Disusun Oleh :
RAHMAYANTI, S.Farm
1543700208
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
2003)
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
indikasi, kondisi pasien, dan pemilihan obat yang tepat (jenis, sediaan, dosis,
baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan mengacu pada
2
membaik dan kualitas hidupnya meningkat (Quality of Life).Kegiatan yang
namun sebaliknya ada pula yang gagal dalam menjalani terapi, sehingga dapat
sebab itu, sangat perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut masalah terkait
terapi obat. Dalam hal inilah farmasi sangat berperan dalam melakukan
pemantauan terapi obat untuk menjamin obat yang diberikan kepada pasien
kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara nyata atau potensi terjadi
akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Suatu kejadian dapat disebut
masalah terkait obat bila pasien mengalami kejadian tidak diinginkan baik
berupa keluhan medis atau gejala dan ada hubungan antara kejadian tersebut
dosis, rute, dan metode pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian
3
mempunyai tanggung jawab terhadap pemantauan terapi obat (PTO).
penggunaan obat yang optimal dan rasional. Proses PTO meliputi pengkajian
pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak
2003)
1.2 Tujuan
masalah terkait obat yang digunakan dalam terapi pasien dan untuk
mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek yang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3.1 Definisi
kegiatan untuk memastikan terapi obat aman, efektif, dan rasional bagi
obat, cara pemberian obat, respon terapi , reaksi obat Yang tidak
Pasien maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi
1. Kondisi Pasien
menerima polifarmasi
5
- Pasien geriatri dan pediatrik
2. Jenis Obat
rifampisin, izoniazid)
3. Kompleksitas Regimen
- Polifarmasi
Rekam Medik
6
Rekam medik merupakan kumpulan data medik seseorang pasien
Data yang dapat diperoleh dari rekam medik, antara lain: data
pemberian obat oleh perawat dan kartu/ formulir penggunaan obat oleh
obat yang digunakan jika perlu (pro renata), obat dengan intruksi
lain.
adanya masalah terkait obat. Masalah terkait obat menurut Hepler dan
7
Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi
dikehendaki.
Pemberianobatdengandosissubterapeutikmengakibatkanketidakefektifa
nterapi obat
beberapa hal :
terjadihipoglikemia.
8
- Penderita teridentifikasi faktor resiko yang membuat obat ini
diberikan
g. Interaksi obat
- Menyembuhkan penyakit
9
1.3.6 Rencana Pemantauan
melakukan langkah-langkah :
- Salah satu metode yang dapat digunakan dalam PTO adalah Subjektif,
S: Subjective
O: Objective
A: Assessment
P: plans
10
Setelah dilakukan SOA (Supjective, Objektive, dan Assessment)
Mengedukasi pasien
Pemeriksan laboratorium
11
1.4 Penyakit HIV/AIDS
rusak dan mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang. HIV
klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV oleh retrovirus
1.4.2 Patofisiologi
(CD4). Setelah HIV mengikuti CD4, virus masuk ke dalam target dan
RNA virus agar dapat bergabung atau melekat dengan DNA sel target.
tubuh penderita dan akan merusak sel limfosit T sampai jumlah tertentu.
12
Selama waktu (2-10 tahun) itu, jumlah sel T4 dapat berkurang dari 1000
sel/ml darah sebelum terinfeksi menjadi 200-300 sel/ml darah. Sewaktu sel
timbulnya herpes zoster mulai muncul (Corwin, 2001). Pada sistem imun
yang masih utuh, jumlah normal Sel T CD4 antara 600-1200/µl atau mm 3
anak, dan 60 bulan untuk orang dewasa. Masa inkubasi adalah waktu
menunjukkan gejala AIDS. Pada masa ini ada fase dimana virus tidak
1.4.3 Etiologi
sumber infeksi, vehikulum yang membawa agen, host yang rentan, tempat
keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d entree) (Corwin, 2001).
Limfosit T dan sel otak. Penularan HIV melalui pertukaran cairan tubuh;
darah, semen, cairan vagina, dan air susu. Urin dan saluran cerna tidak
mengandung darah. Air mata, air liur dan keringat mengandung virus, tetapi
13
Di bawah ini merupakan cara penularan HIV secara umum:
1. Transmisi seksual
a. Transmisi parenteral
Akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik)
lain.
b. Produk darah
menyusui.
