OLEH :
ULFATURRAHMAH
(4840118015)
FAKULTAS KESEHATAN
2021
LAPORAN TUGAS AKHIR
ULFATURRAHMAH
(4840118015)
FAKULTAS KESEHATAN
2021
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
ULFATURRAHMAH
4840118015
FAKULTAS KESEHATAN
2021
v
MOTTO
“Ya Allah, Saat Aku Kehilangan Harapan Dan Rencana,
Tolong Ingatkan Aku Bahwa Cinta-Mu Jauh Lebih Besar
Daripada Kekecewaanku, Dan Rencana Yang Engkau
Siapkan Untuk Hidupku Jauh Lebih Baik Daripada
Impianku”
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
vii
Thanks God for giving me someone, who give so many thing
meaning of life, Ahmad Suhaili.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ULFATURRAHMAH
Tempat Tanggal Lahir : Tanak Beak, 08 September 1999
Alamat : Tanak Beak, Kecamatan Narmada, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : ulfaturrahmah96@gmail.com
Pendidikan Formal :
Tahun 2007-2012 : SDN 1 Tanak Beak
Tahun 2012-2015 : SMPN 1 Narmada
Tahun 2015-2018 : SMAN 1 Narmada
Tahun 2018-2021 :
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini
yang berjudul “Gambaran Swamedikasi Obat Demam Di Apotek Yusra
Kabupaten Lombok Tengah Pada Bulan April Tahun 2021” dapat
diselesaikan.
Bersamaan dengan ini perkenankan kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. TGH.L.M. Turmudzi Badaruddin selaku Ketua Universitas Qamarul
Huda Badaruddin dan sebagai pembina dan Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Qamarul Huda sekaligus sebagai Pendiri Universitas
Qamarul Huda Badaruddin Bagu, Lombok Tengah. Semoga Allah swt
tetap merahmati kesehatan.
2. Drs.H.L. Azhari, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Qamarul Huda
Badaruddin Bagu Kecamatan Pringgarata, Kabupataen Lombok
Tengah.
3. Dr.H. Menap S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Universitas Qamarul Huda
Badaruddin yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan
dorongan selama pendidikan.
4. Apt. Neneng Rachmalia I.M.,M.Farm selaku Ketua Prodi DIII Farmasi
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu.
5. Apt. Lalu Jupriadi M.Si selaku dosen pembimbing I dengan penuh
kesabaran dan ketekunan dalam meluangkan waktunya untuk
memberikan motivasi, perhatian, bimbingan, pengarahan, dan saran-
saran dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Apt. Putri Ramdaniah M.Farm selaku dosen pembimbing II dlam
penyusunan Laporan Tugas Akhir, yang telah banyak meluangkan
waktu serta pemberian ilmu dan didikan sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
x
7. Semua Civitas Akademik Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
khususnya Program Studi DIII Farmasi yang telah memberikan bekal
ilmu dan bimbingan kepada penulis.
8. Kepada ibu dan bapak saya yang selalu mengiringi langkah penulis
dengan do’a dan kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril
maupun materil sehingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini,
semoga Allah swt. panjangkan umurnya dan selalu mendapatkan
rahmat dan hidayahnya.
9. Semua teman-teman mahasiwa/mahasiswi khususnya DIII Farmasi
sahabat yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang penulis tidak bisa
ssebutkan satu persatu.
Semoga bantuan serta dorongan yang telah diberikan yang
bernilai ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta semoga
mendapatkan balasan yang setimpal.
Akhir kata penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberi manfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi DIII Farmasi
khususnya dan mahasiswa Universitas Qamarul Huda Badaruddin
Bagu pada umumnya, serta bagi para pembaca yang budiman.
