Anda di halaman 1dari 46

RSUD DOKTER

ACHMAD
DIPONEGORO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KEJANG DEMAM SIMPLEKS


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa
1. Pengertian pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Umumnya


kejang tonik-klonik.Selama fase tonik,mungkin disertai henti
nafas dan inkontinensia.Kemudian diikuti fase klonik
berulang,ritmik dan akhirnya anak setelah kejang letargi atau
tidur. Saat kejang anak tidak sadar,mata dapat melihat keatas
dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan
2. Anamnesis
berulang tanpa didahului kekakuan,atau hanya sentakan.
Serangan dalam bentuk absens atau mioklonik sangat jarang.
Pada umumya kejang akan berhenti sendiri, setelah beberapa
detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
kelainan neurologis.Kejang berlangsung kurang dari 15 menit.
Perlu diketahui mengenai pengobatan sebelumnya,ada tidaknya
trauma,perkembangan psikomotor,dan riwayat keluarga dengan
epilepsi atau kejang demam. Deskripsi lengkap mengenai kejang
sebaiknya didapat dari orang yang melihatnya.
Dari pemeriksaan fisik,derajat kesadaran baik,tidak ada
meningismus, ubun-ubun besar tidak tegang atau membonjol,
tidak ada tanda rangsang meningeal,kekuatan dantonus otot baik.

3. Pemeriksaan Fisik

Bangkitan kejang
 Saat suhu tubuh(suhu rektal)>38°C
 Disebabkan oleh proses ekstrakranial
 Usia 1bulan–5tahun
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dalam batas normal
4. Kriteria Diagnosis  Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15
menit),
 Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik)
 tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Bukan kejang demam:
 Ada riwayat kejang tanpa demam
 <1bulan
 <6bulan atau>5tahun:pikirkan infeksi SSP atau Epilepsi
disertai demam
 Pernah kejang tanpa demam,kemudian kejang saat
demam
5. Diagnosis Kerja Kejang demam simpleks
Kejang Demam Kompleks.
6. Diagnosis Banding Infeksi susunan saraf pusat

 Pemeriksaan laboratorium rutin dikerjakan untuk


mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,atau
7. Pemeriksaan Penunjang keadaan lain yang dapat menjadi penyebab kejang
Misalnya pemeriksaan darah perifer,elektrolit (Na,K,Cl,
Ca) dan gula darah.
 Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.Jika yakin klinis
bukan meningitis, maka punksi lumbal tidak perlu
dilakukan.
 Mengingat manifestasi klinis meningkuti sering tidak
jelas pada bayi,maka punksi lumbal pada bayi usia kurang
dari 12 bulan sangat dianjurkan,pada bayi usia 12-18
bulan dianjurkan,dan bayi usia lebih dari 18 bulan tidak
rutin dilakukan.
 EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat
Memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
Risiko epilepsi dikemudian hari.Pemeriksaan EEG dapat
Dilakukan pada kejangdemam takkhas,misalnya pada
anak usia >6tahun atau kejang demam fokal.
 Foto X ray kepala dan neuro pencitraan seperti computed
tomography(CT) atau magnetic resonance imaging(MRI)
tidak rutin dilakukan, hanya dilakukan jika ada indikasi,
seperti kelainan neurologik fokal menetap (misalnya
hemiparesis),paresisn.VI(n.abdusens)-bola mata tidak
dapat melirik ke lateral, dan adanya papil edema
8. Tata Laksana  Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti
sendiri.
 Pengelolaan pertama di rumah diberikan diazepam per
rektal dosis 5mg untuk berat badan sama atau kurang dari
12kg,dan dosis 10mg untuk berat badan lebih dari
12kg.Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang
belum berhenti,dapat diulang dengan dosis sama setelah
selang waktu 5menit.Jika setelah dua kali pemberian
diazepam perrektal masih belum berhenti,dianjurkan ke
rumah sakit.
 Pengelolaan dirumah sakit,biasanya diruang gawat
darurat,diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb
diberikan dalam waktu 3-5menit(kecepatan2mg/menit),
dosis maksimal 10mg.Jika masih tetap kejang,berikan
fenitoin intravena20mg/kgbbdalam 50mllarutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgbb/menit atau<50
mg/menit.Jika berhenti maka dosis fenitoin selanjutnya
(dosis pemeliharaan)4-8mg/kgbb/haridimulai12jam
setelah dosis awal maximum pemberian fenitoin 1000
mg/hari.Jika kejang masih belum berhenti diberikan
fenobarbital intravena 20mg/kgbb,dimasukkan perlahan >
10 menit.Jika berhenti maka dosis fenobarbital
selanjutnya 5 mg/kgbb/hari dibagi dalam dua kali
maksimum pemberian 600mg/hari, maka dinamakan
refrakter status epileptikus dan harus dirawat di ruang
intensif, menggunakan obat pelumpuh otot.
 Saat demam diberikan parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari.Obatlain:ibuprofen
dengan dosis 5-10mg/kgbb/kali,3–4kali sehari.
 Pengobatan antikejang intermitten saat demam dengan
diazepam oral 0,3-0,5mg/kgbb/hari dibagi tiap 8jam saat
demam.dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama
demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis
tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
iritabilitas, serta sedasi.
 Orangtua sering panik menghadapi kejang karena
merupakan peristiwa yang menakutkan.
9. Edukasi (Hospital Health  Edukasi antara lain:meyakinkan bahwa kejang demam
Promotion) terutama kejang demam sederhana(simplek)umumnya
mempunyai prognosis baik, memberitahukan cara
penanganan kejang,memberi informasi tentang risiko
kejang berulang,pemberian obat pencegahan memang
efektif tetapi harus diingat risiko efek samping obat.
 Jika anak kejang,lakukan hal berikut:tetap tenang dan
tidak panik,kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar
leher,jika tidak sadar posisikan anak telentang dengan
kepala miring,bersihkan muntahan atau lendir di mulut
dan hidung jika ada.Walaupun ada risiko lidah
tergigit,jangan masukkan apapun kedalam mulut.Ukur
suhu tubuh,catat lama dan bentuk/sifat kejang,tetap
bersama anak selama kejang,berikan diazepam per rektal.
Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.Bawa ke
Dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung ≥5menit.

