FAKULTAS FARMASI
2019
KARYA TULIS ILMIAH
i
PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 PESERTA PROLANIS SETELAH
PEMBERIAN INFORMASI DENGAN METODE
KOMBINASI (BROSUR DAN LISAN) DI UPT
KESEHATAN MASYARAKAT II DENPASAR BARAT
TAHUN 2019
161105
FAKULTAS FARMASI
2019
ii
Lembar Pengesahan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
iv
SURAT PERNYATAAN
NIM : 161105
Telepon : 085737883336
v
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur Dan Lisan) Di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh profesi Ahli Madya Farmasi Program Diploma Tiga Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam proses penyusunan karya tulis
ilmiah ini mendapat banyak dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
vi
penulis selama melakukan kegiatan perkuliahan dari semester I sampai semester
VI.
5. Pihak Puskesmas Denpasar Barat 2 yang telah bersedia untuk membantu dan
memfasilitasi dalam pengambilan data guna menyelesaikan proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Keluarga dan sahabat yang selalu mendukung, membantu dan memberi motivasi.
7. Triska, I Wayan Dina Kariana dan Kade Bagus Surupa Nanda selaku rekan
seperjuangan dalam menyelesaikan proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat kemampuan penulis yang masih sangat terbatas, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
penyempurnaan dalam penyusunan laporan berikutnya. Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan maupun kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis berharap semoga hasil penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
yang berasal dari kalangan umum dan penulis dari kalangan khusus.
Penulis
vii
ABSTRAK
Berkembangnya zaman pola makan dan gaya hidup orang berubah. Perubahan ini
mengarah pada hal-hal buruk. Penelitian epidemiologi di Indonesia menyebutkan
prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 1,5-2,3% pada usia lebih dari 15 tahun.
Tingginya prevalensi DM disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan
genetis dan paparan terhadap lingkungan. Pengetahuan dalam memanajemen diabetes
melitus sangat penting karena dapat mempengaruhi cara hidup pasien dalam
mengelola penyakitnya. Edukasi memegang peranan penting dalam membangun
pengetahuan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 peserta prolanis setelah pemberian
informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat
II Denpasar Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
rancangan eksperimental one-group pretest-posttest untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat yang melibatkan satu subjek yang diberikan tes awal, perlakuan dan tes
akhir (pengukuran setelah perlakuan). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Hasil penelitian yang berjumlah 45 responden yang kemudian
diperoleh hasil rata-rata persentase nilai pretest 75,86% dan rata-rata persentase nilai
posttest 90,61% dengan selisih 14,75%. Data selanjutnya dianalisis dengan uji t-test
berpasangan non parametrik Wilcoxon diperoleh hasil terjadinya peningkatan
pengetahuan bermakna p = 0,0001 ( p ≤ 0,05) setelah diberikan informasi dengan
metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT
Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSYARATAN.............................................................................ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN............................................................iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI..............................................iv
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN........................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
ix
2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Melitus.............................................................6
2.1.5 Terapi Untuk Diabetes Melitus..............................................................7
2.1.5.1 Terapi Non Farmakologi.................................................................7
2.1.5.2 Terapi Farmakologi..........................................................................8
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan.............................................................................9
2.2.2 Tingkat Pengetahuan............................................................................10
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...............................11
2.2.4 Cara Mengukur Pengetahuan...............................................................13
2.3 Media.........................................................................................................13
2.4.1 Definisi Media.....................................................................................13
2.4.2 Komunikasi Efektif..............................................................................13
2.4.3 Penggolongan Media Pendidikan Pengetahuan...................................14
2.4 Prolanis......................................................................................................15
2.5.1 Definisi Prolanis ..................................................................................15
2.5.2 Tujuan Prolanis ...................................................................................15
2.5.3 Bentuk Penatalaksanaan Prolanis........................................................15
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................16
x
3.6.2.1 Populasi..........................................................................................19
3.6.2.2 Sampel............................................................................................20
3.6.2.3 Teknik Sampling............................................................................20
3.6.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................21
3.6.4 Instrumen Penelitian............................................................................22
3.6.5 Prosedur Penelitian..............................................................................23
3.6.6 Pengolahan dan Analisis Data.............................................................23
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................26
xi
4.5 Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan
Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019......34
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................35
6.1 Simpulan....................................................................................................45
6.2 Saran..........................................................................................................45
xii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................46
LAMPIRAN.........................................................................................................50
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan kepatuhan (Putri, 2013). Dalam 4 pilar penatalaksanaan DM, edukasi memegang
peranan utama yang akan menjadi dasar membangun pengetahuan (Aljoudi & Taha,
2009).
