MONITORING EFEK SAMPING OBAT

◦ Aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemakaian obat adalah:


1. Efektivitas
2. Keamanan
3. Mutu
4. Rasional
5. Harga
◦ Aspek keamanan tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya efek
samping obat (E.S.O)
ADANYA E.S.O AKAN MENAMBAH MASALAH DALAM
HAL:
◦ Morbiditas → Penderitaan
◦ Perawatan/ → Pekerjaan dan
perpanjangan penyerapan
masa perawatan dana & fasilitas
◦ Kematian penderita
KLASIFIKASI ESO
Berdasarkan dari patogenesis atau mekanisme terjadinya ESO:

A. REAKSI AKIBAT KELAINAN BAWAAN


1. Alergi
Reaksi terjadi akibat mekanisne imunologi

2. Kelainan genetik
- Reaksi akibat perubahan farmakokinetik obat
- Reaksi akibat perubahan respons jaringan

B. KELAINAN YANG DIDAPAT PADA PASIEN


Reaksi disebabkan adanya penyakit yang memang telah ada pada
penderita
KLASIFIKASI ESO (lanjutan)
C. KELAINAN AKIBAT BENTUK DAN CARA
PEMBERIAN OBAT
- Reaksi akibat respons yang berlebihan
- Reaksi akibat perubahan bioavailability
- Reaksi akibat cara pemberian yang kurang tepat

D. INTERAKSI OBAT
Reaksi terjadi akibat interaksi lebih dari satu macam
obat yang diberikan pada saat yang sama
FAKTOR YANG MENENTUKAN KEJADIAN ESO
1. FAKTOR OBAT
- efek sitotoksik dalam dosis terapi
- obat dengan “margin of safety” yang sempit
- perubahan formulasi
- perubahan fisik obat

2. FAKTOR PENDERITA
- kelainan genetik
- keadaan umum penderita
- penyakit yang menyertai
FAKTOR YANG MENENTUKAN KEJADIAN ESO (lanjutan)
3. FAKTOR PEMBERI OBAT
- penggunaan yang berlebihan
- interaksi obat

4. FAKTOR PERUSAHAAN OBAT


- sumber informasi satu-satunya bagi dokter
- menutupi kekurangan/bahaya penggunaan obat

5. FAKTOR REGULASI
- peraturan yang terlalu longgar dalam hal:
pengadaan, distribusi, penyimpanan, penandaan dan
penggunaan
TUJUAN MESO
A. LANGSUNG DAN SEGERA

1. Menemukan ESO sedini mungkin, terutama:


- yang berat
- tidak dikenal
- frekuensinya jarang

2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO


- yang sudah dikenal sekali
- yang baru saja ditemukan

3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat


menimbulkan/mempengaruhi timbulnya ESO atau
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya reaksi ESO
TUJUAN MESO
B. SELANJUTNYA

1. Memberi unpan balik adanya interaksi pada petugas


kesehatan
2. Membuat peraturan yang sesuai
3. Memberi peringatan pada umum bila dibutuhkan
4. Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang
dipakai WHO
KEGUNAAN MESO
BADAN PENGAWASAN OBAT
Menilai hubungan kausal obat dengan gejala yang dicurigai sebagai
keluhan efek samping obat → berdampak pada peredaran dan penandaan
obat

PERUSAHAAN FARMASI
Pengamanan investasi yang telah ditanamkan dalam pengembangan dan
penelitian obat baru → berdampak pada keamanan obat

SISI AKADEMIK
Menguji suatu hipotesis → analisa struktur kimia obat atau golongan obat
Misal: MESO Cimetidine dilakukan karena struktur kimianya mirip dengan
Methiamide yang telah ditarik karena menyebabkan agranulositosis
CARA MONITORING ESO
1. LAPORAN INSIDENTAL
- biasanya dikemukakan pada pertemuan-pertemuan di RS atau laporan
kasus di majalah
- tidak dapat tersebar dengan cepat karena tidak ada organisasi nasional
yang mengatur
- pengendalian ESO yang diduga, sangat tergantung pada motivasi
masing-masing klinikus

2. LAPORAN SUKARELA
- dikoordinir oleh pusat
- disebut “laporan spontan”
- diminta melaporkan ESO pada praktek sehari-hari