Ad vitam = ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam
1. Poesponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus
kejang demam. UKK neurologi PP-IDAI. Jakarta : Balai
11. Kepustakaan Penerbit IDAI; 2005.
2. Soetomenggolo TS. Kejang Demam dan Penghentian
Kejang. In : Pusponegoro HD, Passat J, Mangunatmadja,
Widodo DP, Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting.
Neurologi Anak dalam praktek sehari-hari. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1995.
h. 209-21.
3. IDAI. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta:Balai penerbit IDAI.2016.
4. Freidman JN; Canadian Paediatric Society, Acute
Care Commitee. Emergency management of the paediatric
patient with generalized convulsive status epilepticus.
Paediatr Child Health 2011;16(2);91-97.
CLINICAL PATHWAY
KEJANG DEMAM SIMPLEKS
RSUD DOKTER ACHMAD DIPONEGORO

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD


MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan
b. ASESMEN AWAL
skrining gizi, nyeri, status fungsional: asesmen bio-psiko-sosial,
KEPERAWATAN
bartel index, risiko jatuh, risiko spiritual dan budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
DL, Elektrolit, GDS
2. LABORATORIUM
Varian
3. RADIOLOGI/
IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Shift, 14
b. ASESMEN kebutuhan dasar tetap
Perawat Penanggung Jawab
KEPERAWATAN dilaksanakan sesuai
kondisi pasien
Lihat risiko malnutrisi
melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan
serta riwayat personal.
Asesmen Gizi dalam waktu
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN intervensi farmasi yang
FARMASI Rekonsiliasi Obat sesuai hasil Telaah dan
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS
Kejang demam Simpleks
MEDIS

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari.
b. DIAGNOSIS
Dibuat oleh perawat
KEPERAWATAN
penanggung jawab. sesuai
dengan NANDA. Int

Sesuai dengan data


asesmen, kemungkinan saja
c. DIAGNOSIS GIZI ada diagnosis lain atau
diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi Kebutuhan Edukasi &


Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE
Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasien
PLANNING
dan keluarga
Hand Hygiene
Kualitas hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


asuhan berdasarkan
a. EDUKASI/ Rencana terapi kebutuhan dan juga
INFORMASI
berdasarkan Discharge
MEDIS
Informed Consent Planning.

Edukasi gizi dilakukan saat


b. EDUKASI &
awal masuk dan atau pada
KONSELING GIZI
hari ke 4/hari ke 5

a. Hand Hygiene
c. EDUKASI Pengisian formulir
b. Menjaga kebersihan makanan dan
KEPERAWATAN informasi dan edukasi
peralatan makanan
terintegrasi oleh pasien dan
c. Penanganan awal saat kejang atau keluarga
Informasi Obat Meningkatkan kepatuhan
pasien meminum/
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat menggunakan obat

PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN Lembar Edukasi Terintegrasi DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
RL
a. CAIRAN INFUS
Varian
Obat pulang
Diazepam 0,3 /KgBB/Hari
b. OBAT ORAL
Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali beri

10.TATALAKSANA/INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS

b. TLI
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
Bentuk makanan,
kebutuhan zat gizi
c. TLI GIZI
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis anak
Sesuai dengan hasil
d. TLI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan

b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya.
Monitoring Biokimia Monev pada hari ke 4 atau
c. GIZI ke 5 kecuali asupan makan.

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Mengacu pada IDNT


(International Dietetics
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
interaksi
Monitoring Efek Samping Obat
d. FARMASI
Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat intervensi farmasi yang
sesuai
12. MOBILISASI/ REHABILITASI
a. MEDIS
Tahapan mobilisasi sesuai
b. KEPERAWATAN
kondisi pasien
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Bebas kejang > 24 jam


a. MEDIS Bebas demam > 24 jam

Tanda Vital Dalam Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang
Dilakukan dalam 3 shift
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna. Mencegah Status Gizi berdasarkan
c. GIZI dan mengurangi risiko dehidrasi antropometri,
asupan makan > 80% biokimia, fisik/klinis
Status gizi optimal
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional hidup pasien

Umum
14. KRITERIA Status pasien/tanda vital
PULANG sesuai dengan PPK
Khusus
15. RENCANA Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume
PULANG/
Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI
keadaan umum pasien / Surat Kontrol/Homecare
PELAYANAN
Surat pengantar kontrol saat pulang.
LANJUTAN

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( ) ( ) ( )
RSUD DOKTER
ACHMAD
DIPONEGORO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa
1. Pengertian pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Umumnya


kejang tonik-klonik.Selama fase tonik,mungkin disertai henti
nafas dan inkontinensia.Kemudian diikuti fase klonik
berulang,ritmik dan akhirnya anak setelah kejang letargi atau
tidur. Saat kejang anak tidak sadar,mata dapat melihat keatas
dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan
2. Anamnesis
berulang tanpa didahului kekakuan,atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.Serangan dalam bentuk absens atau mioklonik
sangat jarang. Pada umumya kejang akan berhenti sendiri,
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa kelainan neurologis. Kejang berlangsung selama
> 15 menit.Perlu diketahui mengenai pengobatan sebelumnya,
ada tidaknya trauma,perkembangan psikomotor,dan riwayat
keluarga dengan epilepsi atau kejang demam. Deskripsi lengkap
mengenai kejang sebaiknya didapat dari orang yang melihatnya.
Dari pemeriksaan fisik,derajat kesadaran baik,tidak ada
meningismus, ubun-ubun besar tidak tegang atau membonjol,
tidak ada tanda rangsang meningeal,kekuatan dantonus otot baik.

3. Pemeriksaan Fisik

Bangkitan kejang
 Saat suhu tubuh(suhu rektal)>38°C
 Disebabkan oleh proses ekstrakranial
 Usia 1bulan–5tahun
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dalam batas normal
4. Kriteria Diagnosis  Kejang demam yang berlangsung singkat (lebih dari 15
menit)
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang Parsial
 Berulang> 1x dalam waktu 24 jam.
Bukan kejang demam:
 Ada riwayat kejang tanpa demam
 <1bulan
 <6bulan atau>5tahun:pikirkan infeksi SSP atau Epilepsi
disertai demam
 Pernah kejang tanpa demam,kemudian kejang saatdemam
5. Diagnosis Kerja Kejang demam Kompleks
Kejang Demam Simpleks.
6. Diagnosis Banding Status epileptikus
Infeksi susunan saraf pusat
 Pemeriksaan laboratorium rutin dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,atau
7. Pemeriksaan Penunjang keadaan lain yang dapat menjadi penyebab kejang
Misalnya pemeriksaan darah perifer,elektrolit (Na,K,Cl,
Ca) dan gula darah.
 Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.Jika yakin klinis
bukan meningitis, maka punksi lumbal tidak perlu
dilakukan.
 Mengingat manifestasi klinis meningkuti sering tidak
jelas pada bayi,maka punksi lumbal pada bayi usia kurang
dari 12 bulan sangat dianjurkan,pada bayi usia 12-18
bulan dianjurkan,dan bayi usia lebih dari 18 bulan tidak
rutin dilakukan.
 EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat
Memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
Risiko epilepsi dikemudian hari.Pemeriksaan EEG dapat
Dilakukan pada kejangdemam takkhas,misalnya pada
anak usia >6tahun atau kejang demam fokal.
 Foto X ray kepala dan neuro pencitraan seperti computed
tomography(CT) atau magnetic resonance imaging(MRI)
tidak rutin dilakukan, hanya dilakukan jika ada indikasi,
seperti kelainan neurologik fokal menetap (misalnya
hemiparesis),paresisn.VI(n.abdusens)-bola mata tidak
dapat melirik ke lateral, dan adanya papil edema
8. Tata Laksana  Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti
sendiri.
 Pengelolaan pertama di rumah diberikan diazepam per
rektal dosis 5mg untuk berat badan sama atau kurang dari
12kg,dan dosis 10mg untuk berat badan lebih dari
12kg.Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang
belum berhenti,dapat diulang dengan dosis sama setelah
selang waktu 5menit.Jika setelah dua kali pemberian
diazepam perrektal masih belum berhenti,dianjurkan ke
rumah sakit.
 Pengelolaan dirumah sakit,biasanya diruang gawat
darurat,diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb
diberikan dalam waktu 3-5menit(kecepatan2mg/menit),
dosis maksimal 10mg.Jika masih tetap kejang,berikan
fenitoin intravena20mg/kgbbdalam 50mllarutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgbb/menit atau<50
mg/menit.Jika berhenti maka dosis fenitoin selanjutnya
(dosis pemeliharaan)4-8mg/kgbb/haridimulai12jam
setelah dosis awal maximum pemberian fenitoin 1000
mg/hari.Jika kejang masih belum berhenti diberikan
fenobarbital intravena 20mg/kgbb,dimasukkan perlahan >
10 menit.Jika berhenti maka dosis fenobarbital
selanjutnya 5 mg/kgbb/hari dibagi dalam dua kali
maksimum pemberian 600mg/hari, maka dinamakan
refrakter status epileptikus dan harus dirawat di ruang
intensif, menggunakan obat pelumpuh otot.
 Saat demam diberikan parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari.Obatlain:ibuprofen
dengan dosis 5-10mg/kgbb/kali,3–4kali sehari.
 Diazepam oral 0,3-0,5mg/kgbb/hari dibagi tiap 8jam saat
demam.
 Pengobatan rumat diberikan jika kejang lama>15menit,
ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya paresis Todd,cerebral palsy,retardasi
mental, hidrosefalus, dan adanya kejang fokal.
Pengobatan rumat dipertimbangkan jika ada kejang
berulang dua kali atau lebih dalam 24jam,terjadi pada
bayi<12bulan,kejang demam ≥4kali/tahun.Pilihan
pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgbb/haridibagi2-3 dosis atau fenobarbital3-4
mg/kgbb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Pengobatan
diberikan sampai 1 tahun bebas kejang,kemudian
dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan
 Orangtua sering panik menghadapi kejang karena
merupakan peristiwa yang menakutkan.
9. Edukasi (Hospital Health  Edukasi antara lain:meyakinkan bahwa kejang demam
Promotion) terutama umumnya mempunyai prognosis baik,
memberitahukan cara penanganan kejang,memberi
informasi tentang risiko kejang berulang,pemberian obat
pencegahan memang efektif tetapi harus diingat risiko
efek samping obat.
 Jika anak kejang,lakukan hal berikut:tetap tenang dan
tidak panik,kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar
leher,jika tidak sadar posisikan anak telentang dengan
kepala miring,bersihkan muntahan atau lendir di mulut
dan hidung jika ada.Walaupun ada risiko lidah
tergigit,jangan masukkan apapun kedalam mulut.Ukur
suhu tubuh,catat lama dan bentuk/sifat kejang,tetap
bersama anak selama kejang,berikan diazepam per rektal.
Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.Bawa ke
Dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung ≥5menit.

Ad vitam = ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam

1. Poesponegoro HD, Widodo DP, Ismael S.


Konsensus kejang demam. UKK neurologi PP-IDAI.
11. Kepustakaan Jakarta : Balai Penerbit IDAI; 2005.
2. Soetomenggolo TS. Kejang Demam dan Penghentian
Kejang. In : Pusponegoro HD, Passat J,
Mangunatmadja, Widodo DP, Soetomenggolo TS,
Ismael S, penyunting. Neurologi Anak dalam praktek
sehari-hari. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 1995. h. 209-21.
3. IDAI. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta:Balai penerbit IDAI.2016.
4. Freidman JN; Canadian Paediatric Society, Acute
Care Commitee. Emergency management of the
paediatric patient with generalized convulsive status
epilepticus. Paediatr Child Health 2011;16(2);91-97.
CLINICAL PATHWAY
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
RSUD DOKTER ACHMAD DIPONEGORO

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD


MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan
b. ASESMEN AWAL
skrining gizi, nyeri, status fungsional: asesmen bio-psiko-sosial,
KEPERAWATAN
bartel index, risiko jatuh, risiko spiritual dan budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
DL, Elektrolit, GDS
2. LABORATORIUM
Varian
3. RADIOLOGI/
IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Shift, 14
b. ASESMEN kebutuhan dasar tetap
Perawat Penanggung Jawab
KEPERAWATAN dilaksanakan sesuai
kondisi pasien
Lihat risiko malnutrisi
melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan
serta riwayat personal.
Asesmen Gizi dalam waktu
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN intervensi farmasi yang
FARMASI Rekonsiliasi Obat sesuai hasil Telaah dan
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS
Kejang demam Kompleks
MEDIS

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari.
b. DIAGNOSIS
Dibuat oleh perawat
KEPERAWATAN
penanggung jawab. sesuai
dengan NANDA. Int

Sesuai dengan data


asesmen, kemungkinan saja
c. DIAGNOSIS GIZI ada diagnosis lain atau
diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi Kebutuhan Edukasi &


Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE
Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasien
PLANNING
dan keluarga
Hand Hygiene
Kualitas hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


asuhan berdasarkan
a. EDUKASI/ Rencana terapi kebutuhan dan juga
INFORMASI
berdasarkan Discharge
MEDIS
Informed Consent Planning.

