Anda di halaman 1dari 78

PROFIL PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS SURANTIH

KABUPATEN PESISIR SELATAN


TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
YUNIZES EFNITA CANDRA
NIM 2019196

AKADEMI FARMASI
YAYASAN RANAH MINANG
PADANG
2020
Karya Tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
akhir program studi D-III pada Akademi Farmasi Yayasan Ranah Minang
Padang

Disetujui Oleh :

Pembimbing

Prof. DR. Akmal Djamaan


HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yunizes Efnita Candra

Nim : 2019196

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan

Judul “ Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir


Selatan Tahun 2020 “ adalah karya dengan arahan dosen pembimbing Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, tanpa adanya


tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Apabila kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademi sesuai dengan aturan berlaku.

Padang, Juli 2020

Yunizes Efnita Candra

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2020 “. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi, Yayasan
Ranah Minang Padang.

Selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami


permasalahan, kesulitan, suka dan duka. Namun dengan adanya perhatian dari
berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu Netti Kemala Sari, S.Si, M.Farm.Apt, selaku Akademi Farmasi


Yayasan Ranah Minang Padang.

2. Bapak., Prof. DR. Akmal Djamaan Apt selaku dosen pembimbing.


Terimakasih saya ucapkan yang sebesar- besarnya kepada atas
motivasi, semangat, dukungan, perhatian yang begitu besar, serta selalu
memberikan kritik dan saran dari awal sampai selesai penelitian, hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Dr.Satria Wibawa, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Pesisir Selatan, Yang telah memberikan ijin Kepada Saya
untuk Mengikuti RPL di Akademi Farmasi Yayasan Ranah Minang,
Padang.

4. Bapak Irianto, S.Pd selaku selaku Suami. Terimakasih atas segala


dukungan, pengorbanan, motivasi, semangat, perhatian dan doa, yang
telah diberikan, saya sangat berterimakasih kepada Allah, S.W.T karena
telah memberikan saya Imam terbaik, sekaligus belahan jiwa yang luar
biasa, dan Semoga Allah S.W.T mengumpulkan kita bersama anak-
anak di Surga-Nya kelak, Aamiin.

iv
5. Bapak Bustami, Ama.Pd dan Ibu Zelfi Nerisdawati (Alm) selaku orang
tua. Terimakasih atas segala didikan, kasih sayang dan doa, yang telah
diberikan, dan semoga Allah, S.W.T menempatkan mereka di Surga-
Nya kelak, Aamiin.

6. Anak-anakku tercinta, Gilang Perdana Yurian, Dina Khairunisa Yurian


dan Nofikri Hanif Yurian, kalian adalah anugrah terindah dalam hidup
Ibu. Terimakasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan.

7. Adik-adikku tersayang, teristimewa si bungsu Lisa Blackpink, Yulia


Marini, ayo wisuda bersama. Dan juga keluarga besar penulis.
Terimakasih atas dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan.

8. Kepala Puskesmas, beserta Staf Puskesmas Surantih. Terimakasih atas


suka duka, keceriaan, kerjasama, semangat serta dukungan, dan
bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu, memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terjadi
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua piihak. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.

Padang, Juli 2020

Penulis

v
YAYASAN RANAH MINANG PADANG
AKADEMI FARMASI
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2020
Yunizes Efnita Candra
Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten pesisir Selatan
Tahun 2020
ix + 50 Halaman, 8 tabel, 1 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK
Pengelolaan Obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Pengelolaan Obat di Puskesmas yang baik akan menghindari permasalahan obat
kosong, obat berlebih, obat rusak dan obat Expired Tujuan dilakukan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Profil pengelolaan Obat di Puskesmas Surantih
Kabupaten pesisir selatan tahun 2020, dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan
pada bulan juli 2020 di UPT puskesmas Surantih.
Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh adalah perencanaan obat sudah
sangat baik (88,9%), permintaan obat sudah sangat baik (90,9%), penerimaan obat
sudah sangat baik (90,9%), penyimpanan obat sudah sangat baik (92,7%),
pendistribusian obat sudah baik (80%), pengendalian obat sudah sangat baik
(100%), pencatatan dan pelaporan sudah baik (78,6%).
Diharapkan agar Puskesmas surantih dapat melengkapi sarana dan prasarananya,
dan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan agar dapat
menempatkan seorang Apoteker sebagai penanggungjawab pelayanan kefarmasian
Puskesmas

Daftar bacaan : 10 ( 2003-2019)


Kata kunci : Pengelolaan obat, Puskesmas

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Penelitian

2. Rekomendasi Penelitian

3. Surat telah selesai melaksanakan Penelitian

4. Dokumentasi

VII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka konsep..............................................................................25

VIII
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Defenisi operasional 27

5.1 Perencanaan Obat 36

5.2 Permintaan Obat 37

5.3 Penerimaan Obat 38

5.4 Penyimpanan Obat 39

5.5 Pendistribusian Obat 42

5.6 Pengendalian 43

5.7 Pencatatan dan Pelaporan 44

IX
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Perumusan Masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................6
1.3.1 Tujuan khusus..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup.............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8

2.1 Pengelolaan Obat.........................................................................................8


2.1.1 Perencanan Obat.............................................................................12
2.1.2 Permintaan Obat..............................................................................13
2.1.3 Penerimaan Obat.............................................................................13
2.1.4 Penyimpanan Obat..........................................................................14
2.1.5 Pendistribusian Obat.......................................................................16
2.1.6 Pemusnahan dan Penarikan.............................................................17
2.1.7 Pengendalian Obat...........................................................................18
2.1.8 Pencatatan dan Pelaporan................................................................19
2.1.9 Pemantauan dan Evaluasi................................................................19
2.2 Sumber Daya Manusia Kesehatan..............................................................20

X
2.3 Sarana dan Prasarana..................................................................................21

BAB III KERANGKA KONSEP......................................................................24

3.1 Kerangka Konsep........................................................................................24


3.2 Variabel Penelitian......................................................................................26
3.3 Defenisi Operasional...................................................................................27

BAB IV METODE PENELITIAN....................................................................31

4.1 Jenis Penelitian..........................................................................................31


4.2 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................32
4.3 Cara Pengumpulan Data............................................................................32
4.4 Etika Penelitian..........................................................................................33
4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................33
4.6 Rencana Pengolahan Data dan Analisa Data............................................ 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................36

5.1 Hasil Penelitian..........................................................................................36


5.2 pembahasan................................................................................................44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................49

6.1 Kesimpulan................................................................................................49
6.2 Saran..........................................................................................................50

Daftar Pustaka

XI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, dengan tetap melaksanakan

upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang pusat kesehatan

masyarakat).