Penggunaan media yang menarik dan mudah dipahami akan menstimulus
pemahaman yang optimal. Media visual pendidikan kesehatan seperti brosur, leaflet,
poster, kini banyak dimanfaatkan untuk promosi kesehatan bagi penderita DM. Akan
tetapi, perpaduan penggunaan media audio dan visual (audio visual) ternyata
memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan media cetak tersebut. Pada pasien
DM, edukasi melalui media audio visual ternyata mempengaruhi pengetahuan dan
kepatuhan (Tjahyono, 2013), menurunkan tingkat kecemasan (Indey, 2012), serta
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang DM. Oleh karena itu, media audio
visual dapat menjadi rekomendasi bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan dan pasien diabetes akan meningkat.
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM Tipe 1). Diabetes tipe 1 atau disebut
juga dengan insulin dependent adalah mereka yang menggunakan insulin oleh
karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1,
badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik,
virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien
Diabetes Melitus tipe 1. Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika (keturunan),
faktor imunologik dan faktor lingkungan.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DM Tipe 2). Diabetes tipe ini disebut
juga dengan insulin requirement adalah mereka yang membutuhkan insulin
sementara atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar
gula darah normal, oleh karena badan tidak dapat respon terhadap insulin.
4
5
Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin yaitu banyaknya
jumlah insulin tapi tidak berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau
karena gangguan sekresi atau produksi insulin. Diabetes Melitus Tipe 2 menjadi
semakin umum oleh karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan
olahraga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu
usia lebih dari 65 tahun, obesitas serta riwayat keluarga.
3. Diabetes Melitus Kehamilan atau Gestasional Onset Diabetes Melitus (GODM).
GODM ini terjadi pada wanita yang tidak menderita DM sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta.
4. DM tipe lain dapat disebabkan oleh sindrom atau kelainan lain, infeksi, obat atau
zat kimia, pankreatektomi, insufisiensi pankreas akibat pankreatitis dan gangguan
endokrin (Noerhayati tatik, 2014).
sekaligus untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik serta dapat
meningkatkan kemampuan fungsional (Kusumaningtyas, 2011).
meglitinida dan turuna fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-
obat antidiabetik oral lainnya (Ditjen Binfar, 2005).
3. Golongan Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak
merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral
saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak digunakan/dipakai dibeberapa
negara termasuk Indonesia karena frekuensi terjadinya asidosislaktat cukup sedikit
asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi hati dan ginjal
(Ditjen Binfar, 2005).
4. Golongan Tiazolidindon (TZD)
Senyawa golongan tiazolidindon bekerja meningkatkan kepekaa tubuh terhadap
insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferator activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak dan hati untuk menurunkan kecepatan
glikoneogenesis (Ditjen Binfar, 2005).
5. Golongan Inhibitor α-Gukosidase
Senyawa-senyawa inhibitor α-gukosidase bekerja menghambat enzimalfa
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat
mengurangi peningkatan kadar glukosa postprandial pada penderita diabetes (Ditjen
Binfar, 2005).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikiya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
10
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,
2011).
2. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
11
3. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Diharapkan dengan
pengetahuan ibu hamil yang baik maka ibu dapat memberikan tindakan yang
positif khususnya dalam pemenuhan gizi ibu hamil.