Edukasi gizi dilakukan saat


b. EDUKASI &
awal masuk dan atau pada
KONSELING GIZI
hari ke 4/hari ke 5

a. Hand Hygiene
c. EDUKASI Pengisian formulir
b. Menjaga kebersihan makanan dan
KEPERAWATAN informasi dan edukasi
peralatan makanan
terintegrasi oleh pasien dan
c. Penanganan awal saat kejang atau keluarga
Informasi Obat Meningkatkan kepatuhan
pasien meminum/
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat menggunakan obat

PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN Lembar Edukasi Terintegrasi DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
RL
a. CAIRAN INFUS
Varian
Obat pulang
Asam valproat 15-40 mg/KgBB/Hari
b. OBAT ORAL
Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali beri

10.TATALAKSANA/INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS

b. TLI
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
Bentuk makanan,
kebutuhan zat gizi
c. TLI GIZI
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis anak
Sesuai dengan hasil
d. TLI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan

b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya.
Monitoring Biokimia Monev pada hari ke 4 atau
c. GIZI ke 5 kecuali asupan makan.

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Mengacu pada IDNT


(International Dietetics
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
interaksi
Monitoring Efek Samping Obat
d. FARMASI
Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat intervensi farmasi yang
sesuai
12. MOBILISASI/ REHABILITASI
a. MEDIS
Tahapan mobilisasi sesuai
b. KEPERAWATAN
kondisi pasien
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Bebas kejang > 24 jam


a. MEDIS Bebas demam > 24 jam

Tanda Vital Dalam Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang
Dilakukan dalam 3 shift
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna. Mencegah Status Gizi berdasarkan
c. GIZI dan mengurangi risiko dehidrasi antropometri,
asupan makan > 80% biokimia, fisik/klinis
Status gizi optimal
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional hidup pasien

Umum
14. KRITERIA Status pasien/tanda vital
PULANG sesuai dengan PPK
Khusus
15. RENCANA Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume
PULANG/
Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI
keadaan umum pasien / Surat Kontrol/Homecare
PELAYANAN
Surat pengantar kontrol saat pulang.
LANJUTAN

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( ) ( ) ( )
RSUD DOKTER
ACHMAD
DIPONEGORO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

STATUS EPILEPTIKUS
Status epileptikus kejang yang berlangsung terus menerus atau
kejang berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kedua
kejang yang berlangsung selama 30 menit atau lebih.
1. Pengertian

 Deskripsi kejang (bentuk, fokal atau umum, lama,


frekuensi, kesadaran saat kejang, dengan/ tanpa demam,
interval, kesadaran pasca kejang, dan kelumpuhan pasca
kejang)
 Anamnesis untuk mencari etiologi kejang: demam, trauma
2. Anamnesis kepala, sesak nafas, diare, muntah, riwayat ada tidaknya
kejang/epilepsi. Jika ada epilepsi, apakah minum obat
secara teratur
 Riwyat kejang/ epilepsi dalam keluarga

Penilaian kesadaran, pemeriksaan fisik umum yang mengarah


kearah etiologi kejang seperti ada tidaknya demam, hemodinamik,
tanda-tanda dehidrasi maupun tanda-tanda hipoksia.
Pemeriksaan neurologi meliputi ada tidaknya kealinan bentuk
kepala, ubun-ubun besar, tanda rangsang meningeal, nervus
kranial, motorik, refleks fisiologis dan patologis
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kejang yang berlangsung terus menerus lebih dari 30menit
atau kejang berulang selama lebihdari 30 menittanpa
pemulihan kesadaran diantara serangan kejang.
2. Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit,
denganfase tonik yang melibatkan otot-otot aksial dan
pergerakan pernafasan terputus-putus
4. Kriteria Diagnosis

Status epileptikus Status epileptikus


Kejang Demam Kompleks. Kejang Demam Kompleks.
Infeksi susunan saraf pusat Infeksi susunan saraf pusat

