Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP


DI APOTEK RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2021

OLEH :

BAIQ YULIA AZHARI


(1340915006)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN

2021

i
LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP


DI APOTEK RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2021

DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN

PROGRAM PENDIDIKAN DIII FARMASI

OLEH :

BAIQ YULIA AZHARI


(1340915006)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN

2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : GAMBARAN KELENGKAPAN


ADMINISTRATIF RESEP DI APOTEK RAWAT
JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI - MARET TAHUN 2021
APOTEK : UPTD PUSKESMAS PENUJAK KABUPATEN
LOMBOK TENGAH
PENYUSU : BAIQ YULIA AZHARI
N
NIM : 1340915006
PRODI : DIII FARMASI

Menyetujui Menyetujui
Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

(Apt. Neneng Rachmalia IM, M.Farm) (Apt. Lalu Jupriadi M,Si.)


NIDN : 0817039201 NIDN : 0805028802

Mengetahui,
Ketua Program studi DIII Farmasi
Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda Badaruddin

(Apt.Neneng Rachmalia IM, M.Farm)


NIDN : 0817039201

iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR
GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP
DI APOTEK RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2021

Disusun Oleh :

BAIQ YULIA AZHARI


1340915006

Telah Memenuhi dan Disetujui Untuk Mengikuti Laporan Tugas Akhir


Pada Program Studi DIII Farmasi Fakultas Kesehatan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Juli 2021

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Penguji : Apt. Dita Marina Lupitaningrum, M.Farm


____________

2. Pembimbing 1 : Apt. Neneng Rachmalia IM, M.Farm


____________

3. Pembimbing 2 : Apt. Lalu Jupriadi, M.Si

____________

Ketua Program studi DIII FARMASI

Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda Badaruddin

(Apt. Neneng Rachmalia IM,M.Farm)


NIDN : 0817039201

iv
MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat


bagi orang lain.”

(Hadits Riwayat ath-Thabrani),"

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kupersembahkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. yang


maha agung dan maha tinggi dan atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang
berfikir, berilmu beriman, dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal untuk masa depanku dalam meraih cita-cita.
Dengan ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya dan keluarga
yang selalu menemani saya dalam kondisi apapun baik senang maupun susah,
terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah mulai dari saya lahir hingga besar
kini. Beliau adalah motivator terbesar dalam hidup saya yang tak pernah henti
mendoakan, menyayangi saya, atas semua pengorbanan dan kesabaran
mengantarkan saya sampai kini.
Terimakasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing selaku
pembimbing I Ibu Apt. Neneng Rachmalia IM, M.Farm, dan pembimbing II
bapak Lalu jupriadi M.Si., Apt yang dengan sabar membimbing saya mengerjakan
Laporan Tugas Akhir sampai keberhasilan Laporan Tugas Akhir ini dpat
terselesaikan.
Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Efi Sukma, Ulfaturrahma,
Nopian Nurlaili terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik saya dan terimakasih
untuk semua kesan yang telah kalian berikan, terimakasih untuk persahabatan
yang begitu membagongkan dan semua teman-teman seperjuangan di DIII
Farmasi serta masih bayak lagi, terimakasih atas kebersamaan dan solidaritas yang
luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga kita
semua sukses lulus dengan hasil yang baik .

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BAIQ YULIA AZHARI


Tempat Tanggal Lahir : Praya, 05 juli 1997
Alamat : Bunut Baok Lauk, Kecamatan Praya, Kabupaten
Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : baiqjuliaazhari33@gmail.com
Pendidikan Formal : SDN 1 Bunut Baok
Tahun 2003-2008 : SMPN 6 Praya
Tahun 2009-2011 : SMAN 3 Praya
Tahun 2012-2014 : Program Studi D3 Farmasi Fakultas Kesehatan,

Tahun 2018-2021 : Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini
yang berjudul “GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
RESEP DI APOTEK RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2021” dapat diselesaikan.
Bersamaan dengan ini perkenankan kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. TGH.L.M. Turmudzi Badaruddin selaku Ketua Universitas Qamarul
Huda Badaruddin dan sebagai pembina dan Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Qamarul Huda sekaligus sebagai Pendiri Universitas
Qamarul Huda Badaruddin Bagu, Lombok Tengah. Semoga Allah swt
tetap merahmati kesehatan.

2. Drs.H.L. Azhari, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Qamarul Huda


Badaruddin Bagu Kecamatan Pringgarata, Kabupataen Lombok
Tengah.

3. Dr.H. Menap S.Kp., M.Kes., selaku Dekan Universitas Qamarul Huda


Badaruddin yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan
dorongan selama pendidikan.

4. Apt. Neneng Rachmalia IM, M.Farm selaku Ketua Prodi DIII Farmasi
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu sekaligus selaku dosen
pembimbing I dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam
meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, perhatian,
bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dalam pembuatan Laporan
Tugas Akhir ini.

5. Apt. Lalu Jupriadi, M.Si selaku dosen pembimbing II dalam


penyusunan Laporan Tugas Akhir, yang telah banyak meluangkan
waktu serta pemberian ilmu dan didikan sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.

viii
Semua Civitas Akademik Universitas Qamarul Huda Badaruddin
Bagu khususnya Program Studi DIII Farmasi yang telah memberikan
bekal ilmu dan bimbingan kepada penulis.
Semua teman-teman mahasiwa/mahasiswi khususnya DIII Farmasi
sahabat yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang penulis tidak bisa
ssebutkan satu persatu.
Semoga bantuan serta dorongan yang telah diberikan yang
bernilai ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta semoga
mendapatkan balasan yang setimpal.