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan

penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok

Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan

strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan

kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri

1
Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di puskesmas).

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian

di puskesmas).

Meskipun upaya untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan melekat

pada setiap warga negara, namun mengingat karakteristik barang/jasa kesehatan

tidak dapat diusahakan/diproduksi sendiri secara langsung oleh masing-masing

warga negara, melainkan harus ada pihak lain yang secara khusus memproduksi

dan menyediakan, maka penyediaan barang/jasa bidang kesehatan mutlak

memerlukan keterlibatan pemerintah untuk menjamin ketersediaan barang/jasa

kesehatan yang dapat diperoleh warga negara yang memerlukan sesuai dengan

kebutuhan dan menyediakan barang/jasa kesehatan bagi warga negara yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan di bidang kesehatan termasuk barang medis habis

pakai dan obat-obatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 4

Tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar

pelayanan minimal bidang kesehatan).

2
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah meliputi standar:

pengelolaan Sediaan Farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi: perencanaan kebutuhan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan,

pelaporan, dan pengarsipan dan pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Pelayanan

farmasi klinik sebagaimana meliputi pengkajian resep, penyerahan Obat,

dan pemberian informasi Obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,

ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap), pemantauan dan

pelaporan efek samping Obat, pemantauan terapi Obat dan evaluasi penggunaan

Obat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2016

tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas).

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang

dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang

Apoteker sebagai penanggung jawab, bagi Puskesmas yang belum memiliki

Apoteker sebagai penanggung jawab, penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian

secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain

yang ditugaskan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Ruang

farmasi terdiri dari ruang penerimaan resep yang dapat digabungkan

dengan ruang penyerahan obat dan dirancang agar tenaga kefarmasian dapat

bertatap muka dengan pasien. Jenis dan jumlah minimum peralatan untuk ruang

farmasi puskesmas untuk menunjang pelayanan kefarmasian juga harus sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Selain itu juga harus disediakan fasilitas

pendingin untuk penyimpanan obat -obatan khusus dan vaksin dengan suplai

listrik yang tidak boleh terputus. Demikian juga untuk gudang farmasi

3
puskesmas, penyimpann obat expired sementara dan Narkotika, Psikotropika,

Dan Prekursor Farmasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

75 Tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat).

Berdasarkan analisis pembiayaan kesehatan (Pemerintah dan

Masyarakat termasuk Swasta) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan,

masyarakat dan Bank Dunia selama tahun 1982/1983 dan tahun 1986/1987

menunjukkan bahwa pengeluaran khusus obat-obatan di sektor pemerintah sebesar

18% dari keseluruhan pembiayaan pelayanan kesehatan dan masyarakat

mengeluarkan sebesar 40% biaya pelayanan kesehatan mereka untuk membeli

obat-obatan (Anonim, 2002).

Terjadinya ketidakcukupan obat atau penyediaan stok obat yang

berlebihan merupakan suatu masalah yang sering di jumpai di puskesmas,

dimana masalah tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dana tetapi juga

dipengaruhi oleh proses pengelolaan obat yang meliputi perencanaan,

permintaan/pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat (Anonim, 2009).

Terjaminnya ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan menjaga

citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga sangatlah penting menjamin

ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih penting

lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien (Anonim,

2005).

Selain permasalahan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

pelayanan kefarmasian di Indonesia juga menyangkut masalah penyimpanan Obat.

Berdasarkan penelitian Wardhana (2013) penyimpanan obat di Puskesmas pada

4
dua kecamatan yang berbeda di Kota Kediri tidak memenuhi persyaratan Depkes

tahun 2008. sedangkan Athijah (2011) menyebutkan bahwa dari 20 Puskesmas di

wilayah Surabaya timur 60% gudang obat dan 65% kamar Obat tidak memenuhi

standar penyimpanan obat menurut Depkes tahun 2008.

Puskesmas Surantih merupakan salah satu puskesmas yang berada di

kabupaten Pesisir Selatan, tepatnya berada di Kenagarian Gunung Rajo, salah satu

dari dua belas kenagarian yang terletak di Kecamatan Sutera

Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Surantih pada

tahun 2019 khususnya pada Triwulan ke empat pada Bulan Desember terjadi

kekurangan persediaan obat untuk beberapa item obat seperti Parasetamol, CTM,

dan permintaan obat yang tidak terealisasi sesuai yang diminta oleh puskesmas.

Dalam mengatasi masalah kekurangan persediaan obat tahun 2019 maka

Puskesmas Surantih menggunakan sistem Bon yang diajukan Kepala Puskesmas ke

IFK Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu jika di tinjau dari

standar jumlah dan jenis peralatan penunjang pelayanan farmasi juga belum

mencukupi standar minimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75

tahun 2014.

Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ” Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2020 ”

5
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas

Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020 “

1.3 Tujuan Penelitan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas Surantih

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Surantih

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020.

1.3.2.2 Diketahuinya permintaan obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2020.

1.3.2.3 Diketahuinya penerimaan obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2020.

1.3.2.4 Diketahuinya penyimpanan obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2020.

1.3.2.5 Diketahuinya pendistribusian obat di Puskesmas Surantih Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2020.

6
1.3.2.6 Diketahuinya pengendalian obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2020.

1.3.2.7 Diketahuinya pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas Surantih

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan dalam penelitian ilmiah

2. Bahan masukan bagi puskesmas Surantih dalam Pengelolaan obat dalam

rangka peningkatan efisiens

3. Sebagai salah satu sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Pesisir Selatan dalam rangka penentuan arah kebijakan, perbaikan dalam

Pengelolaan Obat di Puskesmas Surantih.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Profil Pengelolaan Obat Di Puskesmas

Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2020. Dalam penelitian ini peneliti

membandingkan kondisi pengelolaan obat di Puskesmas surantih dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan

metode observasi, dan telaah dokumen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli

2020 di Puskesmas Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. (PMK nomor

74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas).

Obat merupakan komponen dasar suatu pelayanan kesehatan. Dengan

pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat

kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka

persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah

menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan baik puskesmas, rumah

sakit maupun poliklinik. Obat merupakan komponen utama dalam intervensi

mengatasi masalah kesehatan, maka pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan

juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan

dalam pelayanan kesehatan (Idham, 2005).

Menurut Ansel (1989), obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang

dapat dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati dan mencegah

penyakit pada manusia atau hewan. Menurut Tjay dan Rahardja (2003), obat

merupakan semua zat kimiawi, hewani maupun nabati dalam dosis yang layak

menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya.