2007, tes HIV dapat dilakukan pada pasien yang menginginkannya setelah
ARV:
14
1. Pengobatan ARV dimulai pada semua pasien HIV dengan CD4 ≤ 350
2. Tes CD4 segera dilakukan jika pasien dengan stdium klinik 1 dan 2
jumlah CD4.
2011).
- Zidovudin (ZDV/Retrovir)
- Lamivudin (Epivir)
- Neviapin
- Efavirenz
- Ritonavir
- Indinavir
15
1.5 Penyakit Tuberkulosis (TB)
(Smeltzer, 2003).
bawah yang menyerang jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil
atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, anorexia,
berkeringat malam hari, nyeri dada, anemia dan batuk darah. Pasien
16
eksaserbasi yang memburuk, gejala yang berulang dan menjadi kronik.
paru dan mediastinum, secret disaluran nafas dan ronkhi, suara nafas
a. Tuberkulosis paru
17
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan
kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari
a. Tubercolosis paru
gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
a. batuk ≥ 3 minggu
b. batuk darah
c. sesak napas
d. nyeri dada
2. Gejala sistemik
18
a. Demam
1. Pemeriksaan fisik
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
(Sukandar, 2009)
2. Pemeriksaan darah
19
3. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan
jumlah limfosit tetap tinggi. Laju endap darah mulai turun kearah
normal kembali.
karena hanya 30-70% penderita TBC yang dapat dideteksi dengan cara
ini.
0,1ml. Tes dibaca 48-72 jam setelah injeksi, positif atau negatif
8. Deteksi antibodi.
gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
a. batuk ≥ 3 minggu
b. batuk darah
c. sesak napas
20
d. nyeri dada
2. Gejala sistemik
a. Demam
1) Rifampisin
2) Isoniazid
3) Pyrazinamid
4) Streptomisin
5) Ethambutol
mg.
21
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
a. Kanamisin
b. Kuinolon
klavulanat
1.6.1 Definisi
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local
(Price,S, 2006).
seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut
1. Gastritis Akut
22
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
2. Gastritis Kronis
1.6.2 Etiologi
1. Gastritis Akut
b. Minuman beralkohol
pembedahan.
23
2. Gastritis Kronik
a. Gastritis infeksi
2007).
(Quentin, 2006)
b. Gastritis non-infeksi
(Mukherjee, 2009).
24
- Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang
1.6.3 Patofisiologi
Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah
hypovolemik.
25
2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang
atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga
sebelum makan dan dua jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat
diminum dua jam sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung,
banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil
yang apabila terkena asam akan terasa perih. Kemudian obat yang
lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah
26
3. Cytoprotective Agent (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus
halus)
( Sujono H, 1999 ).
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus I
Nama : Ny. HN
Umur : 27 thn
No RM : 35.xx.xx
Alamat : xxxxx
No Tlp : xxxx
Agama : Islam
Ruangan : Dahlia II
Diagnosa : HIV/AIDS
sejak 1 bulan yang lalu dan memberat sejak 3 hari yang lau. Batuk – batuk
sudah 3 hari, nafas teras sesak. Demam naik turun, mual, muntah bila batuk
28
Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 89x/menit
RR : 20/Menit
Suhu Badan : 36 ºC
Berat Badan : 52 kg
Pendengaran : Normal
Penglihatan : Normal
Defekasi : Normal
Leher : Normal
Gizi : Normal
29
1.8 Pemeriksaan Pasien
bawah ini.
