Skripsi Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Oleh :
I NYOMAN MUSTIKA
NIM : 4820119098
1
2
PERSEMBAHAN
PUJI SYUKUR KEHADAPAN IDA SANG HYANG WIDI WASA TUHAN YANG
MAHA ESA ATAS ANUGERAHNYA SEHINGGA SKRIPSI INI DAPAT
TERSELESAIKAN
I NYOMAN MUSTIKA
3
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA FARMASI (S.Farm.)
Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Farmasi Fakultas Kesehatan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
4
SKRIPSI
LULUS
Pada Program Studi S-1 Farmasi
Dewan Penguji
Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Farmasi Fakultas Kesehatan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
5
AGAMA : HINDU
PENDIDIKAN :
INTISARI
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Evaluasi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Asma Pada Instalasi Rawat Jalan
RSUD Dr. R. Soedjono Selong. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan,
bimbingan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Apt. Lalu Jupriadi, M.Si. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda
Badaruddin Bagu sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Apt. Neneng Rachmalia I.M, M.Farm, Ketua Program Studi S-1 Farmasi
Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu sekaligus
sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Apt. Depi Yuliana, M.Farm. selaku anggota Dewan Penguji yang telah
memberikan masukan demi kebaikan skripsi ini.
4. Bapak Bupati Lombok Timur yang telah mengijinkan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5. Bapak Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong yang telah mengijinkan dalam
pengumpulan data skripsi ini.
6. Istri dan anak-anakku tercinta atas doa dan motivasinya
7. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak atas kerja sama dan segala bantuan
yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik. Akhir kata semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan karuniaNya kepada kita semua.
Bagu, 13 Oktober 2021
10
Peneliti
11
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN …………………………………………………………. ii
INTISARI …………………………………………………………………. vi
A. Asma ………………………………………………………………….. 6
12
A. Hasil …………………………………………………………………… 27
B. Pembahasan ……………………………………………………………. 37
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 42
B. Saran ……………………………………………………………………. 42
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
2. Data Kunjungan Pasien Asma RSUD Dr. R. Soedjono Selong Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang ditandai adanya mengi efisodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
pernafasan kronik. Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah
kasusnya cukup banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut data dari laporan
Global Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian
asma dari berbagai negara adalah 1- 18% dan diperkirakan terdapat 300 juta
Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat
ini menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian
tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ras berturut-
turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6% pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0%
perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan 9,9% ras kulit hitam. Angka kejadian asma
dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan
meningkat sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan
baik. Angka kejadian asma di NTB berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2019 , prevalensi Asma mencapai (3,1%) dan angka nasional
asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma
Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi yang baik dan
sangat diharapkan.
18
B. Rumusan Masalah
Selong Tahun 2020 yang meliputi jenis obat, golongan obat, dan cara
2. Bagaimana tingkat kepatuhan minum obat pasien asma pada RSUD Dr.
R. Soedjono Selong?
C. Tujuan Penelitian
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong Tahun
2020 yang meliputi jumlah jenis obat, golongan obat, dan cara pemberian
yang diberikan.
2. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pasien asma pada RSUD Dr.
R. Soedjono Selong.
19
D. Manfaat Penelitian
pasien asma di RSUD Dr. R. Soedjono Selong dan bagi peneliti adalah dapat
Soedjono Selong.
E. Keaslian Penelitian
mengenai penyakit asma dan pelayanan informasi obat yang pernah dilakukan
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali Tahun 2005”
pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih
tema pelayanan informasi obat adalah tentang profil pelayanan informasi obat
pengobatan mandiri pada penyakit batuk. Karena itu bisa dikatakan penelitian
20
tentang kepatuhan minum obat pasien asma RSUD Dr. R. Soedjono Selong
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asma
1. Pengertian Asma
sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru yang dicirikan dengan obstruksi
jalan napas terhadap paparan berbagai faktor resiko yang dapat menghilang
21
22
(Adam, 2005)
24
Patofisiologi
diameter jalan napas menyempit secara kronis akibat edema dan tidak stabil.
2002).
iritan, infeksi virus dan beban fisik. Hal tersebut juga mengakibatkan edema,
peningkatan produksi mucus, keluarnya sel inflamasi pada saluran napas dan
2. Klasifikasi Asma
bervariasi
II. Persisten Ringan Siang hari > 2 kali per Variabilitas APE 20 -
mempengaruhi aktifitas
III. Persisten Sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE >
Serangan berlangsung
berhari-hari
Sehari-hari menggunakan
acting
IV. Persisten Berat Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE >
reversible dengan atau tanpa pengobatan, dan sering timbul pada waktu
malam dan pagi hari, dengan anamnesis yang baik mampu menegakkan
a. Gejala berupa sesak napas mendadak disertai fase inspirasi yang lebih
(wheezing).
c. Gejala yang timbul diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu.