Menurut Arikunto (2006), tingkatan pengetahuan dikategorikan berdasarkan nilai
sebagai berikut:
1. Pengetahuan baik: mempunyai nilai pengetahuan > 75%.
2. Pengetahuan cukup: mempunyai nilai pengetahuan 60%-75%.
3. Pengetahuan kurang: mempunyai nilai pengetahuan < 60%.
Jadi, dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil
dari proses mencari tahu, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
dapat menjadi dapat. Proses mencari tahu ini terdiri dari 48 mencakup berbagai
metode dan konsep-konsep baik, melalui proses pendidikan maupun pengalaman.
13
2.3 Media
2.3.1 Definisi Media
Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar, hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Media memiliki fungsi
untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Media berfungsi
membantu mengurangi ketidakjelasan bahan ajar yang disampaikan (Mubarak, 2007).
Komunikasi akan dapat berjalan dengan efektif apabila ada beberapa aturan dan
kaidah yang diikuti, yaitu:
1. Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain. Setiap orang yang melakukan komunikasi harus mampu
mendengar dan dan siap menerima masukan apapun dengan sikap yang positif.
Hal ini akan sangat sulit dilakukan dengan orang yang tidak dapat dikritik atau
tidak siap menerima kritik. Menerima kritik memang tidak mudah. Tetapi
kemampuan untuk menerima apapun masukan dengan sikap baik akan membawa
pengaruh positif pada orang tersebut.
2. Pesan diterima oleh penerima pesan dan dapat didengarkan dengan baik.
Hal ini berkaitan dengan media yang digunakan. Seringkali orang melakukan
komunikasi dengan individu maupun kelompok, tetapi pesan tidak dapat dipahami
karena media atau alat yang digunakan tidak mendukung. Misalnya, suara di
telepon putus-putus, atau microphon yang mendengung, atau suara di telepon yang
14
5. Sampel penelitian yang dimaksud adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
mengikuti prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat Denpasar II Barat yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
6. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Lokasi penelitian dilakukan di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
7. Pasien prolanis adalah pasien yang mengikuti program prolanis diabetes
melitus tipe di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
8. Media kombinasi (brosur dan lisan) merupakan suatu alat yang digunakan
dalam penelitian yang berupa tulisan dan lisan.
3.4 Hipotesis
Diduga adanya peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 peserta
prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.
3 Pelaksanaan
penelitian
4 Pengumpulan
data
5 Analisis data
6 Pembuatan
laporan
7 Ujian KTI
3.6.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi
(Riyanto, 2011). Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi tersebut (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah Pasien
peserta prolanis Diabetes Melitus Tipe 2 UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar
Barat Tahun 2019.
Adapun kriteria sampel yang harus dipenuhi yakni kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi
target dan sumber. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria dari subjek penelitian
yang tidak boleh ada (Riyanto, 2011).
Kriteria Inklusi :
1. Pasien diabetes melitus dan merupakan peserta prolanis.
2. Pasien bersedia mengisi kuisoner yang telah dibuat oleh peneliti.
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang buta huruf.
berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Saryono
(2011) terdapat berbagai pertimbangan dalam menentukan besar sampel, diantaranya
pertimbangan praktis, pertimbangan metodelogis dan pertimbangan lainnya. Apabila
populasi sudah diketahui maka rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah rumus slovin. Dengan rumus sebagai berikut:
N
n= 2 ………………………………………..…persamaan 3.1
N . d +1
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi ( orang)
d2 = presisi yang ditetapkan (0,05)
Perhitungan sampel penelitian di Puskesmas Denpasar Barat:
N
n= 2
N . d +1
50
n= 2
50 .0,05 +1
Dengan demikian jumlah minimal sampel yang bisa diambil sebanyak 45 orang.
1. Penyusunan proposal
2. Membuat media kuesioner .
3. Penyusunan kuesioner pengetahuan pasien peserta prolanis
4. Kemudian kuesioner akan di bawa ke Ahli Bahasa dan 2 Apoteker untuk
disesuaikan tata bahasanya.