Bagu, 2021
xi
GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM UNTUK
ANAK-ANAK DI APOTEK YUSRA KABUPATEN
LOMBOK TENGAH PADA BULAN APRIL TAHUN 2021
ULFATURRAHMAH
4840118015
INTISARI
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan
sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa
melibatkan tenaga kesehatan. Pengamatan ini bertujuan ntuk mengetahui
gambaran pengetahuan pasien tentang swamedikasi obat demam. Dalam
pengamatan ini penulis menggunakan dua metode yaitu metode observasi
dan metode dokumentasi. Diketahui bahwa 22% responden memilih obat
yang mengandung paracetamol dan sedikit yang memilih obat kombinasi
dengan contoh obat Mixagrip®, Ultraflu®. Obat yang banyak digunakan
untuk mengatasi demam adalah obat bebas. Bentuk sediaan obat yang
paling banyak dipilih adalah bentuk sirup yaitu sebesar 92% dan yang
paling sedikit adalah bentuk drop yaitu sebesar 5%. Gambaran
pengetahuan swamedikasi obat demam oleh Pasien yang berkunjung ke
Apotek Yusra Praya Lombok Tengah sebagian besar pasien lebih banyak
memilih swamedikasi obat demam menggunakan obat Sanmol dalam
bentuk sediaan sirup 120 mg/5ml (22%) dan Ottopan drop (5%) , karena
sebagian besar yang membeli obat untuk swamdikasi demam adalah orang
tua yang membeli untuk anaknya yang berusia dibawah 12 tahun kebawah,
dan sebagian memilih obat yang mengandung kombinasi dengan contoh
obat Mixagrip dan Ultraflu dalam bentuk sediaan tablet.
Kata kunci : Obat, Swamedikasi, Demam.
xii
AN OVERVIEW OF SELF-MEDICATION FOR FEVER MEDICINE FOR
CHILDREN AT THE YUSRA PHARMACY, CENTRAL LOMBOK
DISTRICT IN APRIL 2021
ULFATURRAHMAH
4840118015
ABSTRACT
The implementation of self-medication is based on the idea that self-medication is
sufficient to treat the health problems experienced without involving health
workers. This observation aims to describe the patient's knowledge about self-
medication of fever medicine. In this observation, the writer uses two methods,
namely the method of observation and the method of documentation. It is known
that 22% of respondents choose drugs containing paracetamol and a few choose
combination drugs with examples of drugs Mixagrip® , Ultraflu® . Drugs that
are widely used to treat fever are over-the-counter drugs. The most widely chosen
drug dosage form is the syrup form, which is 92% and the least is the drop form,
which is 5%. The description of knowledge of self-medication for fever medicine
by patients who visited Yusra Praya Pharmacy, Central Lombok, most of the
patients preferred self-medication for fever medicine using Sanmol in the form of
syrup 120 mg/5ml (22%) and Ottopan drop (5%), because most Those who buy
medicine for self-medication for fever are parents who buy it for their children
under 12 years old, and some choose drugs that contain a combination with the
example of Mixagrip and Ultraflu drugs in tablet dosage form.
