Anda di halaman 1dari 49

PROFIL PERESEPAN OBAT GENERIK DIAPOTEK X

KABUPATEN INDRAMAYU PERIODE


JANUARI – MARET TAHUN 2019

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi DIII Farmasi

Di susun oleh :
DIANA FITRI DAMAYANTI
NIM : 33178K16049

PROGRAM STUDI D 3 FARMAS


STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2018/2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Profil Peresepan Obat Generik Di Apotek
X Kabupaten Indramayu Periode januari-Maret 2019 ” telah disetujui oleh dosen
pembimbing untuk diseminarkan.

Nama : Diana Fitri Damayanti

NIM : 33178k16049

Program Studi : DIII Farmasi

Dilaksanakan pada : Hari, Tanggal : Selasa, 14 Mei 2019

Tempat : STIKES Muhammadiyah Kuningan

STIKES Muhammadiyah Kuningan, 07 Agustus 2019

Menyetujui,

Pembimbing

Marini, M.Farm
NIDN.0418058204
LEMBAR PENGESAHAN

“PROFIL PERESEPAN OBAT GENERIK DI APOTEK X


KABUPATEN INDRAMAYU PERIODE JANUARI-MARET 2019”

Disusun Oleh:

DIANA FITRI DAMAYANTI

NIM: 33178K16049

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Ini Telah Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji

Pada Tanggal 07 Agustus 2019

Dalam Ujian Akhir Program (UAP) Diploma III Farmasi

STIKES Muhammadiyah Kuningan

Pembimbing : Marini, M.farm

Penguji I :

Penguji II :

Mengetahui,

Ketua STIKES Muhammadiyah Kuningan

Wawang Anwarudin, M.Sc.,Apt


NIDN.0419067803
PERSEMBAHAN

Sujud syukur ku persembahkan pada Allah SWT yang maha kuasa, berkat rahmat-Nya
hingga saat ini saya dapat mempersembahkan karya tulis ilmiah kepada orang-orang
tersayang:

Kedua orang tuaku, kakak-kakakku .. Terima kasih atas doanya, terima kasih sudah
membesarkan, mendidik dan mendukungku. Maaf sudah merepotkan sampai saat ini,
sampai akhirnya bisa menyeleseikan karya tulis ilmiah ini.

Arsene Kana Ayyasi, terima kasih sayang sudah menjadi anak sholehnya ibun. Terima
kasih karena sudah menjadi anak yang baik, sudah membantu ibun tanpa mengeluh
karena waktunya ibun terbagi untuk menyeleseikan karya tulis ilmiah ini sampai akhirnya
selesei. I love you.....

Temen-temen seperjuangan, A bagus, mba Elis, mba Yuni, Chika, Teh fuji, mas Faiz,
Ade sugeng, terima kasih sudah menemani dalam suka dan duka, banyak perjuangan
yang sudah kita lewati, banyak canda tawa, banyak hal-hal yang saya dapatkan dari
kalian sampai akhirnya kita bisa menyeleseikan karya tulis ilmiyah ini.
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Diana Fitri Damayanti

NIM : 33178K16049

Program Studi : D III Farmasi

Dengan ini menyatakan, bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya dengan judul: Profil
Peresepan Obat Generik Di Apotek X Kabupaten Indramayu Periode Januari-Maret
2019”, adalah benar merupakan hasil karya saya dan bukan merupakan plagiat dari karya
orang lain. Apabila suatu saat saya terbukti melakukan plagiat maka saya bersedia
diproses dan menerima sanksi akademis maupun hukum sesuai dengan hukum dan
ketentuan yang berlaku, baik institusi maupun dimasyarakat dan hukum negara.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan rasa penuh tanggung
jawab sebagai anggota masyarakat ilmiah.

Saya yang menyatakan,

Diana Fitri damayanti


ABSTRAK

Masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui tentang obat generik dan menganggap
obat generik adalah obat yang kualitas, khasiatnya kurang baik. Disamping itu sebagian
dokter lebih memilih menuliskan resep obat-obat generik bermerek daripada obat
generik. Sesuai permenkes RI No.HK.02.02/Menkes/068/2010 tentang kewajiban
menggunakan obat generik difaslitas pelayanan kesehatan pemerintah, penelitian ini
bertujuan mengetahui persentase peresepan dan penggantian obat generik dengan
mengambil data resep di Apotek X Kabupaten Indramayu selama Januari-Maret 2019
kemudian dikelompokkan menjadi obat generik, obat generik bermerek, lain-lain,
penggantian obat generik ke obat generik bermerek dan penggantian obat generik
bermerek ke obat generik kemudian dihitung persentasenya dan menghasilkan data yaitu,
persentase peresepan obat generik 41, 52%, obat generik bermerek 44,91%, penggantian
obat generik ke obat generik bermerek 18,36%, penggantian obat generik bermerek ke
obat generik 3,77%. Sehingga menunjukan bahwa memang kurangnya informasi,
penyuluhan, pemahaman, dan promosi membuat masyarakat dan praktisi medis masih
menganggap obat generik adalah obat yang berkualitas kurang baik.

Kata kunci : Resep, obat generik, persentase


ABSTACT

Many people still do not know about generics and consider generic drugs as quality
drugs, less useful properties. Besides that, some doctors prefer to prescribe branded
generic drugs rather than generic drugs. In accordance with Permenkes RI No.HK.02.02
/ Menkes / 068/2010 concerning the obligation to use generic drugs for the fasility of
government health services, This study aims to determine the percentage of prescription
and replacement of generic drugs by taking prescription data in Pharmacy X of
Indramayu Regency during January-March 2019 then grouped into generic drugs,
branded generic drugs, others, replacement of generic drugs to branded generic drugs
and replacement of branded generic drugs to generics then the percentage is calculated
and the data are generated, the percentage of prescription for generic drugs 41, 52%,
branded generic drugs 44.91%, replacement of generic drugs for branded generic drugs
18.36%, replacement of generic drugs for generic drugs 3.77%. So it shows that indeed
the lack of information, counseling, understanding, and promotion makes the public and
medical practitioners still consider generic drugs to be of poor quality.

Keywords: Prescription, generic drugs, percentage


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “ Profil Peresepan Obat
Generik Di Apotek X Kabupaten Indramayu Periode Januari-Maret 2019” dapat
tersusun atas dukungan pembimbing dan semua pihak.

Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar ahli Madya farmasi (A.Md.Farm) pada
program D III Farmasi.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini cukup mengalami kesulitandan
hambatan,namun berkat dorongan dan arahan dari pembimbing akhirnya saya dapat
menyeleseikannya, untuk itu sudah selayaknya saya ucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:

1. Bapak Wawang Anwarudin, M.Sc.,Apt Selaku Direktur STIKES Muhammadiyah


Kuningan,
2. Ibu Marini, S.Farm., selaku Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah (KTI),
3. Seluruh Dosen, Staf Tata Usaha STIKES Muhammadiyah Kuningan yang telah
membantu saya selama ini,
4. Kedua orang Tuan yang senantiasa membantu dalam do’a dan memberikan
motivasi kepada saya,
5. Teman-teman yang telah membantu serta memberikan semangatnya selama ini,
6. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Saya berharap penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi saya sendri.

Kuningan, 07 Agustus 2019

Diana Fitri Damayanti


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................

DAFTAR TABEL..............................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................

BAB 1...............................................................................................................................

1.1. Latar belakang......................................................................................


1.2. Rumusan Masalah......................................................................................
1.3. Pembatasan Masalah.................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian....................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................................

BAB II...................................................................................................................................

2.1. Kesehatan........................................................................................................

2.1.1 Definisi Kesehatan.............................................................................

2.1.2 Tujuan Kesehatan..................................................................................

2.1.3 Tujuan Pembangunan Kesehatan..........................................................

2.1.4 Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan.....................................................

2.2. Apotek............................................................................................................

2.2.1 Definisi Apotek.............................................................................

2.2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek......................................................................

2.2.3 Persyaratan Apotek.............................................................................

2.3. Penggolongan Obat...........................................................................................

2.3.1 Berdasarkan Jenisnya...........................................................................

2.3.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat....................................................

2.3.3 Berdasarkan Tempat Atau Lokasi Pemakaiannya................................

2.3.4 Berdasarkan Cara Pemberiaannya........................................................


2.3.5 Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkannya................................................

2.3.6 Berdasarkan Penamaannya...................................................................

2.4. Obat Generik.................................................................................................

2.4.1 Manfaat Obat Generik.........................................................................

2.4.2 Faktor-Faktor yang Menghambat Masyarakat Terhadap Obat Generik...

2.4.3 Kebijakan Obat Generik.......................................................................

2.4.4 Obat Generik Adalah Hak Pasien..........................................................

2.5. Obat..................................................................................................................

2.5.1 Definisi Obat........................................................................................

2.5.2 Peran Obat.............................................................................................

2.6. Pengelolaan Resep............................................................................................

BAB III................................................................................................................................

3.1. Jenis Penelitian..................................................................................................

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................................

3.3. Sampel..............................................................................................................

3.4. Instrumen Penelitian.........................................................................................

3.5. Metode Pengumpulan Data...........................................................................

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis data...............................................................

3.7.1 Teknik Pengolahan Data........................................................................

3.7.2 Analisis Data............................................................................................

3.8. Alur Penelitian..........................................................................................

BAB IV.................................................................................................................................

4.1. Hasil Dan Pembahasan..................................................................................

BAB V................................................................................................................................

5.1. Kesimpulan.........................................................................................................
5.2. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persentase peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu....................

Gambar 4.2 Persentase penggantian peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu...


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah peresepan obat generik dan generik bermerek di Apotek Kabupaten
Indramayu Januari-Maret 2019.........................................................................

Tabel 4.2 Data jumlah peresepan obat di apotek x kabupaten Indramayu periode januari-
maret 2019.......................................................................................................

Tabel 4.3 Data jumlah persentase peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu
periode januari-maret 2019...............................................................

Tabel 4.4 Data jumlah penggantian resep di Apotek X Kabupaten Indramayu periode
januari-maret 2019............................................................................................

Tabel 4.5 Data jumlah persentase penggantian resep obat di Apotek X Kabupaten
Indramayu periode januari-maret 2019..............................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar contoh resep obat generik................................................................

Lampiran 2. Gambar contoh resep obat generik bermerek................................................

Lampiran 3. Cara perhitungan persentase obat generik, generik bermerek,......................

Lampiran 4. Cara perhitungan persentase penggantian resep obat generik ke obat generik
bermerek dan penggantian resep obat generik bermerek ke obat generik.....

Lampiran 5. Daftar nama obat generik yang terdapat di Apotek X Kabupaten Indramayu..

Lampiran 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat
generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pemerintah..................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan zat atau bahan yang digunakan untuk permasalahan kesehatan
masyarakat antara lain digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan mencegah
komplikasi atau kecacatan akibat suatu penyakit. Obat juga merupakan zat atau bahan
yang dapat menyebabkan kerugian pada orang yang menggunakan secara tidak bijak.
Secara umum, obat terbagi menjadi dua yaitu obat paten dan obat generik (Putra, 2012).
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang sudah terdaftar dan hanya
diproduksi oleh industri yang memiliki hak paten. Obat generik adalah obat dengan nama
resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Pemerintah
mengeluarkan obat generik dengan maksud agar tingkat kesehatan yang baik dapat
dicapai oleh setiap lapisan masyarakat sehingga ditetapkan kebijakan mengenai
kewajiban penggunaan obat generik yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di
Fasilitas Pelayanan Pemerintah.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan harga obat yang lebih rendah
sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/068/I/2010
Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik). Adapun harga obat generik terbaru,
sebanyak 453 item, ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
Nomor HK.0301/Menkes/146/I/2010.
Berdasarkan data Nasional penggunaan obat generik di Indonesia hingga kini
masih tergolong rendah, padahal meskipun harganya jauh lebih murah, kualitas dan
khasiatnya sama dengan obat dagang (bermerek). Menurut data Departemen Kesehatan
RI (2010), peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik pemerintah
saat ini baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49 persen.
Ketersediaan obat esensial generik disarana pelayanan kesehatan juga baru 69,7 persen
dari target 95 persen.
Dalam lingkungan masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui apa itu obat
generik , dan perbedaannya dengan obat yang lainnya. Masyarakat masih menganggap
bahwa obat generik dengan harga kualitas dan khasiat yang kurang baik, sehingga
masyarakat mengansumsikan obat generik sebagai kelas dua yang artinya mutunya
kurang bagus. Obat generikpun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu. Kurangnya
informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang
sebelah mata. Disamping itu sebagian dokter lebih memilih menuliskan resep obat-obat
generik bermerek dari pada obat generik. Sehingga menggeser posisi obat generik di
masyarakat.
Menurut permenkes RI No.HK.02.02/Menkes/068/2010 tentang kewajiban
menggunakan obat generik difasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, dokter di rumah
sakit, di Apotek atau puskesmas dan unit pelaksana teknis lainnya dapat menyetujui
penggantian resep obat generik dengan obat bermerek dagang dalam hal bat generik
tertentu tersedia pada (pasal 8).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “PROFIL PERESEPAN OBAT GENERIK DI APOTEK X KABUPATEN
INDRAMAYU PERIODE JANUARI - MARET TAHUN 2019”.