3. LAPORAN INTENSIF di RS
- kelompok dokter, perawat terlatih, ahli farmasi mencari dan
mengumpulkan ESO
- populasi tertentu dan terbatas di RS
- data yang terkumpul dianalisa oleh tim ahli
CARA MONITORING ESO
4. LAPORAN LEWAT CATATAN MEDIK
- pengumpulan data melalui riwayat penyakit serta pengobatan
yang diterima dari bermacam sumber
- mungkin dikerjakan di tempat dimana pelayanan medik yang
lengkap, terorganisir baik dan fasilitas komputer yang canggih

5. LAPORAN WAJIB
- ada peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan
melaporkan ESO di tempat tugas atau praktek sehari-hari
FORMULIR MESO
◦ Identitas pasien
◦ Reaksi yang terjadi
◦ Obat yang diberikan
◦ Kronologis timbulnya efek samping
◦ Semua obat yang digunakan
◦ Faktor resiko
◦ Nama dan alamat pelapor
APA YANG HARUS DILAPORKAN
Setiap kejadian ESO walau masih dugaan,
bila ragu-ragu lebih baik melapor dari pada
tidak melapor sama sekali.

1. Eso yang berat


2. ESO yang tidak diketahui sebelumnya oleh
pelapor
3. Dugaan ketergantungan obat
DATA PRE REGISTRASI
◦ Uji Coba pada Hewan
Tidak cukup menjamin keamanannya pada
manusia
◦ Uji Klinis Terbatas
Baik kualitas maupun kuantitasnya (hanya Efek
Samping Obat yang≥1%)
◦ Beberapa informasi mengenai efek samping
jarang dilaporkan
EVALUASI OBAT
PRA PEMASARAN
Data uji klinik fase I – III: terbatas terhadap keuntungan dan
keamanan obat.
ESO belum lengkap karena pada fase III:
◦ 500 – 3000 kasus
ESO yang tidak biasa timbul umumnya < 1% kasus
◦ Populasi sangat selektif, misalnya:
golongan umur tertentu, wanita hamil, pasien dengan penyakit yang
bukan indikasi, pasien yang pada saat bersamaan menggunakan obat
lain
◦ Lama penelitian terbatas (1 - 2 tahun)
Setelah jangka panjang tidak dapat menemukan ESO

POST MARKETING SURVEILLANCE (PMS)


Perlu pengawasan terus menerus setelah obat dipasarkan → demi
keamanan pemakaian obat
MESO DI RUMAH SAKIT
◦ Merupakan salah satu tugas PFT

◦ Tim Meso dalam PFT adalah :


- Para Klinisi Terkait
- Ahli Farmakologi
- Apoteker
- Perawat
MENGAPA MESO MERUPAKAN TUGAS DARI
PFT ?
◦ Kegiatan ini menyangkut pengetahuan,
kemampuan dan kewaspadaan dari tim
pelayanan kesehatan (dokter, perawat, farmasis)

◦ KFT merupakan forum komunikasi para dokter


dan farmasis tentang segala aspek obat dalam
seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit
FAKTOR PENENTU ESO
1. Onset of reaction
2. Dosis obat yang diberikan
3. Umur
4. PENYAKIT dan VARIABEL KEADAAN
PATOFISIOLOGIS TUBUH
5. Jenis kelamin
6. RIWAYAT TERJADINYA ALERGI atau
reaksi terhadap obat
7. Multiple drug therapy
8. Faktor rasial atau genetik
FAKTOR PENENTU ESO
1. ONSET OF REACTION
Respon obat abnormal dapat terjadi pada setiap saat selama jangka waktu
pengobatan atau sesudah pengobatan itu selesai

2. DOSIS OBAT YANG DIBERIKAN


Karena adanya perbedaan farmakokinetik suatu obat; maka suatu obat yang dapat
ditoleransi oleh seseorang dapat menyebabkan ESO pada orang lain → perlu
pengaturan dosis yang tepat pada pengobatan jangka panjang

