Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM UNTUK ANAK-


ANAK DI APOTEK YUSRA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PADA BULAN APRIL TAHUN 2021

OLEH :

ULFATURRAHMAH
(4840118015)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

2021
LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM DI APOTEK


YUSRA KABUPATEN LOMBOK TENGAH PADA BULAN
APRIL TAHUN 2021

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan


Diploma Farmasi D3 Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda
Badaruddin

ULFATURRAHMAH
(4840118015)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

2021

ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM UNTUK


ANNAK-ANAK DI APOTEK YUSRA KABUPATEN
LOMBOK TENGAH PADA BULAN APRIL TAHUN 2021

Disusun Oleh :

ULFATURRAHMAH
4840118015

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

2021

v
MOTTO
“Ya Allah, Saat Aku Kehilangan Harapan Dan Rencana,
Tolong Ingatkan Aku Bahwa Cinta-Mu Jauh Lebih Besar
Daripada Kekecewaanku, Dan Rencana Yang Engkau
Siapkan Untuk Hidupku Jauh Lebih Baik Daripada
Impianku”

ALI BIN ABI THALIB

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur saya persembahkan kepada Allah swt. yang maha


Agung dan maha Tinggi dan atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang
berfikir, berilmu beriman, dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi
satu langkah awal untuk masa depan saya dalam meraih cita-cita.
Dengan ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Azwar
dan terutama ibu Rohidayati yang selalu menemani saya dalam kondisi
apapun baik suka maupun duka, terimakasih atas kasih sayang yang
berlimpah mulai dari saya lahir hingga besar kini. Beliau adalah motivator
terbesar dalam hidup saya yang tak pernah henti mendoakan, menyayangi
saya, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarkan saya sampai
kini.
Terimakasih untuk adik dan kakak saya Syifa Aulia Rahmah,
Karina Elis Tiani, Aditya Azadkhan atas kasih sayang, dukungan dan
doanya, tiada yang paling mengaharukan saat kumpul bersama kalian.
Semoga saya bisa menjadi kakak dan adik yang membanggakan untuk
kalian.
Terimakasih juga untuk keluarga besar yang telah memberikan
banyak dukungan sehingga saya dapat melaksanakan perkuliahan hingga
penyusunan Laporan Tugas Akhir sampai tuntas.
Terimakasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing
selaku pembimbing I Bapak Apt. Lalu Jupriadi M.Si dan pembimbing II
Ibu Apt. Putri Ramdaniah M.Farm yang dengan sabar melayani dan
membimbing saya mengerjakan Laporan Tugas Akhir sampai keberhasilan
Lapora Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Julia, Liza, Efi, Vita,
Nadya, Sola, Hisropita, Jihan, Dian, Elin, Winda, Selvi, Via, Ayu dan
semua teman-teman seperjuangan di Farmasi serta masih banyak lagi,
terimakasih atas kebersamaan dan solidaritas yang luar biasa sehingga
membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka
nestapa didada tapi suka dan bahagia juga tawa dan canda.

vii
Thanks God for giving me someone, who give so many thing
meaning of life, Ahmad Suhaili.

viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ULFATURRAHMAH
Tempat Tanggal Lahir : Tanak Beak, 08 September 1999
Alamat : Tanak Beak, Kecamatan Narmada, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : ulfaturrahmah96@gmail.com
Pendidikan Formal :
Tahun 2007-2012 : SDN 1 Tanak Beak
Tahun 2012-2015 : SMPN 1 Narmada
Tahun 2015-2018 : SMAN 1 Narmada
Tahun 2018-2021 :

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini
yang berjudul “Gambaran Swamedikasi Obat Demam Di Apotek Yusra
Kabupaten Lombok Tengah Pada Bulan April Tahun 2021” dapat
diselesaikan.
Bersamaan dengan ini perkenankan kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. TGH.L.M. Turmudzi Badaruddin selaku Ketua Universitas Qamarul
Huda Badaruddin dan sebagai pembina dan Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Qamarul Huda sekaligus sebagai Pendiri Universitas
Qamarul Huda Badaruddin Bagu, Lombok Tengah. Semoga Allah swt
tetap merahmati kesehatan.
2. Drs.H.L. Azhari, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Qamarul Huda
Badaruddin Bagu Kecamatan Pringgarata, Kabupataen Lombok
Tengah.
3. Dr.H. Menap S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Universitas Qamarul Huda
Badaruddin yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan
dorongan selama pendidikan.
4. Apt. Neneng Rachmalia I.M.,M.Farm selaku Ketua Prodi DIII Farmasi
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu.
5. Apt. Lalu Jupriadi M.Si selaku dosen pembimbing I dengan penuh
kesabaran dan ketekunan dalam meluangkan waktunya untuk
memberikan motivasi, perhatian, bimbingan, pengarahan, dan saran-
saran dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Apt. Putri Ramdaniah M.Farm selaku dosen pembimbing II dlam
penyusunan Laporan Tugas Akhir, yang telah banyak meluangkan
waktu serta pemberian ilmu dan didikan sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.

x
7. Semua Civitas Akademik Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
khususnya Program Studi DIII Farmasi yang telah memberikan bekal
ilmu dan bimbingan kepada penulis.
8. Kepada ibu dan bapak saya yang selalu mengiringi langkah penulis
dengan do’a dan kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril
maupun materil sehingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini,
semoga Allah swt. panjangkan umurnya dan selalu mendapatkan
rahmat dan hidayahnya.
9. Semua teman-teman mahasiwa/mahasiswi khususnya DIII Farmasi
sahabat yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang penulis tidak bisa
ssebutkan satu persatu.
Semoga bantuan serta dorongan yang telah diberikan yang
bernilai ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta semoga
mendapatkan balasan yang setimpal.
Akhir kata penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberi manfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi DIII Farmasi
khususnya dan mahasiswa Universitas Qamarul Huda Badaruddin
Bagu pada umumnya, serta bagi para pembaca yang budiman.

