Oleh
YUNIZES EFNITA CANDRA
NIM 2019196
AKADEMI FARMASI
YAYASAN RANAH MINANG
PADANG
2020
Karya Tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
akhir program studi D-III pada Akademi Farmasi Yayasan Ranah Minang
Padang
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Nim : 2019196
penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2020 “. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi, Yayasan
Ranah Minang Padang.
iv
5. Bapak Bustami, Ama.Pd dan Ibu Zelfi Nerisdawati (Alm) selaku orang
tua. Terimakasih atas segala didikan, kasih sayang dan doa, yang telah
diberikan, dan semoga Allah, S.W.T menempatkan mereka di Surga-
Nya kelak, Aamiin.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu, memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terjadi
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua piihak. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.
Penulis
v
YAYASAN RANAH MINANG PADANG
AKADEMI FARMASI
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2020
Yunizes Efnita Candra
Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten pesisir Selatan
Tahun 2020
ix + 50 Halaman, 8 tabel, 1 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK
Pengelolaan Obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Pengelolaan Obat di Puskesmas yang baik akan menghindari permasalahan obat
kosong, obat berlebih, obat rusak dan obat Expired Tujuan dilakukan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Profil pengelolaan Obat di Puskesmas Surantih
Kabupaten pesisir selatan tahun 2020, dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan
pada bulan juli 2020 di UPT puskesmas Surantih.
Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh adalah perencanaan obat sudah
sangat baik (88,9%), permintaan obat sudah sangat baik (90,9%), penerimaan obat
sudah sangat baik (90,9%), penyimpanan obat sudah sangat baik (92,7%),
pendistribusian obat sudah baik (80%), pengendalian obat sudah sangat baik
(100%), pencatatan dan pelaporan sudah baik (78,6%).
Diharapkan agar Puskesmas surantih dapat melengkapi sarana dan prasarananya,
dan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan agar dapat
menempatkan seorang Apoteker sebagai penanggungjawab pelayanan kefarmasian
Puskesmas
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
2. Rekomendasi Penelitian
4. Dokumentasi
VII
DAFTAR GAMBAR
VIII
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.6 Pengendalian 43
IX
DAFTAR ISI
X
2.3 Sarana dan Prasarana..................................................................................21
6.1 Kesimpulan................................................................................................49
6.2 Saran..........................................................................................................50
Daftar Pustaka
XI
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat).
1
Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas).
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
di puskesmas).
warga negara, melainkan harus ada pihak lain yang secara khusus memproduksi
kesehatan yang dapat diperoleh warga negara yang memerlukan sesuai dengan
kebutuhan dan menyediakan barang/jasa kesehatan bagi warga negara yang tidak
Tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar
2
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah meliputi standar:
pelaporan efek samping Obat, pemantauan terapi Obat dan evaluasi penggunaan
dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang
secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain
dengan ruang penyerahan obat dan dirancang agar tenaga kefarmasian dapat
bertatap muka dengan pasien. Jenis dan jumlah minimum peralatan untuk ruang
dengan standar yang ditetapkan. Selain itu juga harus disediakan fasilitas
pendingin untuk penyimpanan obat -obatan khusus dan vaksin dengan suplai
listrik yang tidak boleh terputus. Demikian juga untuk gudang farmasi
3
puskesmas, penyimpann obat expired sementara dan Narkotika, Psikotropika,
masyarakat dan Bank Dunia selama tahun 1982/1983 dan tahun 1986/1987
dimana masalah tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dana tetapi juga
ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih penting
lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien (Anonim,
2005).
4
dua kecamatan yang berbeda di Kota Kediri tidak memenuhi persyaratan Depkes
wilayah Surabaya timur 60% gudang obat dan 65% kamar Obat tidak memenuhi
kabupaten Pesisir Selatan, tepatnya berada di Kenagarian Gunung Rajo, salah satu
tahun 2019 khususnya pada Triwulan ke empat pada Bulan Desember terjadi
kekurangan persediaan obat untuk beberapa item obat seperti Parasetamol, CTM,
dan permintaan obat yang tidak terealisasi sesuai yang diminta oleh puskesmas.
IFK Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu jika di tinjau dari
standar jumlah dan jenis peralatan penunjang pelayanan farmasi juga belum
tahun 2014.
5
1.2 Perumusan Masalah
6
1.3.2.6 Diketahuinya pengendalian obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir
Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020. Dalam penelitian ini peneliti
metode observasi, dan telaah dokumen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat
persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah
Menurut Ansel (1989), obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang
dapat dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati dan mencegah
penyakit pada manusia atau hewan. Menurut Tjay dan Rahardja (2003), obat
merupakan semua zat kimiawi, hewani maupun nabati dalam dosis yang layak
8
Dari segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan
untuk pencegahan dan pengobatan baik pada manusia maupun pada hewan. Obat
b. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang
buku lain.
c. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
d. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak
9
f. Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar
dengan persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji
Kesehatan.
g. Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan
seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim,
2001).