3. UMUR
ESO mudah terjadi pada individu dengan umur dangat muda atau sangat tua karena:
- Fungsi fisiologis alat tubuh belum sempurna atau sudah tidak sempurna
- Penurunan kapasitas ikatan protein, terutama obat-obatan yang bersifat asam
- Perubahan distribusi obat
- Sensitivitas jaringan berbeda
- Perubahan homeostatis
→ perlu dosis obat yang lebih kecil daripada dosis dewasa
FAKTOR PENENTU ESO
4. PENYAKIT dan VARIABEL KEADAAN PATOFISIOLOGIS TUBUH
Dapat terjadi karena ada perubahan:
- Pengaturan farmakokinetik
- Sensitivitas jaringan
Misalnya: pada pasien ginjal, saat kehamilan dan penyakit hati

5. JENIS KELAMIN
ESO lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Mungkin disebabkan:
- Kasus ESO pada wanita kebanyakan berasal dari bagian ObsGyn
- Wanita cenderung lebih banyak menggunakan obat dibandingkan pria
- Adanya perbedaan hormon kelamin

6. RIWAYAT TERJADINYA ALERGI atau REAKSI TERHADAP OBAT


ESO lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat yang telah pernah mengalami reaksi
terhadap obat

7. MULTIPLE DRUG THERAPY


Makin banyak jenis obat yang diberikan, makin besar kemungkinan terjadi ESO
Farmako ekonomi dan peraturan
pemerintah yang mengatur
farmako ekonomi
◦ Farmakoekonomi adalah deskripsi dan analisis biaya terapi menggunakan obat untuk
memelihara fungsi kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah proses
identifikasi, mengukur, dan membandingkan harga (yang akan dikeluarkan konsumen)
dengan konsekuensi (klinik, ekonomi, humanistic) dari produk dan pelayanan
kefarmasian.
◦ Ada 4 pertanyaan yang akan dijawab dalam ilmu farmakoekonomi yaitu
1. Apakah obat (atau, secara umumnya teknologi kesehatan) yang akan digunakan itu
efektif ?
2. Siapa yang akan menerima manfaat dari penggunaan obat (teknologi kesehatan) itu ?
3. Berapa biaya yang diperlukan untuk penggunaan obat (teknologi kesehatan) itu?
4. Bagaimana efektivitasnya jika dibandingkan dengan obat (teknologi kesehatan) yang
telah digunakan?
◦ Perspektif adalah sudut pandang mana yang diambil peneliti dalam melakukan
evaluasi farmakoekonomi. Perspektif analisis terbagi menjadi empat, yaitu :
1) Perspektif pasien
2) Perspektif penyedia pelayanan kesehatan
3) Perspektif pembayar (perusahaan asuransi)
➔ membayarkan biaya terkait dengan pelayanan kesehatan yang digunakan
peserta asuransi selama pelayanan kesehatan yang digunakan peserta termasuk
dalam tanggungan perusahaan bersangkutan.
➔ Menyusun program pelayanan kesehatan yang lebih efektif sehingga
nantinya dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
4) Perspektif masyarakat
◦ Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis :
1) Analisis Minimalisasi-Biaya (AMiB) -> CMA (Cost Minimization Analysis)
◦ Kriteria :
• Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah)
• efek dari pengobatan atau program kesehatan yang dibandingkan sama atau dianggap
sama
◦ Kelebihan :
• Metode farmakoekonomi paling sederhana
◦ Kekurangan :
• Jika Outcome yang diasumsikan sama ternyata memiliki outcome yang berbeda dapat
menyebabkan hasil analisis yg tidak akurat dan tidak bernilai
• Kenaikan harga obat, penurunan daya beli pasien dan diskon tidak diperhitungkan
2) Analisis Efektivitas-Biaya (AEB) -> CEA (Cost Effectiveness Analysis)
◦ Kriteria :
• Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah).
• Efek dari salah satu pengobatan atau program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan
pengobatan atau program kesehatan lainnya.
• Efek pengobatan dinyatakan dalam unit ilmiah atau indikator kesehatan lainnya
◦ Kelebihan :
• Efek pengobatan tidak dinyatakan dalam nilai moneter
◦ Kekurangan
• Pengobatan atau program kesehatan yang dibandingkan harus memiliki hasil yang sama atau
berkaitan
• Pengobatan atau program kesehatan yang dibandingkan dapat diukur dengan unit kesehatan
yang sama
3) Analisis Utilitas Biaya -> CUA (Cost Utility Analysis)
◦ Kriteria
• Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah).
• Efek dari salah satu pengobatan atau program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan
pengobatan atau program kesehatan lainnya.
• Efek pengobatan dinyatakan dalam quality adjusted life years (QALY)
◦ Kelebihan
• Satu-satunya metode farmakoekonomi yang memperhatikan kualitas hidup dalam metode
analisisnya
◦ Kekurangan
• Tidak adanya standarisasi
• Memicu inkonsistensian pada penyajian data
4) Analisis Manfaat Biaya -> CBA (Cost Benefit Analysis)
◦ Kriteria
• biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah)
• Efek dari salah satu pengobatan atau program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan
atau program kesehatan lainnya.
• Efek pengobatan dinyatakan dalam rupiah
◦ Kelebihan
◦ Dapat digunakan untuk pembandingkan pengobatan yang tidak saling berhubungan dan outcome
berbeda
◦ Kekurangan
• Sulitnya mengkonversi manfaat dari suatu pengobatan dalam nilai moneter
• Sulitnya kenguantifikasi nilai kesehatan dan hidup manusia maka metode ini memicu kontroversi
sehingga metode ini jarang dilakukan
Langkah Pelaksanaan Kajian Farmakoekonomi
◦ Tahap Persiapan
1) Menyiapkan personil atau membentuk Tim Kajian Farmakoekonomi
2) Mengikutsertakan anggota Tim dalam suatu pelatihan/ pembekalan pemahaman tentang Kajian Farmakoekonomi di dalam
maupun luar instansi
3) Menyampaikan secara tertulis tentang rencana pelaksanaan penerapan Kajian Farmakoekonomi ke Kementerian Kesehatan cq
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
4) Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam kajian, antara lain :
• Data tentang pengalaman institusi terkait efektivitas obat yang akan dikaji (bila ada);
• Bukti ilmiah terpublikasi mengenai efektivitas-biaya (Costeffectiveness), efikasi/efektivitas dari obat yang akan dikaji, dan
melakukan telaah kritis (penilaian) atas bukti ilmiah tersebut.Pada telaah kritis, harus diperhatikan berbagai faktor, termasuk
jenis, dosis, formulasi, dan rute pemberian obat
• Data epidemiologis penyakit terkait obat yang akan dikaji
• Daftar harga obat dan biaya pengobatan.
5) Melakukan analisis dengan menyajikan hasil AMiB, AEB dan RIEB.
◦ Tahap Analisis
1) Identifikasi masalah dan menentukan tujuan
2) Identifikasi alternatif pemecahan masalah
Untuk menentukan alternatif ini beberapa faktor yang harus diperhatikan termasuk jenis, dosis,
formulasi, dan rute pemberian obat.
3) Identifikasi besarnya efektivitas pilihan pengobatan
Tim mendapatkan informasi tentang efektivitas dari literatur uji klinik. Cara yang umum adalah
dengan melakukan penelusuran literatur atau jurnal ilmiah melalui situs internet resmi yang ada.
4) Identifikasi biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk setiap pilihan pengobatan, termasuk biaya langsung dan tidak
langsung serta biaya medis dan non-medis.
5) Melakukan analisis minimalisasi-biaya (AMiB)