5. Peneliti mengurus surat pengambilan data pasien Diabetes Melitus peserta
Prolanis di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat ke Dinas Kesehatan
Kota Denpasar.
6. Penyebaran kuesioner kepada pasien Diabetes Melitus peserta Prolanis di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat setalah kegiatan senam dan
pengecekan kesehatan.
7. Pengumpulan hasil kuesioner.
8. Perekapan data kuesioner.
9. Pengolahan dan analisis hasil data kuesioner.
Uji beda dilakukan dengan dua alternatif metode yaitu uji statistik parametrik
atau uji statistik non-parametrik. Penentuan pemakaian metode uji dilakukan
berdasarkan hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk). Bila hasil uji menunjukkan data
24
Interval Kategori
<55% Rendah
>76% Tinggi
2. Uji Normalitas
Data harus diuji normalitasnya untuk mengetahui apakah data terdistribusi
dengan normal. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data uji
mempunyai distribusi normal atau tidak. Data uji yang baik adalah yang
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan
adalah dengan menggunakan statistik Shapiro-Wilk. Kriteria yang digunakan
dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang
didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan
berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2006). Untuk data yang
terdistribusi normal dianalisa dengan uji parametrik, jika data tidak
terdistribusi normal maka data perlu proses transform untuk mendapatkan data
terdistribusi normal. Apabila setelah transform data, data tetap tidak
terdistribusi normal data awal dapat digunakan namun dianalisis dengan uji
non parametrik.
3. Data yang terdistribusi normal dianalisa dengan uji beda t berpasangan
(paired sample t-test). Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah
25
dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda
(Ghozali, 2006).
4. Uji statistik non-parametrik adalah uji yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi. Data yang tidak
terdistribusi normal dianalisa dengan uji Willcoxon. Uji Willcoxon adalah uji
non parametrik yang didasarkan atas dasar ranking dan uji ini akan sangat
bermanfaat kalau data yang digunakan adalah data yang berskala ordinal. Uji
Willcoxon digunakan untuk mengisi signifikansi hipotesis komparatif 2 (dua)
sampel independen yang berukuran sama dan datanya berbentuk ordinal.
Menurut Wahid Sulaiman (2002), uji Willcoxon digunakan untuk mengisi
signifikansi hipotesis komparatif 2 (dua) sampel independen yang berukuran
sama dan datanya berbentuk ordinal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
r hitung r tabel
26
27
kuesioner telah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat dalam pengambilan data
untuk penelitian.
2 Perempun 24 53%
1 48 – 52 4 9%
2 53 – 57 4 9%
3 58 – 62 9 20%
4 63 – 67 15 33%
5 68 – 72 7 16%
6 73 – 77 5 11%
7 78 – 82 1 2%
4 S1 8 18%
Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil penelitian 45 responden yang menjadi sampel
penelitian sekolah menengah atas memiliki tingkat pendidikan tertinggi sebanyak
38% (17 orang), sekolah menengah pertama sebanyak 22% (10 orang), sekolah dasar
sebanyak 22% (10 orang) dan S1 sebanyak 18% (8 orang).
1 Pensiunan 10 22%
4 Pedagang 8 18%
Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.5 yang diuji sebanyak 45 orang
responden yang memiliki pekerjaan berbeda-beda dimana pekerjaan terbanyak
sebagai pewagai swasta sebanyak 17 orang (38%), ibu rumah tangga sebanyak 10
orang (22%), pensiunan sebanyak 10 orang (22%) dan pedagang 8 orang (18%).
31
4.3 Nilai Hasil Pre test dan Post test Tingkat engetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis Setelah Pemberian Informasi Dengan
Metode Kombinasi (Brosur dan Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II
Denpasar Barat Tahun 2019
Tabel 4.6 Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Setelah Pemberian Informasi Dengan Metode Kombinasi (Brosur dan
Lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019.
