Anda di halaman 1dari 22

FARMASI KOMUNITAS

“HOME CARE, PTO, DAN MESO DI APOTEK”

DOSEN : AINUN WULANDARI, S. FARM., M.SC., APT


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

REZA FAHLEVI (20340248)


HEFRI ZUHNI RAHMAN (20340232)
PUTRI ARIESTA SURYANI WORABAY (20340225)
RONI MULYA (20340206)
KRISTANTO (20340239)
 
PENGERTIAN HOME PHARMACY CARE

PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH (HOME PHARMACY CARE) ADALAH


PENDAMPINGAN PASIEN OLEH APOTEKER DALAM PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH DENGAN PERSETUJUAN PASIEN ATAU
KELUARGANYA. PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH TERUTAMA UNTUK
PASIEN YANG TIDAK ATAU BELUM DAPAT MENGGUNAKAN OBAT DAN ATAU
ALAT KESEHATAN SECARA MANDIRI, YAITU PASIEN YANG MEMILIKI
KEMUNGKINAN MENDAPATKAN RISIKO MASALAH TERKAIT OBAT MISALNYA
KOMORBIDITAS, LANJUT USIA, LINGKUNGAN SOSIAL, KARATERISTIK OBAT,
KOMPLEKSITAS PENGOBATAN, KOMPLEKSITAS PENGGUNAAN OBAT,
KEBINGUNGAN ATAU KURANGNYA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN
TENTANG BAGAIMANA MENGGUNAKAN OBAT DAN ATAU ALAT KESEHATAN
AGAR TERCAPAI EFEK YANG TERBAIK (DIRJEN BINFAR, 2008).
PASIEN YANG PERLU MENDAPAT PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH ANTARA LAIN :

• Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan obat,
interaksi obat dan efek samping obat.
• Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dan lain-lain.
• Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah satu kriteria atau lebih
regimen obat sebagai berikut:
a. Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari.
b. Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari.
c. Pasien minum salah satu dari 20 macam obat yang telah diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien
geriatri.
d. Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih

(Dirjen Binfar, 2008)


JENIS PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH APOTEKER, MELIPUTI:

1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan.


2. Identifikasi kepatuhan pasien.
3. Pendampingan pengelolaan obat dan/ atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara
pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.
4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien.
6. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.

(Permenkes 72 Tahun 2016)


PROSEDUR TETAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH

1. Melakukan penilaian awal terhadap pasien untuk mengindentifikasi adanya masalah


kefarmasian yang perlu ditindaklanjuti dengan pelayanan kefarmasian di rumah.
2. Menjelaskan permasalahan kefarmasian kepada pasien dan manfaat pelayanan
kefarmasian di rumah bagi pasien.
3. Menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah kepada pasien.
4. Menyiapkan lembar persetujuan dan meminta pasien untuk memberikan tanda tangan,
apabila pasien menyetujui pelayanan tersebut.
5. Mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan lain yang terkait, apabila
diperlukan. Pelayanan kefarmasian di rumah juga dapat berasal dari rujukan dokter
kepada apoteker apotek yang dipilih oleh pasien.
6. Membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan menyampaikan kepada pasien
dengan mendiskusikan waktu dan jadwal yang cocok dengan pasien dan keluarganya.
Rencana ini diberikan dan didiskusikan dengan dokter yang mengobati (bila rujukan).
7. Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah disepakati.
Mengkoordinasikan pelayanan kefarmasian kepada dokter (bila rujukan).
8. Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada Catatan Penggunaan Obat
Pasien.

(Dirjen Binfar, 2008)


PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang
efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
TATALAKSANA PEMANTAAUAN TERAPI OBAT

1. Seleksi Pasien
Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk seluruh pasien. Mengingat
terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan dengan jumlah pasien, maka perlu ditentukan
prioritas pasien yang akan dipantau.
2. Kondisi Pasien.
• Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerimapolifarmasi.
• Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
• Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
• Pasien geriatri dan pediatri.
• Pasien hamil dan menyusui.
• Pasien dengan perawatan intensif.
3. Obat
• obat dengan indeks terapi sempit
• obat yang bersifat nefrotoksik
• sitostatika
• antikoagulan
• obat yang sering menimbulkan ROTD
• obat kardiovaskular
• Polifarmasi
• Variasi rute pemberian
• Variasi aturan pakai
• Cara pemberian khusus
4. DATA DASAR PASIEN

merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data tersebut dapat diperoleh dari:
• rekam medik,
• profil pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat,
• wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT

Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya masalah terkait
obat. Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat dikategorikan sebagai berikut :
• Ada indikasi tetapi tidak di terapi
• Pemberian obat tanpa indikasi Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan.
• Pemilihan obat yang tidak tepat
• Dosis terlalu tinggi
• Dosis terlalu rendah
• Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
• Interaksi obat
• Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
RENCANA PEMANTAUAN
Apoteker dalam membuat rencana pemantauan perlu menetapkan langkah-langkah:
1. Menetapkan parameter farmakoterapi
Meliputi:
-Karakteristik obat
-Efikasi terapi dan efek merugikan dari regimen
-Perubahan fisiologik pasien
-Efisiensi pemeriksaan laboratorium
2. Menetapkan sasaran terapi
3. Menetapkan frekuensi pemantauan
Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh apoteker
harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama dengan tenaga
kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan terapi.
Dokumentasi
Setiap langkah kegiatan pemantauan terapi obat yang dilakukan harus
didokumentasikan. Hal ini penting karena berkaitan dengan bukti otentik pelaksanaan
pelayanan kefarmasian yang dapat di gunakan untuk tujuan
akuntabilitas/pertanggungjawaban, evaluasi pelayanan, pendidikan dan penelitian.
Sistimatika pendokumentasian harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk
penelusuran kembali.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Definisi MESO
Monitoring Efek Samping Obat, adalah program pemantauan keamanan obat sesudah
beredar (pasca-pemasaran). Program ini dilakukan secara berkesinambungan untuk
mendukung upaya jaminan atas keamanan obat, sejalan pelaksanaan evaluasi aspek
efikasi.
PETUGAS YANG TERLIBAT DALAM MELAKUKAN MESO

Meso di rumah sakit


Merupakan salah satu tugas PFT
Tim Meso dalam PFT adalah :
• Para Klinisi Terkait
• Ahli Farmakologi
• Apoteker
• Perawat
• Siapa Yang Melaporkan Meso
Tenaga kesehatan, dapat meliputi:
1. dokter
2. dokter spesialis
3. dokter gigi
4. apoteker
5. bidan
6. perawat
7. tenaga kesehatan lain.
CARA MELAPOR DAN INFORMASI APA SAJA YANG HARUS DILAPORKAN

• Caranya pasien melaporkan efek samping yang dialaminya kepada dokter yang meresepkan obat
• Kemudian, Tenaga kesehatan mengisi formulir kuning yang berisi Informasi terkait dengan empat
unsur penting, yaitu informasi tentang pasien, efek samping yang dialami, obat yang dicurigai
penyebab efek samping, dan tenaga kesehatan pelapor.
• Formulir kuning dapat diperbanyak dan dikirim kepada BPOM.
• Pengkajian profil keamanan obat Terhadap semua laporan efek samping yang diterima, Badan POM
selanjutnya akan mengevaluasi setiap laporan
• Dalam melakukan evaluasi aspek keamanan, Badan POM melakukan penilaian tentang kemanfaatan
dan risiko (risk benefit assessment). Perimbangan yang diharapkan antara kemanfaatan dan risiko
adalah kemanfaatan melebihi risiko
• Bila profil keamanan suatu obat dengan pergeseran perimbangan dengan risiko menjadi lebih besar
daripada kemanfaatan, Badan POM akan mengkaji profil keamanan obat tersebut.
• Bila profil keamanan suatu obat dengan pergeseran perimbangan dengan risiko menjadi lebih
besar daripada kemanfaatan, Badan POM akan mengkaji profil keamanan obat tersebut .

• Jika hasil pengkajian mengindikasikan/merekomendasikan perlunya pengambilan langkah tindak


lanjut regulatori, pembahasan akan dibawa ke tingkat Komite Nasional Penilai Obat Jadi.
• Rekomendasi tindak lanjut regulatori yang dihasilkan dari proses pengkajian dan pembahasan
aspek keamanan suatu obat dapat berupa pembatasan indikasi, perubahan dosis pemberian dan
posologi, perubahan penandaan (penambahan informasi aspek keamanan), pembekuan sementara
izin edar, pembatalan izin edar, dan penarikan dari peredaran.
• Langkah berikutnya, tindak lanjut regulatori ini harus dapat diinformasikan secara luas utamanya
kepada tenaga kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
• Informasi itu disampaikan kepada asosiasi profesi ke sehatan (IDI) untuk dapat disebarluaskan ke
seluruh anggotanya. Di samping itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan juga menerbitkan
buletin berita MESO, yang disebarluaskan ke hampir seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH

(HOME PHARMACY CARE)


Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Umur Alamat :
No. Telepon :

No Tanggal Kunjungan Catatan Pelayan Apoteker

20.... Apoteker
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai