Anda di halaman 1dari 85

KARYA TULIS ILMIAH

PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE 2 PESERTA PROLANIS SETELAH
PEMBERIAN INFORMASI DENGAN METODE
KOMBINASI (BROSUR DAN LISAN) DI UPT
KESEHATAN MASYARAKAT II DENPASAR BARAT
TAHUN 2019

NI KADEK DEWIK SATRIANI

PROGRAM STUDI D- III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
KARYA TULIS ILMIAH

PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE 2 PESERTA PROLANIS SETELAH
PEMBERIAN INFORMASI DENGAN METODE
KOMBINASI (BROSUR DAN LISAN) DI UPT
KESEHATAN MASYARAKAT II DENPASAR BARAT
TAHUN 2019

NI KADEK DEWIK SATRIANI


NIM: 161105

PROGRAM STUDI D- III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019

i
PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 PESERTA PROLANIS SETELAH
PEMBERIAN INFORMASI DENGAN METODE
KOMBINASI (BROSUR DAN LISAN) DI UPT
KESEHATAN MASYARAKAT II DENPASAR BARAT
TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah ini untuk Memenuhi Syarat Kelulusan


Pada Program Studi Diploma Tiga Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Mahasaraswati Denpasar

NI KADEK DEWIK SATRIANI

161105

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019

ii
Lembar Pengesahan

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 20 JULI 2019

Pembimbing I Pembimbing II

I Putu Tangkas Suwantara,S.Farm.,M.Farm.,Apt Fitria Megawati,S.Farm.,M.Sc.,Apt

Mengetahui

Direktur Ketua Program Studi

Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati D-III Farmasi

Denpasar Universitas Mahasaraswati Denpasar

I Made Agus Sunadi Putra,S.Si.,M.Biomed.,Apt I Gede Made Suradnyana S.Si.,M.Farm.,Apt

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji Pada

Tanggal 01 Juli 2019

Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah Berdasarkan


SK Dekan Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
No. 159/FF-UNMAS/E.10/VI/2019
Tanggal 24 Juni 2019

Nama : I Putu Tangkas Suwantara,S.Farm.,M.Farm.,Apt

Anggota : Herleeyana Meriyani,S.Farm.,M.Sc.,Apt

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Kadek Dewik Satriani

NIM : 161105

Program Studi : Diploma Tiga Farmasi

Tempat/Tanggal Lahir : Dawan Klod, 13 Januari 1998

Alamat : Jln. Sawo Kabeh, Dusun Tengah, Desa Dawan Klod,


Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali

Telepon : 085737883336

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau


sepenuhnya karya tulis ilmiah orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia
dituntut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, Juli 2019

Yang Membuat Pernyataan

Ni Kadek Dewik Satriani

v
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur Dan Lisan) Di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh profesi Ahli Madya Farmasi Program Diploma Tiga Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam proses penyusunan karya tulis
ilmiah ini mendapat banyak dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Made Agus Sunadi Putra, S.Si.,M.Biomed.,Apt selaku Direktur Program


Diploma Tiga Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. Bapak I Gede Made Suradnyana, S.Si.,M.Farm.,Apt selaku Ketua Program Studi
Diploma Tiga Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
atas bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini .
3. Bapak I Putu Tangkas Suwantara, S.Farm.,M.Farm.,Apt selaku Pembimbing I
atas tuntunan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Ibu Fitria Megawati,S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Pembimbing II atas tuntunan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Seluruh
Bapak/Ibu dosen yang mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

vi
penulis selama melakukan kegiatan perkuliahan dari semester I sampai semester
VI.
5. Pihak Puskesmas Denpasar Barat 2 yang telah bersedia untuk membantu dan
memfasilitasi dalam pengambilan data guna menyelesaikan proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Keluarga dan sahabat yang selalu mendukung, membantu dan memberi motivasi.
7. Triska, I Wayan Dina Kariana dan Kade Bagus Surupa Nanda selaku rekan
seperjuangan dalam menyelesaikan proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat kemampuan penulis yang masih sangat terbatas, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
penyempurnaan dalam penyusunan laporan berikutnya. Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan maupun kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis berharap semoga hasil penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
yang berasal dari kalangan umum dan penulis dari kalangan khusus.

“Om Santhi, Santhi, Santhi Om”

Denpasar, 28 Juni 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

Berkembangnya zaman pola makan dan gaya hidup orang berubah. Perubahan ini
mengarah pada hal-hal buruk. Penelitian epidemiologi di Indonesia menyebutkan
prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 1,5-2,3% pada usia lebih dari 15 tahun.
Tingginya prevalensi DM disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan
genetis dan paparan terhadap lingkungan. Pengetahuan dalam memanajemen diabetes
melitus sangat penting karena dapat mempengaruhi cara hidup pasien dalam
mengelola penyakitnya. Edukasi memegang peranan penting dalam membangun
pengetahuan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis setelah pemberian
informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat
II Denpasar Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
rancangan eksperimental one-group pretest-posttest untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat yang melibatkan satu subjek yang diberikan tes awal, perlakuan dan tes
akhir (pengukuran setelah perlakuan). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Hasil penelitian yang berjumlah 45 responden yang kemudian
diperoleh hasil rata-rata persentase nilai pretest 75,86% dan rata-rata persentase nilai
posttest 90,61% dengan selisih 14,75%. Data selanjutnya dianalisis dengan uji t-test
berpasangan non parametrik Wilcoxon diperoleh hasil terjadinya peningkatan
pengetahuan bermakna p = 0,0001 ( p ≤ 0,05) setelah diberikan informasi dengan
metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.

Kata Kunci : Informasi, Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan), Peningkatan


Pengetahuan

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSYARATAN.............................................................................ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN............................................................iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI..............................................iv
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN........................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis.....................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................4

2.1 Diabetes Melitus .........................................................................................4


2.1.1. Definisi Diabetes Melitus.....................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus..................................................................4
2.1.3 Gejala Diabetes Melitus.........................................................................5

ix
2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Melitus.............................................................6
2.1.5 Terapi Untuk Diabetes Melitus..............................................................7
2.1.5.1 Terapi Non Farmakologi.................................................................7
2.1.5.2 Terapi Farmakologi..........................................................................8
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan.............................................................................9
2.2.2 Tingkat Pengetahuan............................................................................10
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...............................11
2.2.4 Cara Mengukur Pengetahuan...............................................................13
2.3 Media.........................................................................................................13
2.4.1 Definisi Media.....................................................................................13
2.4.2 Komunikasi Efektif..............................................................................13
2.4.3 Penggolongan Media Pendidikan Pengetahuan...................................14
2.4 Prolanis......................................................................................................15
2.5.1 Definisi Prolanis ..................................................................................15
2.5.2 Tujuan Prolanis ...................................................................................15
2.5.3 Bentuk Penatalaksanaan Prolanis........................................................15
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................16

3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................16


3.2 Variabel Penelitian.....................................................................................17
3.2.1 Variabel Independen (Bebas)...............................................................17
3.2.2 Variabel Dependen (Terikat)...............................................................17
3.3 Definisi Operasional..................................................................................17
3.4 Hipotesis....................................................................................................18
3.5 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................18
3.6 Rancangan Penelitian.................................................................................19
3.6.1 Jenis Penelitian.....................................................................................19
3.6.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian.............................19

x
3.6.2.1 Populasi..........................................................................................19
3.6.2.2 Sampel............................................................................................20
3.6.2.3 Teknik Sampling............................................................................20
3.6.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................21
3.6.4 Instrumen Penelitian............................................................................22
3.6.5 Prosedur Penelitian..............................................................................23
3.6.6 Pengolahan dan Analisis Data.............................................................23
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................26

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner..........................................26


4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner..............................................................26
4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner.........................................................27
4.2 Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta
Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur
dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun
2019……………………………………………………………………...28
4.2.1 Deskriktif Karakteristik Responden Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode
Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II
Denpasar Barat Tahun 2019....................................................................28
4.3 Nilai Hasil Pretest dan Posttest Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan
Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II
Denpasar Barat Tahun 2019.......................................................................31
4.4 Persentase Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Tingkat Pengetahuan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian
Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019..............................33

xi
4.5 Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan
Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019......34
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................35

5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner..........................................35


5.2 Deskriktif Karakteristik Responden Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi
(Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat
Tahun 2019................................................................................................35
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.........................36
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................36
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan..............................37
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...............................38
5.3 Hasil Pertanyaan Kuesioner Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode
Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar
Barat Tahun 2019.......................................................................................38
5.4 Persentase Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Tingkat Pengetahuan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian
Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019..............................42
5.5 Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan
Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019......43
BAB VI PENUTUP..............................................................................................45

6.1 Simpulan....................................................................................................45
6.2 Saran..........................................................................................................45

xii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................46

LAMPIRAN.........................................................................................................50

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian................................................................................24


Tabel 3.2 Interval Nilai Pretest dan Posttest..........................................................28
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner................................................................31
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...........................33
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..........................................34
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan................................35
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................36
Tabel 4.6 Hasil Pretest dan Posttest Tingkat Pengetahuan....................................38
Tabel 4.7 Persentase Peningkatan Pengetahuan....................................................40
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Bermakna Dari Pretest dan Posttest......................41

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................16

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar dari Kampus ...........................................................51