Akhir kata penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat


memberi manfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi DIII Farmasi
khususnya dan mahasiswa Universitas Qamarul Huda Badaruddin
Bagu pada umumnya, serta bagi para pembaca yang budiman.

Bagu, 2021

Penyusun

ix
GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP
DI APOTEK RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PENUJAK
PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2021

BAIQ YULIA AZHARI


NIM :1340915006

INTISARI

Kelengkapan administrasi dan farmasetik resep yang diatur dalam Peraturan


Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 menyatakan bahwa kegiatan
pengkajian/skrining resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis wajib untuk dilakukan untuk
menghindari terjadinya medication error (kesalahan pengobatan) dan menjamin
legalitas resep. Mengantisipasi kejadian tersebut perlu melakukan pengkajian
dalam kelengkapan resep untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

Pengamatan ini merupakan observasional dengan rancangan pengamatan


deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling.

Dari hasil penelitian didapat bahwa 6 dari 8 aspek kelengkapan resep masih belum
memenuhi ketentuan yakni jenis kelamin (57,22%), pada ruang/unit asal resep
(68,89%), nama dokter (61,67%), tanggal penulisan resep (65,56%), nama pasien
dan umur pasien (100%) serta berat badan dan paraf dokter (100%).

Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ditemui resep yang tidak memenuhi
aspek kelengkapan resep berdasarkan peraturan yang berlaku.

Kata kunci : Resep, Kelengkapan Resep, Medication Error, Puskesmas

x
THE DESCRIPTION OF COMPLETENESS PRESCRIBING
ADMINISTRATION AT THE OUTPATIENT PHARMACEUTICAL
IN HEALTH CENTER PENUJAK
ON PERIOD OF JANUARY-MARCH 2021

BAIQ YULIA AZHARI


NIM : 1340915006

ABSTRACT

Completeness of the prescription administration pharmaceuticals regulated


in Regulation of the Minister of Health No. 74 of 2016 states that prescription
assessment/screening activities begin with the selection of administrative
requirements, pharmaceutical requirements and clinical requirements that must
be carried out to avoid the occurrence of medication errors and guarantee
prescription legality. Anticipating this event needs to do an assessment of the
completeness of the prescription to increase rational drug use.
This study is an observational design with a descriptive research with a
sampling technique using simple random sampling.
From the results of the study, it was found that 6 out of 8 aspects of
prescription completeness still did not meet the provisions, namely gender
(57.22%), room/unit of prescription (68.89%), doctor's name (61.67%), date of
writing prescription (65.56%), patient name and patient’s age (100%) as well as
weight and doctor's initials 100%.
It can be concluded that there are still many prescriptions that do not meet
the complete prescription aspects based on the applicable regulations.
.

Keywords: Recipes, completeness of the prescription administration, medication


error, health center.

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

I
LEMBAR JUDUL LAPORAN TUGAS AKHIR .............................................II
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................III
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR..............................IV
HALAMAN MOTTO..........................................................................................V
LEMBAR PERSEMBAHAN.............................................................................VI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................VII
KATA PENGANTAR.....................................................................................VIII
INTISARI..............................................................................................................X
ABSTRACT..........................................................................................................XI
DAFTAR ISI......................................................................................................XII
DAFTAR TABEL............................................................................................XIV
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................XV
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................XVI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2. RUANG LINGKUP.........................................................................................3
1.3 TUJUAN UMUM.............................................................................................3
1.4 TUJUAN KHUSUS..........................................................................................3
1.5 MANFAAT.......................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................4
2.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.......................................................4
2.1.1 Pengertian Pusat Kesehatan Masyarakat..................................................4
2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas Dan Fungsi Puskesmas.........................4
2.1.3 Jenis Tenaga Kesehatan Di Puskesmas....................................................5
2.2 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS..................6
2.3 RESEP...............................................................................................................7
2.3.1 Pengertian Resep......................................................................................7

xii
2.3.2 Persyaratan Resep.....................................................................................7
2.3.3 Penulisan Resep........................................................................................8
2.3.4 Tanda-Tanda Pada Resep.........................................................................9
2.3.5 Skrining Resep.........................................................................................10
2.3.6 Aspek Legalitas Resep..............................................................................10
2.3.7 Kesalahan Medis (Medication Error)........................................................11
BAB III KEADAAN DAN MASALAH.......................................................................13
3.1 SUMBER DATA...........................................................................................13
3.1.1 Metode Pengamatan...............................................................................13
3.1.2 Populasi Dan Pengamatan Sampel.........................................................13
3.2.1 Populasi..................................................................................................13
3.2.2 Sampel....................................................................................................13
3.2.3 Jenis Data................................................................................................13
3.2.4 Cara Pengumpulan Data.........................................................................13
3.2.5 Pengolahan dan Analisis Data................................................................13
3.2.5.1 Pengolahan Data........................................................................13
3.2 GAMBARAN UMUM UPTD PUSKESMAS PENUJAK............................13
3.3 DESKRIPSI MASALAH...............................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................17
4.1 Hasil.................................................................................................................17
4.2 Pembahasan.....................................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................23
5.1 Kesimpulan......................................................................................................23
5.2 Saran................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1. Jumlah Data untuk pengamatan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Penulisan Resep

xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Resep Yang Tidak Lengkap

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyedia layanan kesehatan,


dokter tidak akan terlepas dari hal bernama resep. Resep merupakan
perwujudan akhir kompetensi dokter dalam medical care. Dengan menulis
resep berarti dokter telah mengaplikasikan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilannya di bidang farmakologi dan teraupetik kepada pasien (Jas,
2015). Resep juga salah satu sarana interaksi antara dokter dan pasien.
Dokter wajib untuk menguasai cara penulisan resep yang benar. Peresepan
yang benar memiliki peran yang besar dalam terapi pengobatan dan
kesehatan pasien (Ansari dan Neupane, 2009).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan
merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerjanya (Permenkes, 2014). Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan dalam pelayanan kesehatan
tersebut, tak luput pula campur tangan pelayanan kefarmasian yang juga
menjadi ujung tombak yang tajam agar upaya-upaya kesehatan yang
ditargetkan sebagai kuratif tersebut tercapai dengan sempurna (Permenkes,
2016).