Bagu, 2021

xi
GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM UNTUK
ANAK-ANAK DI APOTEK YUSRA KABUPATEN
LOMBOK TENGAH PADA BULAN APRIL TAHUN 2021

ULFATURRAHMAH
4840118015

INTISARI
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan
sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa
melibatkan tenaga kesehatan. Pengamatan ini bertujuan ntuk mengetahui
gambaran pengetahuan pasien tentang swamedikasi obat demam. Dalam
pengamatan ini penulis menggunakan dua metode yaitu metode observasi
dan metode dokumentasi. Diketahui bahwa 22% responden memilih obat
yang mengandung paracetamol dan sedikit yang memilih obat kombinasi
dengan contoh obat Mixagrip®, Ultraflu®. Obat yang banyak digunakan
untuk mengatasi demam adalah obat bebas. Bentuk sediaan obat yang
paling banyak dipilih adalah bentuk sirup yaitu sebesar 92% dan yang
paling sedikit adalah bentuk drop yaitu sebesar 5%. Gambaran
pengetahuan swamedikasi obat demam oleh Pasien yang berkunjung ke
Apotek Yusra Praya Lombok Tengah sebagian besar pasien lebih banyak
memilih swamedikasi obat demam menggunakan obat Sanmol dalam
bentuk sediaan sirup 120 mg/5ml (22%) dan Ottopan drop (5%) , karena
sebagian besar yang membeli obat untuk swamdikasi demam adalah orang
tua yang membeli untuk anaknya yang berusia dibawah 12 tahun kebawah,
dan sebagian memilih obat yang mengandung kombinasi dengan contoh
obat Mixagrip dan Ultraflu dalam bentuk sediaan tablet.
Kata kunci : Obat, Swamedikasi, Demam.

xii
AN OVERVIEW OF SELF-MEDICATION FOR FEVER MEDICINE FOR
CHILDREN AT THE YUSRA PHARMACY, CENTRAL LOMBOK
DISTRICT IN APRIL 2021

ULFATURRAHMAH
4840118015

ABSTRACT
The implementation of self-medication is based on the idea that self-medication is
sufficient to treat the health problems experienced without involving health
workers. This observation aims to describe the patient's knowledge about self-
medication of fever medicine. In this observation, the writer uses two methods,
namely the method of observation and the method of documentation. It is known
that 22% of respondents choose drugs containing paracetamol and a few choose
combination drugs with examples of drugs Mixagrip® , Ultraflu® . Drugs that
are widely used to treat fever are over-the-counter drugs. The most widely chosen
drug dosage form is the syrup form, which is 92% and the least is the drop form,
which is 5%. The description of knowledge of self-medication for fever medicine
by patients who visited Yusra Praya Pharmacy, Central Lombok, most of the
patients preferred self-medication for fever medicine using Sanmol in the form of
syrup 120 mg/5ml (22%) and Ottopan drop (5%), because most Those who buy
medicine for self-medication for fever are parents who buy it for their children
under 12 years old, and some choose drugs that contain a combination with the
example of Mixagrip and Ultraflu drugs in tablet dosage form.

Keywords: Medicine, Self-medication, Fever

xiii
DAFTAR ISI

LAPORAN TUGAS AKHIR .................................................................................. i


GAMBARAN SWAMEDIKASI OBAT DEMAM UNTUK ANAK-ANAK
DI APOTEK YUSRA KABUPATEN LOMBOK TENGAH PADA
BULAN APRIL TAHUN 2021......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR .................................... v
MOTTO................................................................................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................................ x
INTISARI ............................................................................................................. xii
ABSTRACT ........................................................................................................xiii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xviii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................... xx
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup .............................................................................................................2
1.3 Tujuan Umum..............................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................3
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4
2.1 Apotek ..........................................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Apotek ...............................................................................................4
Tugas dan Fungsi Apotek ..............................................................................................4
2.2 Demam .........................................................................................................................5

xiv
2.2.1 Definisi Demam....................................................................................................5
2.2.2 Mekanisme Demam..............................................................................................6
2.2.3 Etiologi Demam....................................................................................................7
2.2.4 Tipe Demam .........................................................................................................7
2.2.5 Penatalaksanaan Demam .....................................................................................8
2.2.6 Terapi Non Farmakologi Demam.........................................................................9
2.2.7 Terapi Farmakologi Demam.................................................................................9
2.3 Penggolongan Obat Untuk Swamedikasi ...................................................................11
2.3.1 Obat bebas ..........................................................................................................11
2.3.2 Obat bebas terbatas.............................................................................................12
2.3.4 Obat Wajib Apotek.............................................................................................13
2.4 Swamedikasi...............................................................................................................14
2.4.1 Definisi swamedikasi..........................................................................................14
2.4.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Swamedikasi............................................15
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Swamedikasi ........................................................16
2.5 Kerangka Teori..........................................................................................................17
BAB III................................................................................................................. 18
KEADAAN DAN MASALAH............................................................................ 18
3.1 Sumber Data atau Informasi.......................................................................................18
3.1.1 Populasi ..............................................................................................................18
3.1.2 Sampel ................................................................................................................18
3.2 Gambaran kondisi nyata pada tempat mahasiswa pernah melakukan praktek
kerja lapangan...................................................................................................................18
3.3 Deskripsi Masalah ......................................................................................................19
BAB IV................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 21
4.1 Hasil Pengamatan .......................................................................................................21
4.1.1 Ketepatan Pemilihan Obat ..................................................................................22
4.3 Pemilihan Bentuk Sediaan Obat................................................................................22
4.2 Pembahasan ...........................................................................................................23
BAB V .................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
5.2 Saran...........................................................................................................................26

xv
5.2.1 Bagi pasien, saran yang diberikan yaitu : ...........................................................26
5.2.2 Bagi peneliti lain.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Tipe-tipe Demam................................................................................... 29

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar Depan Apotek Yusra......................................................... 50

Lampiran 2 : Gambar Obat Di Apotek Yusra ...................................................... 51