N % N % N % N % N %
1 Diabetes melitus 35 77,78 10 22,22 40 88,89 5 11,11 5 11,11
merupakan penyakit
metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-
duanya
2 Faktor pemicu penyakit 38 84,44 7 15,56 42 93,33 3 6,67 4 8,89
diabetes melitus adalah
pola makan yang kurang
sehat
3 Penyakit diabetes melitus 29 64,44 16 35,56 37 82,22 8 17,78 8 17,78
disebabkan oleh faktor
genetis atau keturunan
4 Kadar gula darah normal 21 46,67 24 53,33 29 64,44 16 35,56 8 17,78
tidak lebih dari 140 mg/dl
5 Obesitas adalah faktor 39 86,67 6 13,33 44 97,78 1 2,22 5 11,11
penyebab penyakit diabetes
melitus
6 Gejala kadar gula darah 33 73,33 12 26,67 41 91,11 4 8,89 8 17,78
tinggi yaitu mata kabur,
pusing, lapar mendadak
dan gemeteran
7 Penerapan pola makan dan 40 88,89 15 11,11 43 95,56 2 4,44 3 6,67
pola hidup sehat dapat
mencegah awal penyakit
32
diabetes melitus
8 Jika saya penderita 29 64,44 16 35,56 37 82,22 8 17,78 8 17,78
diabetes melitus
kemungkinan anak-
anaknya berisiko tinggi
terkena diabetes melitus
9 Gejala kadar gula darah 41 91,11 4 8,89 45 100 0 0,00 4 8,89
rendah dapat dicegah
dengan cek gula darah
secara rutin, minum obat
sesuai aturan dokter serta
rutin kontrol ke dokter
10 Kadar gula darah ideal 20 44,44 25 55,56 32 71,11 13 28,89 12 26,67
adalah lebih dari 126 mg/dl
11 Panderita diabetes melitus 42 93,33 3 6,67 44 97,78 1 2,22 2 4,44
mengetahui obat yang
mereka gunakan
12 Metformin dan glimepiride 34 75,56 11 24,44 44 97,78 1 2,22 10 22,22
adalah 2 jenis obat untuk
penyakit diabetes melitus
13 Salah satu efek samping 29 64,44 16 35,56 40 88,89 5 11,11 11 24,44
yang mungkin terjadi dari
obat diabetes melitus yang
di konsumsi adalah mual
dan muntah
14 Penderita diabetes melitus 41 91,11 4 8,89 44 97,78 1 2,22 3 6,67
mengetahui kapan saatnya
mereka harus meminum
obat
15 Penderita diabetes melitus 34 75,56 11 24,44 41 91,11 4 8,89 7 15,56
mengetahui bahwa obat
diabetes melitus yang
digunakan dapat diminum
setelah atau sebelum
makan
16 Obat glimepiride diminum 36 80 9 20 42 93,33 3 6,67 6 13,33
satu jam sebelum makan
17 Obat diabetes melitus 30 66,67 15 33,33 40 88,89 5 11,11 10 22,22
secara umum disimpan
pada suhu kamar (20-
25°C) dan terlindung dari
sinar matahari langsung
18 Obat diabetes melitus 43 95,56 2 4,44 45 100 0 0,00 2 4,44
33
Berdasarkan tabel 4.7 dimana selisih persentase dari hasil pre test dan post test
pada jawaban ya didapatkan hasil dengan selisih 14,75%.
34
Analisis Peningkatan P
Pengetahuan
Pre Test
0,0001 (p = < 0,05)
Post Test
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Bermakna Dari Pretest dan Posttest
Berdasarkan tabel 4.8 peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2
peserta prolanis setelah pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan
lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat Tahun 2019 didapatkan hasil
dimana tergolong tinggi, dari 45 responden dengan tingkat pengetahuan tertinggi
yang memiliki nilai rata-rata 19,93%. Karena data yang diperoleh tidak terdistribusi
normal maka dilakukan uji Willcoxon. Diperoleh hasil dengan nilai p 0,000 hasil uji
menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 sehingga terdapat perbedaan signifikan
antara tingkat pengetahuan pasien peserta prolanis DM sebelum dengan sesudah
diberikan edukasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan). Adanya perbedaan
yang signifikan ini menunjukkan adanya efektifitas pemberian informasi dengan
metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien peserta prolanis DM Tipe II di
UPT Kesehatan Masyarakat II Denpasar Barat.