Pemeriksaan
30
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
Jenis pemeriksaan Satuan Nilai rujukan pemeriksaan IDL( Interpret
asi Data
Laboratorium)
Hemoglobin g/dl 11,7-15,5 10,3 * Menurun
hematokrit % 35-47 31 * Menurun
MCV/VER Fl 80-100 75 * Menurun
Darah rutin MCH/HER Pg 26-34 25 * Menurun
Eosinofil % 2-4 7* Meningkat
limfosit % 25-40 18 * Menurun
LED (laju mm/jam 0-20 64 * Meningkat
endapan
darah)
Glukosa Glukosa mg/dl 74-106 108 * Meningkat
darah
sewaktu
Kimia klinik Klorida/cl mEq/L 95-105 106 * Meningkat
31
1.9 Profil Pemberian Obat
Adapun daftar obat dan dosis obat yang diberikan kepada pasien setiap
Nama Obat
Dosis Jumlah Per Hari Dosis Lazim
(03/7/2016)
Asering 500 ml 14 tmp 14 tpm
32
& tenofovir df )
200/300 mg
EFV(Efavirenz ) 1 x 600 mg 600 mg 600 mg/hari
600 mg
33
(05/7/2016)
Nacl 0.9 % 100 ml 14 tmp 14 tpm
34
Isoniazid 300 mg 1 x 300 mg 300 mg 300mg-900mg/
hari
hari
35
Vitamin B6 10 mg 1 x 10 mg 10 mg 2,5- 10 mg/hari
sehari
Prosogan 30 mg 1 x 30 mg 30 mg 30mg/hari
Aspilet 80 mg 1 x 80 mg 80 mg 80 mg-160
mg/hari
36
Vitamin B6 10 mg 1 x 10 mg 10 mg 2,5- 10 mg/hari
Isosorbit dinitrat 5 3 x 5 mg 15 mg 5-10 mg, 3-4 x
mg sehari
Magtral F 120 mg 3 x 5 mg 15 mg 5-10 mg, 3-4 x
sehari
Prosogan 30 mg 1 x 30 mg 30 mg 30mg/hari
37
Magtral F 120 mg 3 x 5 mg 15 mg 5-10 mg, 3-4 x
sehari
Prosogan 30 mg 1 x 30 mg 30 mg 30mg/hari
38
Cotrimoksasol 480 2 x 480 mg 960 mg 960 mg/hari
mg
Aspilet 80 mg 1 x 80 mg 80 mg 80 mg-160
mg/hari
TDF ( Tenofovir ) 1 x 300 mg 300 mg 300 mg/hari
300 mg
FTC( Emtricitabine 2 x 200/300 mg 400/600 mg 400/600 mg/hari
& tenofovir df )
200/300 mg
EFV(Efavirenz ) 1 x 600 mg 600 mg 600 mg/hari
600 mg
39
TDF ( Tenofovir ) 1 x 300 mg 300 mg 300 mg/hari
300 mg
FTC( Emtricitabine 2 x 200/300 mg 400/600 mg 400/600 mg/hari
& tenofovir df )
200/300 mg
EFV(Efavirenz ) 1 x 600 mg 600 mg 600 mg/hari
600 mg
40
200/300 mg
EFV(Efavirenz ) 1 x 600 mg 600 mg 600 mg/hari
600 mg
41
Adapun profil pemberian obat periode 03 Juli – 13 Juli 2016 adalah sebagai berikut.
Tanggal
Rute
Nama Obat
Pemberian 3/7/16 4/7/16 5/7/16 6/716 7/716 7/7 8/8/16
P S M P S M
P S M P S M P S M P S M P S M
Asering 500
ml IV √ ‾ ‾ ‾ ‾ ‾ -
Rifampisin
450mg PO 06 06 06 06 06 06 06
INH
( Isoniasid PO 06 06 06 06 06 06 06
300 mg )
Vitamin B6
10 MG PO 06 06 06 06 06 06 06
Isosorbit
dinitrat 5 mg PO 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 12 06 14 22 06 14 22
Magtral F 120
ml PO 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22 08 14 22 06 14 22 06 12 22
42
Prosogan
IV 18 18 18 18 18 18 18
30 mg
Cotrimoksazo
l PO 06 18 06 18 06 18 06 18 06 18 06 18 06 18
Aspilet PO 22 22 22 22 22 22 22
TDF
PO 22 22 22 22 22 22 22
(Tenofovir )
FTC
(Emtricitabine
& tenofovir PO 06 22 06 22 06 22 06 22 06 22 06 22 06 22
df)
EFV
PO 22 22 22 22 22 22 22
(Efavirenz)
Nacl
IV ‾ ‾ √ √ √ √ √
43
9/7/16 10/7/16 11/7/16 12/716 13/716
Pemberian
P S M
P S M P S M P S M P S M
Infus asering
IV ‾ ‾ ‾ ‾ ‾
Rifampisin 450mg
PO 06 06 06 06 06
Vitamin B6
PO 06 06 06 06 06
Isosorbit dinitrat
PO 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22
Magtral F
PO 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22 06 14 22
Prosogan 30 mg
PO 18 18 18 18 18
Cotrimoksazol 480 mg
PO 06 18 06 18 06 18 06 18 06 18
Aspilet
PO 22 22 22 22 22
TDF
PO 22 22 22 22 22
(Tenofovir )
FTC (Emtricitabine & tenofovir PO 06 22 06 22 06 22 06 22 06 22
df)
44
EFV
PO 22 22 22 22 22
(Efavirenz)
Nacl
IV √ √ √ √ √
Keterangan :
√ : Diberikan P : pagi, S : siang, M : malam, - : tidak diberikan
45
1.10 Tinjauan obat
dextrose 50 g.