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian..........................................................................52
Lampiran 3. Surat Pernyataan Validasi dari Apoteker .........................................53
Lampiran 4. Surat Pernyataan Validasi dari Apoteker..........................................54
Lampiran 5. Surat Pernyataan Validasi dari Dosen Bahasa Indonesia..................55
Lampiran 6. Kuesioner...........................................................................................56
Lampiran 7. Media Brosur.....................................................................................60
Lampiran 8. Data Penelitian Pasien Prolanis DM Tipe 2......................................61
Lampiran 9. Tabel Tabulasi Data ..........................................................................63
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas........................................................................64
Lampiran 11. Hasil Uji Beda Non Paramerik........................................................64
Lampiran 12. Hasil Uji Wilcoxon..........................................................................64
Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas.......................................................................64
Lampiran 14. Gambar Kegiatan Senam Lansia.....................................................65
Lampiran 15. Gambar Kegiatan Pemberian Pengetahuan.....................................65
Lampiran 16. Gambar Pengambilan Data dengan Kuesioner 1............................66
Lampiran 17. Gambar Pengambilan Data dengan Kuesioner 2.............................66

xvi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ADH : Anti Diuretic Hormone


BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DM : Diabetes Melitus
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
GODM : Gestasional Onset Diabetes Melitus
Kemenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Permenkes RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perseorangan
UPT : Unit Pelaksana Teknis

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya zaman, pola makan dan gaya hidup
kebanyakan orang berubah. Perubahan ini mengarah pada hal-hal yang buruk. Saat ini
semakin banyak orang yang beralih dari gaya hidup mandiri ke gaya hidup yang
bergantung dengan teknologi. Banyak orang lebih suka makan fast food dari pada
masakan sendiri. Padahal fast food merupakan makanan yang kurang menyehatkan,
nilai gizinya tidak seimbang alias tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah serat (Hans
Tandra, 2017).
Penelitian epidemiologi di Indonesia menyebutkan prevalensi diabetes melitus
tipe 2 sebesar 1,5-2,3% pada usia lebih dari 15 tahun. Tingginya prevalensi DM
disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan
terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan
faktor risiko DM tipe 2 adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah
kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas. Selain pola
makan yang tidak seimbang, aktivitas fisik juga merupakan factor risiko dalam
memicu terjadinya DM (Alarcon dkk, 2015).
Pengetahuan dalam memanajemen diabetes melitus sangat penting karena dapat
mempengaruhi cara hidup pasien dalam mengelola penyakitnya (Nakamireto, 2016).
Menurut Risnasari (2014), pengetahuan pasien mengenai pencegahan DM dan
komplikasinya masih sangat minim, karena menganggap komplikasi yang terjadi
bukan akibat dari menderita DM. Melihat masih kurangnya pengetahuan tentang DM,
maka pendidikan kesehatan sangatlah diperlukan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan (Juwitaningtyas, 2014). Komplikasi dari DM dapat dikurangi dengan
mengendalikan 4 pilar penatalaksanaan yaitu edukasi, diet, aktifitas fisik, pengobatan

1
2

dan kepatuhan (Putri, 2013). Dalam 4 pilar penatalaksanaan DM, edukasi memegang
peranan utama yang akan menjadi dasar membangun pengetahuan (Aljoudi & Taha,
2009).
Penggunaan media yang menarik dan mudah dipahami akan menstimulus
pemahaman yang optimal. Media visual pendidikan kesehatan seperti brosur, leaflet,
poster, kini banyak dimanfaatkan untuk promosi kesehatan bagi penderita DM. Akan
tetapi, perpaduan penggunaan media audio dan visual (audio visual) ternyata
memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan media cetak tersebut. Pada pasien
DM, edukasi melalui media audio visual ternyata mempengaruhi pengetahuan dan
kepatuhan (Tjahyono, 2013), menurunkan tingkat kecemasan (Indey, 2012), serta
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang DM. Oleh karena itu, media audio
visual dapat menjadi rekomendasi bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan dan pasien diabetes akan meningkat.

Penelitian Rismawati (2012) yaitu Berdasarkan hasil penelitian pada remaja


sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan media brosur dan audio visual
tentang pengaruh peningkatan pemberian informasi menunjukkan perbedaan pada
nilai pengetahuan 0,00 sebelum intervensi dan nilai 11,00 sesudah intervensi (p =
0,001 atau p < 0,05) dengan selisih sebesar > 10. Hasil penelitian ini menyatakan
adanya peningkatan yang signifikan terhadap pengetahuan informasi pada responden
dengan DM tipe 2 pada kelompok eksperimen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pada paparan di atas, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut: Adakah peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2
peserta prolanis setelah pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan
lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019 ?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
adanya peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis
setelah pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi serta pengetahuan mengenai


pemberian informasi dengan media kombinasi (brosur dan lisan) terhadap
pengetahuan pasien prolanis Diabetes Melitus di UPT Kesehatan Masyarakat II
Denpasar Barat Tahun 2019.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dari penelitian ini dapat diketahui adanya peningkatan pengetahuan pasien


diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis setelah pemberian informasi dengan metode
kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun
2019 sehingga memberikan alternatif untuk pengembangan media dengan metode
terbaik untuk peningkatan pengetahuan pasien di pelayanan kesehatan khususnya
UPT Kesehatan Masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan


hiperglikemia (kadar gula darah melebihi normal) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin yang tidak adekuat, atau keduanya (American Diabetic
Association, 2016). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Pada penyakit ini glukosa tidak dapat diproses masuk kedalam sel untuk
dimanfaatkan sebagai energi, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
(hiperglikemia) (Nugroho, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus ini terdiri dari beberapa klasifikasi, yakni sebagai berikut :

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM Tipe 1). Diabetes tipe 1 atau disebut
juga dengan insulin dependent adalah mereka yang menggunakan insulin oleh
karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1,
badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik,
virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien
Diabetes Melitus tipe 1. Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika (keturunan),
faktor imunologik dan faktor lingkungan.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DM Tipe 2). Diabetes tipe ini disebut
juga dengan insulin requirement adalah mereka yang membutuhkan insulin
sementara atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar
gula darah normal, oleh karena badan tidak dapat respon terhadap insulin.

4
5

Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin yaitu banyaknya
jumlah insulin tapi tidak berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau
karena gangguan sekresi atau produksi insulin. Diabetes Melitus Tipe 2 menjadi
semakin umum oleh karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan
olahraga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu
usia lebih dari 65 tahun, obesitas serta riwayat keluarga.
3. Diabetes Melitus Kehamilan atau Gestasional Onset Diabetes Melitus (GODM).
GODM ini terjadi pada wanita yang tidak menderita DM sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta.
4. DM tipe lain dapat disebabkan oleh sindrom atau kelainan lain, infeksi, obat atau
zat kimia, pankreatektomi, insufisiensi pankreas akibat pankreatitis dan gangguan
endokrin (Noerhayati tatik, 2014).

2.1.3 Gejala Diabetes Melitus


Tanda dan gejala pada Penyakit DM menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI, 2011) adalah sebagai berikut :

1. Polyuria (Peningkatan pengeluaran urine/banyak kecing)


2. Polydipsia (Peningkatan rasa haus/banyak minum)
Akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel akan berdisfusi keluar sel mengikuti penurunan gradie konsentrasi ke
plasma yang hipotonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran Anti Diuretic Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
3. Polyphagia (Peningkatan rasa lapar/banyak makan)
4. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik
6

5. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul


Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di lipatan kulit seperti di
ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
6. Kesemutan, kram, rasa baal akibat terjadinya neuropati
7. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
8. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
9. Mata kabur
Disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia, mungkin juga disebabkan pada korpus vitreum (Perkeni,
2011).

2.1.4 Faktor Risiko


Faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2 menurut (American Diabetic Association,
2016) dengan modifikasi terdiri dari :

1. Faktor Risiko Mayor


a. Riwayat Keluarga dengan Diabetes Melitus (anak penyandang diabetes).
b. Obesitas
c. Ras dan etnik
d. Kurang aktivitas fisik
e. Hipertensi
f. Kolestrol tidak terkontrol
2. Faktor Risiko Lainnya
a. Faktor nutrisi
b. Konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok
c. Konsumsi kopi dan kafein
d. Faktor stress
e. Lama tidur
7

2.1.5 Terapi Untuk Diabetes Melitus


2.1.5.1 Terapi Non Farmakologi
1. Diet
Diet yang baik merupakan kunci dari keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi yang baik sebagai
berikut : Karbohidrat : 60-70%, Protein : 10-15%, Lemak : 20-25%.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi
resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam
salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi
kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan
setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan
waktu harapan hidup.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25
gram per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan
berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa
lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral (Ditjen Binfar, 2005).
2. Olahraga
Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), olahraga adalah aktivitas fisik
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani
(fitness atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi
organ dan fungsi fisiologis tubuh. Olahraga merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan
kebugaran. Latihan fisik merupakan suatu upaya untuk mengurangi kelebihan lemak
8

sekaligus untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik serta dapat
meningkatkan kemampuan fungsional (Kusumaningtyas, 2011).