xiii
DAFTAR ISI
xiv
2.2.1 Definisi Demam....................................................................................................5
2.2.2 Mekanisme Demam..............................................................................................6
2.2.3 Etiologi Demam....................................................................................................7
2.2.4 Tipe Demam .........................................................................................................7
2.2.5 Penatalaksanaan Demam .....................................................................................8
2.2.6 Terapi Non Farmakologi Demam.........................................................................9
2.2.7 Terapi Farmakologi Demam.................................................................................9
2.3 Penggolongan Obat Untuk Swamedikasi ...................................................................11
2.3.1 Obat bebas ..........................................................................................................11
2.3.2 Obat bebas terbatas.............................................................................................12
2.3.4 Obat Wajib Apotek.............................................................................................13
2.4 Swamedikasi...............................................................................................................14
2.4.1 Definisi swamedikasi..........................................................................................14
2.4.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Swamedikasi............................................15
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Swamedikasi ........................................................16
2.5 Kerangka Teori..........................................................................................................17
BAB III................................................................................................................. 18
KEADAAN DAN MASALAH............................................................................ 18
3.1 Sumber Data atau Informasi.......................................................................................18
3.1.1 Populasi ..............................................................................................................18
3.1.2 Sampel ................................................................................................................18
3.2 Gambaran kondisi nyata pada tempat mahasiswa pernah melakukan praktek
kerja lapangan...................................................................................................................18
3.3 Deskripsi Masalah ......................................................................................................19
BAB IV................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 21
4.1 Hasil Pengamatan .......................................................................................................21
4.1.1 Ketepatan Pemilihan Obat ..................................................................................22
4.3 Pemilihan Bentuk Sediaan Obat................................................................................22
4.2 Pembahasan ...........................................................................................................23
BAB V .................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
5.2 Saran...........................................................................................................................26
xv
5.2.1 Bagi pasien, saran yang diberikan yaitu : ...........................................................26
5.2.2 Bagi peneliti lain.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar Depan Apotek Yusra......................................................... 50
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas .............................................................................. 32
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas ............................................................... 33
Gambar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas............................................ 33
Gambar 2.4 Kerangka Teori ................................................................................. 38
Gambar 2.5 Ketepatan Pemilihan Obat ................................................................ 42
Gambar 2.6 Pemilihan Bentuk Sediaa Obat ......................................................... 44
xix
DAFTAR SINGKATAN
xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37°C. Demam yang disertai dengan
peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi memerlukan kewaspadaan karena
dapat berdampak buruk. Demam diatas suhu 41°C dapat menyebabkan
berbagai perubahan metabolisme, fisiologis dan akhirnya kerusakan susunan
saraf pusat. Apabila demam tidak segera diatasi akan menyebabkan kejang
demam, kerusakan otak dan bahkan kematian (Wahyuni & Diah, 2018).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
kedalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C)
demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus jamur atau parasit), penyakit auto imun, keganasan, ataupun obat-obatan
(Fathul, 2020).
Berdasarkan Profil Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
tahun 2018, 10 penyakit terbanyak di Puskesmas di provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu Infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, Hipertensi, Diare,
infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas, kecelakaan dan kekerasan,
penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, gastritis, dyspepsia, diabetes
mellitus. Demam memang bukan penyakit dan tidak akan ditemukan dalam
10 besar penyakit tersebut, tetapi demam merupakan gejala awal dari
penyakit-penyakit serius seperti Demam Berdarah, Malaria, Influenza, Tipus
Dan Diare.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
pengamatan tentang Gambaran Swamedikasi Obat Demam Pada Pasien di
Apotek Yusra Periode April 2021.
2
1.4 Manfaat
a. Bagi pengembangan pendidikan dalam ilmu kesehatan terutama dalam
bidang pengobatan, pengamatan ini mampu memberikan informasi
mengenai pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam.
b. Bagi peneliti sebagai seorang farmasis, manfaat pengamatan ini adalah
membantu untuk merubah pola pikir masyarakat mengenai cara
pengobatan sendiri demam yang tepat.
c. Bagi masyarakat pengamatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai pengobatan swamedikasi, juga merubah kebiasaan memilih obat
alternatif yang tidak tepat untuk mengobatan penyakit demam.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek
4
Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku, obat tradisional, dan kosmetika.
2.2 Demam
5
nyeri. Selain kedua obat tersebut, juga dapat digunakan obat AINS
lainnya yaitu Ibuprofen. Obat-obat tersebut bekerja dengan
menghambat pembentukan prostaglandin (Wahyuni & Diah, 2018).
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), perlu
diperhatikan bahwa obat penurun panas hanya mengurangi gejala
penyakit, namun tidak mengobati penyakit yang menyebabkan
timbulnya demam.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997)
bahwa dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya
adalah 3-4 kali sehari. Batas waktu pemakaian obat penurun panas
pada swamedikasi tidak lebih dari 2 hari.