1.2. Perumusan Masalah

1. Berapakah persentasi penerimaan resep obat generik dan obat generik bermerek
dari fasilitas pelayanan kesehatan pemerintahan di Apotek X Kabupaten
Indramayu?
2. Berapakah persentasi penggantian obat generik ke obat generik bermerek dan obat
generik bermerek ke obat generik di Apotek X Kabupaten Indramayu?

1.3. Batasan Masalah


1. Penelitian ini dibatasi pada resep yang diterima di Apotek X Kabupaten
Indramayu pada bulan Januari – Maret 2019.
2. Penelitian ini tidak menyertakan alasan penggantian obat.
3. Dalam penelitian ini hanya resep yang diterima dari fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintahan saja yang dijadikan sampel.
4. Dalam penelitian ini hanya mengambil resep asli dari dokter, bukan salinan resep
dari fasilitas pelayanan kesehatan pemerintahan.
5. Dalam proses penggantian obat dalam resep berdasarkan persetujuan pasien dan
mengabaikan dokter.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui persentase penerimaan resep obat generik dan obat generik bermerek
di Apotek X Kabupaten Indramayu.
2. Mengetahui persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek dan
obat generik bermerek ke obat generikber di Apotek X Kabupaten Indramayu.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Mempunyai gambaran mengenai peresepan obat dari resep yang diterima di
Apotek tersebut.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologis dan lebih mengenal
obat-obatan baik obat generik maupun obat generik bermerek.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan Karya
Tulis Ilmiah Kefarmasian.
2. Bagi Apotek
a. Sebagai tolak ukur dalam meningkatkan pelayanan obat di Apotek X
Kabupaten Indramayu.
b. Sebagai pacuan untuk menambah jumlah dan jenis obat generik di Apotek X
Kabupaten Indramayu.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologis bagi asisten Apoteker
dan Apoteker di Apotek X Kabupaten Indramayu
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini bisa dijadikan gambaran dan pengetahuan bagi
masyarakat agar lebih paham serta mengetahui obat generik dan mampu memilih
obat untuk pengobatannya yang efesien dan terjangkau.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan
2.1.1 Definisi Kesehatan
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa pengertian
Kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Sedangkan menurut Mu’rifah (2007:1.4) kesehatan pribadi adalah segala usaha
dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar mendapatkan kesenangan
hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaikbaiknya.
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja,
tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau
menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja,
atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, yakni mempunyai kegiatan,
misal sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi yang
lanjut usia, Soekidjo Notoatmodjo (2007:3).

2.1.2 Tujuan Kesehatan


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pendidikan, kesehatan,
lapangan kerja dan ketentraman hidup.

2.1.3 Tujuan Pembangunan Kesehatan


Tujuan pembangunan kesehtan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang
optimal berada ditangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah swasta dan bersama-
sama. Adapun untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk
tercapainya tujuan utama yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan.
b. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan
c. Peningkatan status gizi masyarakat.
d. Pengurangan kesakitan dan kematian.
e. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma
keluarga kecilyang bahagia dan sejahtera.

2.1.4 Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Dasar-dasar pembangunan nasional dibidang kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Semua warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar
dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
b. Pemerintah dna masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
c. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara
serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.

2.2 Apotek
2.2.1 Definisi Apotek
Menurut keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Apotek merupakan
suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat pada
masyarakat. Sedangkan Definisi Apotek menurut Peraturan Pemerintah no. 51 tahun
2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

2.2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Menurut PP No.51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Anonim, 2009).

2.2.3 Persyaratan Apotek


Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek, yaitu:
1. Lokasi dan Tempat
Jarak antara Apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi beli disekitar Apotek, kesehatan lingkungan, keamanan
dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
2. Bangunan
Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu dan perbekalan
kefarmasian.
3. Bangunan diapotek minimal terdiri dari:
a. Ruang Tunggu
b. Ruang Administrasi dan ruang kerja Apoteker
c. Ruang penyimpanan obat
d. Ruang peracikan dan penyerahan obat
e. Tempat pencucian obat
f. Kamar mandi dan toilet.
4. Perlengkapan
Perlengkapan Apotek yang harus dimiliki yaitu:
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan, seperti mortal, timbangan,
gelas ukur dan lain sebagainya.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
c. Pengemas dan pembungkus, seperti etiket
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
e. Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia,
Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan perundang-undangan
tentang apotek.
f. Alat Administrasi.

2.3 Penggolongan Obat


Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
menggolongkan obat menjadi beberapa bagian, yaitu:

2.3.1 Berdasarkan Jenisnya


1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2
(dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006) :
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras dan Obat Psikotropika


Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat. Obat psikotropika
adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam,
Phenobarbital (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras

Menurut UU No.5 Tahun 1997 psikotopika digolongkan menjadi (Presiden


Republik Indonesia, 1997):
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
etisiklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi metilamfetamin (MDMA).
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan fensiklidin.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amobarbital, pentabarbital, dan siklobarbital.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Obat narkotika ditandai dengan simbol
palang medali atau palang swastika.

Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika

2.3.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat


Obat digolongkan menjadi lima jenis :
1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri
atau mikroba, contoh: antibiotik. 8
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum,
vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit
nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh: vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection. Selain itu,
obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan
antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain.

2.3.3 Berdasarkan Tempat Atau Lokasi Pemakaiannya


Obat dibagi dua golongan :
1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen.
2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotic.