1
Kegagalan komunikasi antara dokter dengan apoteker merupakan
salah satu faktor penyebab timbulnya kesalahan dalam pengobatan atau
medication error (Puteri, 2013). Peraturan Menteri Kesehatan no. 35 tahun
2014, bab 1, pasal 1 (4) menyatakan bahwa Resep adalah permintaan tertulis
dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, dalam bentuk paper untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku. Resep merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter,
apoteker, dan pasien.
Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian
medication eror. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027 / MENKES / SK / IX / 2004 menyebutkan bahwa medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk
medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing error (terjadi
pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan
obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam,
mulai yang tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan
atau bahkan kematian (Bilqis, 2015). Ketidak lengkapan dan ketidak jelasan
penulisan dalam bagian resep yakni inscriptio, invocatio, prescriptio,
signatura, subscriptio, dan pro dapat menyebabkan medication error
(Syamsuni, 2006).

Standar yang digunakan dalam pengamatan ini adalah


persyaratan administrasi yang harus dimiliki resep yang ditetapkan menurut
Permenkes RI. no. 74 tahun 2016, meliputi nama pasien, umur, jenis
kelamin, dan berat badan,nama dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep
dan ruangan unit asal resep. Dari uraian diatas mendorong penulis untuk
mengkaji skrining resep di UPTD Puskesmas Penujak dengan judul
"Gambaran Kelengkapan Dalam Penulisan Administratif Resep di UPTD
Puskesmas Penujak Praya Lombok Tengah Periode Januari sampai dengan
Maret tahun 2021".

2
1.2. RUANG LINGKUP
a. Sasaran : Resep apotek rawat jalan UPTD puskesmas Penujak Praya
Lombok tengah periode bulan Januari sampai dengan Maret
tahun 2021.
b. Tempat : UPTD PUSKESMAS PENUJAK

c. Waktu : Bulan Mei Tahun 2021

1.3 TUJUAN UMUM


Pengamatan ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran
kelengkapan administratif resep di Apotek Rawat Jalan UPTD Puskesmas
Penujak Praya Lombok Tengah periode Januari - Maret tahun 2021.

1.4 TUJUAN KHUSUS


Adapun tujuan khusus pengamatan ini adalah :

1. Mengetahui persentase resep yang memiliki kelengkapan


administratif di Apotek Rawat Jalan UPTD Puskesmas Penujak Praya
Lombok Tengah periode Januari - Maret tahun 2021.

2. Mengetahui persentase resep yang tidak memiliki kelengkapan


administratif di Apotek Rawat Jalan UPTD Puskesmas Penujak Praya
Lombok Tengah Periode Januari - Maret tahun 2021.

1.5 MANFAAT

Pengamatan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

3
1. Bagi Apotek, hasil pengamatan diharapakan dapat dijadikan informasi
dalam peningkatan pelayanan kefarmasian dan keselamatan pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan, dapat digunakan sebagai sumber informasi,
tambahan wacana kepustakaan serta sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
3. Bagi Pengembangan pengamatan, dapat dijadikan rujukan terhadap
pengamatan selanjutnya yang membahas tentang kelengkapan resep secara
umum.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

2.1.1 Pengertian Pusat Kesehatan Masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014).

Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah


setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Sedangkan Upaya Kesehatan Perseorangan yang
selanjutn disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes, 2014).

4
Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014, pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat.

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu bagi semua lapisan


masyarakat.

3. Hidup dalam lingkungan sehat.

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat.

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas Dan Fungsi Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:

1. Paradigma sehat yaitu mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk


berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah.

3. Kemandirian masyarakat dalam mendorong kemandirian hidup sehat bagi


individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. Pemerataan sehingga dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang


dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.

5. Teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah


dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

5
6. Keterpaduan dan kesinambungan untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan
lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan
manajemen Puskesmas.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat dan berfungsi sebagai penyelenggaraan
UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014).

2.1.3 Jenis Tenaga Kesehatan Di Puskesmas

Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, jenis


tenaga kesehatan di Puskesmas meliputi :

1. Dokter atau dokter layanan primer,

2. Dokter gigi,

3. Perawat,

4. Bidan,

5. Tenaga kesehatan masyarakat,

6. Tenaga kesehatan lingkungan,

7. Ahli teknologi laboratorium medik,

8. Tenaga gizi,

9. Tenaga kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan (Permenkes, 2014).

6
2.2 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas dalam Pasal 1 ayat 1
sampai 5 menyatakan bahwa :

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah


unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.

3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.

4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 2 menyatakan pengaturan Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian,
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety Pada Pasal 3
mengatakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi
standar pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan

7
farmasi klinik. Dimana maksud dari pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai tersebut adalah salah satunya penyimpanan (Permenkes, 2014).

