OLEH:
1. ANDIYANI LARASASRI 130100407
2. M. FIKRI ARDINATA 130100106
3. M. FAHMI RASYID 130100077
4. SANJANAH KANAPATHY 130100484
5. APRIANA HARAHAP 130100113
6. FARID AULIA NASUTION 130100089
7. STEVANUS E N SIMANJUNTAK 130100240
8. SITI SHINTA YUNINDARI 130100187
9. FATMA RAUDAH LUBIS 130100151
10. MOHANAPRIYA A/P RAJENDRAN 130100322
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini tepat pada waktunya.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
vi
DAFTAR GAMBAR
1
BAB 1
PENDAHULUAN
tahun ini, orang tua harus berupaya keras agar bayinya tidak memiliki panjang
tinggi badan atau panjang badan yang stunting (pendek). Yang kita khawatirkan
adalah di dalam kandungan ada gangguan pertumbuhan, sehingga mempengaruhi
perkembangan kognitif (intelegensia).1,3
Stunting atau pendek merupakan keadaan yang menggambarkan
terhambatnya pertumbuhan. Keadaan ini berlangsung kronis karena disebabkan
oleh malnutrisi jangka panjang. Stunting didasarkan pada indeks pengukuran
panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) dengan batas
Z-score kurang dari -2 SD. Prevalensi stunting di dunia berdasarkan data dari
World Health Statistic 2012 adalah sebesar 26,7%. Stunting merupakan salah satu
masalah gizi yang masih banyak ditemukan pada anak di Indonesia, khususnya
pada bayi dan balita. Prevalensi pendek bayi dan balita di Indonesia berdasarkan
Riskesdas 2013 menunjukkan angka 37,2%, yang terdiri dari 18% sangat pendek
dan 19,2% pendek.2
Kita masih bisa melakukan optimalisasi pertumbuhan bayi di periode emas
0-24 bulan, masih bisa diperbaiki. Tetapi bila gangguan pertumbuhan berlanjut,
tidak dikoreksi sampai anak usia 2 tahun, kondisi ini tidak bisa dikoreksi.1
Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta
gangguan perkembangan kemampuan motorik dan mental. Oleh karena itu
stunting pada bayi dan balita perlu menjadi perhatian khusus. Pemantauan
pertumbuhan khususnya panjang badan dan atau tinggi badan seharusnya
dilakukan sejak dini untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan diperlukan untuk pemberian terapi lebih awal
sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan mencegah terjadinya risiko yang
tidak diinginkan. Pengukuran panjang badan dan atau tinggi badan harus diukur
atau dipantau secara berkala, dimulai saat bayi baru lahir, usia 1, 2, 4, 6, dan 9
bulan.2
Dengan demikian, penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
mengenai 1000 hari pertama kehidupan, dikarenakan angka kejadian stunting di
Indonesia sangatlah tinggi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melihat tingkat
pengetahuan ibu mengenai 1000 hari pertama kehidupan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya
hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel
sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan
belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun
menerobos dinding indung telur.
Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30 jam
setelah dibuahi, sel telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai
berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang
ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada
endometrium.
Minggu ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum
sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi
ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya
sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
Pada minggu ke-4, Darah mulai mengalir dari plasenta ke janin.
Plasenta adalah organ sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Melalui
plasenta ini, ibu memberi nutriens dan oksigen ke embrio. Tumbuh jari-
jari pada tangan, memiliki kaki, paha, dan organ dalam mulai tumbuh,
seperti: lidah, esofagus, dan lambung. Selain itu, ginjal, hati, kantung
empedu, dan pancreas berkembang untuk beberapa hari. Paru-paru mulai
berkembang, kelenjar tiroid, dan lainnya terbentuk. Muka, organ indera,
dan organ reproduksi mulai terbentuk, dengan ukuran embrio sekitar 2
hingga 3,5mm, jantung mulai berdenyut dan sistem peredaran darah sudah
melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat sederhana.