Indikasi Terapi cairan pengganti untuk kondisisi kehilangan cairan secara akut
kontra Penderita gagal jantung kongestif, kerusakan ginjal, edema paru, yang
efek Demam , infeksi pada tempat injeksi,thrombosis vena atau flebitis pada tempat
Mekanisme Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolerir pada pasien yang
394
2. Rifampisin (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2008)
obat lain, oral atau intravena, 0,6-1,2 g/hari (dalam dosis terbagi 2 sampai 4).
Tuberculosis, 10 mg/kg bb (8-12 mg/kg bb) per hari, maksimum 600 mg/hari,
Efek Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi
samping intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (nafas pendek),
kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-
PAS akan menghambat absorbsi, sehingga harus ada selang waktu 8 -12 jam.
Keterangan HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Simpan di tempat sejuk dan kering.
395
3. Isoniazid (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2008)
komposis Isoniazid
lain; profilaksis.
obat fenitoin, diazepam, triazolam, teofilin, dan warfarin. Konsentrasi dalam darah
Peringatan Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
dan hati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu
diturunkan.
Dosis oral/ i.m. dewasa dan anak – anak 1 dd 4-8 mg/kg/hari atau 1 dd 300-400 mg,
atau sebagai single dose bersama rifampisin, pagi hari a.c atau sesudah makan
indikasi isoniazid.
efek Mual, muntah neuritis optik, neuritis perifer, kejang, episode psikosis, reaksi
396
samping hipersensivitas seperti eritema multiforme, demam, pulpura, agranulositosis;
hepatitis (terutama pada usia lebih dari 35 tahun) sindrom SLE, pellagra,
terhadap mikobakterium
komposis Piridoksin
Indikasi mengatasi beberapa tipe anemia, mencegah efek samping pengobatan tertentu..
Dosis oral selama terapi dengan antagonis pirodoksin 10-100 mg (HCL ) sehari,
profilaksis 2-10 mg mual hamil 50 mg, dan pada depresi akibat pil antihamil
folat 5 mg.
efek jarang terjadi dan berupa reaksi alergi . penggunaan lama dari 500 mg/hari
samping dapat mencetuskan ataxia ( jalan lambung ) neuropati serius , begitu pula pada
397
5. Isosorbide Dinitrat (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2008)
Dosis Sublingual, 5-10 mg. oral sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg, gagal
Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin di
perlukan
kontra Anemia berat, Hipotensi nyata, cedera kepala, Pendarahan otak, peningkatan
gangguan hepar atau ginjal berat. Bisa menyebabkan toleransi silang terhadap
Indikasi HIperasiditas, tukak duodenum dengan gejala mual, kembung, rasa penuh
pada lambung.
398
Dosis dewasa : 1-2 tab/tab forte atau 5-10 ml susp/susp forte . Anak 6-12 tahun ½ tab
obat
samping besar )
komposis
Lansoprasol
Indikasi tukak lambung, duodenum, stress akut & lesi mukosa lambung akut yang di
sertai pendarahan.
indikasi
efek Peningkatan ALT, AST, LDH dan GTP ; ruam atau pruritus, granulasitopenia,
urat.