jika obat (atau, lebih luas lagi, intervensi kesehatan) yang akan dibandingkan
memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara - atau dapat diasumsikan
setara.
Beberapa istilah yang dipahami :
6) Melakukan analisis efektivitas-biaya (AEB)
Didominasi :
Suatu obat yang menawarkan efektifitas rendah dan harga tinggi
yang memberikan efektivitas biaya yang rendah
Dominasi
Suatu obat yang menawarkan efektifitas tinggi dan harga rendah
yang memberikan efektivitas biaya yang tinggi
Tukaran (Trade-off)
Kondisi dilakukan pemilihan antara intervensi/strategi yang
tersedia karena memiliki biaya dan pengobatan yang sama dan
sebanding (sama- sama tinggi atau rendah)
Rasio Inkremental Efektifitas Biaya
Ukuran biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit
efektivitas - biaya
Sebelum melakukan AEB, beberapa tahap penghitungan harus
dilakukan, yaitu:
• Penghitungan rasio efektivitas-biaya rerata pengobatan (REB—
average cost-effectiveness ratios, ACER)
• Menetapkan posisi alternatif pengobatan dalam Tabel Efektivitas-
Biaya atau Diagram Efektivitas-Biaya Melakukan perhitungan
RIEB sesuai dengan posisi yang telah ditentukan.
7) Interpretasi Hasil
• Obat yang didominasi oleh obat lain bukan merupakan alternatif yang layak dipilih
• Untuk alternatif obat yang memerlukan perhitungan RIEB, hasil perhitungan yang diperoleh
merupakan gambaran besarnya biaya lebih yang harus dikeluarkan jika dilakukan pemindahan
dari obat standar ke alternatif.
Farmako Klinik
Penulisan Resep yang Benar
(termasuk perhitungan dosis)
TERAPI FARMAKOLOGI
◦ Terapi Farmakologi diwujudkan dalam
bentuk peresepan atau penulisan obat
dalam resep.
◦ Peresepan yang baik idealnya mendekati
penulisan resep yang Rasional.
PENULISAN RESEP YANG
TEPAT DAN RASIONAL
◦ Penulisan resep yang tepat dan rasional
merupakan penerapan berbagai ilmu
 banyak variabel yg harus diperhatikan
◦ Variabel yang harus diperhatikan :
1. Unsur Obat
2. Kombinasi Obat
3. Penderita
PENULISAN RESEP YANG
TEPAT DAN RASIONAL
◦ Rasional : Rasio kemanfaatan lebih besar dari pd resiko efek samping yg ditimbulkan obat.
◦ Penulisan resep yg rasional tdp motto :
- Tepat Obat
- Tepat Dosis
- Tepat Bentuk sediaan
- Tepat Penderita
- Tepat Indikasi
DAMPAK PERESEPAN YG
TIDAK RASIONAL
◦ Bertambahnya kemungkinan toksisitas obat
yg diberikan.
◦ Tjd interaksi obat satu dg obat lain.
◦ Tidak tercapai efektifitas obat yg dikehendaki
◦ Meningkatkan biaya pengobatan penderita
PENGERTIAN UMUM RESEP
◦ Resep adalah permintaan tertulis
dokter, dokter gigi, dokter hewan
kpd Apoteker di Apotek utk
membuatkan obat dalam bentuk
sediaan ttt & menyerahkan kpd
penderita
◦ Satu resep  Satu penderita
PENGERTIAN UMUM RESEP
◦ Dokter umum & spesialis  tdk ada
pembatasan jenis obat yg diberikan
pd Pasien.
◦ Dokter gigi  jenis obat yg
b’hubungan dg penyakit gigi.
◦ Dokter hewan  resep utk
keperluan hewan
KERTAS RESEP
◦ Resep ditulis diatas kertas resep dg ukuran
panjang 15-18 cm dan lebar
10-12 cm.
◦ Permintaan obat melalui telepon hendaknya
dihindari !!!
◦ Resep utk penderita hendaknya dibuat
rangkap dua, satu utk pasien, satu lagi untuk
dokumentasi dokter.
MODEL KOP RESEP YANG
LENGKAP
1. Nama & alamat dokter, SIP, No. tlp,
jam & hari praktek
2. Nama kota serta tanggal resep ditulis
dokter
3.Tanda R/ atau recipe berarti “ harap
diambil” Supersriptio
Dr. Hartono
Jl. Durian 1
Surabaya
SID : …. SIP : ……………………………..