10
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan
antara lain dalam sistem manajemen informasi obat, dimana salah satu unsur
penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu
pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan
dengan yang lain. Selain itu, berbagaim kendala yang menimbulkan kegagalan atau
keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera
(Anonim, 2001).
11
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
Puskesmas).
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi
ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
12
pengobatan (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas).
kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih (PMK nomor 74
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Obat yang
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu (PMK nomor
13
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
Puskesmas ditambah satu bulan (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas).
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
14
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar
kontaminasi.
Puskesmas)
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat
(Anonim, 2006).
(Anonim, 2004):
1) Persyaratan gudang
15
d) Cahaya cukup
pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan
kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam
jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif (Anonim, 1995)
16
Pendistribusian Obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
Obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas).
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes.
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
undangan.
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
17
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
Penarikan Obat dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
18
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
19
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan
adalah Kepala Puskesmas, Petugas Gudang Obat dan Petugas Obat di sub
GFK.
pelaporan.
20
Petugas gudang obat membantu Kepala Puskesmas dalam hal
untuk petugas gudang obat serta mengamati mutu obat secara umum.
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pengelolaan obat dan bahan
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan
masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi
21
2. Ruang arsip
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas
antar fungsi.
22
Menurut PMK no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas Jenis dan Jumlah peralatan
untuk Untuk Ruang farmasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1
Kerangka konsep
PROSES
OUTPUT
INPUT 1. perencanaan kebutuhan Obat,
1. Obat
2. Permintaan Obat Kosong
Prasana 3. Obat
5. pendistribusian Obat
3. Kebijakan / berlebih
6. pengendalian Obat
SOP
7. Pencatatan dan pelaporan
24
3.2 Variabel Penelitian
diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari
sekelompok objek.
25
3.3 Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
1 Perencanaan Proses seleksi obat Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Kebutuhan yang melibatkan Telaah Observasi dan 100 %
Obat tenaga kesehatan yang Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
ada di Puskesmas dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dengan
mempertimbangkan
pola penyakit, pola
konsumsi obat periode
sebelumnya, data
mutasi obat, dan
rencana
pengembangan, dan
mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan
Formularium Nasional.
26
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
2 Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Permintaan Kegiatan memenuhi Telaah Observasi dan 100 %
Obat kebutuhan obat di Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Puskesmas yang dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
diajukan ke Dinas
kesehatan Kab/Kota
sesuai dengan
perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat.
3 Penerimaan kegiatan dalam Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat menerima Obat dari Telaah Observasi dan 100 %
Instalasi Farmasi Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Kabupaten/Kota atau dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
hasil pengadaan
Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah
diajukan
4 Penyimpanan kegiatan pengaturan Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat terhadap Obat yang Telaah Observasi dan 100 %
diterima agar aman Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
(tidak hilang), terhindar dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dari kerusakan fisik
maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin
27
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
5 Pendistribusian kegiatan dalam rangka Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat pengeluaran dan Telaah Observasi dan 100 %
pengiriman obat-obatan Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
yang bermutu, terjamin dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
keabsahannya serta tepat
jenis dan jumlahnya dari
gudang obat di unit-unit
pelayanan kesehatan
termasuk penyerahan
obat kepada pasien
6 Pengendalian kegiatan untuk Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat memastikan tercapainya Telaah Observasi dan 100 %
sasaran yang diinginkan Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
sesuai dengan strategi dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dan program yang telah
ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan
dan
kekurangan/kekosongan
Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar
28
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
7 Pencatatan dan Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
kegiatan dalam
pelaporan Telaah Observasi dan 100 %
pengelolaan Sediaan
Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Farmasi dan Bahan
dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima,
disimpan,
didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas
atau unit pelayanan
lainnya.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
yang lain.
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode
statistik yang digunakan dengan tujuan mendapatkan gambaran atau deKarya Tulis
Ilmiah mengenai suatu situasi secara objektif. Desain penelitian ini dipakai untuk
saat ini. Penelitian deskriptif juga memiliki arti penelitian dengan maksud untuk
30
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan sampel dalam Penelitian ini adalah sama yaitu Puskesmas
Data yang digunakan ada 2 jenis yaitu : data primer yang didapatkan peneliti
melalui observasi dilapangan dan data sekunder yang merupakan data milik
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang
31
4.4 Etika Penelitian
(1974). tiga aspek yang terkait dalam etika penelitian ini, meliputi:
pada penelitian ini adalah melalui proses ijin penelitian dan ijin
daerah.