8
Dari segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan

untuk pencegahan dan pengobatan baik pada manusia maupun pada hewan. Obat

merupakan faktor penunjang dalam komponen yang sangat strategis dalam

pelayanan kesehatan (Widhayani, 2002).

Menurut Anief (2003), obat dibedakan atas 7 golongan yaitu:

a. Obat tradisional yaitu obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuh-

tumbuhan, mineral dan sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman

b. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk

serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang

mempunyai nama teknis sesuai dengan F.I (Farmakope Indonesia) atau

buku lain.

c. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama

si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari

pabrik yang memproduksinya.

d. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak

berkhasiat misalnya lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau

komponen lain yang belum dikenal sehingga khasiat dan keamanannya.

e. Obat esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, prifilaksi

terapi dan rehabilitasi.

9
f. Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar

Obat Esensial Nasional) dan mutunya terjamin karena produksi sesuai

dengan persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji

ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen

Kesehatan.

g. Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep

dokter oleh apoteker di apotek.

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat

terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan

sumber daya yang tersedia dalam system (Anonim, 2001).

Pengelolaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut lima

fungsi pokok yaitu perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan,

pencatatan dan pelaporan lain ( Anonim, 1995 )

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut

aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola

secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan

farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam

upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim,

2001).

10
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan

kualitas pelayanan obat di Puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan

dilingkungan Puskesmas adalah melaksanakan berbagai aspek pengelolaan obat

antara lain dalam sistem manajemen informasi obat, dimana salah satu unsur

penting yang ikut menentukan kebersihan seluruh rangkaian pencatatan dan

pelaporan pemakaian obat (Anonim, 2000).

Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan

obat secara rasonal dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui

penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu

contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok,

perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan

obat (Anonim, 2004).

Terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang

dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini

pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan

dengan yang lain. Selain itu, berbagaim kendala yang menimbulkan kegagalan atau

keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera

dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlikan untuk mengatasinya

(Anonim, 2001).

Pengelolaan Obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian,

yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,

11
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan

evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan

keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,

efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,

mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu

pelayanan(PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas).

2.1.1 Perencanaan kebutuhan Obat

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi

dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas (PMK nomor 74 tahun 2016,

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas). Adapun tujuan dari proses

perencanaan adalah untuk mendapatkan:

1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai yang mendekati kebutuhan

2. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan

dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode

sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses

seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi

ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,

dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan

12
pengobatan (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas).

Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara berjenjang

(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan

analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,

menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu

kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih (PMK nomor 74

tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas).

2.1.2 Permintaan Obat

Tujuan permintaan Obat adalah memenuhi kebutuhan Obat di Puskesmas,

sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat (PMK nomor 74

tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas).

2.1.3 Penerimaan Obat

Penerimaan Obat adalah suatu kegiatan dalam menerima Obat dari

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri

sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Obat yang

diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh

Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu (PMK nomor

74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas).

13
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas

ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah

kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai

dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan

diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga

Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari

Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di

Puskesmas ditambah satu bulan (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas).

2.1.4 Penyimpanan Obat

Penyimpanan Obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

(PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas).

Tujuannya adalah agar mutu Obat yang tersedia di puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan Obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. bentuk dan jenis sediaan

2. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan

Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban

14
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar

4. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangantempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak

dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan

kontaminasi.

(PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas)

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat

(Anonim, 2006).

Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk (Anonim, 2006):

1) Memelihara mutu obat-obatan.

2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

3) Menjaga kelangsungan persediaan.

4) Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Standar penyimpanan obat yang dipakai adalah sebagai berikut

(Anonim, 2004):

1) Persyaratan gudang

a) Cukup luas minimal 3 x 4 m2

b) Ruang kering tidak lembab

c) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab

15
d) Cahaya cukup

e) Lantai dari tegel atau semen

f) Dinding dibuat licin

g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

h) Ada gudang penyimpanan obat

i) Ada pintu dilengkapi kunci ganda

j) Ada lemari khusus untuk narkotika

2) Pengaturan penyimpanan obat

a) Obat disusun secara alfabetis

b) Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO

c) Obat disimpan pada rak

d) Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan di atas palet

e) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk

f) Cairan dipisahkan dari padatan

g) Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin

2.1.5 Pendistribusian Obat

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan

pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan

jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk penyerahan

obat kepada pasien (Anonim, 2000).

Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat kesehatan

kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam

jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif (Anonim, 1995)

16
Pendistribusian Obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan

Obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi

Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat

sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,

mutu, jumlah dan waktu yang tepat (PMK nomor 74 tahun 2016, Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas).

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas

2. Puskesmas Pembantu;

3. Puskesmas Keliling

4. Posyandu

5. Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)

dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),

pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,

sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara

penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock)(PMK nomor 74 tahun

2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas)

2.1.6 Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan Obat yang tidak dapat digunakan harus

dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Penarikan Obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-

undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh

17
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar

(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Obat dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Obat bila:

1. produk tidak memenuhi persyaratan untuk dipergunakan dalam

pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

2. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:

1. membuat daftar Obat yang akan dimusnahkan

2. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan

3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat kepada pihak terkait

4. menyiapkan tempat pemusnahan dan

5. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan

serta peraturan yang berlaku.

2.1.7 Pengendalian Obat

Pengendalian Obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan

sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit

pelayanan kesehatan dasar.

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit

pelayanan kesehatan dasar.

18
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

1. Pengendalian persediaan;

2. Pengendalian penggunaan; dan

3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

2.1.8 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam

pengelolaan Obat, baik Obat yang diterima, disimpan, didistribusikan dan

digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

1. Bukti bahwa pengelolaan Obat telah dilakukan

2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian

3. Sumber data untuk pembuatan laporan.

2.1.9. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dilakukan secara periodik

dengan tujuan untuk :

1. Mengendalikan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas

maupun pemerataan pelayanan.

2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai

19
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan

pengelolaan Obat, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.

Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO

tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat

2.2 Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pengelola obat dalam manajemen persedian obat di Puskesmas

adalah Kepala Puskesmas, Petugas Gudang Obat dan Petugas Obat di sub

unit pelayanan adalah:

1). Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan

obat dan pencatatan pelaporan, mengajukan obat untuk pengadaan

persediaan kepada Kepala Dinas/Kepala GFK, menyampaikan

laporan bulanan pemakaian obat, melaporkan semua obat yang hilang,

rusak maupun kadaluarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan/Kepala

GFK.