2.3.4 Berdasarkan Cara Pemberiannya


Obat digolongkan menjadi enam jenis :
1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk,
kapsul, tablet sirup.
2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh
suppositoria, laksatif. 9
3. Sublingual, obat yang diletakkan di bawah lidah dan melalui selaput lendir
masuk ke pembuluh darah agar mendapaktkan efek obat yang lebih cepat.
Contoh: tablet hisap, hormone.
4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan
secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakutan.
5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6. Melalui selaput perut, intraperitoneal.

2.3.5 Berdasrkan Efek yang Ditimbulkannya


Obat digolongkan menjadi dua jenis :
1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit,
telinga, mata.

2.3.6 Berdasarkan Penamaannya


Obat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang
disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing
produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.

2.4 Obat Generik


Obat generik adalah obat yang diproduksi dengan mengopi formula obat paten
atau obat originator yang masa patennya telah habis dan diproduksi ulang oleh produsen
dengan nama dagang sesuai dengan zat aktifnya tanpa membayar royalti. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa obat generik memiliki persamaan dengan obat paten
dalam hal zat aktifnya (zat utama dalam obat), dosis, indikasi (khasiatnya), dan bentuk
sediaan (kapsul, tablet, sirop dan sebagainya). Jadi dapat dipastikan obat generik
semujarab obat paten jika diberikan dengan cara yang sama.
Obat generik bermerek adalah obat yang diproduksi dengan mengopi formula
obat paten yang masa patennya telah habis dan diproduksi ulang oleh produsen dengan
nama dagang sesuai keinginan produsen tanpa membayar royalti.
Contoh Obat Generik dan Obat Generik Bermerek
NO NAMA OBAT GENERIK NAMA OBAT GENERIK BERMEREK
1 Acyclovir 200mg Acifar 200mg
2 Allopurinol 100mg Alofar 100mg
3 Ambroxol Extropect
4 Amlodipine 5mg Zevask 5mg
5 Amoxillin 500mg Amoxan 500mg
6 Asama mefenamat 500mg Mefinal
7 Betahistin 6mg Versyl
8 Captopril 25mg Ottoryl
9 Cefadroxyl 500mg Lostacef 500mg
10 Cefixim Helixim
11 Dexametasone flacoid
12 Glibenclamide latibet
13 Griseofulvin Omefulvin
14 Ketoprofen Retrofen
15 Lansoprazol Lokev
16 Metformin500mg Eraphage
17 Metylprednisolon Ometilson
18 Natrium diclofenac Voltadex
19 Ranitidine Radine
2.4.1 Manfaat Obat Generik
Manfaat obat generik secara umum adalah:
1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan msyarakat untuk meningkatkan derajat
ksehatan masyarakat.
2. Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarkat golongan
ekonomi menengah kebawah.
3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan
obat yang bermerek dagnatg (obat paten).
2.4.2 Faktor yang Menghambat Masyarakat Terhadap Obat Generik
1. Akses Obat
Hal ini dalam rangka memenuhi kebutuhan obat pasien sesuai dengan resep
di setiap penjualan obat, yaitu membahas resep yang terlayani , resep yang tidak
terlayani oleh apotik, dan resep yang obatnya digantikan dengan obat lain yang
sejenis. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu :
a. Penggunaan obat yang rasional;
b. Harga yang terjangkau;
c. Pembiayaan yang berkelanjutan;
d. Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat menjamin
ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat.
2. Harga Obat
Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur harga obat tidak
transparan. Penelitian WHO menunjukkan perbandingan harga antara satu nama
dagang dengan nama dagang yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1:2 sampai
1:5. Penelitian di atas juga membandingkan harga obat dengan nama dagang dan
obat generik menunjukkan obat generik bukan yang termurah. Survai dampak krisis
rupiah pada biaya obat dan ketersediaan obat esensial antara 1997 - 2002
menunjukkan bahwa biaya resep rata-rata di sarana kesehatan sektor swasta jauh 13
lebih tinggi dari pada di sektor publik yang menerapkan pengaturan harga dalam
sistem suplainya.
3. Tingkat Keterbatasan Obat
Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit pemerintah dapat
berimplikasi secara langsung pada akses obat generik, sebagai gantinya pasien
membeli obat generik di apotik atau di praktek dokter. Apotik swasta mempunyai
obat generik lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan oleh dokter.
Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak. Selama banyak obat yang
tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar obat.
4. Informasi Obat
Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat kaitannya dengan
ketidaktahuan akan pengenalan, penggunaan dan pemanfaatan obat terutama bagi
mereka yang ingin memakai obat generik. Informasi obat, antara lain mengenai
khasiat, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai,
peringatanperingatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila perlu
informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen.
5. Keterjangkauan Obat
Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis, ekonomi dan
sosial politik. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau
dimana 5.707 diantaranya sudah bernama. Namun pulau yang telah berpenghuni
jumlahnya lebih kecil. Saat ini sebagian masyakat Indonesia tinggal di daerah
terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian lagi tinggal di daerah
rawan bencana baik bencana alam dan bencana buatan manusia seperti : ketidak- 14
stabilan politik dan tingginya tingkat kemiskinan. Dengan pola penyebaran
penduduk seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya perbedaan pengelolaan
obat sesuai dengan karateristik masing-masing daerah. Sebagai contoh kita dapat
melakukan pengelompokan Provinsi Kepulauan : Riau, NTB, NTT, Maluku dan
Maluku Utara lebih memiliki karakteristik geografis kepulauan. Sedangkan
propinsi di Kalimantan dan Papua dapat dikategorikan daratan luas dengan
hambatan transportasi. Kategori lain adalah Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan
Sulawesi.
2.4.3 Kebijakan Obat Generik
Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan
harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya. Agar upaya
pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka
kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut:
1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB).
Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan
disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan.
4. Peresepan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit-
unit pelayanan kesehatan.
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat
luas secara berkesinambungan.
7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala.

2.4.4 Obat Generik adalah Hak Pasien


UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah menguraikan
apa yang menjadi hak-hak seorang pasien, antara lain:
1. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur.
2. Hak untuk jaminan kemanan dan keselamatan.
3. Hak untuk ganti rugi.
4. Hak untuk memilih.
5. Hak untuk didengar.
6. Hak untuk mendapatkan advokasi.
7. Hak-hak yang diatur oleh perundang-undangan.
2.5 Obat
2.5.1 Definisi Obat
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau patokologi dalam
rangka pnetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan.
Definisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.