6
arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2), dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh terutama demam. Mekanisme demam dapat juga
terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus
yang dimediasi oleh produk lokal macrophage inflammatory protein-1
(MIP-1), suatu kemokin yang bekerja secara langsung terhadap
hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin,
demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.
Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respons terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Atiq, 2019)
7
2. Demam Hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat yang normal pada
pagi hari
3. Demam Remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap
hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal
4. Demam Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat
Intermiten yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari
5. Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu
sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari
satu derajat.
6. Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
8
2.2.6 Terapi Non Farmakologi Demam
Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
a. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi
dan beristirahat yang cukup.
b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada
saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu
berlebihan.
c. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
d. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti (Kristianingsih et al., 2019).
9
penggunaan parasetamol dan ibuprofen sebagai obat analgetik-
antipiretik (Carlson & Kurnia, 2020)
a. Paracetamol (Asetaminofen)
Parasetamol ini merupakan derivat para amino fenol.
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek
analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek iritasi, erosi, dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga
gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Obat-obatan yang
dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah Parasetamol
(Asetaminofen). Sebagai antipiretik, obat Parasetamol akan menurunkan
suhu badan hanya pada keadaan demam, namun tidak semuanya
berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik apabila digunakan
secara rutin atau terlalu lama (Oktaviana et al., 2019).
Selain itu daya antipiretik obat Parasetamol berdasarkan
rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat.
Asetaminophen umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri
yang paling aman, juga untuk swamedikasi. Efek analgetiknya dapat
diperkuat oleh kafein dengan kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus
cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati, zat
ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi
lewat kemih sebagai reaksi konjugasi dan sulfat. Efek samping tak
jarang terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah.
Parasetamol termasuk dalam daftar obat kategori aman untuk wanita
hamil juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
Dosis untuk paracetamol adalah :
Dewasa: 3-4 x sehari dengan dosis 500-1000 mg. Dosis
maksimal 4000mg/hari.
Anak-anak: mengikuti sesuai aturan dokter atau petunjuk
pemakaian obat, dengan dosis 10-15mg/kgBB/setiap kali
10
pemberian dengan interval 6-8 jam. (Hidayat, 2020)
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat
sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek analgesiknya
sama seperti aspirin, sedangkan daya anti inflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung, dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.
Efek lainnya seperti eritemakulit, sakit kepala, dan trombositopenia
jarang terjadi. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut,
terutama bila dikombinasikan dengan asetaminofen.
Dosis untuk ibuprofen adalah :
Dewasa: 3-4 x dengan dosis 200-400 mg atau sesuai anjuran
dokter, dosis maksimal 1200mg/hari.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB/kali pemberian dengan interval 6-8
jam. (Khuluq, 2020)
11
obat dari golongan ini adalah parasetamol. Logo obat bebas disajikan
pada Gambar 2.1
12
Gamabar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas
13
memperhatikan komposisi dan dosis. Secara umum komposisi
tunggal lebih dianjurkan.
2) Pilih obat yang mengandung dosis efektif, serta mencantumkan
komposisi dan jumlahnya.
3) Dianjurkan menggunakan produk generik bila tersedia.
4) Berhati-hatilah terhadap iklan yang melebihkan efek obat
dibanding produk sejenis yang lain.
5) Perhatian khusus harus diberikan untuk pemberian pada anak-
anak, terutama mengenai dosis, bentuk sediaan, dan rasa.
2.4 Swamedikasi
Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat- obat
modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit
ringan yang banyak dialami masyarakat, antara lain demam, nyeri,
batuk, flu, serta berbagai penyakit lain.
Ketika pasien atau konsumen memilih untuk melakukan
pengobatan sendiri atau swamedikasi, ada beberapa hal yang perlu
untuk diperhatikan agar pengobatan sendiri tersebut dilakukan dengan
14
tepat dan bertanggung jawab, antara lain (Khuluq, 2020)
1. Pada pengobatan sendiri, individu atau pasien bertanggung jawab
terhadap obat yang digunakan. Oleh karena itu sebaiknya baca
label obat secara seksama dan teliti.