Sedangkan pada serangan yang berat, asma dapat disertai dengan gejala yang
4. Faktor Resiko
luar ruangan, seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur,
tepung sari bunga, sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok, polusi
emosi yang berlebihan, asap rokok, iritan antara lain parfum, bau-bauan
5. Penatalaksanaan Asma
a. Edukasi
apabila penderita asma mengalami kondisi yang stabil minimal dalam waktu
a. Medikasi (obat-obatan).
b. Tahapan pengobatan.
atau iritan serta dengan penggunaan obat-obatan. Obat yang digunakan pada
terapi asma dapat diklasifikasikan menjadi obat pelega dan obat pengontrol
(Kim H dkk, 2011). Prinsip dalam penggunaan obat pelega adalah untuk
dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
rasa berat di dada dan batuk, yang termasuk obat pelega adalah: agonis beta2
adrenalin(PDPI, 2004).
panjang untuk mengontrol asma. Obat ini diberikan setiap hari untuk
Semua tahapan:
Semua tahapan:
B. Kepatuhan Pasien
1. Definisi
intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
pasien, tindak lanjut (follow-up) (DepKes RI, 2007). Pada setiap kunjungan
pengarahan dan informasi yang tepat dan mudah dimengerti oleh pasien dan
keluarga tentang bagaiman cara penggunaan obat asma, identifikasi dan atasi
kembali tentang rencana penanganan yang disetujui bersama dan yang akan
33
dilakukan, pada setiap kunjungan, keluarga pasien diajak untuk ikut bersama
agama, kepercayaan, budaya dan status sosio ekonomi yang dapat berefek
kepatuhan pasien dalam pengobatan asma jangka panjang akan lebih baik
(2005), yaitu :
dapat dijadikan bahan dalam menentukan kebijakan dan strategi oleh para
Soedjono Selong maupun ditingkat daerah dan pusat yang secara khusus
ditujukan :
terkait.
2. Fasilitas Pelayan
a. Rawat Jalan
b. Rawat Inap
d. Penunjang Medis
e. Pelayanan Administrasi
a. Visi
Masyarakat”
b. Misi
4. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
kini
telah ditetapkan
dokter spesialis.
D. Keterangan Empiris
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
perlakuan pada subjek uji. Data yang digunakan adalah catatan rekam medik
dari pasien asma di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. R. Soedjono Selong
tahun 2020.
B. Definisi Operasional
2. asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada paru yang dicirikan dengan
obstruksi saluran napas yang bersifat reversible, inflamasi jalan napas, serta
3. Kajian profil peresepan adalah gambaran tata cara pemberian obat kepada
pasien yang meliputi pemilihan jumlah obat, golongan obat, jenis obat,
bentuk sediaan dan cara pemakaian obat pada pasien Rawat Jalan di
i
ii
tahun 2020.
histamine.
7. Jenis obat adalah nama generik obat yang diberikan kepada pasien asma
di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. R. Soedjono Selong pada tahun 2020,
8. Dosis terlalu rendah adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat
9. Dosis terlalu tinggi adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat
10. Adverse Drug Reaction adalah munculnya efek samping obat yang tidak
11. Interaksi obat adalah peristiwa berubahnya efek suatu obat akibat adanya
ii
iii
C. Bahan Penelitian
rekam medik (RM), dan informasi dari instalasi farmasi rumah sakit
mengenai pasien asma di RSUD Dr. R. Soedjono Selong pada tahun 2020.
RSUD Dr. R. Soedjono Selong dilakukan di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.