 Pemeriksaan laboratorium  rutin Pemeriksaan


dikerjakanlaboratorium
untuk rutin dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi mengevaluasi
penyebab demam,atau sumber infeksi penyebab demam,atau
keadaan lain yang dapat menjadi keadaanpenyebab
lain yang kejang
dapat menjadi penyebab kejang
Misalnya pemeriksaan darah perifer,elektrolit
Misalnya pemeriksaan (Na,K,Cl,darah perifer,elektrolit (Na,K,Cl,
Ca) dan gula darah. Ca) dan gula darah.
 Punksi lumbal dilakukan  untuk Punksimenegakkan
lumbal dilakukanatau untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.Jika
menyingkirkan yakin
kemungkinan
klinis meningitis.Jika yakin klinis
bukan meningitis, maka punksi bukan lumbal
meningitis,
tidak perlumaka punksi lumbal tidak perlu
dilakukan. dilakukan.
 Mengingat manifestasi klinis  meningkuti
Mengingat manifestasi
sering tidak klinis meningkuti sering tidak
jelas pada bayi,maka punksi lumbaljelaspada
padabayibayi,maka
usia kurang
punksi lumbal pada bayi usia kurang
dari 12 bulan sangat dianjurkan,pada
dari 12 bayi bulanusia sangat
12-18 dianjurkan,pada bayi usia 12-18
bulan dianjurkan,dan bayi usia lebih
bulandaridianjurkan,dan
18 bulan tidak bayi usia lebih dari 18 bulan tidak
rutin dilakukan. rutin dilakukan.
 EEG tidak direkomendasikan  EEG karenatidaktidak direkomendasikan
dapat karena tidak dapat
Memprediksi berulangnya kejang Memprediksi
atau memperkirakan
berulangnya kejang atau memperkirakan
Risiko epilepsi dikemudian hari.Pemeriksaan
Risiko epilepsiEEG dikemudian
dapat hari.Pemeriksaan EEG dapat
Dilakukan pada kejangdemam Dilakukantakkhas,misalnya
pada kejangdemam
pada takkhas,misalnya pada
anak usia >6tahun atau kejang demam
anak usia
fokal.>6tahun atau kejang demam fokal.
 Foto X ray kepala dan neuro pencitraan
Foto X ray seperti
kepala
computed
dan neuro pencitraan seperti computed
tomography(CT) atau magnetic resonance
tomography(CT) imaging(MRI)
atau magnetic resonance imaging(MRI)
tidak rutin dilakukan, hanya dilakukan
tidak rutin
jika dilakukan,
ada indikasi, hanya dilakukan jika ada indikasi,
seperti kelainan neurologik fokal sepertimenetap
kelainan (misalnya
neurologik fokal menetap (misalnya
hemiparesis),paresisn.VI(n.abdusens)-bola
hemiparesis),paresisn.VI(n.abdusens)-bola
mata tidak mata tidak
dapat melirik ke lateral, dan adanya
dapat
papil
melirik
edema ke lateral, dan adanya papil edema
1. Mempertahankan fungsi vital4.( A,Mempertahankan
B, C ) fungsi vital ( A, B, C )
2. Identifikasi dan terapi factor 5. Identifikasi
penyebabdan dan factor
terapi factor penyebabdan factor
presipitasi presipitasi
3. Menghentikan aktivitas kejang. 6. Menghentikan
Tatalaksan penghentian
aktivitas kejang. Tatalaksan penghentian
kejang akut dapat dilihat pada algoritma.
kejang akut dapat dilihat pada algoritma.
 Pengelolaan pertama di rumah  Pengelolaan
diberikan diazepampertama per di rumah diberikan diazepam per
rektal dosis 5mg untuk berat badanrektal
sama dosis
atau5mg kurang
untuk dari
berat badan sama atau kurang dari
12kg,dan dosis 10mg untuk berat 12kg,dan badan dosislebih
10mg dari untuk berat badan lebih dari
12kg.Jika setelah pemberian diazepam
12kg.Jika persetelah
rektal pemberian
kejang diazepam per rektal kejang
belum berhenti,dapat diulang dengan
belumdosis
berhenti,dapat
sama setelahdiulang dengan dosis sama setelah
selang waktu 5menit.Jika setelah selang
dua waktu
kali pemberian
5menit.Jika setelah dua kali pemberian
diazepam perrektal masih belumdiazepam
berhenti,dianjurkan
perrektal masih
ke belum berhenti,dianjurkan ke
rumah sakit. rumah sakit.
  Pengelolaan
Pengelolaan dirumah sakit,biasanya diruangdirumah
gawat sakit,biasanya diruang gawat
darurat,diberikan diazepam intravena
darurat,diberikan
0,3-0,5 mg/kgbb
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb
diberikan dalam waktu 3-5menit(kecepatan2mg/menit),
diberikan dalam waktu 3-5menit(kecepatan2mg/menit),
dosis maksimal 10mg.Jika masih dosistetap
maksimal
kejang,berikan
10mg.Jika masih tetap kejang,berikan
fenitoin intravena 20mg/kgbbdalamfenitoin
50mllarutan
intravena garam
20mg/kgbbdalam 50mllarutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgbb/menit
fisiologis denganatau<50 kecepatan 1mg/kgbb/menit atau<50
mg/menit.Jika berhenti maka dosismg/menit.Jika
fenitoin selanjutnya
berhenti maka dosis fenitoin selanjutnya
(dosis pemeliharaan)4-8mg/kgbb/haridimulai12jam
(dosis pemeliharaan)4-8mg/kgbb/haridimulai12jam
setelah dosis awal maximum pemberian
setelah dosis fenitoin
awal 1000
maximum pemberian fenitoin 1000
mg/hari.Jika kejang masih belum mg/hari.Jika
berhenti kejang
diberikan
masih belum berhenti diberikan
fenobarbital intravena 20mg/kgbb,dimasukkan
fenobarbital intravena
perlahan20mg/kgbb,dimasukkan
> perlahan >
10 menit.Jika berhenti maka 10 dosis
menit.Jika
fenobarbital
berhenti maka dosis fenobarbital
selanjutnya 5 mg/kgbb/hari dibagiselanjutnya
dalam5 dua mg/kgbb/hari
kali dibagi dalam dua kali
maksimum pemberian 600mg/hari, maksimummaka pemberian
dinamakan 600mg/hari, maka dinamakan
refrakter status epileptikus dan refrakter
harus dirawat
status di
epileptikus
ruang dan harus dirawat di ruang
intensif, menggunakan midazolam intensif,
iv bolus
menggunakan
100-200 midazolam iv bolus 100-200
mcg/KgBB IV ( maks 10 mg) dilanjutkan
mcg/KgBBinfus IV (kontinyu
maks 10 mg) dilanjutkan infus kontinyu
100 mcg/Kg/jam, dapat dinaikkan 10050mcg/Kg/jam,
mcg/KgBB tiap dapat15dinaikkan 50 mcg/KgBB tiap 15
menit ( maks 2 mg/KgBB/jam)menit dan (dapat
maksditurunkan
2 mg/KgBB/jam) dan dapat diturunkan
secara bertahap jika 24 jam secara bebas bertahap
kejang dengan
jika 24 jam bebas kejang dengan
kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat kecepatan
dihentikan 0,1 setelah
mg/jam48dan dapat dihentikan setelah 48
jam bebas kejang. jam bebas kejang.
  Saat dengan
Saat demam diberikan parasetamol demam dosis
diberikan
10-15parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari.Obatlain:ibuprofen
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari.Obatlain:ibuprofen
dengan dosis 5-10mg/kgbb/kali,3–4kali
dengansehari.
dosis 5-10mg/kgbb/kali,3–4kali sehari.