(Fhoto).
penelitiannya.
lembar observasi dan pedoman telaah dokumen. Peneliti juga menggunakan alat
bantu dalam mengumpulkan data seperti kamera dan alat tulis. Sedangkan, standar
yang digunakan sebagai acuan pembuatan instrumen ini berdasarkan PMK nomor
32
74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan PMK no 75
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau
1. Editing
karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak
kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada
kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau
diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi
(penyisipan). Hal-hal yang perlu diedit pada data masuk adalah sebagai berikut.
c. Kelengkapan pengisian
d. Keserasian(consistency)
2. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
33
angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau identitas pada suatu
3. Tabulasi
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberikan
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini
n
X = 100%
N
n = Skor Kenyataan
(Budiarto, 2002)
34
BAB V
Surantih Kabupaten Pesisir selatan pada Bulan Juli 2020 didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.1
Hasil Penelitian Perencanaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
N Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
o diharapkan (N) (n)
1 Manajemen perencanaan obat disusun 1 0
oleh Kepala Puskesmas dan Apoteker
2 Perencanaan kebutuhan melibatkan 1 1
tenaga kesehatan lain yang ada di
Puskesmas (Bottom Up)
3 Ada SOP perencanaan Obat Puskesmas 1 1
yang jelas
4 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
Pola penyakit
5 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
Pola Konsumsi Obat periode sebelumnya
6 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
data mutasi Obat
7 Perencanaan Obat mengacu pada daftar 1 1
obat esensial Nasional dan formarium
nasional
8 Perencanaan Kebutuhan di lakukan pada 1 1
awal januari
9 Ada Arsip LPLPO yang lengkap 1 1
Jumlah 9 8
Rata-rata X= ⁸ 100 = 88,9 %
9
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 88,9 %, perencanaan kebutuhan
Obat di Puskesmas Surantih sudah sangat baik.
35
Tabel 5.2
Hasil Penelitian Permintaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 90,9 %, permintaan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.
36
Tabel 5.3
Hasil Penelitian Penerimaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 90,9 %, penerimaan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.
37
Tabel 5.4
Hasil Penelitian Penyimpanan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
38
No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
diharapkan (N) (n)
21 Gudang penyimpanan obat terpisah dari 1 1
ruang pelayanan atau apotek RS
22 Luas gudang cukup luas (min 3 x 4 m2) 1 1
23 Fasilitas peyelenggaraan manajemen 1 1
dengan pelayanan langsung dengan
pasien terpisah
24 Fasilitas penyelenggaraan manajemen 1 1
dengan tempat pembuangan limbah
terpisah
25 Terdapat ruang penyimpanan obat 1 1
yang
terpisah dengan alat kesehatan
26 Atap gudang dalam keadaan baik dan 1 1
tidak bocor
27 Lantai dibuat dari semen/tegel 1 1
28 Dinding gudang dibuat licin 1 1
29 Gudang memiliki ventilasi 1 1
30 Gudang memiliki jendela yang berteralis 1 1
31 Jendela dilengkapi dengan gorden 1 1
32 Penerangan gudang yang cukup 1 1
33 Adanya pengaturan suhu ruangan 1 1
34 Adanya pengaturan sinar/cahaya ruangan 1 1
35 Adanya pengaturan kelembaban 1 1
36 Terdapat ruang/lemari terpisah 1 0
untuk obat mudah terbakar
37 Terdapat ruang/lemari untuk obat 1 0
berbahaya
38 Terdapat ruang/lemari arsip dokumentasi 1 1
39 Gudang mempunyai kunci pengaman 1 1
40 Gudang dilengkapi kunci ganda 1 1
41 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat 1 1
42 Tersedia lemari khusus yang terkunci 1 1
untuk penyimpanan Narkotika dan
Psikotropika
43 Tersedia lemari pendingin untuk 1 1
penyimpanan jenis obat yang
memerlukan suhu dingin
44 Tersedia lemari khusus untuk obat-obat 1 1
yang rusak dan kadaluarsa
45 Rak/lemari tidak langsung menempel 1 1
pada lantai
46 Rak/lemari tidak langsung menempel 1 1
pada dinding
47 Tersedia alat bantu pemindahan obat 1 0
dalam gudang
39
No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
diharapkan (N) (n)
48 Tersedianya pallet/papan alas untuk 1 1
barang
49 Diberikan pelabelan (nama obat) pada 1 1
rak penyimpanan.
50 Tersedianya kartu stok obat 1 1
51 Tersedia pendingin ruangan/AC 1 1
52 Tersedia thermometer pada ruangan 1 1
53 Tersedia alat pemadam kebakaran 1 1
54 Ada thermometer di dalam lemari 1 0
pendingin
55 Ada SOP penyimpanan Obat 1 1
Jumlah 56 51
Rata-rata X= 51 100 = 92,7 %
55
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 92,7 %, penyimpanan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.