2.1.5.2 Terapi Farmakologi


1. Golongan Sulfoniluera
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai
beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral
merupakan golongan sulfoniluera. Obat hipoglikemik oral golongan sulfoniluera
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru
dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfoniluera sebaiknya tidak diberikan pada penderita
gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi
insulin di kelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pancreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi
setelah pemberian senyawa-senyawa sulfoniluera disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa, karena terjadi pada saat glukosa gagal merangsang
sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi
insulin. Oleh sebab itu, obat-obat golongan sulfoniluera sangat bermanfaat untuk
penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin,
tetapi karena sesuatu hal terlambat sekresinya. Pada penderita kerusakan sel-sel β
Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat hipoglikemik oral golongan
sulfoniluera tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfoniluera menghambat degradasi
insulin oleh hati. (Ditjen Binfar, 2005).
2. Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat hipoglikemik
generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan sullfoniluera. Kedua
golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi
insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan
9

meglitinida dan turuna fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-
obat antidiabetik oral lainnya (Ditjen Binfar, 2005).
3. Golongan Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak
merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral
saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak digunakan/dipakai dibeberapa
negara termasuk Indonesia karena frekuensi terjadinya asidosislaktat cukup sedikit
asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi hati dan ginjal
(Ditjen Binfar, 2005).
4. Golongan Tiazolidindon (TZD)
Senyawa golongan tiazolidindon bekerja meningkatkan kepekaa tubuh terhadap
insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferator activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak dan hati untuk menurunkan kecepatan
glikoneogenesis (Ditjen Binfar, 2005).
5. Golongan Inhibitor α-Gukosidase
Senyawa-senyawa inhibitor α-gukosidase bekerja menghambat enzimalfa
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat
mengurangi peningkatan kadar glukosa postprandial pada penderita diabetes (Ditjen
Binfar, 2005).

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikiya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
10

Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan


tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,
2011).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan adalah seberapa pengalaman seseorang dalam menghadapi,
memahami, memperdalam perhatian seperti bagaimana manusia menyelesaikan
konsep-konsep baru dan kemampuan dalam belajar. Menurut Notoatmodjo (2010),
untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang dalam domain kognitif, terdiri dari
enam tingkatan yaitu:
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang diterima.
1. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara luas.

2. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
11

3. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Diharapkan dengan
pengetahuan ibu hamil yang baik maka ibu dapat memberikan tindakan yang
positif khususnya dalam pemenuhan gizi ibu hamil.
Menurut Arikunto (2006), tingkatan pengetahuan dikategorikan berdasarkan nilai
sebagai berikut:
1. Pengetahuan baik: mempunyai nilai pengetahuan > 75%.
2. Pengetahuan cukup: mempunyai nilai pengetahuan 60%-75%.
3. Pengetahuan kurang: mempunyai nilai pengetahuan < 60%.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak (2007), adapun faktor-faktor yang memperngaruhi
pengetahuan yaitu :

1. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain


terhadap sesuatu hal dapat dipahami oleh mereka. Menurut Notoatmodjo
(2011) pendidikan merupakan salah satu kegiatan atau proses pembelajaran
untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A. (1996),
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
12

peroleh, pada umumnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik


pula pengetahuannya.
2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya umur dapat berpengaruh terhadap pertambahan pengetahuan
yang didapatkannya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelnag usia
lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang (Ahmadi, 2001).
4. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.
5. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
6. Kebudayaan Lingkungan Sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap ini.
7. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membuat
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut
Notoatmodjo (2011), informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu
bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan
terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang.

Jadi, dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil
dari proses mencari tahu, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
dapat menjadi dapat. Proses mencari tahu ini terdiri dari 48 mencakup berbagai
metode dan konsep-konsep baik, melalui proses pendidikan maupun pengalaman.
13

2.2.4 Cara Mengukur Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat
tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnyan dilakukan
penilaian dimana setiap jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi
nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Media
2.3.1 Definisi Media
Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar, hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Media memiliki fungsi
untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Media berfungsi
membantu mengurangi ketidakjelasan bahan ajar yang disampaikan (Mubarak, 2007).

2.3.2 Komunikasi Efektif

Komunikasi akan dapat berjalan dengan efektif apabila ada beberapa aturan dan
kaidah yang diikuti, yaitu:

1. Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain. Setiap orang yang melakukan komunikasi harus mampu
mendengar dan dan siap menerima masukan apapun dengan sikap yang positif.
Hal ini akan sangat sulit dilakukan dengan orang yang tidak dapat dikritik atau
tidak siap menerima kritik. Menerima kritik memang tidak mudah. Tetapi
kemampuan untuk menerima apapun masukan dengan sikap baik akan membawa
pengaruh positif pada orang tersebut.
2. Pesan diterima oleh penerima pesan dan dapat didengarkan dengan baik.
Hal ini berkaitan dengan media yang digunakan. Seringkali orang melakukan
komunikasi dengan individu maupun kelompok, tetapi pesan tidak dapat dipahami
karena media atau alat yang digunakan tidak mendukung. Misalnya, suara di
telepon putus-putus, atau microphon yang mendengung, atau suara di telepon yang
14

terlalu lemah. Beberapa hal tersebut mengakibatkan penerima pesan kesulitan


memahami isi pesan. Akibatnya selain tidak respon, pemberi pesan justru tidak
akan didengarkan atau diperhatikan.
3. Kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi. Hampir mirip
efeknya dengan permasalahan media yang rusak, maka bagian ini berkaitan
dengan kejelasan isi pesan itu sendiri. Misalnya apabila pemberi pesan
menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh penerima pesan, maka jelas
akan sulit bagi penerima pesan untuk memahami isi pesan dan akhirnya umpan
balik juga tidak akan muncul. Demikian juga bila pemberi pesan tidak jelas dalam
menyampaikan pesan akibat penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan latar
belakang penerima pesan, maka akan muncul berbagai interpretasi. Akhirnya isi
pesan akan bergeser, dan komunikasi tidak dapat mencapai tujuannya (Deddy
Mulyana, 2000).

2.3.3 Penggolongan Media Pendidikan Pengetahuan


a. Berdasarkan Bentuk Umum Penggunaannya
1. Bahan Bacaan : modul, buku rujukan, leaflet, majalah
2. Bahan Peragaan : poster tunggal, poster seri, flipchart, slide
b. Berdasarkan Cara Produksi
1. Media cetak
2. Media elektronik
3. Media luar ruangan (Notoatmojo, 2010)
c. Berdasarkan Bentuknya
1. Media grafis
2. Media audio-visual
3. Media proyeksi diam
d. Berdasarkan Jenis
1. Media auditif
2. Media visual dan media audio visual (Mubarak, 2007).
15

2.4 Program Prolanis


2.4.1 Definisi Prolanis
Prolanis adalah suatu system pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS, 2014).

2.4.2 Tujuan Prolanis


Mendorong peserta penyadang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal
dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit diabetes
mellitus Tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait, sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit (Depkes RI, 2008).

2.4.3 Bentuk Penatalaksanaan Prolanis


Aktifitas dalam prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, home visit,
reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan. Dengan aktifitas yang
dilakukan yaitu :

1 Konsultasi medis peserta prolanis dengan jadwal konsultasi disepakati bersama


antara peserta dengan fasilitas kesehatan pengelola.
2 Edukasi kelompok peserta prolanis.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Tingkat pemberian informasi Penelitian Dari dkk (2014)


penggunaan obat dan pengetahuan pasien menunjukkan bahwa
mengenai pencegahan DM masih sangat penelitian menggunakan
minim, melihat masih kurangnya metode kombinasi
pengetahuan tentang DM, maka sangatlah efektif untuk
pendidikan kesehatan sangatlah peningkatan pengetahuan
diperlukan untuk dapat meningkatkan pasien diabetes melitus
pengetahuan (Juwitaningtyas, 2014). tipe 2.

Diharapkan dengan pemberian informasi melalui metode kombinasi (brosur


dan lisan) dapat meningkatkan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2
sehingga dapat tercapainya terapi pengobatan yang diinginkan.

Adakah peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 peserta


prolanis setelah pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan
lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019?

Diduga pemberian informasi dengan metode informasi kombinasi (brosur dan


lisan) dapat meningkatkan pengetahuan pasien prolanis Diabetes Melitus Tipe
2 di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


16
17

3.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Nursalam, 2013).

3.2.1 Variabel Independen (Bebas)


Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Riyanto,
2011). Pada penelitian ini variabel independen adalah pemberian informasi dengan
metode kombinasi (brosur dan lisan).

3.2.2 Variabel Dependen (Terikat)


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (Riyanto,
2011). Pada penelitian ini variabel dependennya adalah peningkatan pengetahuan
pasien diabetes melitus peserta prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar
Barat.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-
variabel yang diamati/diteliti (Notoadmodjo, 2010).

1. Pemberian informasi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam interaksi


pasien dengan tenaga kesehatan atau yang bukan tenaga kesehatan atau non
kesehatan berupa penjelasan tentang rencana atau asuhan medis, keperawatan,
non medis dengan menggunakan media kombinasi (brosur dan lisan).
2. Pengetahuan merupakan pemahaman pasien terhadap isi informasi yang
disajikan dalam media kombinasi (brosur dan lisan).
3. Peningkatan pengetahuan adalah hasil selisih post test dan pre test yang
disajikan dalam persentase.
4. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang peneliti telah uji validitas dan
reliabilitasnya.
18

5. Sampel penelitian yang dimaksud adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
mengikuti prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat Denpasar II Barat yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
6. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Lokasi penelitian dilakukan di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
7. Pasien prolanis adalah pasien yang mengikuti program prolanis diabetes
melitus tipe di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
8. Media kombinasi (brosur dan lisan) merupakan suatu alat yang digunakan
dalam penelitian yang berupa tulisan dan lisan.