399
komposis
Tiap ml mengandung : Na 154 meq, Cl 154 meq, ( NaCl9 g ). Osmolaritas 308
mOsm.
tubuh dan NaCl pengganti cairan ekstraseluler. Pelarut untuk obat yang
diberikan secara IV
indikasi
efek Demam, abses, nekrosis jaringan atau infeksi tempat suntikan. Trombosis
Indikasi Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E.coli.Infeksi saluran
400
Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2 xsehari
kontra peenderita ganguang fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil,
indikasi wanita menyusui, bayi prematur dan bayi berusi di bawa 2 bulan. penderita
efek efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan,seperti reaksi hipersensitif/
samping alergi, ruam kulit, sakit kepala dan gangguan pencernaan,muntah , diare.
leucopenia, trombositopenia,
Perhatian pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis harus di kurangi untuk mencegah
ruam kulit.
Indikasi diindikasikan pada kombinasi dengan arv yang lain untuk pengobatan infeksi
hiv 1
pemberian dengan atau tanpa makanan, pemberian sekurang kurangnya 2 jam sebelu atau
samping
401
11. Emtricitabine & Tenofovir df (Depkes RI, 2007)
Indikasi ditunjukan untuk orang- orang terinfeksi hiv di kombinasikan dengan arv lain
pemerian dapat digunakan dengan atau tanpa makanan, menelan tablet secra utuh jangan
kontra hipersensivitas, jangan digunakan pada orang terinfeksi hiv dengan status hiv
efek diare, mual, kelelahan, sakit kepala, pusing, depresi, insomnia, mimpi buruk,
samping ruam.
Perhatian resiko fatal pada asisdosi laktat dan hepatomologi berat dengan steatosis
dengan NRTI, jangan di pakai bersama dengan obat lain yang mengandung
emtricitabine.
Indikasi pengobatan hiv-1 pada orang dewasa, remaja dan anak – anak dengan berat
badan lebih besar dari atau sama dengan 40 kg dalam kombinasi dengan obat
402
antiretroviral lain
Dosis dapat diberikan bersama atau tanpa makanan sesuai keinginan. Tablet
efavirenz hanya dapat diberikan pada orang dewasa dan anak –anak y6ang
beratnya lebih besar dari atau sama dengan 40 kg 600 mg/ hari
efek ruam, pusing, mual, sakit kepala, dan kelelahan, efek samping tambahan
samping meliputi neuresis dan reaksi paranoid, kejang dan penglihatan kabur
Perhatian efevirenz tidak boleh diberikan sebagai agen tunggaluntuk mengobati hiv atau
403
03/07/16 Pasien TD : 110/70 Gangguan Observasi
mengeluh Suhu : 36C pertukaran tanda-tanda
sesak, mual, Nadi : 89 gas, vital,
demam naik Rr : 20 gangguan anjurkan
turun pola makan, makan dan
pengaturan minum
suhu tubuh sedikit tapi
sering,
anjurkan
napas dalam
batuk efektif,
04/07/16 Pasien Ku lemah Gangguan Observasi
mengeluh TD : 110/70 pertukaran tanda-tanda
sesak. S : 36 gas vital.
N : 84 beri posisi
Rr : 20 nyaman.
Sat O2: 99% kolaborasi
pemberian
terapi
isosorbit
dinitrat 5 mg
1 tablet.
Magtral f
sirup 1 sdm.
05/07/16 Pasien TD: 110/70, gangguan Observasi
mengeluh S : 36 pola napas. tanda-tanda
sesak, panas N: 82, Rr:28 vital. Beri
dingin posisi
nyaman.
kolaborasi
pemberian
terapi
404
isosorbit
dinitrat 5 mg
1 tablet.
06/07/16 Pasien Td: 110/70 gangguan Observasi Ttv
mengatakan N : 90 pertukaran Beri posisi
sesak, batuk S : 37 gas, semi fowler.
Rr : 28 ketidakefektif Anjurkan
an bersihan untuk batuk
jalan nafas. efeltif.