2.3 RESEP

2.3.1 Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku
kepada Apoteker pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat,
meracik sertamenyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).

Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk
pemakaian gigi dan mulut dengan cara injeksi/ parenteral atau cara pakai lainnya.
Sedangkan pembiusan atau patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi
sesuai surat edaran (SE) dari DepKes RI No. 19/Ph/62 2 Mei 1962. Dokter hewan
diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat yang digunakan khusus
untuk hewan.

Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh
pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya. Resep selalu
dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe = ambillah. Di belakang tanda ini
biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa
latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada
dokter penulis resep tersebut.

2.3.2 Persyaratan Resep

Menurut (Syamsuni, 2006), resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai


berikut :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan,

2. Tanggal penulisan resep (inscriptio),

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio),

8
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ ordonatio),

5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura),

6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio),

7. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
Berikut gambaran kelengkapan resep (Kepmenkes, 2004 dalam Darmawan
2014:

Nama Dokter :

SIP :

Alamat Dokter :

Tanggal penulisanb resep (inscriptio)

R (Invocatio)

Nama Obat

Cara pembuatan (Praescriptio)

Aturan Pemakaian Obat (Signatura)

Nama :

Umur :

Berat badan :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Paraf Dokter (subscriptio)

Gambar 2.1 Pola Penulisan Resep

9
2.3.3 Penulisan Resep

Menurut Jas A.(2009), yang berhak menulis resep adalah:

a. Dokter umum,

b. Dokter gigi, terbatas pengobatan gigi dan mulut,

c. Dokter hewan, terbatas pengobatan pada hewan/ pasien hanya


hewan.
Jas (2009) dalam Bilgis (2011) mendemonstrasikan bahwa penulisan
resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta,
tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana
permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar
diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan
kepada pasien yang berhak.

2.3.4 Tanda-Tanda Pada Resep

Menurut Syamsuni (2006) tanda-tanda pada resep yaitu:

1. Tanda Segera, diberikan untuk pasien yang harus segera


memerlukan obat, tanda segera atau peringatan dapat ditulis
sebelah kanan atas atau bawah blanko resep, yaitu Cito! = segera,
Urgent = penting, Statim = penting sekali, dan PIM (Periculum in
mora) = berbahaya bila ditunda. Urutan yang didahulukan adalah
PIM, statim, dan cito!.

2. Tanda tidak dapat diulang, Ne iteratie (N.I). Apabila dokter tidak


ingin resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis disebelah atas
blanko resep. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang
mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras
yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

10
3. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (iter). Apabila dokter
menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat ditulis dengan
resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter (iteratie) dan berapa
kali boleh diulang. Misal, iter 3x, artinya resep dapat dilayani 4x
(1 + 3x ulangan). Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak
dapat diulang (N.I) tetapi harus dengan resep baru.

4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru dan paraf dokter diberi
dibelakang nama obatnya jika dokter sengaja memberi dosis
maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh ada iterasi artinya
dapat diulang, aturan pakai jelas yaitu tidak boleh ada tulisan u.c
(usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui, tidak boleh
ada m.i (mihipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri tetapi obat
narkotik didalam resep diberi garis bawah tinta merah. Selain itu,
resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dengan
resep obat lainnya.

2.3.5 Skrining Resep

Menurut Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2014, salah satu


pelayanan kefarmasian yang dilakukan adalah skrining resep yang meliputi :

1. Kelengkapan Persyaratan Administratif

a. Nama, SIP dan alamat dokter,

b. Tanggal penulisan resep,

c. Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep,

d. Nama, umur, alamat, jenis kelamin, dan berat badan pasien,

e. Cara penulisan yang jelas.

2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,


inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.

11
3. Pertimbangan klinis adanya alergi, efek samping dan interaksi
obat,kesesuaian (dosis, durasi, dan cara penggunaan).
Jika terjadi keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya
bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

Pada saat resep pertama kali di terima oleh apoteker ataupun petugas
kefarmasian lainnya yang harus dilakukan adalah melaksanakan skrining resep.
Skrining resep merupakan kegiatan pemeriksaan mengenai kelengkapan
administratif resep, dan apabila terdapat kekurangan penulisan tanggal dalam
resep dapat ditambahkan oleh atau petugas di instalasi farmasi atau apotek.
Penulisan tanggal peresepan adalah salah satu persyaratan menulis resep
yang harus ditulis sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.3.6 Aspek Legalitas Resep


Aspek legal dalam menangani resep dan obat yang diberikan dalam resep
tercantum dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.Pada menjalankan
praktek profesi bagi para dokter maupun para apoteker dalam melaksanakan
kesehatan bagi masyarakat maupun individu-individu (Joenoes, 2007). Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 menyebutkan bahwa pada resep
harus dicantumkan :

a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.


b. Nama, dan paraf dokter, Tanggal resep.
c. Ruangan/unit asal resep.
d. Bentuk, dan kekuatan sediaan.
e. Dosis, dan jumlah obat.
f. Stabilitas dan ketersediaan.
g. Aturan dan cara penggunaan.
h. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)
i. Ketepatan Indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, Duplikasi pengobatan.
j. Alergi, Interaksi dan efek samping obat.
k. Kontra indikasi dan efek adiktif

12
2.3.7 Kesalahan Medis (Medication Error)
Peraturan Menteri Kesehatan No.74 tahun 2016 disebutkan bahwa Pengendalian
mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya
masalah terkait obat atau mencegah kesalahan pengobatan/medikasi (medication
error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).