E. Jalannya Penelitian
berikut :
1. Perencanaan
pada bagian rekam medik mengenai distribusi penyakit asma pada pasien
dewasa di Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan RSUD Dr. R. Soedjono
Selong.
iii
iv
rekam medik yang berupa laporan jumlah kasus pasien dewasa asma
di Instalasi Rawat Jalan yang berisi nama, umur dan jenis kelamin
rekam medik tiap pasien. Data yang diambil adalah meliputi nomor
3. Pengolahan Data
disajikan dalam bentuk tabel dan ada pula yang disajikan dalam bentuk
gambar.
iv
v
c. Evaluasi kasus asma yang terjadi dengan melihat data pada rekam
medik
BAB IV
4.1 Hasil
v
vi
Timur dengan menggunakan data retrospektif tahun 2020, yaitu menggunakan 200
populasi penderita asma yang berobat rawat jalan, dihitung mulai tanggal 1 Januari
2020 hingga Desember 2020. Dalam pelaksanaan penelitian, ditemukan 200 pasien
penderita asma dari usia 20 tahun sampai dengan 77 tahun yang melakukan
Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari jenis kelamin,
usia, obat yang diberikan, jumlah obat, lama pemakaian obat, dan periode kunjungan
pasien yang dilakukan dengan pengambilan data melalui rekam medic. Sampel yang
Hasil Peneliti ini menunjukkan bahwa karakteristik responden dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Seperti
vi
vii
Awal, 36 – 45 Dewasa Akhir, 46 – 55 Lanjut Usia dan >56 Lanjut Usia Akhir.
vii
viii
100
90
80
70
60
50
Series1
40
30
20
10
0
Usia 20 - 40 Usia > 40 - 60 Usia > 60
kepatuhan Total
0>0,25
gender Count 76 76
laki-laki
% within gender 100.0% 100.0%
viii
ix
Dari tabel di bawah dapat dikatakan bahwa jumlah kunjungan pasien asma pada
rawat jalan RSUD Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur sangat tinggi, dapat dilihat
dari jumlah kunjungan pasien selama tahun 2020, didapatkan data secara retrospektif
rata-rata kunjungan per bulan sebanyak 17 pasien asma. Interval kunjunjgan pasien
kembali mengambil obtanya ke rumah sakit yaitu > 355 hari, artinya hampir setiap
bulan pasien berkunjung untuk mengambil obatnya, namun jika dilihat dari total
kunjungan pasien pada saat mengambil obat yaitu rata-rata 20-60 kali kunjungan
pasien. Untuk itu dapat dilihat dan dihitung untuk Proportion Days Coverage dari
dalam pengambilan obat adalah sangat rendah. Ini memungkinkan asma yang diderita
akan tetap kambuh dan banyak faktor yang dapat dijadikan indikasi di antaranya yaitu
cara pemakaian obat yang salah sehingga pasien merasakan tidak sembuh saat
menggunakan obat.
ix
x
500
450
400
350
PDC
300
KONTINUITAS KUNJUNGAN
250 PASIEN
jumlah kunjungan pasien
200 INTERVAL KUNJUNGAN
150 Hari awal kunjungan
100
50
0
seretide diskus 100 mg
Cases
gender *
199 100.0% 0 0.0% 199 100.0%
kepatuhan
x
xi
kepatuhan Total
0>0,25
umur Count 7 7
1-20 % within
100.0% 100.0%
umur
Count 51 51
20-40 % within
100.0% 100.0%
umur
Count 94 94
40-60 % within
100.0% 100.0%
umur
Count 46 46
60-80 % within
100.0% 100.0%
umur
80-100 Count 1 1
xi
xii
% within
100.0% 100.0%
umur
Total % within
100.0% 100.0%
umur
xii
xiii
kepatuhan Total
0>0,25
Total % within
100.0% 100.0%
status
xiii
xiv
kepatuhan Total
0>0,25
controler Count 21 21
1 % within
100.0% 100.0%
controler
Count 4 4
2 % within
100.0% 100.0%
controler
Count 8 8
3 % within
100.0% 100.0%
controler
Count 14 14
4 % within
100.0% 100.0%
controler
5 Count 76 76
controler
xiv
xv
Count 73 73
6 % within
100.0% 100.0%
controler
Count 3 3
7 % within
100.0% 100.0%
controler
Total % within
100.0% 100.0%
controler
4.2 Pembahasan
Soedjono Selong Lombok Timur pada periode Januari sampai dengan Desember
2020 didapatkan prevalensi pasien asma yang signifikan antara perempuan 61% dan
xv
xvi
laki-laki 39%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Atmoko dkk. terhadap 107 pasien asma, yang menunjukkan bahwa prevalensi asma
lebih banyak terjadi pada perempuan dengan persentae 64,5%, daripada laki-laki
dengan persentase 35,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Priyanto dkk. juga
asma pada perempuan dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya kaliber saluran
pernapasan yang lebih kecil, keadaan hormon, penggunaan steroid dan lebih