2). Petugas Gudang Obat

Petugas gudang obat bertanggung jawab dalam menerima obat dari

GFK, menyimpan dan mengatur ruang gudang obat serta

mengendalikan persediaan obat, mendistribusikan obat untuk unit

pelayanan obat, mengawasi mutu obat, melakukan pencatatan dan

pelaporan.

20
Petugas gudang obat membantu Kepala Puskesmas dalam hal

menjaga keamanan obat, penyusunan persediaan, distribusi dan

pengawasan persediaan obat.

3). Petugas Obat di Sub Unit Pelayanan

Petugas obat pada sub unit pelayan bertanggung jawab dalam

menerima, menyimpan dan memelihara obat dari gudang obat

Puskesmas, menerima resep dokter, meracik/menyiapkan obat,

mengemas obat, menyerahkan obat dan memberikan informasi

penggunaan obat, membuat catatan dan laporan pemakaian obat

untuk petugas gudang obat serta mengamati mutu obat secara umum.

2.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pengelolaan obat dan bahan

medis Habis pakai adalah

1. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan (Gudang Obat dan Apotik) harus memperhatikan

kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk

menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan

masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi

dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,

lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan

Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.

21
2. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan

Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan

khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen

dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,

persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara

fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap

fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat

digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas

antar fungsi.

(PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas.

22
Menurut PMK no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas Jenis dan Jumlah peralatan
untuk Untuk Ruang farmasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 2.1 Jumlah Peralatan Ruang Farmasi

Jumlah Minimal peralatan


Non Rawat Rawat Inap
No Jenis Peralatan Inap
I . Set Farmasi
1. Analitical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah 1 buah
2. Batang Pengaduk 1 buah 1 buah
3. Corong 1 buah 1 buah
4. Cawan Penguap Porselen (d.5 -15cm) 1 buah 1 buah
5. Gelas Pengukur 10mL, 100mL dan 250mL 1 buah 1 buah
6. Gelas Piala 100mL, 500mL dan 1L 1 buah 1 buah
7. Higrometer 1 buah 1 buah
8. Mortir (d. 5 -10cm dan d.1 0-15cm) + stamper 1 buah 1 buah
9. Pipet Berskala 1 buah 1 buah
10 . Spatel logam 1 buah 1 buah
11 . Shaker 1 buah 1 buah
12 . Termometer skala 100 1 buah 1 buah
II. Bahan Habis Pakai
1. Etiket 1 buah 1 buah
2. Kertas Perkamen 1 buah 1 buah
Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk 1 buah 1 buah
3.
Penyerahan Obat
III. Perlengkapan
1. Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah 1 buah
2. Botol Obat dan Labelnya 1 buah 1 buah
3. Lemari pendingin 1 buah 1 buah
4. Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat 1 buah 1 buah
5. Lemari Penyimpanan Narkoba 1 buah 1 buah
6. Rak tempat pengeringan alat 1 buah 1 buah
IV. Meubelair
1. Kursi Kerja 2 2
2. Lemari arsip 1 buah 1 buah
3. Meja Tulis ½ biro 1 buah 1 buah
V. Pencatatan & Pelaporan
1. Blanko LPLPO 1 1
2. Blanko Kartu Stok Obat 1 1
3. Blanko Copy resep 1 1
4. Buku Penerimaan 1 1
5. Buku Pengiriman 1 1
6. Buku Pengeluaran Obat 1 1
7. Buku Pencatatan Narkotika dan Psikotropika 1 1
8. Form Laporan Narkotika dan Psikotropika 1 1
9 Formulir lainnya sesuai kebutuhan

23
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32) mengatakan bahwa konsep

atau pengertian adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian

Berdasarkan Tinjuan Pustaka, maka kerangka konsep yang digunakan pada

penelitian ini adalah :

Gambar 3.1

Kerangka konsep

PROSES
OUTPUT
INPUT 1. perencanaan kebutuhan Obat,
1. Obat
2. Permintaan Obat Kosong

1. SDM 3. penerimaan Obat 2. Obat

2. Sarana 4. Penyimpanan Obat Expired

Prasana 3. Obat
5. pendistribusian Obat
3. Kebijakan / berlebih
6. pengendalian Obat
SOP
7. Pencatatan dan pelaporan

24
3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi Pengertian variabel ialah objek penelitian yang

bervariasi. Sedangkan Sugiarto mengatakan variabel ialah karakter yang dapat

diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari

sekelompok objek.

Variabel penelitian ini meliputi perencanaan kebutuhan obat, permintaan

obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, pendistribusian obat, pengendalian

Obat, Pencatatan dan pelaporan.

25
3.3 Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
1 Perencanaan Proses seleksi obat Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Kebutuhan yang melibatkan Telaah Observasi dan 100 %
Obat tenaga kesehatan yang Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
ada di Puskesmas dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dengan
mempertimbangkan
pola penyakit, pola
konsumsi obat periode
sebelumnya, data
mutasi obat, dan
rencana
pengembangan, dan
mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan
Formularium Nasional.

26
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
2 Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Permintaan Kegiatan memenuhi Telaah Observasi dan 100 %
Obat kebutuhan obat di Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Puskesmas yang dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
diajukan ke Dinas
kesehatan Kab/Kota
sesuai dengan
perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat.
3 Penerimaan kegiatan dalam Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat menerima Obat dari Telaah Observasi dan 100 %
Instalasi Farmasi Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Kabupaten/Kota atau dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
hasil pengadaan
Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah
diajukan
4 Penyimpanan kegiatan pengaturan Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat terhadap Obat yang Telaah Observasi dan 100 %
diterima agar aman Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
(tidak hilang), terhindar dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dari kerusakan fisik
maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin

27
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
5 Pendistribusian kegiatan dalam rangka Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat pengeluaran dan Telaah Observasi dan 100 %
pengiriman obat-obatan Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
yang bermutu, terjamin dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
keabsahannya serta tepat
jenis dan jumlahnya dari
gudang obat di unit-unit
pelayanan kesehatan
termasuk penyerahan
obat kepada pasien
6 Pengendalian kegiatan untuk Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
Obat memastikan tercapainya Telaah Observasi dan 100 %
sasaran yang diinginkan Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
sesuai dengan strategi dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
dan program yang telah
ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan
dan
kekurangan/kekosongan
Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar

28
N Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
o
7 Pencatatan dan Observasi dan Lembar ⚫ Sangat Baik jika 81 % - Ordinal
kegiatan dalam
pelaporan Telaah Observasi dan 100 %
pengelolaan Sediaan
Dokumen pedoman telaah ⚫ Baik jika 61 % - 80 %
Farmasi dan Bahan
dokumen ⚫ Kurang baik jika < 61 %
Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima,
disimpan,
didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas
atau unit pelayanan
lainnya.