3.4 Hipotesis
Diduga adanya peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 peserta
prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.

3.5 Ruang Lingkup Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat,
waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan dimulai dengan pengujian kuisoner hingga
pengolahan hasil penelitian.
19

3.1 Tabel Kegiatan Penelitian

Bulan Tahun 2019


No Kegiatan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
1 Persiapan materi
2 Pengumpulan
Pustaka

3 Pelaksanaan
penelitian
4 Pengumpulan
data
5 Analisis data
6 Pembuatan
laporan
7 Ujian KTI

3.6 Rancangan Penelitian


3.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen atau
penelitian yang belum sepenuhnya memperhatikan prinsip eksperimen, yakni adanya
atau kelompok pembanding (Sugiyono, 2015). Pada penelitian ini dilakukan
pengisian kuesioner tanpa adanya intervensi di awal tetapi akan diberikan intervensi
setelah pengisian kuesioner. Dengan jenis rancangan eksperimental one-group
pretest-posttet yang dilakukan di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat
Tahun 2019.
20

3.6.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian


3.6.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo,


2012). Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik
yang ditentukan (Riyanto, 2011). Pada penelitian ini populasi penelitiannya adalah
semua pasien peserta prolanis Diabetes Melitus Tipe 2 di UPT Kesehatan Masyarakat
II Denpasar Barat.

3.6.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi
(Riyanto, 2011). Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi tersebut (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah Pasien
peserta prolanis Diabetes Melitus Tipe 2 UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar
Barat Tahun 2019.

Adapun kriteria sampel yang harus dipenuhi yakni kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi
target dan sumber. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria dari subjek penelitian
yang tidak boleh ada (Riyanto, 2011).

Kriteria Inklusi :
1. Pasien diabetes melitus dan merupakan peserta prolanis.
2. Pasien bersedia mengisi kuisoner yang telah dibuat oleh peneliti.

Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang buta huruf.

3.6.2.3 Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonrandom dengan
metode Purposive Sampling. Dimana sampel dengan metode Purposive Sampling
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
21

berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Saryono
(2011) terdapat berbagai pertimbangan dalam menentukan besar sampel, diantaranya
pertimbangan praktis, pertimbangan metodelogis dan pertimbangan lainnya. Apabila
populasi sudah diketahui maka rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah rumus slovin. Dengan rumus sebagai berikut:

N
n= 2 ………………………………………..…persamaan 3.1
N . d +1

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi ( orang)
d2 = presisi yang ditetapkan (0,05)
Perhitungan sampel penelitian di Puskesmas Denpasar Barat:

N
n= 2
N . d +1

50
n= 2
50 .0,05 +1

= 44,444 (45 orang)

Dengan demikian jumlah minimal sampel yang bisa diambil sebanyak 45 orang.

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data


Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan
matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Sebelum kuesioner disebarkan kepada
responden, kuesioner terlebih dahulu diuji cobakan kepada 30 responden uji coba,
yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reabilitas dari suatu instrument
penelitian (Riyanto, 2011).
22

1) Uji Validitas Kuesioner


Validitas merupakan ketepatan pengukuran, valid artinya hasil ukur yang
diberikan alat ukur tersebut sesuai dengan tujuan awalnya. Dengan
menggunakan metode Pearson Correlation.
2) Uji Reabilitas Kuesioner
Reabilitas merupakan kestabilan pengukuran, alat ukur dikatakan realibel
jika hasil dari pengukuran sama walau dilakukan secara berulang-ulang. Dengan
menggunakan metode Cronbach’s Coefisien Alpha.
3) Analisis Data penelitian
Kuesioner yang telah divalidasi disebarkan pada pasien diabetes melitus
perserta prolanis yang mengikuti kegiatan senam maupun kegiatan kesehatan
lainnya, setelah pengisian kuesioner peserta akan diberikan intervensi mengenai
pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

3.6.4 Instrumen Penelitian


Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik dan matang dimana responden hanya perlu memberikan jawaban atau
dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Adapun pernyataan di
dalam kuesioner terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Terdiri dari identitas responden


2. Terdiri dari petunjuk pengisian kuesioner
3. Terdiri dari 22 pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasien
yang disampaikan melalui media edukasi kombinasi (brosur dan lisan).
23

3.6.5 Prosedur Penelitian


Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :

1. Penyusunan proposal
2. Membuat media kuesioner .
3. Penyusunan kuesioner pengetahuan pasien peserta prolanis
4. Kemudian kuesioner akan di bawa ke Ahli Bahasa dan 2 Apoteker untuk
disesuaikan tata bahasanya.
5. Peneliti mengurus surat pengambilan data pasien Diabetes Melitus peserta
Prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat ke Dinas Kesehatan
Kota Denpasar.
6. Penyebaran kuesioner kepada pasien Diabetes Melitus peserta Prolanis di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat setalah kegiatan senam dan
pengecekan kesehatan.
7. Pengumpulan hasil kuesioner.
8. Perekapan data kuesioner.
9. Pengolahan dan analisis hasil data kuesioner.

3.6.6 Pengolahan dan Analisis Data


Data dari survei penyebaran kuesioner dianalisis dengan Analisis Bivariate.
Dimana data diuji dengan program SPSS, karena penelitian ini menguji adanya
pengaruh dari pemberian informasi penggunaan obat dengan tingkat pengetahuan dari
pasien peserta prolanis DM tipe 2 di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat
dengan uji yang digunakan adalah uji beda rata-rata.

Uji beda dilakukan dengan dua alternatif metode yaitu uji statistik parametrik
atau uji statistik non-parametrik. Penentuan pemakaian metode uji dilakukan
berdasarkan hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk). Bila hasil uji menunjukkan data
24

terdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik. Berikut langkah-


langkahnya:

1. Interval Nilai Pretest dan Posttest


Tabel 3.2 Interval Nilai Pretest dan Posttest

Interval Kategori

<55% Rendah

56% - 75% Sedang

>76% Tinggi

2. Uji Normalitas
Data harus diuji normalitasnya untuk mengetahui apakah data terdistribusi
dengan normal. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data uji
mempunyai distribusi normal atau tidak. Data uji yang baik adalah yang
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan
adalah dengan menggunakan statistik Shapiro-Wilk. Kriteria yang digunakan
dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang
didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan
berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2006). Untuk data yang
terdistribusi normal dianalisa dengan uji parametrik, jika data tidak
terdistribusi normal maka data perlu proses transform untuk mendapatkan data
terdistribusi normal. Apabila setelah transform data, data tetap tidak
terdistribusi normal data awal dapat digunakan namun dianalisis dengan uji
non parametrik.
3. Data yang terdistribusi normal dianalisa dengan uji beda t berpasangan
(paired sample t-test). Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah
25

dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda
(Ghozali, 2006).
4. Uji statistik non-parametrik adalah uji yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi. Data yang tidak
terdistribusi normal dianalisa dengan uji Willcoxon. Uji Willcoxon adalah uji
non parametrik yang didasarkan atas dasar ranking dan uji ini akan sangat
bermanfaat kalau data yang digunakan adalah data yang berskala ordinal. Uji
Willcoxon digunakan untuk mengisi signifikansi hipotesis komparatif 2 (dua)
sampel independen yang berukuran sama dan datanya berbentuk ordinal.
Menurut Wahid Sulaiman (2002), uji Willcoxon digunakan untuk mengisi
signifikansi hipotesis komparatif 2 (dua) sampel independen yang berukuran
sama dan datanya berbentuk ordinal.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner yang digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat yang dilakukan pengujian sendiri dengan hasil sebagai
berikut:

4.1.1 Hasil uji validitas kuesioner


Uji validitas kuesioner menggunakan uji korelasi product moment person yang
membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Nilai r dalam tabel untuk responden
berjumlah 30 orang dengan nilai signifikan 5% sebesar 0,361. Apabila nilai r hitung
>0,361 dikatakan valid, sebaliknya apabila nilai r hitung <0,361 dikatakan tidak
valid.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas kuesioner


No Tingkat Pengetahuan
Pertanyaan Responden Keterangan Kesimpulan

r hitung r tabel

1 0,619 0,361 r tabel Valid

2 0,592 0,361 r tabel Valid

3 0,614 0,361 r tabel Valid

4 0,716 0,361 r tabel Valid

5 0,592 0,361 r tabel Valid

6 0,701 0,361 r tabel Valid

7 0,803 0,361 r tabel Valid

26
27

8 0,870 0,361 r tabel Valid

9 0,803 0,361 r tabel Valid

10 0,748 0,361 r tabel Valid

11 0,702 0,361 r tabel Valid

12 0,688 0,361 r tabel Valid

13 0,790 0,361 r tabel Valid

14 0,855 0,361 r tabel Valid

15 0,866 0,361 r tabel Valid

16 0,610 0,361 r tabel Valid

17 0,790 0,361 r tabel Valid

18 0,888 0,361 r tabel Valid

19 0,520 0,361 r tabel Valid

20 0,682 0,361 r tabel Valid

21 0,749 0,361 r tabel Valid

22 0,716 0,361 r tabel Valid

Berdasarkan tabel 4.1 dimana dilakukan pengujian terhadap 22 pertanyaan kepada


30 orang responden semua pertanyaan hasilnya valid.