2.5.2 Peran Obat


Seperti yang sudah dijelaskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Penetapan diagnosa
2. Untuk pencegahan penyakit
3. Meyembuhkan penyakit
4. Memulihkan kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh nuntuk tujusn tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit

2.6 Pengelolaan Resep


Resep yang telah dilayani harus disimpan selama tiga tahun. Resep yang
disimpan diberi penandaan mengenai tanggal, bulan dan tahun pelayanan. Kemudian
resep disusun rapih agar mampu ditelusuri bila sewaktu-waktu diperlukan. Tanggal
terdekat dengan bulan layanan ditempatkan yang lebih mudah dijangkau agar mampu
ditelusuri dengan cepat. Untuk pengelolaan resep narkotik dan psikotropika. Pada
saat pelayanan resep narkotika diberi tanda garis warna merah.
Resep narkotika dan psikotropika harus terarsip dengan baik dan dicatat
dalam buku penggunaan obat narkotika dan psikotropika. Resep narkotika diarsipkan
dan disimpan selama tiga tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut resep.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data
penerimaan resep selama tiga bulan yaitu data penerimaan resep pada bulan Januari –
Maret 2019 yang terdapat di Apotek X Kabupaten Indramayu. Data yang merupakan data
kuantitatif ditampilkan dalam bentuk tabel, sedangkan data kualitatif ditampilkan dalam
bentuk uraian.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret Tahun 2019 di Apotek X
Kabupaten Indramayu.

3.4 Sampel
Sampel yang digunakan yaitu data penerimaan resep pada bulan Januari -
Maret tahun 2019. Data resep yang dijadikan sampel yaitu data penerimaan resep asli dari
dokter, bukan salinan resep.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan pengamatan secara langsung. Pengamatan secara langsung yaitu penelitian
dilakukan dengan menggunakan evaluasi data resep.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data resep yang berasal
dari konsumen yang membeli obat di Apotek X Kabupaten Indramayu.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengkategorikan data sejenis
yaitu dengan menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori,
yaitu:
1. Kategori obat generik yang tertulis dalam resep.
2. Kategori obat generik bermerek yang tertulis dalam resep.
3. Kategori obat lain-lain, terdiri dari suplemen dan alat kesehatan.
4. Kategori penggantian dari obat generik ke obat generik bermerek, yaitu
penggantian dari obat generik ke obat generik bermerek dengan alasan tertentu.
5. Kategori penggantian dari obat generik bermerek ke obat generik, yaitu
penggantian obat generik bermerek ke obat generik dengan alasan tertentu.

3.7.2 Analisis Data

Dari data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dihitung
dalam bentuk persentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Jumlah R/ pada sampel resep yang diterima.
yaitu menghitung jumlah R/ pada sampel resep yang diterima selama tiga
bulan. Dimana data dikelompokan dahulu menjadi 5 kelompok yaitu obat generik,
obat generik bermerek, lain-lain, penggantian obat generik ke obat generik
bermerek, penggantian obat generik bermerek ke obat generik.
2. Persentasi peresepan obat generik.
Yaitu perbandingan jumlah item obat generik dengan jumlah keseluruhan
item obat dikali 100%. Data tersebut diperoleh dari data penerimaan resep.
a. Jumlah item obat generik = G
b. Jumlah keseluruhan item obat = N
𝑮
c. Perhitungan = 𝑵 x 100%

3. Persentase peresepan obat generik bermerek


Yaitu perbandingan jumlah item obat generik bermerek dengan jumlah
keseluruhan item obat dikali 100%.
a. Jumlah item obat generik bermerek = B
b. JUmlah keseluruhan item obat = N
𝑩
c. Perhitungan = 𝑵 x 100%

4. Persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek


Yaitu perbandingan jumlah penggantian obat generik ke obat generik
bermerek dengan jumlah item obat generik dikali 100%.
a. Jumlah penggantian obat generik ke obat generik bermerek = GB
b. Jumlah item obat generik = ∑G
𝑮𝑩
c. Perhitungan = ∑𝑮x 100%

5. Persentase penggantian obat generik bermerek ke obat generik


Yaitu perbandingan jumlah penggantian oat generik bermerek ke obat
generik dengan jumlah item obat generik bermerek dikali 100%.
a. Jumlah penggantian obat generik bermerek ke obat generik = BG
b. Jumlah item obat generik bermerek = ∑B
𝐵𝐺
c. Perhitungan = ∑𝐵x 100%
3.8 Alur Penelitian

Persiapan Administrasi

1. Izin Penelitian
2. Peralatan bantu penelitian

Pelaksanaan Penelitian

1. Penelitian dilakukan di Apotek X


Kabupaten Indramayu
2. Pengambilan Sempel
3. Pencatatan Data Peresepan
4. Pengolahan dan pengelompokan Data
peresepan
5. Perhitungan persentase peresepan

Analisis Data

1. Jumlah R/ pada sampel resep


2. Persentase peresepan Obat generik
3. Persentase peresepan obat generik bermerek
4. Persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek
5. Persentase penggantian obat generik bermerek ke obat generik

Pembahasan dan Penyusunan laporan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Peresepan di Apotek X Kabupaten Indramayu

Pada Tabel 4.1 diketahui jumlah peresepan obat generik dan obat generik bermerek
di Apotek X Kabupaten Indramayu periode Januari-Maret 2019 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah peresepan obat generik dan generik bermerek di Apotek X Kabupaten
Indramayu Januari-Maret 2019.