Fungsi plasenta bagi janin sangat banyak. Dari menyediakan hormon-
hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan
sesuai jenis kelamin janin, sampai mensuplai nutrisi dan oksigen. Di
samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat pernapasan dan pembuangan
sisa-sisa metabolism janin. Tahap ini merupakan fase gastrula yaitu tahap
7
pertumbuhan embrio berbentuk mangkuk yang terdiri atas dua sel atau
masa embrio dini setelah masa blastula yaitu struktur bulat, hasil
pembelahan zigot. Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung
lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam
dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar
bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh
berbeda dibandingkan manusia dewasa,beberapa bentuk seperti mata dan
tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali.
b. Bulan Kedua
Pada minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm.
Pembentukan organ-organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan makin
sempurna.
Pada minggu ke-6, persentase perkembangan embrio sudah lebih
besar dibanding dari minggu 2 sebelumnya, yaitu 5 mm. Bentuknya
melengkung seperti udang. Pada minggu ini kepala dan leher sudah mulai
muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga sudah ada. Selain
itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai terlihat walaupun
masih kecil. Pada minggu ini juga peredaran darah dan organ2 penting
tubuh seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah mulai terbentuk.
Pada minggu ke-7, di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku
jari kelingking atau 1 cm, tangan sudah mulai ada dan berkembang dengan
cepat. Tonjolan-tonjolan yang di minggu sebelumnya masih tampak pada
rangka,pada minggu ini sudah jelas.Pada akhir minggu ke-8, ukuran
embrio mencapai kisaran 2731 mm. Secara keseluruhan embrio makin
menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 13-15 gram. Semua organ
tubuh juga mulai bekerja, meski belum sempurna.Tubuh yang ringkih ini
pun mulai bisa bergerak secara tak teratur, yang jika dijumlahkan rata-rata
sebanyak 60 kali gerakan dalam satu jam. Janin di usia dua bulan. Tubuh
embrio semakin menyerupai bayi. Mata janin tampak berupa dua bintik
hitam.
8
c. Bulan ke tiga
Minggu ke-9, perkembangan janin di minggu ini, embrio ganti
nama, jadi janin. Panjang si janin ini sekarang adalah 3 cm dengan berat
sekitar 2 gr, dia sudah punya tangan yang besarnya sekacang kapri dan jari
sudah mulai terbentuk. Kaki sudah membentuk lutut dan jari. Di minggu
ini organ genital sudah mulai terlihat jelas.
Minggu ke-10, Panjang janin 4,5 cm dengan berat 5 gr. Rahang
atas dan bawah sudah terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi air
seni. Bentuk janin sudah hampir menyerupai manusia. Darah dan sel-sel
tulang mulai terbentuk
Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan
mulai berfungsi. Panjang sekitar 6 cm, dengan berat 10 gr. Rambut, kuku
pada jari tangan dan kaki sudah tumbuh. Janin sudah mulai bergerak dan
bias meluruskan tubuhnya, bahkan mengubah posisinya.
Di minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus
bertumbuhdan berkembang kian sempurna.Di usia 3 bulan, sistem saraf
dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain bernapas, kini janin
juga mulai mampu mencerna makanan.
2. Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepataN
pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
d. Bulan Keempat
Pada minggu ke-13 panjang janin (dari puncak kepala sampai
bokong) ditaksir sekitar 65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Pada
minggu ini, seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut
lanugo.
Pada minggu ke-16, panjang janin mencapai taksiran 12 cm
dengan berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski
masih amat sederhana, biasanya terasa sebagai kedutan. Di usia ini, janin
juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari luar
kantong ketuban.Termasuk detak jantung ibu bahkan suarasuara di luar
9
diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut. Pada
bulan keempat, janin sudah peka terhadap suara-suara dari luar perut
ibunya.
e. Bulan Kelima
Pada bulan kelima, berat dan panjang janin semakin semakin
meningkat. Pada minggu ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm
dengan berat sekitar 150 gram.
Pada minggu ke-21,beratnya sekitar 350 gram dengan panjang
kira-kira 18cm. Pada minggu ke-21 ini, berbagai sistem organ tubuh
mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.Pada bulan kelima,
janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya. Di usia ini janin mulai aktif
mencari tahu apa saja yang terdapat di sekelilingnya, bahkan bagian dari
kehidupannya. Dia sering meraba-raba kantonq amnion (ketuban) dengan
kedua tanganmungilnya.