4.1.2 Hasil uji reliabilitas kuesioner


Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Pertanyaan yang valid diuji kembali dan kemudian dilakukan pengujian reliabilitas
dengan menggunakan metode Cronbach’s Coefisien Alpha. Jika nilai alpha >0,60
(lebih dari 0,60) maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan reliabel. Setelah dilakukan
pengujian nilai Cronbach’s Coefisien Alpha yang diperoleh 0,956 yang berarti
28

kuesioner telah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat dalam pengambilan data
untuk penelitian.

4.2 Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2


Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi
(Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun
2019
Peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis setelah
pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat yang didapatkan jumlah sampel 45 responden.

4.2.1 Deskritif Karakteristik Responden Pasien Diabetes Melitus Tipe 2


Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi
(Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun
2019
a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %


(n=45)

1 Laki - laki 21 47%

2 Perempun 24 53%

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui persentase dari 45 responden yang menjadi


sampel penelitian, dimana laki-laki berjumlah 21 orang (47%) dan perempuan 24
orang (53%)
29

b. Karakteristik responden berdasarkan usia


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi usia pasien diabetes melitus peserta prolanis

No Usia Jumlah Persentase %


(n=45)

1 48 – 52 4 9%

2 53 – 57 4 9%

3 58 – 62 9 20%

4 63 – 67 15 33%

5 68 – 72 7 16%

6 73 – 77 5 11%

7 78 – 82 1 2%

Berdasarkan tabel 4.3 dari 45 responden yang menjadi sampel penelitian


termasuk ke dalam usia lansia dengan usia tertua 81 tahun dan termuda 48 tahun.
Dimana persentase yang diperoleh usia 48-52 sebanyak 9%, usia 53-57 sebanyak 9%,
usia 58-62 sebanyak 20%, usia 63-67 sebanyak 33%, usia 68-72 sebanyak 16%, usia
73-77 sebanyak 11%, usia 78-82 sebanyak 2%.

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan


Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan faktor pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase %


(n=45)

1 Sekolah Dasar (SD) 10 22%

2 Sekolah Mengah 10 22%


Pertama (SMP)
30

3 Sekolah Menengah Atas 17 38%


(SMA)

4 S1 8 18%

Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil penelitian 45 responden yang menjadi sampel
penelitian sekolah menengah atas memiliki tingkat pendidikan tertinggi sebanyak
38% (17 orang), sekolah menengah pertama sebanyak 22% (10 orang), sekolah dasar
sebanyak 22% (10 orang) dan S1 sebanyak 18% (8 orang).

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan faktor pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %


(n=45)

1 Pensiunan 10 22%

2 Ibu rumah tangga 10 22%

3 Pegawai swasta 17 38%

4 Pedagang 8 18%

Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.5 yang diuji sebanyak 45 orang
responden yang memiliki pekerjaan berbeda-beda dimana pekerjaan terbanyak
sebagai pewagai swasta sebanyak 17 orang (38%), ibu rumah tangga sebanyak 10
orang (22%), pensiunan sebanyak 10 orang (22%) dan pedagang 8 orang (18%).
31

4.3 Nilai Hasil Pre test dan Post test Tingkat engetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan
Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II
Denpasar Barat Tahun 2019
Tabel 4.6 Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan
Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.

No Indikator Pertanyaan Pre Test Post Test Selisih


Tahu Tidak Tahu Tidak Tahu
Tahu Tahu

N % N % N % N % N %
1 Diabetes melitus 35 77,78 10 22,22 40 88,89 5 11,11 5 11,11
merupakan penyakit
metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-
duanya
2 Faktor pemicu penyakit 38 84,44 7 15,56 42 93,33 3 6,67 4 8,89
diabetes melitus adalah
pola makan yang kurang
sehat
3 Penyakit diabetes melitus 29 64,44 16 35,56 37 82,22 8 17,78 8 17,78
disebabkan oleh faktor
genetis atau keturunan
4 Kadar gula darah normal 21 46,67 24 53,33 29 64,44 16 35,56 8 17,78
tidak lebih dari 140 mg/dl
5 Obesitas adalah faktor 39 86,67 6 13,33 44 97,78 1 2,22 5 11,11
penyebab penyakit diabetes
melitus
6 Gejala kadar gula darah 33 73,33 12 26,67 41 91,11 4 8,89 8 17,78
tinggi yaitu mata kabur,
pusing, lapar mendadak
dan gemeteran
7 Penerapan pola makan dan 40 88,89 15 11,11 43 95,56 2 4,44 3 6,67
pola hidup sehat dapat
mencegah awal penyakit
32

diabetes melitus
8 Jika saya penderita 29 64,44 16 35,56 37 82,22 8 17,78 8 17,78
diabetes melitus
kemungkinan anak-
anaknya berisiko tinggi
terkena diabetes melitus
9 Gejala kadar gula darah 41 91,11 4 8,89 45 100 0 0,00 4 8,89
rendah dapat dicegah
dengan cek gula darah
secara rutin, minum obat
sesuai aturan dokter serta
rutin kontrol ke dokter
10 Kadar gula darah ideal 20 44,44 25 55,56 32 71,11 13 28,89 12 26,67
adalah lebih dari 126 mg/dl
11 Panderita diabetes melitus 42 93,33 3 6,67 44 97,78 1 2,22 2 4,44
mengetahui obat yang
mereka gunakan
12 Metformin dan glimepiride 34 75,56 11 24,44 44 97,78 1 2,22 10 22,22
adalah 2 jenis obat untuk
penyakit diabetes melitus
13 Salah satu efek samping 29 64,44 16 35,56 40 88,89 5 11,11 11 24,44
yang mungkin terjadi dari
obat diabetes melitus yang
di konsumsi adalah mual
dan muntah
14 Penderita diabetes melitus 41 91,11 4 8,89 44 97,78 1 2,22 3 6,67
mengetahui kapan saatnya
mereka harus meminum
obat
15 Penderita diabetes melitus 34 75,56 11 24,44 41 91,11 4 8,89 7 15,56
mengetahui bahwa obat
diabetes melitus yang
digunakan dapat diminum
setelah atau sebelum
makan
16 Obat glimepiride diminum 36 80 9 20 42 93,33 3 6,67 6 13,33
satu jam sebelum makan
17 Obat diabetes melitus 30 66,67 15 33,33 40 88,89 5 11,11 10 22,22
secara umum disimpan
pada suhu kamar (20-
25°C) dan terlindung dari
sinar matahari langsung
18 Obat diabetes melitus 43 95,56 2 4,44 45 100 0 0,00 2 4,44
33

harus diminum secara rutin


19 Terapi non farmakologi 35 77,78 10 22,22 40 88,89 5 11,11 5 11,11
untuk penyakit diabetes
melitus adalah dengan
melakukan aktivitas fisik
seperti berkebun, jogging,
bersepeda santai, berenang
dan berjalan kaki
20 Penderita diabetes melitus 42 93,33 3 6,67 45 100 0 0,00 3 6,67
harus mengurangi
konsumsi
makanan/minuman yang
mengandung gula
21 Diet yang benar untuk 43 95,56 2 4,44 45 100 0 0,00 2 4,44
pasien diabetes melitus
adalah mengkonsumsi
makanan berserat seperti
gandum dan beras merah
22 Metformin secara umum 17 37,78 28 62,22 37 82,22 8 17,78 20 44,44
diminum tiga kali sehari
satu tablet sesudah makan

4.4 Persentase Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta


Prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Setelah
Pemberian Informasi
Tabel 4.7 Persentase Peningkatan Pengetahuan Pasien DM Tipe

Rata-Rata (%) Kategori Rata-Rata (%)


Kategori Selisih (%)
Pre Test Post Test

75,86 Tinggi 90,61 Tinggi 14,75

Berdasarkan tabel 4.7 dimana selisih persentase dari hasil pre test dan post test
pada jawaban ya didapatkan hasil dengan selisih 14,75%.
34

4.5 Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis


Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan)
di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019
Dari hasil data output SPSS pengujian dengan Shapiro-Wilk diperoleh hasil uji
normalitas dari skor pre test nilai (P = 0,009) dan dari skor post test nilai (P = 0,000).

Analisis Peningkatan P
Pengetahuan

Pre Test
0,0001 (p = < 0,05)
Post Test

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Bermakna Dari Pretest dan Posttest
Berdasarkan tabel 4.8 peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2
peserta prolanis setelah pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan
lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019 didapatkan hasil
dimana tergolong tinggi, dari 45 responden dengan tingkat pengetahuan tertinggi
yang memiliki nilai rata-rata 19,93%. Karena data yang diperoleh tidak terdistribusi
normal maka dilakukan uji Willcoxon. Diperoleh hasil dengan nilai p 0,000 hasil uji
menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 sehingga terdapat perbedaan signifikan
antara tingkat pengetahuan pasien peserta prolanis DM sebelum dengan sesudah
diberikan edukasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan). Adanya perbedaan
yang signifikan ini menunjukkan adanya efektifitas pemberian informasi dengan
metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien peserta prolanis DM Tipe II di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan 1 jenis kuesioner dengan
jumlah responden 45 responden, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adakah efektifitas pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan)
tehadap tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.

Penelitian pada peserta prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat


menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan pasien terhadap penggunaan obat yang
dilakukan pengujian sendiri terhadap 22 pertanyaan kepada 30 orang responden
dimana semua pertanyaan dinyatakan telah valid dengan nilai Cronbach’s Coefisien
Alpha yang diperoleh adalah 0,956. Penelitian peserta prolanis di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengambilan data penelitian
sudah reliabel.