Surabaya, 1 April 2008

R/
MODEL RESEP YANG LENGKAP
4. Nama setiap jenis/bahan obat
a. Obat pokok (remedium cardinale)
 mutlak harus ada
b. Bahan pembantu (adjuvan)
 bantu kerja obat pokok, # wajib
c. Corrigens (Coloris, Saporis, Odoris)
d. Konstituen (Air, Laktosa, Vaselin)
MODEL RESEP YANG LENGKAP
5. Jumlahnya obat/bahan obat
a. Jumlah dinyatakan dalam satuan berat
(mcg, mg, g) untuk bhn padat
b. Jumlah obat dinyatakan dalam satuan isi
(ml, liter, tetes) untuk cairan.
c. Penulisan angka tanpa keterangan lain
“gram”
MODEL RESEP YANG LENGKAP
6. Cara pembuatan atau bentuk
sediaan yg dikehendaki  Subscriptio.
◦ misalnya m.f.l.a Pulv = buat sesuai
aturan pembuatan obat puyer
◦ Ungt = salep
◦ Potio = sirup
◦ Caps = kapsul
MODEL RESEP YANG LENGKAP
7. Aturan pemakaian obat oleh Px umumnya
ditulis dg bahasa latin, aturan pakai
ditandai dg Signatura disingkat S.
8. Nama penderita dibelakang kata Pro :
a. Pasien Dewasa : Tn, Ny, Nn, Bpk, Ibu
diikuti nama)
b. Anak (An), Bayi (By)
c. Lengkapi dengan alamat
MODEL RESEP YANG LENGKAP
9.Tanda tangan atau paraf dokter yg
menulis resep
◦ Khusus Obat gol Narkotika hrs
dibubuhi tanda tangan lengkap dr.
◦ Dalam satu kertas resep tdd > 1 R/
dipisah dg tanda # dan tiap R/ diparaf
atau ditandatangani
PERTIMBANGAN PEMILIHAN
OBAT