3. Tahapan Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang.
Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara
denyut jantungnya pun kian mudah didengar.
f. Bulan Ketujuh
Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang
ratarata 37 cm. Kelahiran bayi prematur mesti diwaspadai karena
umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun
mentalnya. Pada minggu ke-32, berat bayi berkisar 1800-2000 gram
dengan panjang tubuh 42 cm.
g. Bulan Kedelapan
Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan
panjangnya sekitar 43 cm. Pada minggu ke-35, secara fisik bayi berukuran
sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram, Namun yang terpenting, mulai
minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya. Ini sangat
penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan kemampuan si
bayi untuk bertahan hidup.
10
h. Bulan Kesembilan
Pada minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2500 gram
dengan panjang 46 cm.
Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram,
di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ
tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk
ke jalan lahir dengan posisi siap lahir, kendati sebagian kecil di antaranya
dengan posisi sungsang.
Pada minggu ke38, berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang
48 cm. Meski biasanya akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu,
bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu. Di usia kehamilan
38 minggu, bayi mencapai berat sekitar 3250 gram dengan panjang sekitar
49 cm. Pada minggu ke-40, panjang bayi mencapai kisaran 45-55 cm dan
berat sekitar 3300 gram dan siap dilahirkan
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir
antara lain sebagai berikut :
a. Usia Ibu hamil dengan berat bayi lahir.
Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko
tinggi, dua sampai empat kali lebih tinggi di bandingkan dengan
kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih
muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya
belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat
menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi.4
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan
diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.
Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi,
11
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesehatan ibu
hamil disuatu negara adalah dengan angka kematian ibu (AKI).5,6,7
Dari data yang ada, jumlah kematian ibu terbesar selama tahun 2010-2013
adalah karena perdarahan. Merskipun angka cakupan pertolongan oleh tenaga
kesehatan sudah mencapai 90,88%, namun angka persalinan di rumah masih
cukup tinggi yakni 29,6%. Dari seluruh tindakan persalinan yang dibantu oleh
tenaga kesehatan, 68,6% dibantu oleh bidan dan hanya 18,5% yang ditolong oleh
dokter. Hal ini perlu menjadi perhatian karena mengingat salah satu angka
kematian tertinggi ibu disebabkan oleh perdarahan dan kasus persalinan dengan
perdarahan tidak termasuk dalam kompetensi bidan.7
14
dan gizi di negara berkembang. Tujuan global dari SUN Movement adalah untuk
menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK yakni dari awal kehamilan sampai usia
2 tahun. Periode 1000 HPK ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode
yang menentukan kualitas kehidupan seseorang, oleh karena itu periode ini sering
disebut sebagai “periode emas”. 3
Adapun titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 HPK
adalah sebagai berikut :
Periode 1000 hari adalah periode emas yang dimulai sejak saat konsepsi,
pertumbuhan janin dalam rahim, hingga ulang tahun ke 2 kehidupannya,yang
akan menentukan kualitas kesehatan pada kehidupan selanjutnya. Bukan hanya
kesehatan secara lahiriah, lebih dari itu, kesehatan jiwa dan emosi, bahkan
kecerdasan/ intelektualnya. Hal ini berarti nutrisi selama periode emas ini sangat
menentukan, ibarat kita membangun sebuah rumah yang kokoh dan indah, maka
16
Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas
sumberdaya manusia. Anak yang kurang gizi akan lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dan pada masa selanjutnya akan tumbuh lebih pendek (stunting)
yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya. Hal ini tentunya akan
berpengaruh pada keberhasilan pendidikan, yang berakibat pada menurunnya
produktivitas saa usia dewasanya. Selain itu, gizi kurang/buruk merupakan
penyebab dasar kematian bayi dan anak. Karenanya, yang harus disadari secara
sungguh-sungguh adalah jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth faltering),
meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki di kemudian hari
dengan peningkatan asupan gizi yang baik, namun tidak demikian dengan
perkembangan kecerdasannya.4
Fakta-fakta ilmiah lainnya menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu
hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan
penurunan tingkat kecerdasan anak. Sayangnya, periode emas inilah yang
18
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel.Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah
400 mikrogram per hari.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
anemia megaloblastik pada ibu hamil.