NO JUMLAH OBAT OBAT LAIN- PERGANTIAN


R/ GENERIK GENERIK LAIN G-GB GB-G
BERMEREK
1. 1 0 1 0 0 0
2. 1 0 1 0 0 0
3. 3 3 0 0 0 0
4. 1 1 0 0 0 0
5. 4 3 1 0 0 0
6. 1 0 1 0 0 0
7. 1 0 1 0 0 0
8. 1 1 0 0 1 0
9. 1 1 0 0 1 0
10. 1 0 1 0 0 0
11. 1 0 1 0 0 0
12. 3 0 1 2 0 0
13. 7 7 0 0 0
14. 1 1 0 0 1 0
15. 1 1 0 0 0 0
16. 1 0 1 0 0 0
17. 1 0 1 0 0 0
18. 1 1 0 0 1 0
19. 1 1 0 0 1 0
20. 1 0 0 1 0 0
21. 2 0 0 2 0 0
22. 1 0 0 1 0 0
23. 1 0 0 1 0 0
24. 3 2 0 1 0 0
25. 1 0 1 0 0 0
26. 1 0 1 0 0 0
27. 1 0 1 0 0 0
28. 2 2 0 0 0 0
29. 1 0 0 1 0 0
30. 1 0 1 0 0 0
31. 1 1 0 0 1 0
32. 4 3 1 0 0 0
33. 1 0 1 0 0 0
34. 1 0 1 0 0 0
35. 1 0 1 0 0 0
36. 1 0 1 0 0 0
37. 1 0 0 1 0 0
38. 1 0 1 0 0 0
39. 4 2 2 0 0 2
40. 1 0 1 0 0 0
41. 1 1 0 0 0 0
42. 1 1 0 0 1 0
43. 1 0 1 0 0 0
44. 1 0 1 0 0 0
45. 7 3 4 0 0 0
46. 2 0 2 0 0 0
47. 2 0 2 0 0 0
48. 4 2 2 0 0 0
49. 1 0 1 0 0 0
50. 1 1 0 0 0 0
51. 1 0 1 0 0 0
52. 1 0 1 0 0 0
53. 2 0 1 1 0 0
54. 3 3 0 0 1 0
55. 1 0 1 0 0 0
56. 1 0 1 0 0 0
57. 1 0 1 0 0 0
58. 1 0 1 0 0 0
59. 1 0 1 0 0 0
60. 3 1 2 0 0 0
61. 1 0 1 0 0 0
62. 2 2 0 0 0 0
63. 1 1 0 0 0 0
64. 1 1 0 0 0 0
65. 1 0 1 0 0 0
66. 2 1 1 0 0 0
67. 2 1 1 0 1 0
68. 1 0 1 0 0 0
69. 3 0 0 3 0 0
70. 2 0 2 0 0 0
71. 1 0 0 1 0 0
72. 1 1 0 0 0 0
73. 1 0 0 1 0 0
JUMLAH 118 49 53 16 9 2

Tabel diatas dibuat agar lebih memudahkan untuk mengkategorikan beberapa


golongan sehingga didapat hasil pengelompokkan data dalam kategori-kategori obat
generik, obat generik bermerek, lain-lain, dan pergantian obat dari obat generik ke obat
generik bermerek dan penggantian obat generik bermerek ke obat generik.

Berdasarkan hasil penelitian pengambilan data resep periode Januari-Maret


2019 yang terdapat pada Tabel 4.1, maka diperoleh data jumlah obat generik, obat
generik bermerek dan obat lainnya yang terlihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2. Data jumlah peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu


NO GOLONGAN JUMLAH
ITEM OBAT
1 OBAT GENERIK 49
2 OBAT GENERIK BERMEREK 53
3 LAIN-LAIN 16
JUMLAH 118

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diatas dapat terlihat dengan jelas peresepan
obat generik lebih rendah dari peresepan obat generik bermerek, dan peresepan obat
generik bermerek lebih banyak dibandingkan kategori lainnya.

4.2 Persentase obat generik dan obat generik bermerk


Dari Tabel 4.2 kita dapat menghitung persentase peresepan obat sebagai berikut:
1. Persentase peresepan obat generik
a. Jumlah item obat generik = 49
b. Jumlah keseluruhan item obat = 118
49
c. Perhitungan = 118 x 100%

d. Hasil = 41,52%
2. Persentase peresepan obat generik bermerek
a. Jumlah item obat generik bermerek = 53
b. Jumlah keseluruhan item obat = 118
53
c. Perhitungan = 118 x 100%

d. Hasil = 44,91%
Tabel 4.3. Data jumlah persentase peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu
periode Januari-Maret 2019.
NO GOLONGAN OBAT PERSENTASE
PERESEPAN (%)
1 OBAT GENERIK 41.52%
2 OBAT GENERIK BERMEREK 44.91%

Persentase peresepan obat di Apotek X Kabupaten


Indramayu periode januari-maret 2019
Obat Generik Obat Generik Bermerek Lain-lain

13.57%
41.52%

44.91%

Gambar 4.1 Persentase peresepan obat di Apotek X Kabupaten Indramayu


Dari hasil penelitian persentase peresepan obat generik dan persentase
peresepan obat generik bermerek yang dilakukan dengan mengambil resep yang diterima
Apotek X Kabupaten Indramayu pada bulan Januari-Maret 2019 menunjukan bahwa
peresepan obat generik tidak lebih banyak dibandingkan peresepan obat generik
bermerek yaitu dengan hasil peresepan obat generik 41.52% dan persentase peresepan
obat generik bermerek 45,91% selebihnya masuk dalam kategori lain-lain yaitu 13,57%.
Rendahnya peresepan obat generik menunjukan bahwa kurangnya informasi
dan pemahaman tentang obat generik dapat menjadi penyebab utama timbulnya berbagai
masalah terutama dalam hal tanggapan masyarakat dan praktisi medis terhadap
kepentingan dan kebutuhan obat generik.
Karena harga obat generik relatif lebih murah sehingga masyarakat
menganggap obat generik tidak sebagus obat generik bermerek. Sebagian dokter pun
lebih memilih menuliskan resep obat-obat generik bermerek dibandingkan obat generik.
Sehingga resep obat generik bermerek lebih banyak diterima difasilitas kesehatan
daripada obat generik. Meskipun dalam Permenkes RI no.085/menkes/ks/1/1989 jelas
disebutkan bahwa kewajiban menulis resep atau obat generik difasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah. Dan Peraturan Menteri Kesehatan no.02.02/Menkes/1/068/2010
yang menginstruksikan semua fasilitas kesehatan pemerintah wajib menuliskan resep
dan atau menggunakan obat generik, ternyata penggunaan obat generik belum seperti
yang diharapkan.
Banyak faktor yang menyebabkan persentase peresepan obat generik lebih
rendah difasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, informasi, pemahaman,
penyuluhan dan promosi obat generik harus lebih ditingkatkan sehingga masyarakat
dapat mengetahui kelebihan obat generik. Sama halnya penulis resep pun yakni dokter
dapat lebih rasional dan bijak dalam penulisan resep dengan obat generik.
Sebagian orang awam mungkin akan menerima begitu saja dengan harga obat
yang relatif lebih murah. Tetapi sebagian orang atau kalangan medis, kaum intelektual
memerlukan bukti dengan obat generik bermerek yang harganya relatif lebih mahal.
Diperlukan juga Informasi penelitian obat generik tersebut, sehingga masyarakat percaya
bahwa obat generik memiliki kualitas yang sama dengan obat generik bermerek dan
tenaga kesehatan terutama dokter tidak ragu untuk menulis resep dengan obat generik.
4.3 Persentase Penggantian Obat Generik ke Obat Bermerek dan Obat Generik
Bermerk ke Obat Generik
Dari hasil data penelitian pada Tabel 4.1 dapat diketahui data penggantian
resep obat sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data jumlah penggantian resep obat di Apotek X Kabupaten Indramayu
Januari-Maret 2019.
NO PENGGANTIAN OBAT JUMLAH
ITEM OBAT
OBAT GENERIK KE OBAT GENERIK 9
1
BERMEREK
OBAT GENERIK BERMEREK KE 2
2
OBAT GENERIK