29
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. penelitian deskriptif menurut sugiyono (2012) yaitu, penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel

yang lain.

Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono

(2012) yaitu : “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data

yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode

statistik yang digunakan dengan tujuan mendapatkan gambaran atau deKarya Tulis

Ilmiah mengenai suatu situasi secara objektif. Desain penelitian ini dipakai untuk

menjawab atau memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi di dalam situasi

saat ini. Penelitian deskriptif juga memiliki arti penelitian dengan maksud untuk

mendeskripsikankan sebuah fenomena atau karakteristik dari individu, kelompok,

atau situasi tertentu dengan akurat.

30
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan

pada Bulan juli 2020.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam Penelitian ini adalah sama yaitu Puskesmas

Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan

4.4 Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan ada 2 jenis yaitu : data primer yang didapatkan peneliti

melalui observasi dilapangan dan data sekunder yang merupakan data milik

puskesmas dalam bentuk dokumen-dokumen pendukung

Data di dapatkankan dengan tekhnik observasi dan dokumentasi. Teknik

Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231). Teknik

Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik Dokumentasi,

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

31
4.4 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah sebuah integritas ilmiah, suatu prinsip pemikiran

ilmiah yang mengedepankan kejujuran ,(Richard Feynman: "Cargo Cult Science"

(1974). tiga aspek yang terkait dalam etika penelitian ini, meliputi:

1) Misconduct, seorang peneliti tidak boleh melakukan penipuan dalam

menjalankan proses penelitian. Maka tahapan-tahapan penelitian

pada penelitian ini adalah melalui proses ijin penelitian dan ijin

pengambilan data secara resmi melalui akademik dan pemerintahan

daerah.

2) Research fraud, yaitu pemalsuan data. Untuk menghindari terjadinya

pemalsuan data maka Peneliti melakukan pengumpulan data sendiri

dengan menggunakan data primer dan data sekunder milik

puskesmas berupa laporan dan dilengkapi dengan dokumentasi

(Fhoto).

3) Plagiarism, yaitu memalsukan hasil penelitian. Misalnya, peneliti

mencari penelitian sejenis dan mengakui bahwa itu adalah hasil

penelitiannya.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada saat pengumpulan data yaitu

lembar observasi dan pedoman telaah dokumen. Peneliti juga menggunakan alat

bantu dalam mengumpulkan data seperti kamera dan alat tulis. Sedangkan, standar

yang digunakan sebagai acuan pembuatan instrumen ini berdasarkan PMK nomor

32
74 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan PMK no 75

tahun 2014 tentang Puskesmas

4.6 Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu (Hasan, 2020).

Pengolahan data meliputi kegiatan, sebagai berikut.

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,

karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak

logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-

kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada

kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau

diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi

(penyisipan). Hal-hal yang perlu diedit pada data masuk adalah sebagai berikut.

a. Dipenuhi tidaknya instruksi sampling

b. Dapat dibaca atau tidaknya data yang masuk

c. Kelengkapan pengisian

d. Keserasian(consistency)

e. Apakah isi jawaban dapat dipahami

2. Coding

Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

33
angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau identitas pada suatu

informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberikan

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini

dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan

Data yang sudah dikumpulkan dan dilakukan analisa Univariat untuk

mendapatkan gambaran distribusi frekuensi. Analis univariat dilakukan untuk

memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel yang

diteliti. Dengan melihat distribusi frekuensi dapat diketahui deskripsi masing-

masing variabel dalam penelitian.

Rumus yang digunakan adalalah

n
X = 100%
N

Keterangan: X = Nilai Rata-rata

n = Skor Kenyataan

N = Skor yang diharapkan

(Budiarto, 2002)

34
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tentang profil pengelolaan obat di Puskesmas

Surantih Kabupaten Pesisir selatan pada Bulan Juli 2020 didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 5.1
Hasil Penelitian Perencanaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020
N Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
o diharapkan (N) (n)
1 Manajemen perencanaan obat disusun 1 0
oleh Kepala Puskesmas dan Apoteker
2 Perencanaan kebutuhan melibatkan 1 1
tenaga kesehatan lain yang ada di
Puskesmas (Bottom Up)
3 Ada SOP perencanaan Obat Puskesmas 1 1
yang jelas
4 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
Pola penyakit
5 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
Pola Konsumsi Obat periode sebelumnya
6 Perencanaan Obat mempertimbangkan 1 1
data mutasi Obat
7 Perencanaan Obat mengacu pada daftar 1 1
obat esensial Nasional dan formarium
nasional
8 Perencanaan Kebutuhan di lakukan pada 1 1
awal januari
9 Ada Arsip LPLPO yang lengkap 1 1
Jumlah 9 8
Rata-rata X= ⁸  100 = 88,9 %
9

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 88,9 %, perencanaan kebutuhan
Obat di Puskesmas Surantih sudah sangat baik.

35
Tabel 5.2
Hasil Penelitian Permintaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Apakah Lembar Pemakaian dan Lembar 1 1
Permintaan Obat (LPLPO) di sediakan
Puskesmas
2 Apakah permintaan Obat yang diajukan 1 1
sesuai dengan perencanaan
3 Apakah permintaan Obat dilakukan 1 1
sesuai Jadwal
4 Apakah Permintaan Obat di ketahui dan 1 1
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
5 Jika Obat yang dibutuhkan oleh 1 0
Puskesmas tidak tersedia di IFK
kabupaten, apakah Puskesmas
melakukan pengadaan sendiri
6 Apakah ada Anggaran tersedia untuk 1 1
pengadaan Obat oleh Puskesmas sendiri
7 Apakah ada SOP permintaan Obat 1 1
8 Ada Arsip LPLPO yang lengkap 1 1
9 Ada Berita Acara Penerimaan Obat 1 1
10 Ada Dokumen Hasil Stok Opnam Obat 1 1
11 Ada Dokumen Laporan Faktur 1 1
Pembelian Obat
Jumlah 11 10
Rata-rata X= 10  100 = 90,9 %
11

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 90,9 %, permintaan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.