◦MANFAAT (Efficacy)
◦KEAMANAN (Safety)
◦HARGA (Cost)
◦KESESUAIAN (Suitability)
PERTIMBANGAN PEMILIHAN
BENTUK SEDIAAN
1. Faktor Karateristik Bahan Obat
2. Faktor Penderita
PERTIMBANGAN
PENENTUAN DOSIS
◦ Dosis Terapi
◦ Dosis Px Anak
◦ Dosis Px Lansia
◦ Dosis Px Obesitas
DOSIS OBAT UNTUK ANAK
UMUR BERAT BADAN (KG) DOSIS ANAK THD DWS
Bayi Prematur 1,13 2,5-5 %
1,81 4-8 %
2,27 5-10 %
Bayi Baru Lahir 3,18 12,5 %
2 bulan 4,54 15 %
4 bulan 6,35 19 %
12 bulan 9,98 25 %
3 tahun 14,97 33 %
7 tahun 22,68 50 %
10 tahun 29,94 60 %
12 tahun 35,52 75 %
14 tahun 54,43 80 %
Dr. Hartono
Jl. Durian 1
Surabaya
SID : …. SIP : ……………………………..
Surabaya, 1 April 2008
R/ Tiamfenicol 200 mg
Glucosa q.s
m.f.l.a pulv dtd No. X
S. 3 dd pulv I
#####
R/ Parasetamol Syr No. I Fl
S. 3 dd cth I

Pro : Siti Kirani (7 tahun)


Alamat :
KETENTUAN PENULISAN RESEP

◦ Dokter bertanggungjawab penuh thd


resep yg ditulisnya.
◦ Resep ditulis sedemikian rupa hingga
dpt dibaca petugas apotek.
◦ Resep ditulis dg tinta warna hitam atau
biru shg tdk mudah terhapus
KETENTUAN PENULISAN RESEP
◦ Hindari penulisan rumus kimia obat misal :
H2O2, NaCl,
◦ Hiindari penulisan singkatan yg meragukan
◦ Boleh menulis lebih dari 1 R/ diatas satu
kertas resep.
◦ Menyimpan turunan dari tiap resep yg
dituliskan.
KETENTUAN PENULISAN RESEP
◦ Sedapat mungkin dokter menulis resep
dihadapan pasien
◦ Jangan bersikap ragu-ragu, mencoret dan
merobek kertas resep dihadapan pasien.
◦ Sebelum resep diberikan pasien dibaca
kembali apa yg telah ditulis.
◦ Perhatikan kondisi ekonomi penderita.
KETENTUAN PENULISAN RESEP