40
Tabel 5.5
Hasil Penelitian Pendistribusian Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
41
Tabel 5.6
Hasil Penelitian Pengendalian Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 100 %, pengendalian Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.
42
Tabel 5.7
Hasil Penelitian Pencatatan dan Pelaporan Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 78,6 %, pencatan dan pelaporan
Obat di Puskesmas Surantih sudah baik.
5.2 Pembahasan
secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan
seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim,
2001).
43
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat
obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat. Pengelolaan
obat yang baik dapat menghindari permasalahan obat kosong, stock berlebih dan
obat kadarluarsa. Maka dari itu setiap Puskesmas harus dapat melaksanakan
pengelolaan obat yang baik sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
1. Perencanaan Obat
sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
44
2. Permintaan Obat
sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
mengatasi masalah obat yang dibutuhkan Puskesmas tapi tidak tersedia di IFK
kabupaten.
3. Penerimaan Obat
sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
pengadaan obat tersendiri, dan hanya mengandalkan distribusi dari IFK dengan
4. Penyimpanan Obat
sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
45
pelayanan kefarmasian di puskesmas. Aspek yang belum di penuhi oleh
ruang/lemari khusus obat yang mudah terbakar dan tidak adanya ruang/lemari
untuk obat berbahaya, alat bantu pemindahan obat dalam gudang dan
5. Pendistribusian Obat
sudah baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
kebutuhan. Hal ini karena ketersedian obat di gudang obat puskesmas juga
tidak sesuai dengan kebutuhan, karena obat yang tidak tersedia di IFK, tidak
mengetahui jumlah dan jenis obat yang didistribusikan melalui LPLPO yang
diajukan oleh jaringan Puskesmas dan disetujui oleh petugas gudang obat.
6. Pengendalian Obat
sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar
46
sudah dilakukan dengan sempurna. Gudang Obat dan Apotik Puskesmas
mencatat pada kartu stock sebagai pengeluaran, membuat berita acara serah
Surantih sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang
acara penerimaan obat dan dokumen faktur pembelian obat. Untuk selanjutkan
47
BAB VI
6.1 Kesimpulan
dari segi permintaan Obat Puskesmas surantih dalam kategori sangat baik.
bahwa dari segi penerimaan Puskesmas surantih dalam kategori sangat baik.
sangat baik.
sangat baik
7. Pencatatan dan Pelaporan didapatkan hasil Rata-rata 78,6% yang menunjukan
bahwa dari segi pencatatan dan pelaporan Puskesmas surantih dalam kategori
baik
tidak adanya apoteker sehingga obat yang di rencanakan tidak bisa di beli melalui
6.2 Saran
Surantih telah melakukan pengelolaan Obat dengan sangat baik, kekurangan yang
dimiliki oleh Puskesmas surantih adalah dari segi sarana dan prasarana dan sumber
daya manusianya. Maka dari itu untuk sarana prasarana penyimpanan obat yang
49
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.
50
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI
51
2. PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT MELIBATKAN TENAGA
KESEHATAN LAIN (BOTTOM UP)
52
3. SOP PERENCANAAN OBAT
53
4. PERTIMBANGAN PERENCANAAN KEBUTUHAN BERDASARKAN
POLA PENYAKIT
54
BUKTI PERMINTAAN DAN PENERIMAAN OBAT PUSKESMAS
SURANTIH KE IFK
55
BUKTI KARTU STOK OBAT PUSKESMAS SURANTIH
56
57
58
KETERSEDIAN ANGGARAN PEMBELIAN OBAT
59
BUKTI-BUKTI PENYIMPANAN OBAT
1. Gudang Obat Puskesmas Surantih Tampak depan. Terpisah dari ruangan lain.
Ruangan staf Gudang obat sebelah kanan dan yang sebelah kiri adalah pintu
gudang obat.
2. Obat Disusun berdasarkan abjad, FIFO dan FEFO dan dipisahkan menurut
bentuk sedian
60
61
3. Lemari NAPZA dipisahkan dan dilengkapi dengan pintu ganda
62
5. Gudang Obat dilengkapi dengan AC jarak Rak penyimpanan dengan Loteng
sudah memenuhi standar
63
6. Penyimpanan Obat Kadarluarsa dan Rusak dipisahkan sendiri dari Gudang
Obat, sebelum dikirim ke IFK untuk di musnahkan lengkap dengan eritaacara
obat kadarluarsa.. dan dilakukan pengendalian terhadap obat Kadarluarsa.
64
BUKTI PENGENDALIAN OBAT
65
66
67