Lampiran 3 : Gambar Nota Penjualan Obat Bebas .............................................. 52
Lampiran 4 :Gambar Obat Demam ...................................................................... 53
Lampiran 5 : Gambar Rekapan Penjualan Obat Bebas Demam........................... 54
Lampiran 6 : Gambar pada saat pelayanan........................................................... 55

xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas .............................................................................. 32
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas ............................................................... 33
Gambar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas............................................ 33
Gambar 2.4 Kerangka Teori ................................................................................. 38
Gambar 2.5 Ketepatan Pemilihan Obat ................................................................ 42
Gambar 2.6 Pemilihan Bentuk Sediaa Obat ......................................................... 44

xix
DAFTAR SINGKATAN

1. AINS : Antiinflamasi Non Steroid


2. APJ : Apoteker Penanggung Jawab
3. CBIA : Community Based Interactive Approach
4. COX : Cyclo-Oxygenase
5. EMA : European Medicines Agency
6. OTC : Over The Counter Drug
7. PIO : Pelayanan Informasi Obat
8. SIA : Surat Izin Apotek
9. SSP Sistem Syaraf Pusat
10. UGD Unit Gawat Darurat

xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan
sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa
melibatkan tenaga kesehatan. Alasan lain adalah karena semakin mahalnya
biaya pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk
berobat dan kurangnya akses ke fasilitas-fasilitas kesehatan (Fathul, 2020)
Masalah swamedikasi telah dikenal sejak lama. Swamedikasi berarti
mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli
bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif tanpa nasehat dari dokter.
Banyaknya obat-obatan yang dijual di pasaran memudahkan seseorang
melakukan pengobatan sendiri terhadap keluhan penyakitnya, karena relatif
lebih cepat, hemat biaya, dan praktis tanpa perlu periksa ke dokter. Namun
untuk melakukan pengobatan sendiri dibutuhkan informasi yang benar agar
dapat dicapai mutu pengobatan sendiri yang baik, yaitu tersedianya obat yang
cukup dengan informasi yang memadai akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Fathul, 2020)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami.
Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat
yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat,
tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya
interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi. Dalam praktiknya, kesalahan
penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi, terutama karena
ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan terjadi terus-menerus
dalam waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko pada
kesehatan (Fathul, 2020).
Umumnya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan atau
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, batuk, flu,
nyeri, diare dan gastritis. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
telah mengumumkan bahwa demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh

1
lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37°C. Demam yang disertai dengan
peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi memerlukan kewaspadaan karena
dapat berdampak buruk. Demam diatas suhu 41°C dapat menyebabkan
berbagai perubahan metabolisme, fisiologis dan akhirnya kerusakan susunan
saraf pusat. Apabila demam tidak segera diatasi akan menyebabkan kejang
demam, kerusakan otak dan bahkan kematian (Wahyuni & Diah, 2018).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
kedalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C)
demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus jamur atau parasit), penyakit auto imun, keganasan, ataupun obat-obatan
(Fathul, 2020).
Berdasarkan Profil Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
tahun 2018, 10 penyakit terbanyak di Puskesmas di provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu Infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, Hipertensi, Diare,
infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas, kecelakaan dan kekerasan,
penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, gastritis, dyspepsia, diabetes
mellitus. Demam memang bukan penyakit dan tidak akan ditemukan dalam
10 besar penyakit tersebut, tetapi demam merupakan gejala awal dari
penyakit-penyakit serius seperti Demam Berdarah, Malaria, Influenza, Tipus
Dan Diare.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
pengamatan tentang Gambaran Swamedikasi Obat Demam Pada Pasien di
Apotek Yusra Periode April 2021.

1.2 Ruang Lingkup


Sasaran : Pelanggan di Apotek Yusra.
Tempat : Apotek Yusra, Kabupaten Lombok Tengah.
Waktu : 1-30 April Tahun 2021

1.3 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang swamedikasi obat
demam.

2
1.4 Manfaat
a. Bagi pengembangan pendidikan dalam ilmu kesehatan terutama dalam
bidang pengobatan, pengamatan ini mampu memberikan informasi
mengenai pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam.
b. Bagi peneliti sebagai seorang farmasis, manfaat pengamatan ini adalah
membantu untuk merubah pola pikir masyarakat mengenai cara
pengobatan sendiri demam yang tepat.
c. Bagi masyarakat pengamatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai pengobatan swamedikasi, juga merubah kebiasaan memilih obat
alternatif yang tidak tepat untuk mengobatan penyakit demam.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9


tahun 2017 tentang Apotek, dijelaskan bahwa apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker (Permenkes, 2017). Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan,
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi
yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik (PP
51-2009).
Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker, yang
telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin
Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat (Permenkes, 2017).
Konsekuensinya ahli farmasi dituntut untuk meningkatkan keterampilan
dan perilakunya dalam berinteraksi dengan pasien. Tujuannya untuk
melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan
melindungi profesi dalam menjalankan praktek kefarmasian. Ahli farmasi
juga dituntut untuk bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan kepentingan pasien (Kemenkes, 2017).

Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 9 tahun 2017, tugas dan


fungsi Apotek adalah :
 Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
 Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.

4
 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku, obat tradisional, dan kosmetika.

 Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,


pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.2 Demam

2.2.1 Definisi Demam

Demam adalah keadaan kenaikan suhu tubuh di atas suhu normal,


yaitu suhu tubuh di atas 37,5ºC. Demam adalah kondisi dimana
meningkatnya suhu tubuh diatas suhu normal yaitu diatas 37ºC.
Namun demikian panas yang sesungguhnya adalah bila suhu > 37,5
ºC. Akibat tuntutan pengaturan suhu tersebut maka tubuh akan
memproduksi panas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006)
tentang Obat Bebas bahwa demam bukan suatu penyakit tetapi hanya
merupakan gejala dari suatu penyakit.
Gejala demam dihasilkan oleh kerja sitokin yang menyebabkan
peningkatan titik patokan suhu pada pusat pengatur suhu di hipotalamus
Sitokin sebagai suatu pirogen endogen (penghasil panas), dapat
menyebabkan demam dengan menghasilkan prostaglandin yang
kemudian meningkatkan titik patokan termoregulasi hipotalamus.
Dengan peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus
mengirim sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh (Corwin, 2019).
Demam dapat membantu suatu organisme menyingkirkan infeksi,
namun Demam tinggi dapat merusak sel terutama sel-sel di susunan
saraf pusat (Fathul, 2020).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006,
Pilihan obat untuk mengatasi Demam pada swamedikasi adalah obat
dari golongan analgetik-antipiretik atau antiinflamasi non-steroid
(AINS), seperti Parasetamol dan Asetosal. Kedua jenis obat tersebut
selain mempunyai efek penurun panas, juga mempunyai efek pereda

5
nyeri. Selain kedua obat tersebut, juga dapat digunakan obat AINS
lainnya yaitu Ibuprofen. Obat-obat tersebut bekerja dengan
menghambat pembentukan prostaglandin (Wahyuni & Diah, 2018).
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), perlu
diperhatikan bahwa obat penurun panas hanya mengurangi gejala
penyakit, namun tidak mengobati penyakit yang menyebabkan
timbulnya demam.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997)
bahwa dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya
adalah 3-4 kali sehari. Batas waktu pemakaian obat penurun panas
pada swamedikasi tidak lebih dari 2 hari.