Berdasarkan data diatas terdapat beberapa penggantian obat dalam resep, baik
penggantian obat generik ke obat generik bermerek ataupun sebaliknya penggantian obat
generik bermerek ke obat generik.
Dari Tabel 4.4 kita dapat menghitung persentase penggantian obat sebagai
berikut:
1. Menghitung persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek.
a. Jumlah penggantian obat generik ke obat generik bermerek = 9
b. Jumlah item obat generik = 49
9
c. Perhitungan = 49 x100%

d. Hasil = 18,36%

2. Menghitung persentase penggantian obat generic bermerek ke obat generic.


a. Jumlah penggantian obat generik bermerek ke obat generik = 2
b. Jumlah item obat generic bermerek = 53
2
c. Perhitungan = 53 x 100%

d. Hasil = 3,77%
Tabel 4.5. Data jumlah persentase penggantian resep obat di Apotek X Kabupaten
Indramayu periode Januari-Maret 2019
PERSENTASE
NO PENGGANTIAN OBAT
PENGGANTIAN
OBAT GENERIK KE OBAT GENERIK 18,36%
1
BERMEREK
OBAT GENERIK BERMEREK KE 3.77%
2
OBAT GENERIK

Persentase Penggantian Peresepan Obat di


apotek X Kabupaten Indramayu januari-
Maret 2019
Obat Generik ke generik Bermerek Obat Generik Bermerek ke Obat Generik
Tidak ada pergantian

18.36% 3.77%

77.87%

Gambar 4.2 Persentase penggantian peresepan obat di Apotek X Kabupaten


Indramayu

Dari hasil data diatas terdapat beberapa penggantian obat dalam resep, baik
penggantian obat generik ke obat generik bermerek maupun penggantian obat generik
bermerek ke obat generik yaitu dengan persentase penggantian obat generik ke obat
generik bermerek 18,36%, persentase penggantian obat generic bermerek ke obat generik
3,77% dan selebihnya 77,87% tidak ada pergantian.
Penggantian obat generik ke obat generik bermerek disebabkan beberapa faktor
saat itu seperti kurangnya ketersediaan obat generik tersebut di Apotek. Baik itu apotek
tidak menjual ataupun kehabisan stok obat. Sehingga pihak Apoteker mengganti obat
generik ke obat generik bermerek tanpa persetujuan dokter hanya persetujuan pasien saja
karena keterbatasan. Sesuai dengan Permenkes RI No.02.02/Menkes/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generik difasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, dokter
dirumah sakit, di Apotek atau puskesmas dan unit pelaksana teknis lainnya dapat
menyetujui penggantian resep obat generik dengan obat bermerek dagang dalam hal obat
generik tertentu tidak tersedia.
Dalam penelitian juga terdapat penggantian obat generik bermerek ke obat
generik. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut biasanya harga obat generik bermerek
yang relatif lebih mahal sehingga untuk beberapa golongan masyarakat khususnya orang
kurang mampu tidak bias menjangkau untuk membeli obat tersebut. Sehingga pasien
lebih memilih untuk diganti dengan obat yang harganya lebih murah tetapi khasiat dan
kualitasnya sama dengan obat dalam resep tersebut. Dengan adanya Peraturan
Pemerintah No 51 tahun 2009 pasal 24 tentang pekerjaan kefarmasian seorang apoteker
berwenang mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dan/atau pasien. Sehingga
apoteker mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan obat generik yng memiliki
komponen aktif yang sama, walaupun ada beberapa yang tanpa prsetujuan dokter hanya
pasien saja karena keterbatasan dan mendesak.
Dengan persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek 18,36%
dan persentase penggantian obat generik bermerek ke obat generik 3,77%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan obat generik di Apotek X Kabupaten Indramayu belum
cukup memadai. Penggunaan obat generik memang bias membantu efisiensi biaya
kesehatan. Tetapi faktor rendahnya permintaan dari dokter yang meresepkan obat generik
sehingga tidak semua obat generik tersedia difasilitas kesehatan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil perhitungan persentase peresepan obat di Apotek X kabupaten Indramayu
januari-maret 2019 diperoleh persentase peresepan obat generik 41,52%,
persentase peresepan obat generik bermerek 44,91%. Rendahnya peresepan obat
generik menunjukan bahwa kurangnya informasi, pemahaman, penyuluhan dan
promosi tentang obat generik dapat menjadi penyebab utama timbulnya berbagai
masalah terutama dalam hal tanggapan masyarakat dan praktisi medis terhadap
kepentingan dan kebutuhan obat generik.
2. Hasil perhitungan persentase penggantian obat di Apotek x Kabupaten Indramayu
Januari-Maret 2019 diperoleh persentase obat generik ke obat generik bermerek
sebanyak 18,36%, dan persentase penggantian obat generik bermerek ke obat
generik sebanyak 3,77%. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penggantian
obat generik ke obat generik bermerek adalah kurangnya ketersediaan obat
generik di Apotek, baik karena kekosongan ataupun tidak menjual, harga obat
generik bermerek relatif lebih mahal sehingga untuk beberapa golongan
masyarakat tidak mampu menjangkau untuk membeli obat tersebut, sehingga
pasien lebih memilih tidak menebus atau mengganti dengan obat yang harganya
lebih murah tetapi komponen aktif, khasiat dan kualitasnya sama dengan obat
yang terdapat dalam resep.