◦ Tanggal resep ditulis jelas


◦ Bila Px anak-anak  cantumkan umur
atau berat badan.
◦ Di bawah nama Px  tulis alamat.
◦ Utk jumlah obat yg diberikan dihindari
penggunaan angka desimal
KETENTUAN PENULISAN RESEP
◦ Obat yg dinyatakan dg satuan unit, jgn
disingkat U.
◦ Obat berupa cairan dinyatakan satuan ml,
hindari menulis cc.
◦ Preparat cairan berupa obat minum utk anak
50, 60, 100, 150 ml.
KETENTUAN PENULISAN RESEP
◦ Preparat cairan berupa obat minum utk orang
dewasa 200, 300 ml.
◦ Obat tetes (mata, hidung, telinga) diberikan
10 ml.
BAHASA LATIN DALAM RESEP
◦ Bahasa latin digunakan untuk penulisan :
1. nama obat,
2. ketentuan mengenai pembuatan
3. bentuk obat
4. petunjuk aturan pemakaian obat ditulis berupa singkatan  Signatura.
BAHASA LATIN
◦ Utk menghindari salah interpretasi singkatan bahasa Indonesia sedapat mungkin dihindari
◦ Contoh :
- “Obat batuk Hitam” jgn disingkat o.b.h  Potio nigra contra tussim (Pot.nigra c.t)
- “Kalau perlu” jgn disingkat K.P  Pro re nata (p.r.n)
BAHASA LATIN DALAM
RESEP
◦ Beberapa alasan penggunaan Bahasa Latin :
1. Bahasa latin adalah bahasa mati dan tdk
dipakai dlm percakapan sehari-hari.
2. bahasa latin mrp bahasa Internasional
dalam dunia profesi kedokteran & farmasi.
BAHASA LATIN
DALAM RESEP
3. Dengan bahasa latin tdk akan tjd dualisme
ttg bahan yg dimaksud dalam resep.
4. Dalam hal tertentu, krn faktor psikologi
ada baiknya Px tdk perlu mengetahui obat yg
diberikan kepadanya.
PENULISAN JUMLAH OBAT
◦ Penulisan jumlah obat dinyatakan dalam angka romawi :
I =1
V =5
X = 10
L = 50
C = 100
M = 1000
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
◦ Singkatan latin yang sering dipakai di resep
aa = sama banyak
a.c = sebelum makan
a.n = malam sebelum tidur
ad lib = secukupnya
a.u.e = untuk obat luar
a.u.i = untuk obat dalam
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
C = sendok makan (15 ml)
cth = sendok teh (5 ml)
conc = pekat
dc= sedang makan
dd = sehari
dext = kanan
dil = encer
dtd = berikan sebanyak dosis tersebut
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
f. = buat, harap dibuatkan
f.l.a = buat menurut cara semestinya
g = gram
gr = grain
gtt = tetes
gtt auric= obat tetes telinga
gtt nasal = obat tetes hidung
gtt opth = obat tetes mata
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
i.m.m = berikan ke tangan dokter
inf = infus
inj = injeksi
iter = harap diulang
lot = obat cair untuk obat luar
m = campur , harap dicampur
m.f = campurlah dan buatlah
mg = miligram
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
o.m = tiap pagi
o.n = tiap malam
p.c = sesudah makan
p.r.n = kalau perlu
pulv = serbuk tunggal
pulveres = serbuk terbagi
S = tandailah
sol = larutan
SINGKATAN LATIN
DALAM RESEP
u.c = aturan pakai diketahui
u.e = obat luar
Ungt = salep
Vespere = sore
RESEP CITO
◦ Krn suatu hal Penderita harus mendapat obat dg segera maka dokter memberi tanda pada bagian
atas resep dg menulis CITO !
◦ Resep cito pembuatannya harus didahulukan
◦ Dokter yg meminta resep cito hendaknya betul-betul bila Px dalam kondisi gawat dan penundaan
pemberian obat akan membahayakan jiwa pasien.
◦ Persamaan istilah cito  statim (amat segera) atau P.I.M (Periculum in Mora = berbahaya bila
ditunda)
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
1. Tablet
2. Kapsul
3. Serbuk Bagi
4. Serbuk Tak terbagi
5. Pil
6. Suppositoria
7. Ovulla
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN
OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN
OBAT CAIR
1. Solutio (larutan)
2. Suspensio (suspensi)
3. Emulsi
4. Eliksir
5. Guttae (tetes)
6. Injectio (injeksi)
7. Aerosol
8. Infus
BENTUK SEDIAAN
OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN
OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN
OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN
OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN
SETENGAH PADAT
1. Linimentum (obat gosok)
2. Ungentum (salep)
3. Pasta
4. Sapo (sabun)
5. Emplastrum (plester)
6. Krim
7. Gel
BENTUK SEDIAAN OBAT
SETENGAH PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT
SETENGAH PADAT
Title Lorem Ipsum Dolor

Lorem ipsum dolor sit amet Lorem ipsum dolor sit amet

2017 2018 2019

Lorem ipsum dolor sit amet

Anda mungkin juga menyukai