2.2.2 Mekanisme Demam

Sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit,


makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus (pusat otak) untuk meningkatkan patokan termostat.
Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan
di suhu tubuh normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan
titik patokan menjadi 38,9 ºC, hipotalamus merasa bahwa suhu normal
prademam sebesar 37 ºC terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-
mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh.

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan


suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Rangsangan eksogen
seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk
mengeluarkan pirogen endogen. Pirogen endogen ini akan bekerja pada
sistem syaraf pusat pada tingkat Organum Vasculosum Laminae
Terminalis (OVLT) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral
nucleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai
respons terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis
prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam

6
arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2), dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh terutama demam. Mekanisme demam dapat juga
terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus
yang dimediasi oleh produk lokal macrophage inflammatory protein-1
(MIP-1), suatu kemokin yang bekerja secara langsung terhadap
hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin,
demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.
Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respons terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Atiq, 2019)

2.2.3 Etiologi Demam


Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), timbulnya
demam dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Penyebab
Demam oleh infeksi antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit
atau mikroorganisme lain. Penyebab demam non infeksi diantaranya
adalah karena dehidrasi, trauma, alergi, dan penyakit kanker.
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab
demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak,
status Epileptikus, koma, cedera Hipotalamus, atau gangguan lainnya
(Fathul, 2020).

2.2.4 Tipe Demam


Tipe-tipe demam yang sering dijumpai
No Jenis Demam Penjelasan
1. Demam Septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada
pagi hari

7
2. Demam Hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat yang normal pada
pagi hari
3. Demam Remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap
hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal
4. Demam Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat
Intermiten yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari
5. Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu
sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari
satu derajat.
6. Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Demam

2.2.5 Penatalaksanaan Demam


Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi
fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan
demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi
bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat
dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan farmakologi.
Akan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung oleh
dokter apabila penderita dengan umur <3 bulan dengan suhu rectal
>38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C,
penderita dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak
turun dalam 48-72 jam (Agustini, 2017).

8
2.2.6 Terapi Non Farmakologi Demam
Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
a. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi
dan beristirahat yang cukup.
b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada
saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu
berlebihan.
c. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
d. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti (Kristianingsih et al., 2019).

2.2.7 Terapi Farmakologi Demam


Penatalaksanaan demam dapat dilakukan dengan obat analgetik-
antipiretik. Analgetik-antipiretik adalah golongan obat yang berfungsi
sebagai antidemam sekaligus antinyeri. Antipiretik bekerja
menghambat enzim COX (Cyclo-Oxygenase) sehingga pembentukan
prostaglandin terganggu dan selanjutnya menyebabkan terganggunya
peningkatan suhu tubuh. Sederhananya, analgetik digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri dengan cara menekan sistem saraf pusat dan
membuat penderita tidak merasa sakit dan antipiretik yang pada
umumnya untuk menurunkan suhu tubuh badan yang tinggi atau
demam.
Terdapat berbagai macam obat antipiretik yang beredar di
Indonesia, misalnya parasetamol, aspirin, acetosal, metamizole, turunan
pirazolon. Selain paracetamol dan aspirin, terdapat juga jenis obat yang
tergolong dalam obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti
ibuprofen, ketoprofen, dan naproxen sodium. Namun yang sering
digunakan parasetamol dan ibuprofen karena lebih mudah didapat dan
lebih murah. Oleh karena itu berikut akan dibahas mengenai

9
penggunaan parasetamol dan ibuprofen sebagai obat analgetik-
antipiretik (Carlson & Kurnia, 2020)

a. Paracetamol (Asetaminofen)
Parasetamol ini merupakan derivat para amino fenol.
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek
analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek iritasi, erosi, dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga
gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Obat-obatan yang
dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah Parasetamol
(Asetaminofen). Sebagai antipiretik, obat Parasetamol akan menurunkan
suhu badan hanya pada keadaan demam, namun tidak semuanya
berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik apabila digunakan
secara rutin atau terlalu lama (Oktaviana et al., 2019).
Selain itu daya antipiretik obat Parasetamol berdasarkan
rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat.
Asetaminophen umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri
yang paling aman, juga untuk swamedikasi. Efek analgetiknya dapat
diperkuat oleh kafein dengan kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus
cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati, zat
ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi
lewat kemih sebagai reaksi konjugasi dan sulfat. Efek samping tak
jarang terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah.
Parasetamol termasuk dalam daftar obat kategori aman untuk wanita
hamil juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
Dosis untuk paracetamol adalah :
 Dewasa: 3-4 x sehari dengan dosis 500-1000 mg. Dosis
maksimal 4000mg/hari.
 Anak-anak: mengikuti sesuai aturan dokter atau petunjuk
pemakaian obat, dengan dosis 10-15mg/kgBB/setiap kali

10
pemberian dengan interval 6-8 jam. (Hidayat, 2020)

b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat
sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek analgesiknya
sama seperti aspirin, sedangkan daya anti inflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung, dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.
Efek lainnya seperti eritemakulit, sakit kepala, dan trombositopenia
jarang terjadi. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut,
terutama bila dikombinasikan dengan asetaminofen.
Dosis untuk ibuprofen adalah :
 Dewasa: 3-4 x dengan dosis 200-400 mg atau sesuai anjuran
dokter, dosis maksimal 1200mg/hari.
 Anak-anak: 4-10 mg/kgBB/kali pemberian dengan interval 6-8
jam. (Khuluq, 2020)