5.2 Saran
1. Kepada Apotek atau sarana pelayanan kesehatan diharapkan dengan adanya
penelitian ini lebih memperbanyak obat generik sehingga tidak ada
penggantian obat ke obat generik bermerek.
2. Kepada dokter diharapkan lebih bijak dan rasional dalam menuliskan resep
menggunakan obat generik dibandingkan obat generik bermerek. Lebih
menyampaikan informasi tentang penggunaan obat generik kepada pasien
sehingga pasien tidak menganggap obat generik obat tidak berkualitas.
3. Kepada pasien diharapkan lebih berfikir rasional akan obat generik, bukan
karena harganya yang relatif murah sehingga dicap sebagi obat kualitas
rendah. Dan jangan malu bertanya tentang obat-obat generik kepada tenaga
kesehatan sehingga menambah pengetahuan tentang obat generik.
4. Kepada Apoteker diharapkan berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter
dalam mengganti obat dalam resep dan lebih meningkatkan penyuluhan
informasi tentang obat generik kepada masyarakat. Sehingga masyarakat
mengetahui tentanng obat generik.
5. Kepada pemerintah diharapkan lebih meningkatkan upaya untuk penyuluhan
obat generik dan penelitian-penelitian tentang obat generik, sehingga
golongan para medis dan kaum intelektual tidak ragu untuk menuliskan resep
obat generik.
DAFTAR PUSTAKA

1. A Adji Prayitno. 2010. Obat Generik Tidak Kalah Dengan Obat Generik Bermerek.
www.ubaya.ac.id
2. Amiyati, Mia. 2014. Analisis Peresepan Obat Generik di Apotek X Kabupaten
Kuningan Periode Januari 2014. Akademi Farmasi Muhammadiyah Kuningan.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.
4. Departemen Kesehatan RIb, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010, tentang kewajiban menggunakan obat
generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
5. Firmansyah, M. (2009). Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi dan
Kesehatan. Jakarta: Transmedia Pustaka.
6. http://health.kompas.com Tentang Mengenal Obat Generik.
7. http://www.academia.edu tentang Penggolongan Obat.
8. https://id.wilkipedia.org/wiki/kesehatan “tentang kesehatan”.
9. http://www.smallcrab.com tentang kesehatan, obat dan perannya terhadap kesehatan.
10. Kepmenkes RI No. HK.03.01/MENKES/146/I/2010, tentang harga obat generik.
11. Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Apotek.
12. Kepmenkes RI No.085/Menkes/SK/1/1989 Tentang Kewajiban menulis resep tau
menggunakan obat generik difasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
13. Mu’rifah. (2007). “ Materi Pokok Pendidikan Kesehatan.” Jakarta: Universitas
Terbuka.
14. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 Tentang Tugas dan Fungsi Apotek.
15. Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta 2007.
16. Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
17. Undang- Undang RI No. 5 tahun 1997 Tentang psikotropika.
18. Undang – Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan.
19. Yunarto, Nanang. 2010. Revitalisasi Penggunaan Obat Generik.
CARA PERHITUNGAN PERSENTASE RESEP OBAT GENERIK DAN OBAT
GENERIK BERMEREK

1. Jumlah R/ pada sampel resep yang diterima.


yaitu menghitung jumlah R/ pada sampel resep yang diterima selama tiga
bulan. Dimana data dikelompokan dahulu menjadi 5 kelompok yaitu obat generik,
obat generik bermerek, lain-lain, penggantian obat generik ke obat generik
bermerek, penggantian obat generik bermerek ke obat generik.
2. Persentasi peresepan obat generik.
Yaitu perbandingan jumlah item obat generik dengan jumlah keseluruhan
item obat dikali 100%. Data tersebut diperoleh dari data penerimaan resep.
d. Jumlah item obat generik = G
e. Jumlah keseluruhan item obat = N
𝑮
f. Perhitungan = 𝑵 x 100%

3. Persentase peresepan obat generik bermerek


Yaitu perbandingan jumlah item obat generik bermerek dengan jumlah
keseluruhan item obat dikali 100%.
d. Jumlah item obat generik bermerek = B
e. JUmlah keseluruhan item obat = N
𝑩
f. Perhitungan = 𝑵 x 100%
CARA PERHITUNGAN PERSENTASE PENGGANTIAN RESEP OBAT
GENERIK KE OBAT GENERIK BERMEREK DAN PENGGANTIAN
RESEP OBAT GENERIK BERMEREK KE OBAT GENERIK

1. Jumlah R/ pada sampel resep yang diterima.


yaitu menghitung jumlah R/ pada sampel resep yang diterima selama tiga
bulan. Dimana data dikelompokan dahulu menjadi 5 kelompok yaitu obat generik,
obat generik bermerek, lain-lain, penggantian obat generik ke obat generik
bermerek, penggantian obat generik bermerek ke obat generik.

2. Persentase penggantian obat generik ke obat generik bermerek


Yaitu perbandingan jumlah penggantian obat generik ke obat generik
bermerek dengan jumlah item obat generik dikali 100%.
d. Jumlah penggantian obat generik ke obat generik bermerek = GB
e. Jumlah item obat generik = ∑G
𝑮𝑩
f. Perhitungan = ∑𝑮x 100%

3. Persentase penggantian obat generik bermerek ke obat generik


Yaitu perbandingan jumlah penggantian oat generik bermerek ke obat
generik dengan jumlah item obat generik bermerek dikali 100%.
d. Jumlah penggantian obat generik bermerek ke obat generik = BG
e. Jumlah item obat generik bermerek = ∑B
𝐵𝐺
f. Perhitungan = ∑𝐵x 100%
DAFTAR NAMA OBAT GENERIK YANG TERDAPAT DI APOTEK X
KABUPATEN INDRAMAYU

1. Sediaan Tablet
NO NAMA OBAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.

Anda mungkin juga menyukai