Menurut The National Coordinating Council for Medication Errors


Reporting and Prevention (NCC MREP), medication error merupakan kejadian
yang dapat menyebabkan atau berakibat pada pelayananan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien ketika obat tidak berada dalam pengawasan tenaga
Kesehatan atau pasien.

Aronson (2009) menyebutkan salah satu penyebab terjadinya medication error


adalah kegagalan dalam proses perawatan yang mengarah pada, atau berpotensi
menyebabkan, membahayakan pasien. Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam
menentukan rejimen obat dan dosis mana yang akan digunakan (kesalahan resep -
resep yang tidak rasional, tidak sesuai, dan tidak efektif, resep kurang, resep
berlebihan), menulis resep (kesalahan resep), mengeluarkan formulasi (obat yang
salah, formulasi yang salah, label yang salah), pemberian atau minum obat (dosis
salah, rute salah, frekuensi salah, durasi salah), terapi pemantauan (gagal
mengubah terapi bila diperlukan, perubahan yang salah). Faktor terjadinya
medication error dapat terjadi dalam kesalahan proses prescribing, transcribing,
dispensing, administration.

13
BAB III
KEADAAN DAN MASALAH

3.1 SUMBER DATA


3.1.1 METODE PENGAMATAN
Jenis Pengamatan ini termasuk pengamatan non eksperimental bersifat
deskriptif, yaitu melakukan analisis hanya pada taraf deskripsi atau hanya
menggambarkan keadaan objek yang didasarkan pada data resep di Puskesmas
Penujak Praya Kabupaten Lombok Tengah, selama periode Januari sampai
dengan Maret tahun 2021.

3.1.2 POPULASI DAN PENGAMATAN SAMPEL

3.2.1 Populasi

Populasi pada pengamatan ini adalah seluruh lembar resep rawat jalan
selama periode Januari sampai dengan Maret tahun 2021, yang masuk di unit
Farmasi Puskesmas Penujak Praya Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 3.2.1

Jumlah Data untuk pengamatan

No Bulan Jumlah
.

1 Januari 1.201

2 Februari 1.310

3 Maret 1.074

Total keseluruhan 3.585

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah data yang digunakan


untuk pengamatan memiliki total 3.585 selama periode Januari sampai dengan
Maret tahun 2021.

14
3.2.2 Sampel
Penetapan sampel yang digunakan dalam pengamatan ini menggunakan
teknik simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak,
yang dimana di asumsikan populasi yang diambil homogen, jadi setiap anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel
(Notoadmojo,2010).

Jumlah sampel yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin :

Keterangan:
n : Jumlah sampel yang akan diteliti,

N : Jumlah Populasi,

d : Batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan (presisi yang


ditetapkan 0.05)
Jika diperoleh jumlah populasi (N) dalam resep sebanyak 3.585 resep maka
dapat ditentukan besar sampel (n) adalah

Penjelasan

3585
=1+3585(0,0025)

15
= 359,84

= 360 Sampel

Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat, maka jumlah resep yang akan
diteliti adalah 360 resep, agar mudah dibagikan jumlah resep digenapkan menjadi
360 lembar resep. Adapun cara pengambilan sampel yaitu, jumlah sampel yang di
peroleh kemudian dibagi menjadi 3 (bulan Januari – Maret), 360 : 3 = 120 resep
selama 3 minggu.

3.2.3 Jenis Data

Jenis data yaitu data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada atau
sudah dikumpulkan oleh pihak puskesmas di ruang farmasi yang merupakan
resep pada periode Januari – Maret pada tahun 2021.

3.2.4 Cara Pengumpulan Data

1. Mengumpulkan resep rawat jalan selama 18 hari, mulai dari tanggal 4 – 24


Mei Tahun 2021

2. Peneliti memperoleh resep dokter yang sudah dikumpulkan oleh pihak


puskesmas dari bulan Januari - Maret dengan jumlah sampel yang telah
ditentukan peneliti.

3. Peneliti kemudian memeriksa kelengkapan resep tersebut:


a. Kelengkapan administratif resep

b. Persyaratan administrasi yang harus dimiliki resep yang


ditetapkan menurut Permenkes RI. Nomor 74 tahun 2016,
meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan, nama
dokter, paraf dokter,tanggal penulisan resep dan ruangan unit asal
resep.

c. Menggunakan alat ukur seperti ( Lembar Check List)

d. Menggunakan skala ( Nominal )

16
e. Dan kriteria ( Lengkap dan Tidak Lengkap ).

4. Hasil yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah dalam bentuk


tabel untuk mendapatkan persentase kelengkapan administratif resep.

3.2.5 Pengolahan dan Analisis Data


3.2.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tahapan sebagai berikut:

a. Skrining Kelengkapan Resep Setelah dilakukan sampling,


selanjutnya resep tersebut diakukan pengamatan satu persatu
dengan cara mencatat semua Aspek-aspek kelengkapan resep yang
sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016.

b. Selanjutnya data-data tersebut dimasukkan kedalam format tabel


yang telah disediakan.

c. Sesudah resep di skrining lalu dikelompokkan dan dijumlahkan


untuk mengetahui resep dokter yang memenuhi lengkap dan tidak
lengkap.

d. Data dibuat dalam Tabulasi sesuai aspek-aspek kelengkapan resep


yang diamati dengan menggunakan tabel yang telah diatur dalam
tabel.
e. Selanjutnya dilakukan analisa dari hasil pengamatan.