2.3 Penggolongan Obat Untuk Swamedikasi


Obat menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam langkah penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatkan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia
Golongan obat yang digunakan untuk melakukan swamedikasi (Dekes,
2008):

2.3.1 Obat bebas


Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh

11
obat dari golongan ini adalah parasetamol. Logo obat bebas disajikan
pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Logo Obat Bebas

2.3.2 Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras, tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
Logo obat bebas terbatas dapat disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas

Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-


peringatan berkaitan dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis
dalam kotak, supaya pasien/masyarakat dapat menggunakan obat ini
dengan benar. Ada 6 macam tanda peringatan antara lain :

12
Gamabar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

2.3.4 Obat Wajib Apotek


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Apoteker di
apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat dimaksud
diwajibkan untuk; (Kemenkes Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990).
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan Obat Wajib Apoteker yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra
indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh
pasien.
Swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan
masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Apabila
dilakukan dengan benar, maka swamedikasi merupakan sumbangan
yang sangat besar bagi pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan
secara nasional (Fadlilah, 2021).
Ada beberapa aspek yang perlu diwaspadai agar pengobatan
sendiri dapat dilakukan secara bermutu yaitu tepat, aman, dan rasional.
Garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Kenali gejala penyakit atau keluhan kesehatan yang diderita.
b. Tentukan obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keluhan tersebut:
1) Pilih produk dengan formula yang paling sederhana dengan

13
memperhatikan komposisi dan dosis. Secara umum komposisi
tunggal lebih dianjurkan.
2) Pilih obat yang mengandung dosis efektif, serta mencantumkan
komposisi dan jumlahnya.
3) Dianjurkan menggunakan produk generik bila tersedia.
4) Berhati-hatilah terhadap iklan yang melebihkan efek obat
dibanding produk sejenis yang lain.
5) Perhatian khusus harus diberikan untuk pemberian pada anak-
anak, terutama mengenai dosis, bentuk sediaan, dan rasa.

c. Perhatikan waktu penggunaan obat dengan kesembuhan atau


berkurangnya keluhan penyakit, bila dalam beberapa hari tidak
terdapat perubahan sebaiknya meminta bantuan dokter atau tenaga
medis lainnya. Obat-obat yang dapat diperoleh dengan mudah di
toko obat atau apotek tanpa resep dokter, dikenal sebagai obat bebas
atau disebut juga golongan obat OTC (over the counter drug).

2.4 Swamedikasi

2.4.1 Definisi swamedikasi


Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan
masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan.
Termasuk di dalam cakupan pelayanan sendiri adalah swamedikasi,
pengobatan sendiri adalah penggunaa obat oleh masyarakat untuk
tujuan pengobatan sakit ringan, tanpa resep atau intervensi dokter
(Fathul, 2020).

Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat- obat
modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit
ringan yang banyak dialami masyarakat, antara lain demam, nyeri,
batuk, flu, serta berbagai penyakit lain.
Ketika pasien atau konsumen memilih untuk melakukan
pengobatan sendiri atau swamedikasi, ada beberapa hal yang perlu
untuk diperhatikan agar pengobatan sendiri tersebut dilakukan dengan

14
tepat dan bertanggung jawab, antara lain (Khuluq, 2020)
1. Pada pengobatan sendiri, individu atau pasien bertanggung jawab
terhadap obat yang digunakan. Oleh karena itu sebaiknya baca
label obat secara seksama dan teliti.
2. Jika individu atau pasien memilih untuk melakukan pengobatan
sendiri maka ia harus dapat:
a. Mengenali gejala yang dirasakan.
b. Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk melakukan
pengobatan sendiri atau tidak.
c. Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya.
d. Mengikuti instruksi yang sesuai pada label obat yang dikonsumsi.

3. Pasien juga harus mempunyai informasi yang tepat mengenai obat


yang mereka konsumsi. Konsultasi dengan dokter merupakan
pilihan terbaik bila dirasakan bahwa pengobatan sendiri atau
swamedikasi yang dilakukan tidak memberikan hasil sesuai
dengan apa yang diharapkan.
4. Setiaporang yang melakukan swamedikasi harus
menyadari kelebihan dan kekurangan dari pengobatan sendiri
yang dilakukan.

2.4.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Swamedikasi


Pelaku swamedikasi dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus
mampu (Oktaviana et al., 2019):
1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan.
2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi
sendiri perkembangan rasa sakitnya.
3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian)
dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan
swamedikasi yang kemudian segera minta pertolongan petugas
kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,
merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.

15
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,
terkait dengan kondisi seseorang.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Swamedikasi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan pengobatan mandiri (swamedikasi) antara lain sebagai
berikut : (Candradewi & Kristina, 2017)

1. Kondisi ekonominya mahal dan tidak terjangkaunya


pelayanan kesehatan, seperti biaya rumah sakit dan berobat ke
Dokter, membuat masyarakat mencari pengobatan yang lebih
murah untuk penyakit-penyakit yang relative ringan.
2. Berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi
masyarakat karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan
dan kehidupan sosial ekonomi, sehingga meningkatkan
pengetahuan untuk melakukan swamedikasi.
3. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat mendukung
perkembangan farmasi yang komonitas.
4. Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus
diresepkan Dokter, dapat perkembangan ilmu kefarmasian yang
ditinjau dari khasiat dan keamanan obat diubah menjadi (obat
wajib apotik, obat bebas terbatas, dan obat bebas) sehingga
memperkaya pilihan masyarakat terhadap obat.
5. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui warung obat desa
yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan
obat, terutama obat tanpa resep dalam swamedikasi.
6. Promosi obat bebas dan bebas terbatas yang gencar dari pihak
produsen baik melalui media cetak maupun elektronik bahkan
sampai beredar sampai kepelosok Desa (Fathul, 2020)

16
2.5 Kerangka Teori

Obat

Demam

Swamedikasi

Terapi

Terapi non farmakologi:


Istirahat yang cukup, Terapi farmakologi :
memberikan kompres hangat paracetamol dan
pada penderita, minum air ibuprofen.
putih yang banyak.