  Orangtua kejang
Orangtua sering panik menghadapi sering karena
panik menghadapi kejang karena
merupakan peristiwa yang menakutkan.
merupakan peristiwa yang menakutkan.
Health   Edukasi
Edukasi antara lain:meyakinkan bahwa antara
kejang lain:meyakinkan
demam bahwa kejang demam
terutama umumnya mempunyai terutamaprognosis
umumnya baik,mempunyai prognosis baik,
memberitahukan cara penanganan memberitahukan
kejang,membericara penanganan kejang,memberi
informasi tentang risiko kejang informasi
berulang,pemberian
tentang risikoobat kejang berulang,pemberian obat
pencegahan memang efektif tetapi pencegahan
harus diingat
memang risiko
efektif tetapi harus diingat risiko
efek samping obat. efek samping obat.
 Jika anak kejang,lakukan hal  berikut:tetap
Jika anak kejang,lakukan
tenang dan hal berikut:tetap tenang dan
tidak panik,kendorkan pakaiantidak yangpanik,kendorkan
ketat terutama pakaian yang ketat terutama
sekitar leher,jika tidak sadar posisikan
sekitar leher,jika
anak telentang
tidak sadar posisikan anak telentang
dengan kepala miring,bersihkan dengan
muntahan kepala
atau miring,bersihkan
lendir di muntahan atau lendir di
mulut dan hidung jika ada.Walaupun
mulut dan ada hidung
risiko lidah
jika ada.Walaupun ada risiko lidah
tergigit,jangan masukkan apapun tergigit,jangan
kedalam mulut.Ukur
masukkan apapun kedalam mulut.Ukur
suhu tubuh,catat lama dan bentuk/sifat
suhu tubuh,catatkejang,tetap
lama dan bentuk/sifat kejang,tetap
bersama anak selama kejang,berikan
bersama
diazepam
anak selama
per rektal.
kejang,berikan diazepam per rektal.
Jangan diberikan jika kejang Jangan
telah berhenti.Bawa
diberikan jikakekejang telah berhenti.Bawa ke
Dokter atau rumah sakit jika kejang
Dokter
berlangsung
atau rumah ≥5menit.
sakit jika kejang berlangsung ≥5menit.