3.2 GAMBARAN UMUM UPTD PUSKESMAS PENUJAK

UPTD Puskesmas Penujak adalah salah satu dari 3 puskesmas pedesaan


rawat inap yang ada di Kecamatan Praya Barat. Puskesmas Penujak mempunyai
luas wilayah kerja 28.9 Km2 dengan jumlah penduduk 32.832 jiwa.

Rata-rata jiwa per rumah tangga 3,24 jiwa, rasio jenis kelamin 95.4 dan
rasio beban tanggungan 51,2 per 100 penduduk produktif. Puskesmas Penujak
membawahi 4 Desa sebagai wilayah kerja yaitu Desa Penujak, Bonder, Setanggor
dan Tanak rarang. Adapun batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :

17
 Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Batujai

 Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Mangkung dan Sengkol

 Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Batunyale

 Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Darek

Untuk mencapai Puskesmas Penujak dapat menggunakan transportasi


berupa kendaraan roda empat, kendaraan roda dua dan juga cidomo. Puskesmas
Penujak merupakan salah satu puskesmas dari tiga puskesmas yang berada di
wilayah Kecamatan Praya Barat dan mempunyai wilayah kerja 4 (empat) Desa
antara lain :

 Desa Penujak,

 Desa Bonder,

 Desa Setanggor,

 Desa Tanak Rarang.

Puskesmas Penujak mempunyai sarana penunjang pelayanan kesehatan atau


jejaring yaitu :

1. Puskesmas Pembantu 2 (dua) unit (Bonder, Setanggor)

2. Polindes atau Poskesdes 3 (tiga) unit (Bonder, Setanggor, Tanak


Rarang)

3.3 DESKRIPSI MASALAH

Sebagaimana dari pengalaman penulis selama melaksanakan praktik kerja


lapangan (PKL) di Puskesmas Penujak,Lombok Tengah. Ditemukan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan kelengkapan penulisan resep yang tidak
sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016.
Permasalahan yang paling banyak ditemukan seperti nama pasien, umur, jenis
kelamin, dan berat badan, nama dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep
dan ruangan unit asal resep. Oleh karena itu, pada pengamatan akan dilakukan

18
pengamatan mengenai gambaran kelengkapan administratif resep di apotek
rawat jalan UPTD puskesmas Penujak Lombok Tengah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Dalam Pengamatan yang dilaksanakan selama bulan maret di wilayah


UPTD Puskesmas Penujak dilakukan dengan melihat resep di apotek rawat jalan
UPTD puskesmas Penujak, kemudian dicatat pada tabel pengumpulan data atau
lembar (Check List). Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati 360
sampel resep dari 3585 populasi yang diambil secara random mulai dari tanggal
4-24 mei tahun 2021. Dengan menghitung persentase dari data tersebut maka hasil
persentase kelengkapan administratif dari resep rawat jalan UPTD Puskesmas
Penujak periode Januari - Maret tahun 2021 dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1

Pengkajian Kelengkapan Administratif Resep di Apotek Rawat Jalan

UPTD Puskesmas Penujak

No. Persyaratan Jumlah Resep Persentase (%)


Administratif Lengkap Tidak Lengkap Tidak
Lengkap Lengkap

1 Nama Pasien 360 0 100 0

2 Umur 360 0 100 0

19
3 Jenis Kelamin 154 206 42.78 57.22

4 Berat Badan 0 0 0 100

5 Ruang/unit asal
112 248 31.11 68.89
resep

6 Nama Dokter 138 222 38.33 61.67

7 Paraf Dokter 0 0 0 100

8 Tanggal Penulisan
124 236 34.44 65.56
Resep

Dari tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa kelengkapan administratif


dengan jumlah sampel sebanyak 360 resep rawat jalan di apotek UPTD
puskesmas Penujak di peroleh bahwa kelengkapan administratif yang ditulis oleh
dokter yaitu jenis kelamin 154 lembar resep (42.78%), ruangan/unit asal resep
sebanyak 112 lembar resep (31,11%), berat badan 0 lembar resep (0%), nama
dokter 138 lembar resep (38,33%), Tanggal penulisan Resep 124 lembar resep
(34,44%) dan paraf dokter 0 lembar resep (0%), sedangkan untuk nama pasien,
dan umur pasien 100% sudah lengkap.

Hasil pengamatan kelengkapan administratif resep secara keseluruhan


dilihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2 Kelengkapan Administratif Resep secara keseluruhan


Kelengkapan Administratif Jumlah Persentase
Resep

Lengkap 0 0%

Tidak Lengkap 360 100%

Dari tabel 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada resep yang
memiliki kelengkapan administratif dalam skrining resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang sudah ditetapkan.

20
4.2 Pembahasan

Skrining resep merupakan suatu pemeriksaan resep yang dilakukan


petugas apotek setelah resep diterima. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan
dalam skrining resep yakni kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis (Mariana, 2013). Pengamatan yang dilakukan di apotek rawat
jalan UPTD puskesmas Penujak pada bulan Mei tahun 2021 dengan mengkaji
kelengkapan dalam penulisan administrasi resep. Standar yang digunakan dalam
pengamatan ini adalah persyaratan administrasi yang harus dimiliki resep yang
ditetapkan menurut Permenkes RI. Nomor 74 tahun 2016, meliputi nama
pasien,umur, jenis kelamin, dan berat badan, nama dokter, paraf dokter, tanggal
penulisan resep dan ruang unit asal resep.

Menurut Syamsuni (2006) resep yang lengkap harus memuat hal-hal yakni
: nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan,
tanggal penulisan resep (inscriptio), tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep (invocatio) nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio),
aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura), tanda tangan atau paraf dokter
penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(subscriptio), jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan, tanda seru dan latau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
maksimalnya.