36
Tabel 5.3
Hasil Penelitian Penerimaan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Apakah pada saat penerimaan Obat 1 1
tenaga farmasi melakukan pengecekan
Kemasan/ peti Obat sesuai LPLPO
2 Apakah pada saat penerimaan Obat 1 1
tenaga farmasi melakukan pengecekan
jenis dan jumlah Obat sesuai LPLPO
3 Apakah pada saat penerimaan Obat 1 1
tenaga farmasi melakukan pengecekan
bentuk Obat sesuai LPLPO
4 Apakah pada saat penerimaan Obat 1 1
tenaga farmasi melakukan pengecekan
masa kadarluawarsa
5 Apakah Permintaan Obat di ketahui dan 1 1
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
6 Apakah obat yang diterima telah 1 0
mencukupi kebutuhan 1 periode kedepan
7 Jika tidak mencukupi kebutuhan, apakah 1 1
Puskesmas memiliki kebijakan untuk
mengatasinya?
8 Ada Buku Harian Penerimaan Obat 1 1
9 Apakah setiap obat yang di terima 1 1
tercatat di kartu stok
10 Ada SOP penerimaan Obat 1 1
11 Ada SOP pengadaan Obat 1 1
Jumlah 11 10
Rata-rata X= 10  100 = 90,9 %
11

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 90,9 %, penerimaan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.

37
Tabel 5.4
Hasil Penelitian Penyimpanan Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Obat diletakkan diatas rak/lemari 1 1
penyimpanan
2 Obat disimpan dalam gudang untuk obat, 1 1
tidak dicampur dengan peralatan lain.
3 Obat tidak diletakkan diatas lantai. 1 1
4 Obat tidak diletakkan menempel pada 1 1
dinding.
5 Obat diletakkan sesuai metode 1 1
FIFO/FEFO.
6 Penggolongan obat berdasarkan jenis dan 1 1
sediaan.
7 Penggolongan obat berdasarkan abjad. 1 1
8 Tablet, kapsul dan obat kering disimpan 1 1
dalam wadah yang kedap udara di rak
bagian atas.
9 Obat narkotika dan psikotropika 1 1
diletakkan dilemari terpisah.
10 Lemari obat narkotika dan psikotropika 1 1
selalu dikunci.
11 Obat yang rusak/kadaluarsa diletakkan 1 1
terpisah dengan obat yang masih baik.
12 Obat-obatan yang bentuknya besar dan 1 1
berat tidak diletakkan di tempat yang
tinggi.
13 Obat-obatan yang bentuknya kecil 1 1
tidak
diletakkan ditempat yang tersembunyi.
14 Tidak adanya penumpukan barang atau 1 1
kardus di dalam gudang obat.
15 Gudang bebas dari tikus, kecoa dan hama 1 1
lain.
16 Jarak pallet dengan lantai (min.10 cm) 1 1
17 Jarak pallet dengan dinding (min. 30 cm) 1 1
18 Tinggi tumpukan barang maksimal 2,5 m 1 1
19 Petugas melakukan pencatatan secara 1 1
teratur terhadap obat masuk dan obat
keluar pada kartu stok.
20 Pengecekan dan pencatatan terhadap mutu 1 1
obat dilakukan secara periodik.

38
No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
diharapkan (N) (n)
21 Gudang penyimpanan obat terpisah dari 1 1
ruang pelayanan atau apotek RS
22 Luas gudang cukup luas (min 3 x 4 m2) 1 1
23 Fasilitas peyelenggaraan manajemen 1 1
dengan pelayanan langsung dengan
pasien terpisah
24 Fasilitas penyelenggaraan manajemen 1 1
dengan tempat pembuangan limbah
terpisah
25 Terdapat ruang penyimpanan obat 1 1
yang
terpisah dengan alat kesehatan
26 Atap gudang dalam keadaan baik dan 1 1
tidak bocor
27 Lantai dibuat dari semen/tegel 1 1
28 Dinding gudang dibuat licin 1 1
29 Gudang memiliki ventilasi 1 1
30 Gudang memiliki jendela yang berteralis 1 1
31 Jendela dilengkapi dengan gorden 1 1
32 Penerangan gudang yang cukup 1 1
33 Adanya pengaturan suhu ruangan 1 1
34 Adanya pengaturan sinar/cahaya ruangan 1 1
35 Adanya pengaturan kelembaban 1 1
36 Terdapat ruang/lemari terpisah 1 0
untuk obat mudah terbakar
37 Terdapat ruang/lemari untuk obat 1 0
berbahaya
38 Terdapat ruang/lemari arsip dokumentasi 1 1
39 Gudang mempunyai kunci pengaman 1 1
40 Gudang dilengkapi kunci ganda 1 1
41 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat 1 1
42 Tersedia lemari khusus yang terkunci 1 1
untuk penyimpanan Narkotika dan
Psikotropika
43 Tersedia lemari pendingin untuk 1 1
penyimpanan jenis obat yang
memerlukan suhu dingin
44 Tersedia lemari khusus untuk obat-obat 1 1
yang rusak dan kadaluarsa
45 Rak/lemari tidak langsung menempel 1 1
pada lantai
46 Rak/lemari tidak langsung menempel 1 1
pada dinding
47 Tersedia alat bantu pemindahan obat 1 0
dalam gudang

39
No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan
diharapkan (N) (n)
48 Tersedianya pallet/papan alas untuk 1 1
barang
49 Diberikan pelabelan (nama obat) pada 1 1
rak penyimpanan.
50 Tersedianya kartu stok obat 1 1
51 Tersedia pendingin ruangan/AC 1 1
52 Tersedia thermometer pada ruangan 1 1
53 Tersedia alat pemadam kebakaran 1 1
54 Ada thermometer di dalam lemari 1 0
pendingin
55 Ada SOP penyimpanan Obat 1 1
Jumlah 56 51
Rata-rata X= 51  100 = 92,7 %
55

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 92,7 %, penyimpanan Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.

40
Tabel 5.5
Hasil Penelitian Pendistribusian Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Apakah penyebaran pendistribusian obat 1 1
dilakukan secara merata dan teratur di
seluruh sub unit yang ada di Puskesmas
2 Apakah pendistribusian ke jaringan 1 0
puskesmas dilakukan sesuai dengan
kebutuhan (floor stok)
3 Apakah obat di distribusikan sesuai 1 1
resep yang diterima
4 Apakah setiap pendistribusian obat 1 1
diketahui dan ditandatangani oleh
petugas farmasidan kepala puskesmas
secara periodik
5 Apakah setiap obat yang di distribusikan 1 1
tercatat di buku pengeluaran Obat
6 Apakah setiap obat yang di distribusikan 1 1
tercatat di kartu stok
7 Apakah setiap obat yang di distribusikan 1 0
selalu dilengkapi dengan Surat Perintah
Mengeluarkan Barang (SPMB)
8 Apakah setiap obat yang di distribusikan 1 1
selalu dilengkapi dengan Surat Bukti
Obat Keluar
9 Apakah setiap unit yang ada di 1 1
Puskesmas membuat LPLPO ke Gudang
Obat
10 Ada SOP pendistribusian Obat 1 1
Jumlah 10 8
Rata-rata X= 8  100 = 80 %
10

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 80 %, pendistribusian Obat di


Puskesmas Surantih sudah baik.