2. Jika individu atau pasien memilih untuk melakukan pengobatan
sendiri maka ia harus dapat:
a. Mengenali gejala yang dirasakan.
b. Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk melakukan
pengobatan sendiri atau tidak.
c. Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya.
d. Mengikuti instruksi yang sesuai pada label obat yang dikonsumsi.
15
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,
terkait dengan kondisi seseorang.
16
2.5 Kerangka Teori
Obat
Demam
Swamedikasi
Terapi
17
BAB III
KEADAAN DAN MASALAH
Sumber data diambil dari dokumen atau arsip nota penjualan obat bebas di
Apotek Yusra Praya Kabupaten Lombok Tengah, dengan menggunakan metode
pengumpulan data observasi. Observasi adalah metode penghimpunan data yang
natural, secara sederhana observasi itu adalah kegiatan pemantauan, pengamatan
dan pengawasan.
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelayanan yang dilakukan
oleh tenaga farmasi di Apotek Yusra Praya Lombok Tengah.
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Pelayanan Swamedikasi
obat demam tanpa resep yang dilakukan oleh tenaga farmasi di
Apotek Yusra Praya Lombok Tengah.
18
tambahan fasilitas yang memadai lengkap dengan laboraturium, radiologi,
rawat inap serta UGD 24 jam dan pada tanggal yang sama Apotek Yusra
pindah ke Jalan S. Parman No 2 Praya-Lombok Tengah tepat di depan
Masjid Raya Agung Praya-Lombok Tengah sampai sekarang. Apotek Yusra
juga didukung oleh dokter-dokter spesialis yang praktik antara lain Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata, Dokter Spesialis
Kandungan , Dokter Spesialis Paru, dan Dokter Spesialis Anak.
Dilihat pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di
Apotek Yusra, banyak pengunjung yang membeli obat bebas demam untuk
anak-anak, maka dari itu mahasiswa memiliki keinginan untuk mengetahui
gambaran swamedikasi obat demam untuk anak-anak di Apotek Yusra
Praya Kabupaten Lombok Tengah pada bulan April Tahun 2021.
19
itu, tenaga kefarmasian mempunyai peranan penting didalam memberikan
pelayanan informasi obat (PIO) kepada swamedikasi.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
4.1.1 Ketepatan Pemilihan Obat
Pemilihan Obat yang digunakan untuk meredakan demam oleh pasien,
tingkat persentasenya dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini :
Sirup
Drop
44%
22
4.2 Pembahasan
23
adalah dalam bentuk sediaan sirup dan drop. Untuk obat seperti Mixagrip
dan Ultraflu yang memiliki kandungan kombinasi Paracetamol dengan
Phenylephrine HCl, Chlorpenamine Maleate, Acetaminophenum,
Dextromethorpan Hbr dan Glyceryl Guaicolate, dimana dilihat dari
kandungannya yang tidak hanya untuk mengatasi keluhan demam melainkan
juga untuk meredakan gejala flu, sakit kepala, bersin-bersin dan hidung
tersumbat.
Sediaan obat yang digunakan untuk pemberian obat parasetamol atau
ibuprofen pada pengamatan ini adalah mayoritas dengan menggunakan
sediaan sirup dan drop. Meskipun ada beberapa obat bebas dalam bentuk
sediaan tablet akan tetapi dalam pengamatan ini akan dibahas tentang
gambaran swamedikasi obat demam untuk anak-anak. Pengamatan ini sama
halnya dengan penelitian Ramahayake, dkk tentang penggunaan
parasetamol, bahwa tidak terdapat penggunaan parasetamol dalam sediaan
tablet pada anak.