Dari hasil pengamatan tentang aspek kelengkapan administratif resep di


Apotek rawat jalan UPTD Puskesmas Penujak masih menunjukan beberapa
kekurangan dalam penulisan resep seperti jenis kelamin, berat badan, ruang/unit
asal resep, nama dokter, paraf dokter, serta tanggal penulisan resep. Sedangkan
aspek kelengkapan dari persyaratan administratif seperti nama pasien dan umur
pasien telah mencapai 100%.

Menurut Apoteker yang bertugas di apotek rawat jalan kekurangan dalam


penulisan resep dikarenakan banyaknya pasien mengantri dan keterbatasan
waktu sehingga dokter tidak sempat untuk menuliskan resep secara lengkap.

21
Sehingga dokter kadang menggantungkan pada perawat yang bertugas terkait
penulisan.

Faktor yang disebabkan dari pihak Puskesmas dikarenakan sejak


diresmikannya BPJS Kesehatan sehingga menyebabkan jumlah pasien sangat
meningkat drastis, mengakibatkan kurangnya efisien waktu.
Hasil pengamatan penulisan nama pasien memiliki kelengkapan
administratif mencapai resep (100%). Pencantuman nama pasien di dalam resep
sangat berguna karena menghindari tertukarnya obat dengan pasien lain pada
waktu pelayanan di apotek, sama dengan pentingnya nama obat yang ada di dalam
resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
obat karena banyak obat yang dituliskan hampir mirip atau sama penyebutannya.
Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar
dari kesalahan dalam proses pemberian obat.

Penulisan umur dalam resep juga sangat diperlukan, karena salah satu
faktor yang dilihat dalam penentuan dosis adalah umur, rumus penentuan dosis
berdasarkan usia antara lain: Rumus Young, Fried, Cowling, Gaubius, dan
Bastedo. Rumus ini dibuat menentukan dosis pada pasien anak dan dewasa dalam
usia tahun atau dalam bulan sehingga memudahkan dokter untuk mencantumkan
dosis obat pasien (Syamsuni, 2006). Sedangkan hasil dari data kelengkapan
administratif yang didapatkan pengamatan ini sebanyak 360 lembar resep (100%).
Penulisan umur pasien didalam resep sangat penting karena salah satu solusi
dokter penulis resep untuk menentukan dosis obat yang akan diberikan.

Jenis kelamin yang ditulis oleh dokter sejumlah 154 lembar resep
(42,78%). Ketidaklengkapan dalam pencantuman jenis kelamin dalam
pengamatan ini masih banyak di sebabkan karena kebiasaan dokter dalam
penulisan resep dan pasien yang terlalu ramai sehingga tingkat kesibukan dokter
juga meningkat.

Dari data hasil pengamatan dapat dilihat bahwa dokter yang menuliskan
berat badan pasien sebanyak 0 lembar resep (0%) dokter masih belum sepenuhnya
menuliskan berat badan dalam peresepan, pentingnya pencantuman berat badan

22
pasien karena dapat mempermudah perhitungan dalam dosis yang dilakukan oleh
petugas farmasi dalam penyiapan obat. Dan untuk penulisan berat badan pasien
sama sekali tidak dicantumkan, menurut apoteker yang bertugas di tempat
dikarenakan dokter biasanya hanya menuliskan berat badan pasien pada medical
record.

Untuk hasil pengamatan Ruang/Unit asal Resep mencapai 112 lembar


resep (31.11%) lengkap sedangkan jumlah resep tidak lengkap mencapai 248
lembar dengan prosentase senilai 68.89 %. Oleh karena itu dicantumkannya unit
asal resep mencegah pula medication error yang terjadi sehingga meminimalisir
ketidaksesuaian penulisan instruksi di catatan medik dan di resep, selain itu
tingginya beban kerja perawat, kurang adanya komunikasi yang baik antara
dokter, perawat dan tenaga farmasi juga menjadi penyebab hal tersebut terjadi.

Pencantuman nama dokter dalam pengamatan ini mencapai 138 lembar


resep (38,33%). Pencantuman nama dokter dalam pengamatan ini sangat sedikit
disebabkan karena kurangnya tenaga medis yaitu dokter di puskesmas Penujak,
sehingga tenaga perawat juga dilibatkan dalam penulisan resep, dilihat juga dari
banyaknya pasien. Pencantuman nama dokter sangat berguna karena nama dokter
merupakan salah satu syarat administrasi resep yang harus dipenuhi, dengan
dicantumkannya nama dokter menunjukkan bahwa resep tersebut asli dapat di
pertanggung jawabkan dan tidak disalahgunakan orang lain selain tenaga
keprofesian dokter dalam hal ini untuk menentukan keputusan medis kepada
pasien.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada resep satupun yang


dilengkapi dengan paraf dokter. Pencantuman paraf dokter sangat berguna, agar
resep yang ditulis otentik dan dapat dipertanggung jawabkan, hal itu terkait dalam
penulisan resep Psikotropika. Paraf dokter juga merupakan salah satu aspek yang
perlu dicantumkan di dalam penulisan resep untuk menghindari penyalahgunaan
dan untuk memastikan keaslian resep bahwa dokter yang bersangkutan benar
membuat resep.