B. Program-Program Sensitif2
a. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Telah diuraikan dimuka bahwa salah satu faktor penyebab kurang gizi
termasuk anak pendek adalah infeksi, terutama diare. Banyak cara
sederhana dapat dilakukan untuk mengurangi resiko diare, diantaranya
dengancuci tangan dengan air bersih dan sabun. Telah dibuktikan bahwa
cuci tangan dengan air bersih dan sabun mengurangi kejadian diare 42-47
persen. Dengan demikian program air bersih dan sanitasi tidak diragukan
sangat sensitif terhadap pengurangan resiko infeksi. Rendahnya akses air
bersih dan sanitasi diperparah dengan masih rendahnya perilaku hidup
bersih. Prioritas pembangunan sarana air bersih di perdesaan dan
perkampungan kumuh akan memberikan dampak yang lebih sensitive
terhadap penurunan kejadian infeksi dan kurang gizi khususnya pada
kelompok 1000 HPK.2
b. Ketahanan Pangan dan Gizi
Pengertian ketahanan pangan yang terbatas pada pemenuhan energi,
sensitivitasnya terhadap masalah Gerakan 1000 HPK minimal oleh karena
masalahnya tidak hanya kekurangan energi tetapi juga zat-zat gizi yang
lain. Pada tahun 1997/1998 dan 2008/2009, di Indonesia terjadi krisis
harga pangan. Dampaknya tidak hanya pada penurunan konsumsi energi,
tetapi juga penurunan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral), yang
sangat diperlukan oleh anak-anak dan ibu hamil. Akibatnya prevalensi
anak kurus yang dikenal sebagai gizi buruk dan prevalensi ibu hamil yang
anemi meningkat dengan mencolok.2
c. Fortifikasi Pangan
Fortifikasi pangan adalah suatu upaya untuk mengatasi kekurangan zat
gizi mikro. Zat gizi yang ditambahkan berupa zat besi, yodium, seng, asam
folat, dan vitamin A. Fortifikasi makanan dilakukan pada sumber bahan
pangan pokok seperti tepung terigu, garam, dan minyak goreng.Sasaran
yang ingin dicapai dalam program gizi ini adalah agar sebagian besar
penduduk indonesia dapat menikmati produk pangan yang difortifikasi.2
22
2.10. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah
anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan
kurang dari – 3SD (severely stunted).5
24
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut:
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.5
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care (pelayanankesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan
dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakanbahwa tingkat
kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke
layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6
tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).5
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal
ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding
dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.5
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum
memiliki akses ke air minum bersih.5
Stunting dapat diketahui bila seorang anak sudah diukur panjang dan
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya berada di bawah
normal. Secara fisik anak akan lebih pendek dibandingkan anak seumurnya
(Kemenkes,RI 2016).6
26
Tinggi >2SD
Tabel 1.
1. Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Pada pilar ini,
dibutuhkan Komitmen dari Presiden/Wakil Presiden untuk mengarahkan
K/L terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun daerah. Selain itu,
diperlukan juga adanya penetapan strategi dan kebijakan, serta target
nasional maupun daerah (baik provinsi maupun kab/kota) dan
memanfaatkan Sekretariat Sustainable Development Goals/SDGs dan
Sekretariat TNP2K sebagai lembaga koordinasi dan pengendalian program
program terkait Intervensi Stunting.7
2. Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas. Berdasarkan
27
2.11. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Imunisasi adalah
suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke
dalam tubuh manusia. Kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya
kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi
serangan kuman tertentu, namun kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
belum tentu kebal terhadap penyakit lain.8
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang
menjadi penyebab penyakit, namun telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil
sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja
dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan
merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang-orang tersebut.
29
Imunisasi yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu
komitmen global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara
di dunia seperti program pemberantasan penyakit polio, tetanus, pertusis, campak,
Hib, hepatitis B, rotavirus. Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara
endemis.9
1. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam)
setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama.
Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5
bulan. Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada
30
masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung.
Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.9
2. BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini
merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah
India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan
karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang.
Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.9
3. DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka
eliminasi tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar,
dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1 tahun setelah
DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk
sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita,
imunisasi TT perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu
hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada
bayi baru lahir).9
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval
keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi
sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12
bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun
intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4,
pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila
pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan
lagi.9
4. Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan
(atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk
vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8
tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang
pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai
31
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
Gambar 9. Kebutuhan gizi dan pertumbuhan bayi pada 1000 hari awal kehidupan
Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa bayi
baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal
pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu
dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun.3
Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama dalam menurunkan
kematian anak lebih lanjut. Berdasarkan data Riskesdas 2007, penyebab kematian
36
bayi terbanyak pada neonatus usia 0-6 hari, antara lain oleh karena gangguan atau
kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%), dan infeksi/sepsis (20%).11
Program ini mengajak kita “turun tangan” ikut mengawal periode emas ini
sehingga kelak melahirkan generasi dengan kualitas emas pula. Berikut fokus
pengawalan kita dalam program ini:
1. Nutrisi selama kehamilan yang cukup dan beragam (temasuk tablet asam
folat dan tablet besi selama kehamilan).
2. Edukasi tentang kesehatan pribadi dan lingkungan
3. Pemantauan pemeriksaan antenatal minimal 4 x selama kehamilan.
4. Penyaringan kemungkinan risiko komplikasi kehamilan
5. Ikut memantau/mendata persalinan.
6. Edukasi dan Menggiatkan Keluarga Berencana.
7. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif 6 bulan.
8. Timbang berat badan bayi dan panjang badan secara rutin setiap bulan.
9. Imunisasi dasar wajib bagi bayi/ Baduta (bawah dua tahun).
10. Pemberian Makanan Peralihan ASI (MP ASI) secara bertahap pada usia 6
bulan dan tetap memberikan ASI hingga 2 tahun.
Bila kesepuluh program di atas dapat kita kawal dengan baik, diharapkan
kualitas kehamilan dan pertumbuhan bayi juga akan lebih baik, yang berarti kita
mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas di masa depan.12
Nutrisi yang tepat selama periode 1000 hari ini dapat memberi dampak
besar pada kemampuan seorang anak untuk tumbuh, belajar, dan bangkit dari
kemiskinan. Dalam skala besar dan jangka panjang, hal ini juga berkontribusi
pada kesehatan masyarakat, stabilitas dan kemakmuran suatu negara.
38
Jika asupan gizi bayi yang dibutuhkan tak terpenuhi, karena orangtuanya
miskin, maka sangat mungkin anak akan menderita gizi buruk. Jika kondisi ini
memungkinkan anak dapat bertahan hidup, pertumbuhannya akan mengalami
hambatan, termasuk perkembangan otaknya. Ditambah lagi, karena daya tahan
tubuhnya lemah, anak akan sering sakit-sakitan.13
Kondisi ini tidak memungkinkan anak tersebut menjadi sehat dan produktif,
kompetitif dan siap bersaing, bahkan hingga ia dewasa. Bila kondisi ini terulang
kembali pada si anak sampai dewasa, maka akan muncul keluarga miskin baru
generasi kedua dari keluarga yang miskin dan kurang gizi. Mereka pun akan
mengalami kesulitan yang lebih kurang sama untuk menjadikan anak-anak
mereka sehat dan produktif. Kondisi ini jelas menghilangkan kesempatan untuk
memperbaiki generasi (lost generation) dan kemiskinan akan diwariskan ke
generasi berikutnya.13
b. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk dapat menjelaskan
dengan benar mengenai suatu objek yang diketahui, dan mampu
menginterpretasikannya dengan benar. Untuk mengukurnya, dapat
digunakan kata kerja, seperti: menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan atau memperkirakan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasimerupakan suatu kemampuan dalam menggunakan materi yang
pernah dipelajari pada situasi ataupun kondisi yang sebenarnya (real).
40
Dalam hal ini, aplikasi diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lainnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk dapat menjabarkan suatu
materi ataupun suatu objek ke dalam komponen-komponen, namun tetap
di dalam struktur organisasi yang sama, dan saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Kemampuan ini dapat dilihat dengan menggunakan kata
kerja, seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesismerupakan suatu kemampuan untuk dapat meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dalam hal ini artinya seseorang mampu menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada sebelumnya. Seseorang yang
memiliki kemampuan ini mampu menyusun, merencanakan,
meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya atas rumusan dan teori
yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk menjustifikasi atau menilai
suatu materi atau objek berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ada. Untuk
mengukur kemampuan ini dapat digunakan kata kerja, seperti:
membandingkan, menanggapi, menafsirkan, dan sebagainya.