5.2 Deskriftif Karakteristik Responden Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019
Berdasarkan karakteristik responden di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar
Barat diperoleh data yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan
pekerjaan. Pengumpulan data berupa kuesioner yang memiliki jumlah 22 pertanyaan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang diabetes melitus.

35
36

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Dalam penelitian yang dilakukan didapatkan data dari 45 orang responden yang
menjadi sampel penelitian, dimana laki-laki berjumlah 21 orang (47%) dan
perempuan berjumlah 24 orang (53%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Irawan (2010) yang menyatakan bahwa prevalensi kejadian DM Tipe
2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap
diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh
yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-
menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe2.
Sejalan dengan Lueckenotte (2004), kejadian DM lebih tinggi pada wanita dibanding
pria terutama pada DM tipe 2. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor penurunan
sensitivitas terhadap insulin oleh penurunan hormon estrogen akibat menopause.
Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak serta progesteron yang berfungsi untuk
menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak sebagai energi
(Taylor, 2008).

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Berdasarkan tabel 4.3 dan diagram 4.2 dari 45 orang responden yang menjadi
sampel penelitian termasuk ke dalam usia lansia dengan usia tertua 81 tahun dan
termuda 48 tahun. Dimana persentase yang diperoleh usia 63-67 sebanyak 33%, 58-
62 sebanyak 20%, 68-72 sebanyak 16%, 73-77 sebanyak 11%, 48-52 sebanyak 9%,
53-57 sebanyak 9%, dan 78-82 sebanyak 2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Brunner and Suddarth (2013) yang menyatakan bahwa peningkatan
usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan
insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dalam darah dan terhambatnya pelepasan
glukosa yang masuk kedalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari
37

umur responden saat pertama kali menderita DM maka dapat diketahui bahwa
semakin meningkatnya umur seseorang makan semakin besar kejadian DM tipe dua.
Selain itu, studi yang dilakukan Sujaya (2009) juga menemukan bahwa kelompok
umur yang paling banyak menderita diabetes melitus adalah kelompok umur 45-52
(47,5%). Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada
usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan
berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin (Sujaya, 2009).
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian, 45 orang responden yang menjadi sampel penelitian
sekolah menengah atas memiliki tingkat pendidikan tertinggi sebanyak 38% (17
orang), sekolah menengah pertama sebanyak 22% (10 orang), sekolah dasar sebanyak
22% (10 orang) dan S1 sebanyak 18% (8 orang). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kekenusa (2013) sebagian besar responden adalah
lulusan sekolah menengah atas (46,7%), dan sekitar 29% merupakan lulusan
perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2012) juga menunjukkan
hasil yang sama yaitu persentase tingkat pendidikan terakhir responden yang paling
besar adalah lulusan SMA/sederajat. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku
hidup sehat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan
seseorang dalam menjaga kesehatan. Latar belakang pendidikan akan membentuk
cara berpikir seseorang termasuk membentuk kemampuan untuk memahami faktor-
faktor yang berkaitan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk
menjaga kesehatan (Perry &Potter, 2005). Hal ini didukung dengan pernyataan
Notoatmodjo (2007), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
38

tinggi pemahamannya, sehingga tingkat pendidikan sangat berperan dalam


penyerapan dan pemahaman terhadap informasi.

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Berdasarkan hasil pengujian dari 45 orang responden yang memiliki pekerjaan
berbeda-beda dimana pekerjaan terbanyak sebagai pengawai swasta sebanyak 17
orang (38%), ibu rumah tangga sebanyak 10 orang (22%), pensiunan sebanyak 10
orang (22%) dan pedagang sebanyak 8 orang (18%). Menurut Sukardji (2009),
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga termasuk dalam aktifitas ringan. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009), bahwa orang yang aktifitas fisiknya
ringan memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe dua
dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat. Variabel jenis
pekerjaan berhubungan dengan aktifitas fisik dan aktifitas olahraga. Ibu rumah tangga
melakukan beberapa aktifitas di rumah seperti mencuci, memasak dan membersihkan
rumah serta banyak aktifitas lainnya yang tidak dapat dideskripsikan. Aktifitas fisik
akan berpengaruh terhadap peningkatan insulin sehingga kadar gula dalam darah
akan berkurang. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010).

5.3 Hasil Pertanyaan Kuesioner Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus


Tipe 2 Peserta Prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat
Tahun 2019
Berdasarkan hasil pengujian dari 45 responden dimana hasil pre test dan post test
tingkat pengetahuan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 peserta
prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat sebagai berikut:

Dari data hasil pre test dan post test yang dikumpulkan melalui metode kombinasi
(brosur dan lisan) dengan pengisian kuesioner oleh responden maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
39

1. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 77,78% menjadi 88,89% dengan


selisih peningkatan 11,11% untuk pertanyaan pengetahuan 1 tentang diabetes
melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hal ini
dikarenakan responden telah mengetahui tentang definisi dari diabetes melitus.
2. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 84,44% menjadi 93,33% dengan
selisih peningkatan 8,89% untuk pertanyaan pengetahuan 2 tentang faktor
pemicu penyakit diabetes melitus adalah pola makan yang kurang sehat. Hal ini
dikarenakan responden telah mengetahui faktor pemicu dari diabetes melitus.
3. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 64,44% menjadi 82,22% dengan
selisih peningkatan 17,78% untuk pertanyaan pengetahuan 3 tentang penyakit
diabetes melitus disebabkan oleh faktor genetis atau keturunan. Orang dengan
latar belakang keluarga yang memiliki satu atau lebih anggota keluarga dengan
ibu, ayah ataupun keluarga yang terkena DM akan mempunyai peluang kejadian
dua sampai enam kali lebih besar berpeluang terjadi DM dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki keturunan penyakit DM (CDC, 2011).
4. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 46,67% menjadi 64,44% dengan
selisih peningkatan 17,78% untuk pertanyaan pengetahuan 4 tentang kadar gula
darah normal tidak lebih dari 140 mg/dl. Menurut perkeni 2011 kadar gula
darah sewaktu dikatakan normal atau bukan DM apabila kadar gula darah
sewaktu mencapai kurang dari 90 mg/dl, dikatakan belum pasti DM 90-199
mg/dl dan dikatakan DM apabila kadar gula darah sewaktu sebesar lebih dari
200 mg/dl.
5. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 86,67% menjadi 97,78% dengan
selisih peningkatan 11,11% untuk pertanyaan pengetahuan 5 tentang obesitas
adalah faktor penyebab penyakit diabetes melitus. Obesitas merupakan jaringan
lemak yang berada disekitar organ di dalam perut yang dapat meningkatkan
risiko penyakit diabetes melitus sesuai bertambahnya umur.
40

6. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 73,33% menjadi 91,11% dengan


selisih peningkatan 17,78% untuk pertanyaan pengetahuan 6 tentang gejala
kadar gula darah tinggi yaitu mata kabur, pusing, lapar mendadak dan
gemeteran. Hal ini dikarenakan responden telah mengetahui gejala kadar gula
darah tinggi.
7. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 88,89% menjadi 95,56% dengan
selesih peningkatan 6,67% untuk pertanyaan pengetahuan 7 tentang penerapan
pola makan dan pola hidup yang sehat dapat mencegah awal penyakit diabetes
melitus. Hal ini dikarenakan responden telah mengetahui faktor pemicu dari
diabetes melitus.
8. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 64,44% menjadi 82,22% dengan
selisih peningkatan 17,78% untuk pertanyaan pengetahuan 8 tentang jika saya
penderita diabetes melitus kemungkinan anak-anak saya berisiko tinggi terkena
diabetes melitus.
9. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 91,11% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 8,89% untuk pertanyaan pengetahuan 9 tentang gejala kadar gula
darah rendah dapat dicegah dengan cek gula darah secara rutin, minum obat
sesuai aturan dokter serta rutin kontrol ke dokter.
10. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 44,44% menjadi 71,11% dengan
selisih 26,67% untuk pertanyaan pengetahuan 10 tentang kadar gula darah ideal
adalah lebih dari 126 mg/dl.
11. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 93,33% menjadi 97,78% dengan
selisih 4,44% untuk pertanyaan pengetahuan 11 tentang penderita diabetes
melitus mengetahui obat yang mereka gunakan.
12. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 75,56% menjadi 9,78% dengan selisih
peningkatan 22,22% untuk pertanyaan pengetahuan 12 tentang metformin dan
glimepiride adalah 2 jenis obat untuk diabetes melitus.
13. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 64,44% menjadi 88,89% dengan
selisih peningkatan 24,44% untuk pertanyaan pengetahuan 13 tentang salah satu
41