41
Tabel 5.6
Hasil Penelitian Pengendalian Obat Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Apakah Puskesmas melakukan 1 1
pengendalian persediaan Obat
2 Apakah Puskesmas melakukan 1 1
pengendalian penggunaan Obat
3 Apakah Puskesmas melakukan 1 1
pengendalian Obat hilang
4 Apakah Puskesmas melakukan 1 1
pengendalian Obat rusak
5 Apakah Puskesmas melakukan 1 1
pengendalian Obat kadarluwarsa
6 Ada Dokumen Obat Kadaluarsa 1 1
7 Ada Dokumen Hasil Stok Opnam Obat 1 1
8 Ada SOP Pengendalian Obat 1 1
Jumlah 8 7
Rata-rata X= 8  100 = 100 %
8

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 100 %, pengendalian Obat di
Puskesmas Surantih sudah sangat baik.

42
Tabel 5.7
Hasil Penelitian Pencatatan dan Pelaporan Di Puskesmas surantih
Tahun 2020

No Yang di Nilai Skor yang Skor kenyataan


diharapkan (N) (n)
1 Buku Harian Penerimaan Obat 1 1
2 Buku Harian Pengeluaran Obat 1 1
3 Kartu Induk Persediaan Obat 1 1
4 Kartu Stok Obat 1 1
5 Surat Perintah Mengeluarkan Barang 1 0
(SPMB)
6 Surat Bukti Barang/Obat Keluar 1 1
7 Buku Harian Penerimaan Obat 1 1
8 Berita Acara Penerimaan Obat 1 0
9 Dokumen Obat Kadaluarsa 1 1
10 Dokumen Hasil Stok Opnam Obat 1 1
11 Dokumen Laporan Faktur Pembelian 1 0
Obat
12 LPLPO dari sub Unit ke gudang Obat 1 1
13 LPLPO dari gudang Obat ke IFK 1 1
14 Semua dokumen pencatatan dan 1 1
pelaporan di tandatangi oleh petugas
Farmasi dan Kepala Puskesmas
Jumlah 14 11
Rata-rata X= 11  100 = 78,6 %
14

Maka nilai rata-rata (X) yang didapatkan adalah 78,6 %, pencatan dan pelaporan
Obat di Puskesmas Surantih sudah baik.

5.2 Pembahasan

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut

aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola

secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan

farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam

upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim,

2001).

43
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat

secara rasonal dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan

obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat. Pengelolaan

obat yang baik dapat menghindari permasalahan obat kosong, stock berlebih dan

obat kadarluarsa. Maka dari itu setiap Puskesmas harus dapat melaksanakan

pengelolaan obat yang baik sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian tentang profil

pengelolaan obat dipuskesmas surantih didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Perencanaan Obat

Berdasarkan hasil penelitian, perencanaan obat di Puskesmas Surantih

sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas yaitu dengan mempertimbangkan pola

penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi

Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan, mengacu pada Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. serta harus

melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter

gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan

pengobatan Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara

berjenjang (bottom-up), dengan menyediakan data pemakaian Obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Namun demikian walaupun secara umum hasil penelitian sudah 88,9 %

(Sangat Baik), perencanaan kebutuhan Obat belum melibatkan Apoteker,

karena Puskesmas surantih tidak memiliki Apoteker.

44
2. Permintaan Obat

Berdasarkan hasil penelitian, permintaan obat di Puskesmas Surantih sudah

sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas, Namun walau anggaran tersedia untuk

pengadaan obat, Puskesmas Surantih selama tahun 2019 tidak melakukan

pengadaan sendiri. Hal ini dikarenakan Puskesmas Surantih tidak memiliki

tenaga Apoteker untuk melakukan pembelian obat di e-catalogue. Pada tahun

2020 ini Dinas Kesehatan berencana menugaskan tenaga Apoteker dari

Puskesmas terdekat untuk membantu melakukan pengadaan obat untuk

mengatasi masalah obat yang dibutuhkan Puskesmas tapi tidak tersedia di IFK

kabupaten.

3. Penerimaan Obat

Berdasarkan hasil penelitian, penerimaan obat di Puskesmas Surantih sudah

sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas. Aspek yang belum dipenuhi oleh

Puskesmas surantih tentang penerimaan obat adalah kecukupan kebutuhan 1

periode ke depan. Hal ini dikarenakan Puskesmas tidak bisa melakukan

pengadaan obat tersendiri, dan hanya mengandalkan distribusi dari IFK dengan

jadwal 1x3 bulan. Untuk mengatasi jumlah stock kosong, Puskesmas

mengajukan bon ke IFK kabupaten dan menjemput sendiri obat yang

dibutuhkan dengan menggunakan ambulance.

4. Penyimpanan Obat

Berdasarkan hasil penelitian, penyimpanan obat di Puskesmas Surantih

sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

45
pelayanan kefarmasian di puskesmas. Aspek yang belum di penuhi oleh

Puskesmas surantih dalam hal penyimpanan obat adalah tidak adanya

ruang/lemari khusus obat yang mudah terbakar dan tidak adanya ruang/lemari

untuk obat berbahaya, alat bantu pemindahan obat dalam gudang dan

thermometer di dalam lemari pendingin (Kulkas). sarana dan prasarana

penyimpanan obat yang belum tersedia, akan di lengkapi melalui belanja

modal BLUD Puskesmas Surantih.

5. Pendistribusian Obat

Berdasarkan hasil penelitian, pendistribusian obat di Puskesmas Surantih

sudah baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas. Hal yang belum dipenuhi oleh

puskesmas adalah pendistribusian ke jaringan Puskesmas belum sesuai dengan

kebutuhan. Hal ini karena ketersedian obat di gudang obat puskesmas juga

tidak sesuai dengan kebutuhan, karena obat yang tidak tersedia di IFK, tidak

bisa di beli sendiri oleh Puskesmas surantih melalui pengadaan sendiri.

Selanjutnya obat yang di distribusikan tidak selalu dilengkapi oleh surat

perintah mengeluarkan barang, akan tetapi Kepala Puskesmas cukup

mengetahui jumlah dan jenis obat yang didistribusikan melalui LPLPO yang

diajukan oleh jaringan Puskesmas dan disetujui oleh petugas gudang obat.