Analisis data secara deskriptif

Gambar 2.4 Kerangka Teori

17
BAB III
KEADAAN DAN MASALAH

3.1 Sumber Data atau Informasi


Data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa nota daftar pembelian obat demam di apotek Yusra Praya
Kabupaten Lombok Tengah.

Sumber data diambil dari dokumen atau arsip nota penjualan obat bebas di
Apotek Yusra Praya Kabupaten Lombok Tengah, dengan menggunakan metode
pengumpulan data observasi. Observasi adalah metode penghimpunan data yang
natural, secara sederhana observasi itu adalah kegiatan pemantauan, pengamatan
dan pengawasan.

3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelayanan yang dilakukan
oleh tenaga farmasi di Apotek Yusra Praya Lombok Tengah.

3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Pelayanan Swamedikasi
obat demam tanpa resep yang dilakukan oleh tenaga farmasi di
Apotek Yusra Praya Lombok Tengah.

3.2 Gambaran kondisi nyata pada tempat mahasiswa pernah


melakukan praktek kerja lapangan
Apotek Yusra merupakan salah satu tempat sarana pelayan kefarmasian
untuk masyarakat dengan nomor Surat Izin Apotek (SIA) yaitu
445/03/I/SIA/YANKES/2016. Apotek Yusra berdiri pada tanggal 9 bulan
Februari tahun 2007 yang berlokasi pertama berada di Jalan Untung
Surapati pertokoan atau ruko di Praya. Apotek Yusra didirikan oleh Bapak
Juli Rahmawan, dan sebagai APJ ( Apoteker Penanggung Jawab ) pertama
yaitu Bapak Lalu Satriawan dan Ibu Putu Sulianti sebagai Manager PSA.
Pada tahun 2009 Apotek Yusra terbentuk menjadi Klinik Yusra dengan

18
tambahan fasilitas yang memadai lengkap dengan laboraturium, radiologi,
rawat inap serta UGD 24 jam dan pada tanggal yang sama Apotek Yusra
pindah ke Jalan S. Parman No 2 Praya-Lombok Tengah tepat di depan
Masjid Raya Agung Praya-Lombok Tengah sampai sekarang. Apotek Yusra
juga didukung oleh dokter-dokter spesialis yang praktik antara lain Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata, Dokter Spesialis
Kandungan , Dokter Spesialis Paru, dan Dokter Spesialis Anak.
Dilihat pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di
Apotek Yusra, banyak pengunjung yang membeli obat bebas demam untuk
anak-anak, maka dari itu mahasiswa memiliki keinginan untuk mengetahui
gambaran swamedikasi obat demam untuk anak-anak di Apotek Yusra
Praya Kabupaten Lombok Tengah pada bulan April Tahun 2021.

3.3 Deskripsi Masalah


Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal dengan
swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang
dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran
diri sendiri tanpa nasehat dokter. Pengobatan swamedikasi merupakan kegiatan
yang paling banyak dilakukakan di Apotek. Saat ini, kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan sudah semakin tinggi dan menyebabkan upaya
swamedikasi atau pengobatan sendiri semakin gencar dilakukan oleh
masyarakat. Hal ini membuat keberadaan apotek di tengah-tengah
masyarakat menjadi semakin penting bagi masyarakat.

Pelaksanaan swamedikasi banyak terjadi kesalahan-kesalahan


pengobatan. Kesalahan pengobatan (medication error) disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap obat, penggunaan obat dan
informasi obat. Masyarakat pada umumnya tidak begitu mengetahui
informasi yang lengkap tentang obat yang akan mereka konsumsi. Dalam
melakukan swamedikasi, masyarakat berhak memperoleh informasi yang
tepat, benar, lengkap, objektif dan tidak menyesatkan agar masyarakat
mampu melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif. Oleh karena

19
itu, tenaga kefarmasian mempunyai peranan penting didalam memberikan
pelayanan informasi obat (PIO) kepada swamedikasi.

Peran tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian)


didalam swamedikasi, yaitu tidak hanya sekedar menjual obat tetapi juga
harus mampu berperan klinis dengan memberikan asuhan kefarmasian
(pharmaceutical care), salah satunya dengan cara memberikan informasi yang
jelas kepada pasien atau pelaksana swamedikasi mengenai obat yang akan
mereka konsumsi.

Informasi-informasi yang harus diberikan oleh tenaga teknis


kefarmasian yang ada di apotek sesuai dengan kriteria ketepatan pengobatan
swamedikasi yaitu tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, tepat aturan pakai,
waspada efek samping. Seringkali dijumpai bahwa tenaga kefarmasian sedikit
sekali memberikan informasi ataupun memberikan pertanyaan untuk
menggali informasi selengkap mungkin dari pasien. Hal ini akan
mengakibatkan besarnya peluang untuk terjadinya kesalahan pengobatan
terhadap pasien atau pelaksana swamedikasi jika informasi tentang obat
tersebut hanya diberikan kepada pasien jika si pasien atau pelaksana
swamedikasi itu bertanya, karena tidak semua pasien atau pelaksana
swamedikasi akan bertanya tentang informasi obat yang akan mereka
konsumsi.