asma pada perempuan dan laki-laki disebabkan oleh peningkatan estrogen pada
radang sehingga terjadi peningkatan produksi IgE dan eosinofil yang akhirnya
memicu reaksi peradangan pada asma. Selain itu Hiperresponsif bronkus non spesifik
ditemukan lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Perempuan juga memiliki
perempuan juga lebih sering mencari pengobatan ke rumah sakit atau puskesmas,
didapatkan. Selain itu juga dapat dihubungkan berdasarkan teori bahwa laki-laki saat
perempuan, tetapi saat remaja dan dewasa ukuran paru pada laki-laki akan lebih besar
xvi
xvii
penggunaan obat pada pasien asma yaitu pada usia 36-45 tahun dengan persentase
bertambahnya usia. Pada usia 46-55 tahun didapatkan persentase 24%, dan persentase
semakin menurun hingga usia 65 tahun ke atas. Hasil penelitian ini hampir sama
meningkat seiring bertambah usia dan menurun pada usia diatas 45 tahun. Peneliti
Atmoko dkk. juga mendapatkan rendahnya persentase pasien asma dengan usia lanjut
yaitu 27,1%. Berbeda dengan penelitian Afandi dkk yang mendapatkan prevalensi
wiraswasta dengan persentase 34% dan ibu rumah tangga (IRT) dengan persentase
30%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bachtiar dkk. yang mendapatkan
sebagian besar pasien asma bekerja sebagai wirawasta dan ibu rumah tangga (IRT),
persentase pasien asma sebagai IRT (52,85%). Tingginya persentase pasien asma
sebagai IRT dikarenakan lebih mudahnya terpapar alergen seperti debu ketika
membersihkan rumah dan pasien asma sebagai wiraswasta dikarenakan terpapar debu
(PDC) semua pasien kurang dari 0,06 (60%), artinya bahwa semua pasien tingkat
kepatuhan minum obatnya rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
xvii
xviii
Chiu KC dkk. yang mendapatkan sebanyak 47% penderita asma memiliki kepatuhan
yang rendah, 34,1% kepatuhan sedang dan kepatuhan tinggi hanya 18,9%. World
kepatuhan pengoatan asma masih rendah yaitu sebesar 30% hingga 70%. Berbeda
0,629 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien asma.
Jenis kelamin pasien lebih menggambarkan keadaan fisik dan emosi pasien. Menurut
jenis kelamin, dan pasien perempuan memiliki risiko emosi lebih besar daripada
pasien laki-laki, sehingga jenis kelamin pasien lebih mempengaruhi kualitas hidup
pasien.
0,049 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara usia dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien asma. Menurut Chapman
dkk (2011) yang menyatakan bahwa usia yang lebih muda mempunyai tingkat kontrol
asma yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia 51-65 tahun. Perbedaan ini dapat
xviii
xix
disebabkan karena memang pada dasarnya hubungan antara usia dan asma sangat
kompeks serta lemahnya hubungan antara tinggi usia dan rendahnya tingkat
kepatuhan asma.
0,483 (p<0,05) sehimgga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara lama pemakaian obat asma dengan tingkat kepatuhan pengobatan
pasien asma. Hal ini berbanding terbalik dengan pendapat Widjanarko (2009) yang
menyatakan bahwa hal ini dapat disebabkan karena adanya perasaan bosan, tidak
tahan dengan efek samping obat, juga karena keterbatasan biaya. Selain itu sesuai
penelitian Mothlake (2005), bahwa pasien tidak patuh berobat karena dibutuhkan
waktu yang lama untuk memenuhi regimen pengobatan. Dia menyebutkan bahwa
dosis simpel untuk periode pengobatan yang lebih pendek dapat memecahkan
masalah ini.
mengakibatkan hasil yang diperoleh masih jauh dari yang diharapkan. Antara lain
sebagai berikut :
sebenarnya.
xix
xx
xx
xxi
BAB V
5.1 Kesimpulan
0,06 (60%).
5.2 Saran
pencegahannya.
xxi
xxii
secara berkelanjutan.
Bagu.
penyakit asma.
xxii
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
2008;32(1).
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2019, Profil Kesehatan Nusa
GINA (Global Initiative for Asthma). Global Strategy for The Diagnosis,
Kim H, Mazza J, 2011. Asthma, Allergy, Asthma, and Clinical Immunology. 7(1).p.
1-9
Stanley, 2007. Kepatuhan Diet, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Penerbit Buku
xxiii
xxiv
of Medicine. 353.
xxiv