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui dan dapat diperoleh dari
pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Informasi dan media
massa dapat memberikan pengaruh dengan adanya pesan-pesan yang
bersifat sugesti, yang dapat mempengaruhi opini seseorang.
c. Pekerjaan
Dikatakan bahwa seseorang yang bekerja di sektor formal akan memilki
akses yang lebih baik dalam memperoleh berbagai informasi.
d. Sosial budaya, dan ekonomi
Sosial budaya berhubungan dengan kebiasaan dan tradisi yang biasa
dilakukan oleh sekelompok orang, sehingga dapat mempengaruhi
pegetahuannya. Sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk memenuhi segala fasilitas yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan tertentu.
e. Lingkungan
Segala sesuatu yang berada di sekitar seseorang (individu) dapat
mempengaruhi proses masuknya suatu pengetahuan ke dalam diri
seseorang yang berada di lingkungan tersebut.
f. Pengalaman
Sebagai sumber pengetahuan, pengalaman merupakan suatu cara untuk
mendapatkan suatu kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali suatu pengetahuan yang diperoleh dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi sebelumnya.
g. Usia
Semakin bertambah usia, maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam memperoleh dan menerima informasi.15
45
BAB 3
KERANGKA TEORI PENELITIAN DAN KERANGAKA KONSEP
PENELITIAN
Antenatal
Care
Pertumbuhan
dan
Imunisasi
Gizi
Perkembangan
• Imunisasi
Dasar
• ASI
• Antropometri
• Imunisasi
Lanjutan
• MPASI
• Motorik
Halus
dan
Kasar
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang diambil
adalah ibu hamil dan ibu dengan anak di bawah usia 1 tahun di Puskesmas
Belawan selama tanggal 26 Desember 2018 hingga 11 Januari 2019. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode total
sampling dimana semua subyek yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi dan batas akhir
penelitian.
48
Setelah seluruh kuesioner dinilai sesuai dengan table diatas, maka tingkat
pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut :
• Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi
• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
• Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi
TingkatPengetahuan Nilai
Pemilihan X
judul
Survei awal X
Penyusunan X
proposal
Seminar X
proposal
Pengumpula X
n data
52
Pengolahan X
data
Analisa data X
Hasil X
Seminar X
hasil
53
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.2. Pembahasan
Responden F %
Ibu Hamil 35 orang 57,4
Jumlah responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 83,6%
(51 orang), bekerja sebagai pedagang sebanyak 14,8% (9 orang), dan yang bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 1,6% (1 orang).
Pekerjaan F %
IRT 51 orang 83,6
Tingkat Pendidikan F %
SD 11 orang 18
pada Ibu Hamil di Bogor menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara pengetahuan ibu dengan perawatan baduta. Banyaknya tingkat pengetahuan
yang rendah diduga disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan formal,
kemampuan menangkap, dan memahami informasi tentang kesehatan. Motivasi
contoh yang rendah juga diduga ikut mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang
program 1000 hari pertama kehidupan, kurangnya motivasi contoh untuk
pemanfaatan posyandu dan fasilitas-fasilitas kesehatan sebagai sumber paparan
informasi mengenai program spesifik membuat tingkat pengetahuan menjadi
rendah. Selain itu yang berkontribusi terhadap tingkat pengetahuan adalah akses
terhadap informasi yang terkait termasuk sosialisasi, promosi, dan kampanye
program kesehatan serta pelayanan kesehatan yang lebih terbatas. Di samping
tingkat pendidikan hal lain yang turut berperan adalah sumber daya kesehatan,
baik itu pendanaan program ataupun tenaga pada sektor kesehatan. Sebab
besarnya sumber daya kesehatan akan mendorong pengetahuan masyarakat,
membuat target kampanye, promosi, dan sosialisasi menjadi lebih intensif dan
berdampak pada tingkat pengetahuan.35
kondusif yang diciptakan oleh mentor dan mentee dalam mentoring dapat
memudahkan wanita usia subur dalam menerima materi yang diberikan oleh
mentor. Mentoring merupakan bantuan yang diberikan mentor kepada mentee
untuk transfer pengetahuan, pemikiran secara signifikan. Mentoring dilakukan
oleh orang yang mempunyai lebih banyak kemampuan dan pengalaman. Dalam
penelitian ini orang yang dianggap mempunyai banyak kemampuan dan
pengalaman adalah Kader Posyandu. Mentoring dirasa lebih efektif karena dalam
mentoring kita akan diarahkan, dicarikan solusi, dan diberitahu apa saja yang
perlu dilakukan maupun yang tidak perlu dilakukan. Mentoring dalam penelitian
ini dilakukan oleh Kader Posyandu setempat, dan peserta mentoring adalah wanita
usia subur. Semua masalah terutama tentang gizi seimbang 1000 Hari Pertama
Kehidupan dapat didiskusikan dengan mentor dalam mentoring. Selain itu
mentoring dilakukan secara rutin sesuai kesepakatan mentee dan mentor, jadi
tidak hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan.37
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12. Litbangkes RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar. In. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2007.