Menurut European Medicines Agency (EMA), terdapat perbedaan
bentuk sediaan farmasi yang dapat diterima oleh anak-anak. Untuk anak di
bawah 2 tahun, bentuk sediaan cair dapat diterima secara luas. Dalam
beberapa kasus khusus, formulasi jenis tablet film (tablet kempa yang disalut
tipis, baik berwarna ataupun tidak dengan penggunaan bahan polimer yang
larut air dan cepat hancur di dalam saluran cerna) masih dapat diterima. Pada
usia antara 2-6 tahun, kemampuan anak untuk menelan tablet atau kapsul
kecil sangat bervariasi. Sebagian besar anak berusia 12 tahun ke atas dapat
menelan tablet atau kapsul, namun akan bervariasi antara satu pasien dengan
pasien lainnya. Pedoman EMA tahun 2011 memberikan panduan tentang
ukuran tablet untuk berbagai kelompok usia anak. Untuk anak yang berusia
kurang dari 6 tahun tidak boleh diberikan tablet yang berdiameter lebih besar
dari 5 mm, untuk anak di atas 6 tahun tablet kecil hingga sedang relatif dapat
diterima dengan baik, namun perlu diperhatikan adanya persentase yang
cukup signifikan dari populasi tersebut yang masih mengalami kesulitan
menelan tablet atau kapsul.
Bentuk sediaan cair sering dianggap yang paling fleksibel. Namun
24
formula cair memiliki beberapa keterbatasan, seperti memerlukan kemasan
botol yang relatif besar, serta membutuhkan alat pengukur yang akurat.
Konsentrasi obat dalam sediaan juga harus dipertimbangkan karena jika
volume obat yang diberikan terlalu kecil maka kemungkinan dosis menjadi
tidak akurat akan meningkat dan sebaliknya jika terlalu besar maka
kepatuhan penggunaan akan menjadi masalah. Selain itu sediaan cair juga
membutuhkan bahan pengawet.
Sehingga dalam pengamatan ini didapatkan hasil bahwa obat bebas
yang paling banyak dipilih untuk samedikasi obat demam adalah dalam
bentuk sediaan sirup dan drop karena mayoritas responden adalah orangtua
yang memiliki anak terutama anak usia 12 tahun kebawah, datang untuk
membeli obat demam sanmol (parasetamol) dalam bentuk sediaan sirup dan
drop, hanya sebagian kecil yang membeli obat demam dengan kandungan
yang dikombinasi juga dalam bentuk sediaan tablet.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gambaran pengetahuan swamedikasi obat demam pada anak, yang
berkunjung ke Apotek Yusra Praya Lombok Tengah sebagian besar pasien
lebih banyak memilih swamedikasi obat demam menggunakan obat Sanmol
dalam bentuk sediaan sirup 120 mg/5ml (22%) dan Ottopan drop (5%) ,
karena sebagian besar yang membeli obat untuk swamdikasi demam pada
anak adalah orang tua yang membeli untuk anaknya yang berusia dibawah 12
tahun kebawah, dan sebagian memilih obat yang mengandung kombinasi
dengan contoh obat Mixagrip dan Ultraflu dalam bentuk sediaan tablet.
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Carlson, & Kurnia, B. (2020). Tatalaksana Demam pada Anak. Cermin Dunia
Kedokteran, 47(11), 698–702.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1200
27
Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019). Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Obat Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu
Rumah Tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo).
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44.
https://doi.org/10.20473/jfiki.v4i22017.44-50
Villela, lucia maria aversa. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Orangtua Dalam Swamedikasi Demam Pada Anak Menggunakan Obat
Parasetamol. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wahyuni, A., & Diah, A. (2018). Gambaran Pengetahuan Pasien dalam Swamedikasi
Demam di Apotek Utama Handil Bakti Banjarmasin. Jurnal Insan Farmasi
Indonesia, 1(6), 51–56.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 2 : Gambar Obat di Apotek Yusra
30
Lampiran 3 : Gambar Nota Penjualan Obat Bebas
31
Lampiran 4 : Gambar Obat Demam
32
Lampiran 5 : Rekapan Penjualan Obat Bebas Demam
33
Lampiran 6 : Gambar pada saat pelayanan
34