Hasil pengamatan yang ditemukan dilapangan saat praktek kerja


lapangan (PKL) beberapa pengunjung membeli obat demam untuk anak-anak
dalam bentuk sediaan sirup dan drop dengan kandungan yang berbeda-beda
seperti paracetamol dan ibuprofen.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Responden dalam pengamatan ini berjumlah 128 responden yang
datang membeli obat bebas demam ke Apotek Yusra Praya Lombok Tengah.
Data yang diperoleh dari hasil data penjualan obat non resep untuk demam
kemudian ditabulasi dan dianalisis secara frekuensi. Hasil pengamatan
diperoleh data mengenai gambaran pengetahuan swamedikasi obat demam
untuk anak-anak oleh pasien di Apotek Yusra Praya Lombok Tengah dan
didapatkan hasil dengan jumlah 116 responden yang datang membeli obat
demam untuk anak usia dibawah 12 tahun dilihat dari bentuk sediaan obat
yang dipilih.
Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa faktor-faktor
sosiodemografi berpengaruh terhadap tindakan swamedikasi seseorang. Salah
satunya pengamatan yang dilakukan oleh Asnita tentang hubungan faktor
sosiodemografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja Indonesia tentang
penggunaan obat secara rasional. Faktor umur dan pendidikan terakhir
diketahui berhubungan secara bermakna dengan tindakan swamedikasi yang
sesuai dengan aturan. Pada penelitian lainnya juga diperoleh hasil bahwa
pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaaan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap perilaku penggunaan obat yang rasional pada swamedikasi. Akan
tetapi, faktor pendidikan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
karena orang-orang dengan pendidikan tinggi umumnya tidak mudah
terpengaruh oleh iklan dan lebih banyak membaca label pada kemasan obat
sebelum mengkonsumsinya (Fathul, 2020).

21
4.1.1 Ketepatan Pemilihan Obat
Pemilihan Obat yang digunakan untuk meredakan demam oleh pasien,
tingkat persentasenya dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini :

12% 1% Sanmol syr


Paracetamol tab
22% Ostarin syr
4% Ottofan drop
3% Buffect tab
21% Sanmol forte
11% Ottopan syr
Mixagrip flu & batuk
Ultraflu
10% 7%
5% Mixagrip
flu

Gambar 2.5 Pemilihan Obat Untuk Mengobati Demam

Berdasarkan Gambar 2.5 diatas diketahui bahwa 22% responden


memilih obat yang mengandung paracetamol dan sedikit yang memilih obat
kombinasi dengan contoh obat Mixagrip®, Ultraflu®. Obat yang banyak
digunakan untuk mengatasi demam adalah obat bebas.

Sirup

Drop
44%

4.1.2 Pemilihan Bentuk Sediaan Obat

Gambar 2.6 Pemilihan Bentuk Sediaan Obat

Berdasarkan Gambar 2.6, bentuk sediaan obat yang paling banyak


dipilih adalah bentuk sirup yaitu sebesar 44% dan yang paling sedikit adalah
bentuk drop yaitu sebesar 12%.

22
4.2 Pembahasan

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat bebas, obat dengan


golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman digunakan, karena dapat
diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek dapat juga diperoleh di
warung/toko terdekat dan pelayanan kesehatan lainnya. Obat bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Parasetamol
digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sedang dan kondisi demam
ringan. Selain itu, parasetamol juga termasuk obat analgetik non narkotik
yaitu memiliki cara kerja dengan menghambat sintesis prostaglandin terutama
di Sistem Syaraf Pusat (SSP).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, responden yang memiliki


anak umur 1-12 tahun mengaku memilih obat Parasetamol sebagai terapi
menurunkan demam pada anak. Hal ini dikarenakan harganya yang murah
dan mudah didapat, namun parasetamol itu sendiri dapat menyebabkan
kerusakan hati dan hipersensitivitas pada penggunaan lebih dari 4 gram per
hari dan jangka panjang. Obat parasetamol dapat diperoleh di Apotek tanpa
resep, sehingga kecenderungan para orangtua akan sangat mudah
memperoleh obat tersebut untuk tindakan swamedikasi terhadap anaknya
yang mengalami demam.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan pengamatan ini.


Tujuannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
swamedikasi obat demam untuk ank-anak, namun ada beberapa jenis obat
bebas dengan sediaan tablet yang mengandung paracetamol, ibuprofen dan
juga dengan kandungan yang dikombinasi contohnya seperti mixagrip dan
ultraflu yang dijual bebas di Apotek Yusra. Akan tetapi jenis obat dengan
sediaan tablet dan kandungan yang dikombinasi tersebut dirasa kurang cocok
untuk anak-anak . Sehingga dalam pengamatan ini mendapatkan hasil
penjualan swamedikasi obat demam untuk anak-anak yang paling banyak
dipilih adalah obat dengan kandungan tunggal seperti paracetamol dan
ibuprofen karena yang menggunakan obat tersebut adalah mayoritas anak-
anak sehingga dilihat dalam bentuk sediaannya yang banyak digunakan

23
adalah dalam bentuk sediaan sirup dan drop. Untuk obat seperti Mixagrip
dan Ultraflu yang memiliki kandungan kombinasi Paracetamol dengan
Phenylephrine HCl, Chlorpenamine Maleate, Acetaminophenum,
Dextromethorpan Hbr dan Glyceryl Guaicolate, dimana dilihat dari
kandungannya yang tidak hanya untuk mengatasi keluhan demam melainkan
juga untuk meredakan gejala flu, sakit kepala, bersin-bersin dan hidung
tersumbat.
Sediaan obat yang digunakan untuk pemberian obat parasetamol atau
ibuprofen pada pengamatan ini adalah mayoritas dengan menggunakan
sediaan sirup dan drop. Meskipun ada beberapa obat bebas dalam bentuk
sediaan tablet akan tetapi dalam pengamatan ini akan dibahas tentang
gambaran swamedikasi obat demam untuk anak-anak. Pengamatan ini sama
halnya dengan penelitian Ramahayake, dkk tentang penggunaan
parasetamol, bahwa tidak terdapat penggunaan parasetamol dalam sediaan
tablet pada anak.
Menurut European Medicines Agency (EMA), terdapat perbedaan
bentuk sediaan farmasi yang dapat diterima oleh anak-anak. Untuk anak di
bawah 2 tahun, bentuk sediaan cair dapat diterima secara luas. Dalam
beberapa kasus khusus, formulasi jenis tablet film (tablet kempa yang disalut
tipis, baik berwarna ataupun tidak dengan penggunaan bahan polimer yang
larut air dan cepat hancur di dalam saluran cerna) masih dapat diterima. Pada
usia antara 2-6 tahun, kemampuan anak untuk menelan tablet atau kapsul
kecil sangat bervariasi. Sebagian besar anak berusia 12 tahun ke atas dapat
menelan tablet atau kapsul, namun akan bervariasi antara satu pasien dengan
pasien lainnya. Pedoman EMA tahun 2011 memberikan panduan tentang
ukuran tablet untuk berbagai kelompok usia anak. Untuk anak yang berusia
kurang dari 6 tahun tidak boleh diberikan tablet yang berdiameter lebih besar
dari 5 mm, untuk anak di atas 6 tahun tablet kecil hingga sedang relatif dapat
diterima dengan baik, namun perlu diperhatikan adanya persentase yang
cukup signifikan dari populasi tersebut yang masih mengalami kesulitan
menelan tablet atau kapsul.
Bentuk sediaan cair sering dianggap yang paling fleksibel. Namun

