Anda di halaman 1dari 20

FARMASI KOMUNITAS

Penarikan, pemusnahan, pelaporan, evaluasi mutu


pelayanan di Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas”.
Dosen : Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt

Nama Kelompok :
1. M Fathul Bari (20340228)

2. Ni Nyoman Mentari (20340238)

3. Novitasari (20340249)

4. Bagus Pratama (20340219)

5. Cucu Ria Savita (20340235)


PENDAHULUAN
Pelayanan Kefarmasian di Apotek pelayanan kefarmasian di Puskesmas standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, secara teori hampir sama yaitu
penarikan, pemusnahan, pelaporan, dan Evaluasi Mutu Pelayanan dengan tujuan
utama meningkatkan pelayanan kefarmasian.

Pengaturan standar pelayanan kefarmasian memiliki maksud dan tujuan, yaitu


meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, serta melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien.

Standar pelayanan kefarmasian di apotek datur oleh PMK NO 73 Tahun 2016


tentang. Untuk standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit diatur oleh
peraturan Mentri Keshatan NO 72 Tahun 2016, sedangkan di Puskesmas
mengacu pada PMK NO 74 Tahun 2016
definisi

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah


terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau
kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan
pasien (patient safety).
pemusnahan dan penarikan dilakukan untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah
tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Dengan Adanya
penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi
penggunaan obat yang sub standar (Depkes RI,2008).

Pencatatan dan pelaporan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan
Penarikan, pemusnahan, pelaporan, evaluasi mutu
pelayanan di Apotek

Pemusnahan dan Penarikan :

1.Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

2.Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Lanjutan...
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan


peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
CONTOH BERITA ACARA
PEMUSNAHAN
pelaporan
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Tujuan pelaporan
1. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
2. Tersedianya informasi yang akurat,
3. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat
dan laporan,
4. Mendapat data yang lengkap untuk membuat
perencanan.
EVALUASI MUTU PELAYANAN
METODE MANAJERIAL
1. Metode Evaluasi
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan
menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki.
Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara sistematis. 
b. Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian
tanpa dibandingkan dengan standar. Review dilakukan oleh Apoteker
berdasarkan hasil monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan
seluruh sumber daya yang digunakan.
c. Observasi
Dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap seluruh
proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
2. Indikator Evaluasi Mutu

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah:


a.Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medication error;
b.Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan;
c.Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit;
d.Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan penyakit
pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit, pencegahan terhadap
penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan penyakit.
Penarikan, pemusnahan, pelaporan,
evaluasi mutu pelayanan di Rumah sakit

Penarikan
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a.Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b.Telah kadaluwarsa;
c.Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
d.Kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
e.Dicabut izin edarnya.
 
Lanjutan...
pemusnahan

Tahapan pemusnahan terdiri dari:


a.Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan;
b.Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c.Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
d.Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e.Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Lanjutan...
Pelaporan

Pelaporan dilakukan sebagai:

a.Komunikasi antara level manajemen;


b.Lenyiapan laporan tahunan yang komprehensif
mengenai kegiatan di Instalasi Farmasi; dan
c.Laporan tahunan
Evaluasi mutu pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian atas semua
kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit secara berkala. Kualitas pelayanan
meliputi: teknis pelayanan, proses pelayanan, tata cara/standar prosedur
operasional, waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan
Metoda evaluasi yang digunakan, terdiri dari:
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar.
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan
Resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara
langsung
d. Observasi
Terhadap pelayanan misalnya lama antrian, ketepatan penyerahan Obat.
Lanjutan...
Penarikan, pemusnahan, pelaporan,
evaluasi mutu pelayanan di Puskesmas
Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis


Habis Pakai bila:
a.produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b.telah kadaluwarsa;
c.tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d.dicabut izin edarnya
Lanjutan...
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai terdiri
dari:
a.membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan
b.menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c.mengoordinasikan jadwal,metode dan tempat
pemusnahan kepada pihak terkait.
d.menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e.melakukan pemusnahan disesuaikan dengan
jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku.
Lanjutan...

Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
a.Pengendalian persediaan;
b.Pengendalian penggunaan; dan
c.Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak,
dankadaluwarsa.
 
Pelaporan Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Sediaan Farmasi dan BMHP dilakukan secara
Tujuan pencatatan dan pelaporan periodik dengan tujuan untuk:
adalah: a.mengendalikan dan menghindari terjadinya
kesalahan dalam pengelolaan Sediaan
a.Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP sehingga dapat menjaga
Farmasi dan Bahan Medis Habis kualitas maupun pemerataan pelayanan
Pakai telah dilakukan; b.memperbaiki secara terus-menerus
b.Sumber data untuk melakukan pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
pengaturan dan pengendalian; dan Pakai;
c.memberikan penilaian terhadap capaian
c.Sumber data untuk pembuatan kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan
laporan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO
tersebut diletakkan di tempat yang mudah
dilihat.
Evaluasi mutu pelayanan
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
a.Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan
dana, dan Standar ProsedurOperasional.
b.Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c.Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan tingkat
pendidikan masyarakat.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a.Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan
evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar.
Pelaksanaannya:
a.Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara
capaian dengan rencana kerja); dan
b.memberikan umpan balik terhadap hasil capaian
KESIMPULAN
• Pemusnahan yang dilakukan di rumah sakit dan puskesmas adalah produk yang
tidak memenuhi persyaratan mutu dan syarat digunakan dalam pelayanan, telah
kadaluwarsa, izin edar dicabut, sedangkan di apotik juga , resep jangka waktu 5
tahun, BMHP.
• Pencatatan dilakukan apotik meliputi pengadaan, penyimpanan, penyerahan, dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan di Rumah Sakit
Pencatatan dan pelaporan meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP, serta pada puskesmas pencatatan juga meliputi
pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
• Penarikan pada obat dan sediaan farmasi di apotik, rumah sakit dan puskesmas
dilakukan bila ada produk yang izin edarnya telah di cabut oleh mentri
• Metode evaluasi mutu di apotik, rumah sakit dan puskesmas adalah metode audit,
review, survey dan observasi.

Anda mungkin juga menyukai