BAB V
PEMBAHASAN
35
36
umur responden saat pertama kali menderita DM maka dapat diketahui bahwa
semakin meningkatnya umur seseorang makan semakin besar kejadian DM tipe dua.
Selain itu, studi yang dilakukan Sujaya (2009) juga menemukan bahwa kelompok
umur yang paling banyak menderita diabetes melitus adalah kelompok umur 45-52
(47,5%). Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada
usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan
berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin (Sujaya, 2009).
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.
Dari data hasil pre test dan post test yang dikumpulkan melalui metode kombinasi
(brosur dan lisan) dengan pengisian kuesioner oleh responden maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
39
efek samping yang mungkin terjadi dari obat diabetes melitus yang di konsumsi
adalah mual dan muntah. Penggunaan obat DM memiliki aksi farmakologi
aktivasi reseptor selektif serotonin tipe 3 yang menyebabkan gangguan
gastrointestinal seperti mual dan muntah.
14. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 91,11% menjadi 97,78% dengan
selisih peningkatan 6,67% untuk pertanyaan pengetahuan 14 tentang penderita
diabetes melitus mengetahui kapan saatnya mereka harus meminum obat.
15. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 75,56% menjadi 91,11% dengan
selisih peningkatan 15,56% untuk pertanyaan pengetahuan 15 tentang penderita
diabetes melitus mengetahui bahwa obat diabetes melitus yang digunakan dapat
diminum setelah atau sebelum makan.
16. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 80,00% menjadi 93,33% dengan
selisih peningkatan 13,33% untuk pertanyaan pengetahuan 16 tentang obat
glimepiride diminum satu jam sebelum makan.
17. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 66,67% menjadi 88,89% dengan
selisih peningkatan 22,22% untuk pertanyaan pengetahuan 17 tentang obat
diabetes melitus secara umum disimpan pada suhu kamar (20-25oc) dan
terlindung dari sinar matahari langsung.
18. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 95,56% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 4,44% untuk pertanyaan pengetahuan 18 tentang obat diabetes
melitus harus diminum secara rutin.
19. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 77,78% menjadi 88,89% dengan
selisih peningkatan 11,11% untuk pertanyaan pengetahuan 19 tentang terapi non
farmakologi untuk penyakit diabetes melitus adalah dengan melakukan aktivitas
fisik seperti berkebun, jogging, bersepeda santai , berenang dan berjalan kaki.
20. Terjadi peningkatan yang signifikan dari 93,33% menjadi 100% dengan selisih
peningkatan 6,67% untuk pertanyaan pengetahuan 20 tentang penderita diabetes
melitus harus mengurangi konsumsi makanan/minuman yang mengandung
gula. Secara teori, mengkonsumsi makanan/minuman yang manis secara
42
dari sasaran. Penggunaan audio visual melibatkan semua alat indra pembelajaran,
sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan
dipertahankan dalam ingatan (Juliantara, 2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Indey, (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan kesehatan dengan media audio visual terhadap penurunan tingkat
pengetahuan pada pasien DM setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Dengan
demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan dengan
metode kombinasi (bosur dan lisan) dapat meningkatkan pengetahuan pasien diabetes
melitus tipe 2 setelah pemberian informasi. Maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) efektif terhadap
peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 setelah pemberian informasi
dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) di UPT Kesehatan Masyarakat yang
ditunjukkan dengan nilai p 0,0001 (≤ 0,005) yang artinya terdapat perbedaan
signifikan antara tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 peserta prolanis sebelum dan
sesudah diberikan informasi dengan metode kombinasi (brosur dan lisan). Adanya
perbedaan yang signifikan ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian informasi
dengan metode kombinasi (brosur dan lisan) pada pasien peserta prolanis DM.
6.2 Saran
Perlu dilakukan pendekatan, penyuluhan, arahan dan bimbingan kepada keluarga
pasien, agar keluarga dapat ikut serta dan memberi dukungan kepada pasien dalam
menjalani terapi Diabetes Melitus.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alarcon LC, Lopez EL, Carbajal MJ, Torres MO. Level of Knowledege in Patients
with Type 2 Diabetes Mellitus and Its Relationship with Glycemic Levels and
Stage of Grief According to Kubler-Ross. J Diabetes Metab. 2015; 6(2): 1-5
Al-Najjar, B., & Taylor, P. (2008). The Relationship between Capital Structure and
Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial
Finance Journal
Aljoudi, A.H dan Taha, A.Z.A. (2009). Knowledge of diabetes risk factors and
preventive measures among attendees of a primary care center in eastern
Saudi Arabia.Journal Ann Saudi Med. Jan-Feb; 29(1): 15–19.
doi:10.4103/0256-4947.51813. PMCID: PMC2813608
Annette G. Lueckenotte, (2004). Gerontologic Nursing, Sint louis Mosby Year Book.
Inc.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2.Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta .
Departemen Kesehatan RI. (2008) Pedoman Pengelolaan Perbekalan farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
46
47
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan: Departemen Kesehatan RI.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan
Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hans Tandra. 2017. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes Dengan
Cepat dan Murah. Jakarta
Hary, Wied. 1996. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Indey, K. (2012). Penyuluhan kesehatan dengan media audio visual terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien DM.
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.
Juwitaningtyas, F,A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus Dalam Pencegahan Luka
Kaki Diabetik Di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. (SKRIPSI). UMS
Kementerian Kesehatan. 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Lubis, E.S&Reveny, J., 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali
[ Citrus maxima (Burm.) Osbeck] Natural Skin Moisturizer From Pomelo
Juice [Citrus maxima (Burm.) Osbeck]. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 1(2), pp.104–111.
Kusumaningtyas DN. 2011. pengaruh latihan aerobik intensitas ringan dan sedang
terhadap penurunan presentase lemak badan [skripsi]. Surakarta: Universitas
Muhammadyah.
Morello, C. M., Chynoweth, M., Kim, H., Singh, R. F., Hirsch, J. D., 2011, Strategies
to Improve Medication Adherence Reported by Diabetes Patients and
Caregivers: Results of a Taking Control of Your Diabetes Survey (February),
Annals of Pharmacotherapy, 45, 145-153
48
LAMPIRAN
51
Lampiran 6. Kuesioner
KUESIONER
Pengantar
Nama Responden :
Alamat Responden :
A. DATA DEMOGRAFI
Usia : Tahun
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Petunjuk :
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan
2. Tanda cek list (√) pada kolom yang tersedia.
57
PERNYATAAN
No P. P.1 P.1 P.1 P.1 P.1 P.1 P.2 P.2 P.2 Tota
P.1 P.2 P.3 P.4 P.6 P.7 P.8 P.9 P.10 P.11 P.13 P.15
5 2 4 6 7 8 9 0 1 2 l
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 17
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
4 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
8 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 7
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 18
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
12 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 16
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
16 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
19 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
22 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
24 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
25 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 18
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
27 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 17
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
29 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
63
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre_test ,154 45 ,009 ,944 45 ,029
Post_test ,210 45 ,000 ,890 45 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post_test - Pre_test Negative Ranks 1a 4,00 4,00
Positive Ranks 44b 23,43 1031,00
Ties 0c
Total 45
a. Post_test < Pre_test
b. Post_test > Pre_test
c. Post_test = Pre_test
Test Statisticsa
Post_test - Pre_test
Z -5,822b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Reliability Statistics
,956 22
RIWAYAT HIDUP
67
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi ia melanjutkan studinya di Fakultas Farmasi
Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan Program Studi D-3 Farmasi pada angkatan 2016.
Setelah menyelesaikan program studi D-3, penulis berminat untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi dan dapat mengabdikan diri dibidang kefarmasian yang berkompetensi serta
professional.