6. Pengendalian Obat

Berdasarkan hasil penelitian, pengendalian obat di Puskesmas Surantih

sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas. Pengendalian persediaan obat,

pengendalian penggunaan obat, pengendalian obat hilang dan obat kadarluarsa

46
sudah dilakukan dengan sempurna. Gudang Obat dan Apotik Puskesmas

Surantih sudah dilengkapi dengan cctv. Sementara obat yang kadarluarsa di

pisahkan sendiri dan dimasukan ke dalam gudang khusus obat kadarluarsa,

mencatat pada kartu stock sebagai pengeluaran, membuat berita acara serah

terima obat kadarluarsa, sebelum akhirnya menerahkan ke IFK dengan

dilengkapi berita acara yang ditandatangi oleh kepala puskesmas.

7. Pencatatan dan Pelaporan

Berdasarkan hasil penelitian, pencatatan dan pelaporan di Puskesmas

Surantih sudah sangat baik dan sesuai dengan PMK no 74 Tahun 2016 tentang

standar pelayanan kefarmasian di puskesmas. Pencatatan dan pelaporan yang

belum lengkap adalah Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB), berita

acara penerimaan obat dan dokumen faktur pembelian obat. Untuk selanjutkan

Puskesmas akan berusaha melengkapi, smentara faktur pembelian obat tidak

ada dikarenakan Puskesmas tidak melakukan pengadaan sendiri.

47
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

bahwa Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir selatan

tahun 2020 adalah sangat baik, dengan rincian sebagai berikut:

1. Perencanaan Obat didapatkan hasil Rata-rata 88,9% yang menunjukan

bahwa perencanaan Puskesmas surantih dalam kategori sangat baik.

2. Permintaan Obat didapatkan hasil Rata-rata 90,9% yang menunjukan bahwa

dari segi permintaan Obat Puskesmas surantih dalam kategori sangat baik.

3. Penerimaan Obat didapatkan hasil Rata-rata 90,9 % yang menunjukan

bahwa dari segi penerimaan Puskesmas surantih dalam kategori sangat baik.

4. Penyimpanan Obat didapatkan hasil Rata-rata 92,7% yang menunjukan

bahwa dari segi penyimpanan Obat Puskesmas surantih dalam kategori

sangat baik.

5. Pendistribusian Obat didapatkan hasil Rata-rata 80% yang menunjukan

bahwa pendistribusian Puskesmas surantih dalam kategori baik.

6. Pengendalian Obat didapatkan hasil Rata-rata 100% yang menunjukan

bahwa dari segi pengendalian Obat Puskesmas surantih dalam kategori

sangat baik
7. Pencatatan dan Pelaporan didapatkan hasil Rata-rata 78,6% yang menunjukan

bahwa dari segi pencatatan dan pelaporan Puskesmas surantih dalam kategori

baik

Kekurangan pengelolaan obat Puskesmas Surantih pada hakekatnya adalah

tidak adanya apoteker sehingga obat yang di rencanakan tidak bisa di beli melalui

e-catalogue (pengadaan obat) walaupun anggaran di JKN sudah di sediakan

6.2 Saran

Sebagai salah satu Puskesmas rawatan dikawasan pedesaan, Puskesmas

Surantih telah melakukan pengelolaan Obat dengan sangat baik, kekurangan yang

dimiliki oleh Puskesmas surantih adalah dari segi sarana dan prasarana dan sumber

daya manusianya. Maka dari itu untuk sarana prasarana penyimpanan obat yang

belum lengkap diharapkan kepada Puskesmas Surantih untuk melengkapinya.

Sementara untuk Apoteker diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk

menempatkan seorang apoteker selaku penanggungjawab pengelolaan obat di

puskesmas Surantih Kabupaten Pesisir selatan.

49
Daftar Pustaka

Aslam, M., Tan, C. K., Prayitno, A. 2003. Farmasi Klinis (Clinical


Pharmacy),Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan
Pasien. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta


Oncology Times. 2014. Study: Hospital Medical Errors Reduced by 30
Percent with Improved Patient Handoffs. oncology-times.com

Lapau, Buchari. 2013. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Departemen Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 75 tahun 201,4 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Depkes RI,
Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2015, tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan
pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi, Depkes RI,
Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, Depkes RI, Jakarta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Departemen Kesehatan RI, 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta

50
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI

A. BUKTI-BUKTI PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT PUSKESMAS


SURANTIH

1. DATA SDMK PUSKESMAS SURANTIH KEADAAN JULI 2020

51
2. PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT MELIBATKAN TENAGA
KESEHATAN LAIN (BOTTOM UP)

CONTOH : LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT


SUB UNIT PELAYANAN (POSKESRI GUNUNG RAJO)

52
3. SOP PERENCANAAN OBAT

53
4. PERTIMBANGAN PERENCANAAN KEBUTUHAN BERDASARKAN
POLA PENYAKIT

RENCANA KEBUTUHAN OBAT MEMPERTIMBANGKAN SISA STOK,


PEMAKAIAN RATA-RATA MUTASI OBAT DAN FORNAS serta DOEN

54
BUKTI PERMINTAAN DAN PENERIMAAN OBAT PUSKESMAS
SURANTIH KE IFK

55
BUKTI KARTU STOK OBAT PUSKESMAS SURANTIH

STOK OPNAME PUSKESMAS SURANTIH

56
57
58
KETERSEDIAN ANGGARAN PEMBELIAN OBAT

59
BUKTI-BUKTI PENYIMPANAN OBAT

1. Gudang Obat Puskesmas Surantih Tampak depan. Terpisah dari ruangan lain.
Ruangan staf Gudang obat sebelah kanan dan yang sebelah kiri adalah pintu
gudang obat.

2. Obat Disusun berdasarkan abjad, FIFO dan FEFO dan dipisahkan menurut
bentuk sedian

60
61
3. Lemari NAPZA dipisahkan dan dilengkapi dengan pintu ganda

4. Kulkas dan Tempat penyimpanan Vaksin dilengkapi denga termometer dan


suhu nya di catat tiap hari. Kartu suhu tergantung di dinding ruangan.

62
5. Gudang Obat dilengkapi dengan AC jarak Rak penyimpanan dengan Loteng
sudah memenuhi standar

63
6. Penyimpanan Obat Kadarluarsa dan Rusak dipisahkan sendiri dari Gudang
Obat, sebelum dikirim ke IFK untuk di musnahkan lengkap dengan eritaacara
obat kadarluarsa.. dan dilakukan pengendalian terhadap obat Kadarluarsa.

BUKTI PENDISTRIBUSIAN OBAT

64
BUKTI PENGENDALIAN OBAT

65
66
67

Anda mungkin juga menyukai