13. World Health Organization. Analisis Lanskap Kajian Negara Indonesia.
Available at: URL: www.who.int.
14. Cecilia V. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 Tentang Rokok
Sebagai Faktor Resiko PPOK. 2015
15. Fatkhurrohman. Pengetahuan Terbaru. [Internet]. 2015; [dikutip pada 28
Mei 2016] Diunduh dari: http://dokumen.tips/documents/pengetahuan-
terbaru.html
25. Maisuri T. C., Sitti W,Andi A.I. 2014. Buku Panduan Program 1000 Hari
awal kehidupan. Sagung Seto:Makasar .p.12-21
26. Prawirodiharjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT. Bina Pustaka.
p..278-80.
27. WHO. 2016. WHO recommendation on antenatal care for a positive
pregnancy experience.Luxemburg:WHO. p.106
28. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta. p.4-9
29. BKKBN. 2017. Bahan Penyuluhan Bina Keluarga Balita Bagi Kader 1000
HPK. Jakarta:BKKBN. p.24-33
30. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
31. Wijaya Z. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan Angkatan 2012 Tentang Merokok
Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Kanker Paru. 2015
32. Cecilia V. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 Tentang Rokok
Sebagai Faktor Resiko PPOK. 2015
33. Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
34. Shofiyyatunnisak, NA. 2016. Hubungan Perilaku Ibu tentang 1000 Hari
Pertama Kehidupan dengan Status Gizi Baduta di Wilayah Pedesaan.
Bogor: IPB.
35. Armeida, IR. 2016. Pengetahuan Tentang Program 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) pada Ibu Hamil di Bogor. Bogor. IPB.
36. Dewi, DAK. 2017. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Program
1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Melati II Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta: STIK Jenderal Achmad Yani.
37. Wahyuni, T. Mentoring Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan WUS
Tentang Gizi Seimbang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
65
Lampiran I
Kuisioner 1
LEMBAR PENJELASAN
Dengan Hormat,
Kami adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
sedang melakukan penelitian berjudul Gambara Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Anak Usia Di Bawah 1 tahun Mengenai 1000 Hari Pertama
Kehidupan di Puskesmas Belawan Tahun 2018.
Peneliti
( )
66
LEMBAR PERSETUJUAN
Medan, 2018
Peneliti Yang membuat pernyataan
( ) ( )
67
LEMBAR KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM 1000 HARI
PERTAMA KEHIDUPAN
No. Responden :
A. Identitasresponden
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
B. PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM 1000 HARI
PERTAMA KEHIDUPAN
Kuisioner 2
LEMBAR PENJELASAN
Dengan Hormat,
Kami adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
sedang melakukan penelitian berjudul Gambara Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Belawan
Tahun 2018.
Peneliti
( )
70
LEMBAR PERSETUJUAN
Medan,
2018
Peneliti Yang membuat
pernyataan
( ) ( )
71
Lampiran II
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
72
TOTAL
Total Count 9 43 9 61