24
formula cair memiliki beberapa keterbatasan, seperti memerlukan kemasan
botol yang relatif besar, serta membutuhkan alat pengukur yang akurat.
Konsentrasi obat dalam sediaan juga harus dipertimbangkan karena jika
volume obat yang diberikan terlalu kecil maka kemungkinan dosis menjadi
tidak akurat akan meningkat dan sebaliknya jika terlalu besar maka
kepatuhan penggunaan akan menjadi masalah. Selain itu sediaan cair juga
membutuhkan bahan pengawet.
Sehingga dalam pengamatan ini didapatkan hasil bahwa obat bebas
yang paling banyak dipilih untuk samedikasi obat demam adalah dalam
bentuk sediaan sirup dan drop karena mayoritas responden adalah orangtua
yang memiliki anak terutama anak usia 12 tahun kebawah, datang untuk
membeli obat demam sanmol (parasetamol) dalam bentuk sediaan sirup dan
drop, hanya sebagian kecil yang membeli obat demam dengan kandungan
yang dikombinasi juga dalam bentuk sediaan tablet.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gambaran pengetahuan swamedikasi obat demam pada anak, yang
berkunjung ke Apotek Yusra Praya Lombok Tengah sebagian besar pasien
lebih banyak memilih swamedikasi obat demam menggunakan obat Sanmol
dalam bentuk sediaan sirup 120 mg/5ml (22%) dan Ottopan drop (5%) ,
karena sebagian besar yang membeli obat untuk swamdikasi demam pada
anak adalah orang tua yang membeli untuk anaknya yang berusia dibawah 12
tahun kebawah, dan sebagian memilih obat yang mengandung kombinasi
dengan contoh obat Mixagrip dan Ultraflu dalam bentuk sediaan tablet.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi pasien, saran yang diberikan yaitu :


1) Pasien dianjurkan untuk mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan alat bantu thermometer dan melakukan
pendampingan terapi non farmakologi yaitu dengan melakukan
pengompresan menggunakan air hangat.
2) Pasien dianjurkan untuk melakukan swamedikasi dengan baik dan
benar terlebih dahulu sebelum langsung mengonsumsi obat.

5.2.2 Bagi peneliti lain


1. Disarankan untuk lebih memperluas subjek penelitian dan
melakukan intervensi dalam penelitian.
2. Bagi instansi yang bergerak dibidang kesehatan seperti
puskesmas dan rumah sakit ataupun dinas kesehatan, saran
yang diberikan yaitu:
- Memberikan sosialisasi mengenai swamedikasi
kepadamasyarakat.
- Melakukan program penyuluhan dengan metode CBIA.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. P. D. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam. Jurnal Ilmiah


Medicamento, 3(1), 34–38. https://doi.org/10.36733/medicamento.v3i1.1048

Atiq, B. (2019). Baitil Atiq. 5–14.

Candradewi, S. F., & Kristina, S. A. (2017). Gambaran pelaksanaan swamedikasi dan


pendapat konsumen apotek mengenai konseling obat tanpa resep di wilayah Bantul.
Pharmaciana, 7(1), 41. https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v7i1.5193

Carlson, & Kurnia, B. (2020). Tatalaksana Demam pada Anak. Cermin Dunia
Kedokteran, 47(11), 698–702.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1200

Crescentiana Emy Dhurhania, A. N. (2020). Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian


Indonesia Vol. 3 No. 1 Juli 2016 32. Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia,
3(1), 32–38.

Fadlilah, Z. N. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Swamedikasi Pada


Masyarakat Di Kelurahan Baciro Dan Kelurahan Terban Yogyakarta.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29118

Fathul, A. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Swamedikasi Demam.

Hidayat, R. P. (2020). N-Acetylcysteine Sebagai Terapi Toksisitas Acetaminophen.


02(01), 231–237.

Indira S, M. A. N., Artini, I. G. A., & Ernawati, D. K. (2018). Pola penggunaan


parasetamol atau ibuprofen sebagai obat antipiretik single therapy pada pasien anak.
E-Jurnal Medika, 7(8), 1–13.

Khuluq, H. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Analgesik Pada


Masyarakat Desa Tanjungsari, Petanahan, Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 15(2), 50. https://doi.org/10.26753/jikk.v15i2.366

Kristianingsih, A., Sagita, Y. D., & Suryaningsih, I. (2019). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Penanganan Demam Pada Bayi 0-12
Bulan Di Desa Datarajan Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus
Tahun 2018. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 4(1), 26.
https://doi.org/10.31764/mj.v4i1.510

27
Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019). Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Obat Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu
Rumah Tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo).
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44.
https://doi.org/10.20473/jfiki.v4i22017.44-50

Sembiring, A. M. (2019). Pengembangan Sediaan Farmasi untuk Anak. Medicinus, 32(3),


38–44.

Villela, lucia maria aversa. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Orangtua Dalam Swamedikasi Demam Pada Anak Menggunakan Obat
Parasetamol. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Wahyuni, A., & Diah, A. (2018). Gambaran Pengetahuan Pasien dalam Swamedikasi
Demam di Apotek Utama Handil Bakti Banjarmasin. Jurnal Insan Farmasi
Indonesia, 1(6), 51–56.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Gambar Depan Apotek Yusra

29
Lampiran 2 : Gambar Obat di Apotek Yusra

30
Lampiran 3 : Gambar Nota Penjualan Obat Bebas

31
Lampiran 4 : Gambar Obat Demam

32
Lampiran 5 : Rekapan Penjualan Obat Bebas Demam

33
Lampiran 6 : Gambar pada saat pelayanan

34

Anda mungkin juga menyukai