23
Mencantumkan tanggal penulisan resep mencapai 124 lembar resep
(34,44%). Tanggal penulisan resep dicantumkan untuk keamanan pasien dalam
hal penggambilan obat. Apoteker dapat menentukan apakah resep tersebut masih
bisa dilayani di apotek atau disarankan kembali ke dokter berkaitan dengan
kondisi pasien meskipun di Indonesia belum ada ketentuan batas maksimal resep
dapat dilayani di apotek. Keberadaan tanggal penulisan resep sangat dibutuhkan
karena berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pasien. Selain itu fungsi
dari penulisan tanggal pada resep dapat menghindarkan petugas kefarmasian
ambigu dalam membaca resep.

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan sebagian besar resep telah memenuhi


kriteria legalitas dan kelengkapan administratif resep sebagaimana termuat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, sehingga dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Persentase resep yang memiliki aspek kelengkapan administratif resep


di apotek rawat jalan UPTD puskesmas sebanyak (100%) sudah
lengkap yaitu pencantuman nama pasien dan umur pasien.

2. Persentase resep yang tidak memiliki aspek kelengkapan administratif


resep yang berupa jenis kelamin sebanyak (57,22%), ruang/unit asal
resep sebanyak (68,89%), nama dokter (61,67%) dan tanggal penulisan
resep sebanyak (65,56%) pada, sedangkan untuk berat badan dan paraf
dokter mencapai (100%).

5.2 Saran

1. Diharapkan pihak apotek rawat jalan UPTD puskesmas Penujak dan


dokter penulis resep harus lebih meningkatkan dan memperhatikan lagi
dalam aspek kelengkapan resep sebagaimana tertuang pada Peraturan
Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.

2. Perlu adanya kerja sama yang baik oleh apoteker dan dokter dalam
pelayanan peresepan sehingga sehingga resiko kesalahan pengobatan
atau medication error dapat dihindari serta dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ansari M, Neupane D. Study on determination of errors in prescription writing: A


semi-electronic perspective. Kathmandu Univ Med J. 7, 238-44, 2009.
(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20071869/). [diakses April- Mei 2021]

Aronson, J.K. 2006. Medication Errors: Definitions and Classification. British

Journal of Clinical Pharmacology,67:559-604.

(http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/13318/pdf).[diakses
April- Mei 2021]

Bilqis, Ulfa, S. 2015. Kajian Administrasi, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien
Rawat Jalan di Rumtikal Dr. Mitohardjo pada Bulan Januari 2015.
(https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29971/1/SITI
%20ULFAH%20BILQIS-FKIK.pdf). [diakses April- Mei 2021]

Cohen, M., 1999, Medical Errors. American Pharmaceutical Association.


(https://pharmacylibrary.com/doi/book/10.21019/9781582120928).
[diakses April- Mei 2021].

Darmawan, R. (2014) ‘Analisis Kelengkapan Administrasi Dan Potensial


Interaksi Pada Resep Racikan Di Lima Apotek Kota Surakarta Tahun
2012’, p. 23. Available at: http://eprints.ums.ac.id/28077/. [diakses April-
Mei 2021]

Fajarini H, Widodo Atrian. 2020. Evaluasi Legalitas Dan Kelengkapan


Administratif Resep Pada Rumah Sakit di Kabupaten Brebes.
(http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/parapemikir/article/viewFile/19
69/pdf_40). [diakses April- Mei 2021]

Jas, A., 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep. Universitas
Sumatera Utara.

26
(http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1843/1/TA
%20ETELINA%20HUTAGALUNG_P07539018128.pdf) [diakses April-
Mei 2021]

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1027/MENKES/SK/IX/2004


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014.


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

27
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016.
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017. Tentang


Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007, Tentang Izin


Praktik dan Pelaksanaan Undang-undang Kesehatan Praktik Kedokteran
Menteri Kesehatan RI. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

(https://www.kemkes.go.id/index.php?act=regulation). [diakses April- Mei


2021].

Puteri, FA, Aisyah, N. Cahaya, N. 2014. Evaluasi kelengkapan administratif


resep di apotek sukma sari di kota Banjarmasin pada bulan Januari-
Desember2013 .
(https://journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps/article/view/681). [diakses
April- Mei 2021]

Pratiwi, Dian. 2017. Evaluasi Kelengkapan Administratif Resep di Apotek Bhumi


Bunda Ketejer Praya Lombok Tengah pada Bulan Januari - Maret Tahun
2017. Lombok Tengah.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta,CV.(https://cvalfabeta.com/product/metode-penelitiankuantitatif-
kualitatif-dan-rd-mpkk/) . [diakses April- Mei 2021]

28
Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
(https://egcmedbooks.com/buku/detail/147/ilmu-resep). [diakses April-
Mei 2021]

29
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Contoh Resep Yang Tidak Lengkap

30
Lampiran 2 : Contoh Resep Yang Tidak Memiliki Nama Dokter

31
Lampiran 3 : Contoh Resep Yang Memiliki Nama Dokter

32
Lampiran 4 : Contoh Resep Yang Sudah Lengkap

33
Lampiran 5 : Lokasi Penelitian di UPTD Puskesmas Penujak

34
Lampiran 6 : Dokumentasi pengumpulan data

35
Lampiran 7 : Lembar Pemeriksaan Data

a. Lembar Pemeriksaan Data Bulan Januari

b. Lembar Pemeriksaan Data Bulan Februari

c. Lembar Pemeriksaan Data Bulan Maret

36
A. LEMBAR PEMERIKSAAN DATA
BULAN JANUARI

37
B. LEMBAR PEMERIKSAAN DATA
BULAN FEBRUARI

38
C. LEMBAR PEMERIKSAAN DATA
BULAN MARET

39

Anda mungkin juga menyukai