efek samping yang mungkin terjadi dari obat diabetes melitus yang di konsumsi
adalah mual dan muntah. Penggunaan obat DM memiliki aksi farmakologi
aktivasi reseptor selektif serotonin tipe 3 yang menyebabkan gangguan
gastrointestinal seperti mual dan muntah.
14. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 91,11% menjadi 97,78% dengan
selisih peningkatan 6,67% untuk pertanyaan pengetahuan 14 tentang penderita
diabetes melitus mengetahui kapan saatnya mereka harus meminum obat.
15. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 75,56% menjadi 91,11% dengan
selisih peningkatan 15,56% untuk pertanyaan pengetahuan 15 tentang penderita
diabetes melitus mengetahui bahwa obat diabetes melitus yang digunakan dapat
diminum setelah atau sebelum makan.
16. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 80,00% menjadi 93,33% dengan
selisih peningkatan 13,33% untuk pertanyaan pengetahuan 16 tentang obat
glimepiride diminum satu jam sebelum makan.
17. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 66,67% menjadi 88,89% dengan
selisih peningkatan 22,22% untuk pertanyaan pengetahuan 17 tentang obat
diabetes melitus secara umum disimpan pada suhu kamar (20-25oc) dan
terlindung dari sinar matahari langsung.
18. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 95,56% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 4,44% untuk pertanyaan pengetahuan 18 tentang obat diabetes
melitus harus diminum secara rutin.
19. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 77,78% menjadi 88,89% dengan
selisih peningkatan 11,11% untuk pertanyaan pengetahuan 19 tentang terapi non
farmakologi untuk penyakit diabetes melitus adalah dengan melakukan aktivitas
fisik seperti berkebun, jogging, bersepeda santai , berenang dan berjalan kaki.
20. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 93,33% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 6,67% untuk pertanyaan pengetahuan 20 tentang penderita diabetes
melitus harus mengurangi konsumsi makanan/minuman yang mengandung
gula. Secara teori, mengkonsumsi makanan/minuman yang manis secara
42

berlebihan dapat berpengaruh pada peningkatan risiko terkena diabetes melitus


tipe 2. Contoh makanan/minuman tersebut seperti biji-bijian yang telah diolah,
minuman manis dengan kadar gula tinggi, daging merah atau daging olahan
(Hodge, 2006).
21. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 95,56% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 4,44% untuk pertanyaan pengetahuan 21 tentang diet yang benar
untuk pasien diabetes melitus adalah mengkonsumsi makanan berserat seperti
gandum dan beras merah. Berdasarkan PERKENI, 2006 makanan yang tidak
dianjurkan pada penderita DM adalah makanan berlemak atau goreng-gorengan.
22. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 37,78% menjadi 82,22% dengan
selisih peningkatan 44,44% untuk pertanyaan pengetahuan 22 tentang
metformin secara umum diminum tiga kali sehari satu tablet sesudah makan.

5.4 Persentase Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta


Prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Setelah
Pemberian Informasi

Dari hasil pengujian 45 responden dimana persentase pretest 75,86% yang di


kategorikan dengan interval sedang dan persentase posttest 90,61% yang
dikategorikan dengan interval tinggi sehingga diperoleh hasil selisih antara persentase
pretest dengan posttest tingkat pengetahuan informasi pada pasien diabetes melitus
tipe 2 peserta prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat didapatkan
hasil selisih dengan rata-rata 14,75%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Supardi
dan Notosiswoyo (2005), yang menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai golongan obat masih terbatas. Terutama pengetahuan baru dengan istilah
swamedikasi yang baru pertama kali mereka ketahui sebelum mereka membaca
leaflet. Selanjutnya untuk pertanyaan penyakit, dan obat-obat yang biasa digunakan
untuk penyakit pada swamedikasi sudah cukup baik.
43

5.5 Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis


Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan)
di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019
Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat. Data yang diperoleh tidak terdistribusi
normal maka dilakukan uji Willcoxon. Diperoleh hasil dengan nilai p 0,000 hasil uji
menunjukkan (p ≤ 0,05) sehingga terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
pengetahuan pasien peserta prolanis DM sebelum dengan sesudah diberikan edukasi
dengan metode kombinasi (brosur dan lisan). Adanya perbedaan yang signifikan ini
menunjukkan adanya pengaruh pemberian informasi dengan metode kombinasi
(brosur dan lisan) pada pasien peserta prolanis DM Tipe 2 di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat.
Asumsi peneliti mengatakan perubahan ini terjadi disebabkan oleh faktor- faktor
dimana pendidikan kesehatan dapat membantu mengingat apa yang diajarkan, pada
pendidikan kesehatan juga terdapat hal yang dipersentasikan dimana hal yang
disampaikan sama dengan pernyataan yang ada pada kuesioner, dalam hal
penyampaian pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
seperti penggunaan media dimana media tersebut berguna untuk memperjelas pesan
yang diberikan atau pesan yang disampaikan. Menurut Mubarak (2007) bahwa media
pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran dan menurut
Setiawan (2009) mengemukakan bahwa media adalah perantara yang menghantarkan
informasi antara sumber ke penerima. Pesan, ide, gagasan atau informasi yang
disampaikan pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan dengan
metode dan media yang benar dan baik.
Pada kelompok eksperimen pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan
media audio visual. Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan
44

dari sasaran. Penggunaan audio visual melibatkan semua alat indra pembelajaran,
sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan
dipertahankan dalam ingatan (Juliantara, 2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Indey, (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan kesehatan dengan media audio visual terhadap penurunan tingkat
pengetahuan pada pasien DM setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Dengan
demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan dengan
metode kombinasi (bosur dan lisan) dapat meningkatkan pengetahuan pasien diabetes
melitus tipe 2 setelah pemberian informasi. Maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) efektif terhadap
peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 setelah pemberian informasi
dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat yang
ditunjukkan dengan nilai p 0,0001 (≤ 0,005) yang artinya terdapat perbedaan
signifikan antara tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 peserta prolanis sebelum dan
sesudah diberikan informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan). Adanya
perbedaan yang signifikan ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian informasi
dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien peserta prolanis DM.

6.2 Saran
Perlu dilakukan pendekatan, penyuluhan, arahan dan bimbingan kepada keluarga
pasien, agar keluarga dapat ikut serta dan memberi dukungan kepada pasien dalam
menjalani terapi Diabetes Melitus.

45
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2016. Standards of Medical Care in Diabetes


2016. Diabetes Care,39;1.
Agus Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha. Medika
Yogyakarta.

Ahmadi.2001. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta

Alarcon LC, Lopez EL, Carbajal MJ, Torres MO. Level of Knowledege in Patients
with Type 2 Diabetes Mellitus and Its Relationship with Glycemic Levels and
Stage of Grief According to Kubler-Ross. J Diabetes Metab. 2015; 6(2): 1-5

Al-Najjar, B., & Taylor, P. (2008). The Relationship between Capital Structure and
Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial
Finance Journal
Aljoudi, A.H dan Taha, A.Z.A. (2009). Knowledge of diabetes risk factors and
preventive measures among attendees of a primary care center in eastern
Saudi Arabia.Journal Ann Saudi Med. Jan-Feb; 29(1): 15–19.
doi:10.4103/0256-4947.51813. PMCID: PMC2813608
Annette G. Lueckenotte, (2004). Gerontologic Nursing, Sint louis Mosby Year Book.
Inc.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit


Kronis). Jakarta: BPJS Kesehatan.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2.Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta .
Departemen Kesehatan RI. (2008) Pedoman Pengelolaan Perbekalan farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.

46
47

Dedy Mulyana, 2000. “ Ilmu Komunikasi, Pengantar” Bandung : Remaja


Rosadakarya

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan: Departemen Kesehatan RI.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan
Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hans Tandra. 2017. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes Dengan
Cepat dan Murah. Jakarta
Hary, Wied. 1996. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Indey, K. (2012). Penyuluhan kesehatan dengan media audio visual terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien DM.

Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.
Juwitaningtyas, F,A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus Dalam Pencegahan Luka
Kaki Diabetik Di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. (SKRIPSI). UMS
Kementerian Kesehatan. 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Lubis, E.S&Reveny, J., 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali
[ Citrus maxima (Burm.) Osbeck] Natural Skin Moisturizer From Pomelo
Juice [Citrus maxima (Burm.) Osbeck]. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 1(2), pp.104–111.

Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009,


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Kusumaningtyas DN. 2011. pengaruh latihan aerobik intensitas ringan dan sedang
terhadap penurunan presentase lemak badan [skripsi]. Surakarta: Universitas
Muhammadyah.
Morello, C. M., Chynoweth, M., Kim, H., Singh, R. F., Hirsch, J. D., 2011, Strategies
to Improve Medication Adherence Reported by Diabetes Patients and
Caregivers: Results of a Taking Control of Your Diabetes Survey (February),
Annals of Pharmacotherapy, 45, 145-153
48

Mosby. Mosby's medical dictionary. 8th Edition. Amsterdam. Elsevier, 2009.


Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengamatan Proses Belajar Mengajar
dalam Pendidikan. Jokjakarta: Graha Ilmu.
Nakamireto (2016) Hubungan Pengetahuan Diet Diabetes melitus dengan Kepatuh
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Supardi, S. dan Notosiswoyo, M, 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Batuk, dan
Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.
2(3), hal 134-144
Nugroho, Agung Endro. 2015. Farmakologi (Obat-obat Penting dalam Pembelajaran
Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurhayati,K.(2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ulkus Diabetikum
Pada Pasien DM Tipe 2. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol 5 No.2
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis :
Jakarta : SalembaMedika.
PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2011.
Semarang: PB PERKENI.
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan PraktikEdisi 4, Jakarta: EGC.
Putri, N. H. K. & Isfandiari, M. A. (2013). Hubungan empat pilar pengendalian dm
tipe 2 dengan rerata kadar gula darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1 (2), 234
–243.
Risnasari, Norma. (2014). Hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus
dengan munculnya komplikasi di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.
Efektor, 25 (01): 15-19.
49

Rismawati, S. 2012. UNMEET NEED : Tantangan Program Keluarga Berencana


dalam menghadapi Ledakan Penduduk Tahun 2030. Publikasi Penelitian.
Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD
Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan
dan Penerbitan Unsoed.
Setiawan. Herman Adi. (2009). Kemandirian pada lansia. Tugas keperawatan
gerantik. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbitan Buku Kedokteran EGC, 2004

Soewandono, P., dkk (2013). Challenges in diabetes management in indonesia: a


Literature review . Soewandono et al. Globalization and Health

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardji, 2009: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi II Cetakan Ke-7.


Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Sujaya, I Nyoman.2009.“Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor
Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1
hal: 75-81

Tjahyono, Y. P. (2013). Pengaruh edukasi melalui media visual buku ilustrasi


terhadap pengetahuan dan kepatuhan pasien DM tipe 2.
Wahid, Sulaiman. 2002.Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Yogyakarta : Andi.
50

LAMPIRAN
51

Lampiran 1. Surat Pengantar dari Kampus


52

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian


53

Lampiran 3. Peryataan Validasi Apoteker Pertama


54

Lampiran 4. Surat Peryataan Validasi Apoteker Kedua


55

Lampiran 5. Surat Peryataan Validasi Dosen Bahasa Indonesia


56

Lampiran 6. Kuesioner

KUESIONER

Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis


Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) Di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.

Pengantar

Kuesioner ini merupakan alat penelitian untuk mengetahui Tingkat


Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian
Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) Di UPT Kesehatan
Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019. Penelitian ini nantinya akan digunakan
sebagai bahan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Nama Responden :

Alamat Responden :

A. DATA DEMOGRAFI
Usia : Tahun
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Petunjuk :
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan
2. Tanda cek list (√) pada kolom yang tersedia.
57

I. Pernyataan Mengenai Pengetahuan Penyakit Diabetes Melitus


No Pernyataan Tahu Tidak Tidak
Tahu

1 Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.

2 Faktor pemicu penyakit diabetes melitus adalah


pola makan yang kurang sehat.

3 Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh faktor


genetis atau keturunan.

4 Kadar gula darah normal tidak lebih dari 140


mg/dl.

5 Obesitas adalah faktor penyebab penyakit


diabetes melitus.

6 Gejala kadar gula darah tinggi yaitu mata kabur,


pusing, lapar mendadak dan gemeteran.

7 Penerapan pola makan dan pola hidup yang sehat


dapat mencegah awal penyakit diabetes melitus.

8 Penderita diabetes melitus kemungkinan anak-


anak saya berisiko tinggi terkena diabetes melitus.

9 Gejala kadar gula darah tinggi dapat dicegah


dengan cek gula darah secara rutin, minum obat
sesuai aturan dokter serta rutin kontrol ke dokter.
58

10 Kadar gula darah puasa normal adalah lebih dari


126 mg/dl.

11 Penderita diabetes melitus mengetahui obat yang


mereka gunakan.

12 Metformin dan glimepiride adalah 2 jenis obat


untuk diabetes melitus.

13 Salah satu efek samping dari obat diabetes


melitus yang di konsumsi adalah mual dan
muntah.

14 Penderita diabetes melitus mengetahui kapan


saatnya mereka harus meminum obat.

15 Penderita diabetes melitus mengetahui bahwa


obat diabetes melitus yang digunakan dapat
diminum setelah atau sebelum makan.

16 Obat glimepiride diminum satu jam sebelum


makan.

17 Obat diabetes melitus secara umum disimpan


pada suhu kamar (20-25oC) dan terlindung dari
sinar matahari langsung.

18 Obat diabetes melitus harus diminum secara rutin.

19 Terapi non farmakologi untuk penyakit diabetes


melitus adalah dengan melakukan aktivitas fisik
seperti berkebun, jogging, bersepeda santai ,
berenang dan berjalan kaki.
59

20 Penderita diabetes melitus harus mengurangi


konsumsi makanan/minuman yang mengandung
gula.

21 Diet yang benar untuk pasien diabetes melitus


adalah mengkonsumsi makanan berserat seperti
gandum dan beras merah.

22 Metformin diminum tiga kali sehari satu tablet


sesudah makan.
60

Lampiran 7. Media Brosur


61

Lampiran 8. Data Penelitian Pasien Prolanis DM Tipe 2

Data Penelitian Pasien Prolanis Diabetes Melitus Tipe 2


di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Pasien Kelamin
1 WP Laki-Laki 60 Tahun SMA Swasta
2 KYT Laki-Laki 55 Tahun SMP Swasta
3 GS Laki-Laki 57 Tahun SMA Swasta
4 DMR Laki-Laki 50 Tahun S1 Pensiunan
5 NMD Laki-Laki 65 Tahun S1 Pensiunan
6 NMN Perempuan 61 Tahun SMA Pensiunan
7 NMS Perempuan 59 Tahun SMP Pedagang
8 MS Perempuan 63 Tahun SMP Pedagang
9 NWS Perempuan 65 Tahun SD IRT
10 IMS Laki-Laki 66 Tahun SD Swasta
11 NWK Perempuan 71 Tahun SMA IRT
12 NS Perempuan 54 Tahun SMA IRT
13 ND Laki-Laki 65 Tahun SMP Swasta
14 WM Perempuan 63 Tahun SMP Pedagang
15 WS Perempuan 55 Tahun SMP Pedagang
16 KS Laki-Laki 81 Tahun SMA Swasta
17 KTS Perempuan 71 Tahun SD IRT
18 WYS Perempuan 60 Tahun SD IRT
19 IAA Perempuan 59 Tahun SMA Swasta
20 WM Perempuan 70 Tahun S1 Pensiunan
21 IMPJ Laki-Laki 65 Tahun SI Pensiunan
62

22 KM Laki-Laki 76 Tahun SMA Pensiunan


23 NU Laki-Laki 75 Tahun SMA Pedagang
24 MM Laki-Laki 62 Tahun SMA Pedagang
25 SK Laki-Laki 58 Tahun SMA Swasta
26 IGPS Laki-Laki 72 Tahun S1 Pensiunan
27 NMJ Perempuan 64 Tahun SMA Swasta
28 KD Laki-Laki 65 Tahun SD Swasta
29 KNS Laki-Laki 75 Tahun SMA Swasta
30 GMS Perempuan 65 Tahun S1 Pensiunan
31 IKS Laki-Laki 62 Tahun SMA Swasta
32 ULR Perempuan 49 Tahun SD Swasta
33 MS Perempuan 58 Tahun SMA Swasta
34 NKSA Perempuan 65 Tahun SMP Pedagang
35 MS Laki-Laki 71 Tahun SD Pedagang
36 NMR Perempuan 66 Tahun SD IRT
37 AAA Perempuan 64 Tahun SMP IRT
38 ARS Perempuan 64 Tahun S1 IRT
39 NWS Perempuan 71 Tahun SMA Pensiunan
40 MS Laki-Laki 71 Tahun SMP Pensiunan
41 LM Perempuan 48 Tahun SD IRT
42 NG Laki-Laki 75 Tahun SD Swasta
43 PP Laki-Laki 76 Tahun S1 Swasta
44 GLS Perempuan 64 Tahun SMA IRT
45 UM Perempuan 49 Tahun SMP Swasta
Lampiran 9. Tabel Tabulasi Data

PERNYATAAN
No P. P.1 P.1 P.1 P.1 P.1 P.1 P.2 P.2 P.2 Tota
P.1 P.2 P.3 P.4 P.6 P.7 P.8 P.9 P.10 P.11 P.13 P.15
5 2 4 6 7 8 9 0 1 2 l
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 17
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
4 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
8 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 7
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 18
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
12 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 16
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
16 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
19 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
22 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
24 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
25 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 18
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
27 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 17
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
29 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22

63
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre_test ,154 45 ,009 ,944 45 ,029
Post_test ,210 45 ,000 ,890 45 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 11. Hasil Uji Beda Non Parametrik

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post_test - Pre_test Negative Ranks 1a 4,00 4,00
Positive Ranks 44b 23,43 1031,00
Ties 0c
Total 45
a. Post_test < Pre_test
b. Post_test > Pre_test
c. Post_test = Pre_test

Lampiran 12. Hasil Uji Wilcoxon

Test Statisticsa
Post_test - Pre_test
Z -5,822b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,956 22

Lampiran 14. Gambar Kegiatan Senam Lansia Prolanis Diabetes Melitus


64
65

Lampiran 15. Gambar Kegiatan Pemberian Pengetahuan Informasi

Lampiran 16. Gambar Pengambilan Data dengan Kuesioner 1 (Pre Test)


66

Lampiran 17. Gambar Pengambilan Data dengan Kuesioner 2 (Post Test)

RIWAYAT HIDUP
67

Ni Kadek Dewik Satriani lahir di kota Semarapura, Bali,


pada tanggal 13 Januari 1998, merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan I Nengah Rimben dan Ni
Wayan Budiasih Pada tahun 2003 mulai pendidikan TK di
TK Widya Kumara Dawan Klod kemuadian melanjutkan
ke SD Negeri 1 Dawan Klod pada tahun 2004. Pada tahun
2010 melanjutkan ke SMP Negeri 1 Dawan dan SMK
Negeri 1 Klungkung pada tahun 2013.

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi ia melanjutkan studinya di Fakultas Farmasi
Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan Program Studi D-3 Farmasi pada angkatan 2016.
Setelah menyelesaikan program studi D-3, penulis berminat untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi dan dapat mengabdikan diri dibidang kefarmasian yang berkompetensi serta
professional.

Anda mungkin juga menyukai