07/07/16 Pasien K/u Lemah Gangguan Beri posisi
mengeluh Td : 110/70 bersihan jalan semi fowler
sesak, batuk N : 84 nafas. Ajarkan
Rr : 24 Gangguan teknik batuk
S`: 36 pertukaran efektif
gas
08/07/16 Pasien Ku: lemah Kes: cm, Gangguan Observasi
mengatakan Td: 110/70 bersihan jalan TTV
sesak, batuk N :86 nafas tidak Observasi
S : 37 efektif ABC
Rr: 22 Anjurkan
Sat O2: 96% posisi semi
fowler
Anjurkan
batuk efektif
Pemberian
09/07/16 Pasien Ku lemas Gangguan Observasi
mengeluh Kes: cm bersihan jalan tanda-tanda
batuk dan Td: 110/70 nafas vital
sesak S: 36 Observasi
Rr : 22 ABC
N : 84 Anjurkan
Sat O2: 96% posisi semi
405
fowler
Anjurkan
batuk efektif
Pemberian
10/07/16 Pasien Ku lemas Gangguan Monitor TV
mengeluh Kes: cm bersihan jalan dan I-O
batuk Sat O2: 96% nafas Ajarkan
Td: 110/70 pasien batuk
S: 37 efektif
Rr : 22 Anjurkan
N : 85 posisi semi
fowler
11/07/16 Pasien k/u lemah gangguan Monitor TV
mengatakan kes cm bersihan Ajarkan
batuk Td:110/80 saluran napas pasien batuk
R:26 efektif
N:84 Anjurkan
S:37SatO2:96% posisi semi
fowler
12/07/16 Pasien Kes cm Pola nafas Observasi
batuk vital
Td:110/70 Observasi
N::80 ABC
Sh:37 Anjurkan
O2 : 96% fowler
Anjurkan
batuk efektif
406
Pemberian
407
1. Indikasi yang tidak ditangani : ditemukan
408
meningkatkan pengawasan tinggi.
toksisitas dari Menggunakan alterntif
isoniazid dengan lain jika perlu.
meningkatkan
metabolisme.
(interaksi Serius)
Rifampicin
meningkatkan
metabolisme
isoniazid (INH)
untuk metabolit
hepatotoksik.
BAB IV
PEMBAHASAN
409
Pemantauan terapi obat pada pasien ini dilaksanakan di Rumah Sakit
Pengambilan data dilakukan sejak hari pertama pasien masuk rumah sakit
(03 Juli 2016) sampai dengan pasien keluar rumah sakit dengan status
dipulangkan.
bernama Ny. HN masuk rumah sakit dengan keluhan utama sesak sejak satu
bulan yang lalu dan memberat 3 hari yang lalu. Batuk, demam, mual muntah bila
pengobatan Tuberkulosis (TB) paru, yang berlangsung selama 4 bulan dan ARV
yang berlangsung sudah 3 bulan. Dari hasil pemeriksaan hematologi dapat dilihat
nilai segmen dan Laju Endap Darah(LED) berada diatas nilai rujukan sedangkan
nilai hasil lab lainnya normal. Pada hari pertama pasien diberikan terapi obat
merupakan pilihan untuk menangani rasa tidak nyaman didada atau sesak pada
pasien ( angina ), Magtral f dan Prosogan untuk mencegah efek samping dari obat
– obat lain yang diberikan (Obat Antiretroviral ) yang mana efek samping yang di
410
gangguan pada lambung, Cotrimoxazole diberikan lebih mengarah kepada infeksi
saluran pernapasan bagian atas serta penurunan nilai CD4 (<200), Aspilet
mengalami dehidrasi dan kekurangan ion yang di tandai dengan mual dan
bahwa terapi obat hari pertama dilanjutkan dan tidak ada tambahan obat. Akan
tetapi sudah tidak diberikan cairan infuse asering. Hari ketiga (5/7/16 sampai
bahwa terapi obat hari pertama dilanjutkan dan di tambahkan dengan cairan infus
Nacl 0,9 % untuk mengatasi kekurangan cairan, dimana Nacl 0,9 % merupakan
cairan isotonis.
BAB V
PENUTUP
411
1.13 Kesimpulan
sebagai berikut :
3. Terdapat DRP dan interaksi obat selama pasien dirawat di rumah sakit.
telah membaik
1.14 Saran
1. Perlunya edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit yang
DAFTAR PUSTAKA
412
Anonim, 2008. “Informatorium Obat Nasional Indonesia” (IONI), Direktorat
Indonesia : Jakarta
Charles D.Hepler and Richard Segal. 2003. “Preventing Medication Errors and
Corwin, E., J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
RI
413
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.
Jakarta
Mansyur Arif, dkk., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius
Price, S., A and Wilson, L., M. 2006. Patofifiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Jakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2003. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Jakarta Barat
414
415