Ad vitam = dubia ad bonamAd vitam = dubia ad bonam


Ad sanationam = dubia ad bonam
Ad sanationam = dubia ad bonam
Ad fungsionam = dubia ad bonam
Ad fungsionam = dubia ad bonam
1. IDAI. Pedoman pelayanan 3. medis.
IDAI. Pedoman
Jakarta: Balai
pelayanan medis. Jakarta: Balai
penerbit IDAI. 2012. penerbit IDAI. 2012.
2. IDAI. Rekomendasi Penatalaksanaan
4. IDAI. Rekomendasi
Kejang Demam. Penatalaksanaan Status epileptikus.
Jakarta:Balai penerbit IDAI.2016.Jakarta:Balai penerbit IDAI.2016.
CLINICAL PATHWAY
STATUS EPILEPTIKUS
RSUD DOKTER ACHMAD DIPONEGORO

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD


MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan
b. ASESMEN AWAL
skrining gizi, nyeri, status fungsional: asesmen bio-psiko-sosial,
KEPERAWATAN
bartel index, risiko jatuh, risiko spiritual dan budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
DL, Elektrolit, GDS
2. LABORATORIUM
Varian
3. RADIOLOGI/
IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Shift, 14
b. ASESMEN kebutuhan dasar tetap
Perawat Penanggung Jawab
KEPERAWATAN dilaksanakan sesuai
kondisi pasien
Lihat risiko malnutrisi
melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan
serta riwayat personal.
Asesmen Gizi dalam waktu
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN intervensi farmasi yang
FARMASI Rekonsiliasi Obat sesuai hasil Telaah dan
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS
Status Epileptikus
MEDIS

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari.
b. DIAGNOSIS
Dibuat oleh perawat
KEPERAWATAN
penanggung jawab. sesuai
dengan NANDA. Int

Sesuai dengan data


asesmen, kemungkinan saja
c. DIAGNOSIS GIZI ada diagnosis lain atau
diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi Kebutuhan Edukasi &


Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE
Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasien
PLANNING
dan keluarga
Hand Hygiene
Kualitas hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


asuhan berdasarkan
a. EDUKASI/ Rencana terapi kebutuhan dan juga
INFORMASI
berdasarkan Discharge
MEDIS
Informed Consent Planning.

Edukasi gizi dilakukan saat


b. EDUKASI &
awal masuk dan atau pada
KONSELING GIZI
hari ke 4/hari ke 5

a. Hand Hygiene
c. EDUKASI Pengisian formulir
b. Menjaga kebersihan makanan dan
KEPERAWATAN informasi dan edukasi
peralatan makanan
terintegrasi oleh pasien dan
c. Penanganan awal saat kejang atau keluarga
Informasi Obat Meningkatkan kepatuhan
pasien meminum/
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat menggunakan obat

PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN Lembar Edukasi Terintegrasi DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
RL
a. CAIRAN INFUS
Varian
B. INJEKSI
Diazepam iv 0.3-0.5 mg/KgBB (maks 10
mg)
Obat pulang
Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali beri
C. OBAT ORAL

10.TATALAKSANA/INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS

b. TLI
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
Bentuk makanan,
kebutuhan zat gizi
c. TLI GIZI
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis anak
Sesuai dengan hasil
d. TLI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan

b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya.
Monitoring Biokimia Monev pada hari ke 4 atau
c. GIZI ke 5 kecuali asupan makan.

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Mengacu pada IDNT


(International Dietetics
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
interaksi
Monitoring Efek Samping Obat
d. FARMASI
Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat intervensi farmasi yang
sesuai
12. MOBILISASI/ REHABILITASI
a. MEDIS
Tahapan mobilisasi sesuai
b. KEPERAWATAN
kondisi pasien
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Bebas kejang > 48 jam


a. MEDIS

Tanda Vital Dalam Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang
Dilakukan dalam 3 shift
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna. Mencegah Status Gizi
c. GIZI dan mengurangi risiko dehidrasi berdasarkan
asupan makan > 80% antropometri,
Status gizi optimal biokimia,
fisik/klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan
d. FARMASI
Obat rasional kualitas hidup
pasien
Umum
14. KRITERIA Status pasien/tanda vital
PULANG sesuai dengan PPK
Khusus
15. RENCANA Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa
PULANG/
Penjelasan diberikan sesuai dengan Resume Perawatan/
EDUKASI
keadaan umum pasien Surat Rujukan
PELAYANAN
Surat pengantar kontrol / Surat
LANJUTAN
Kontrol/Homecare saat
pulang.

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( ) ( ) ( )
RSUD DOKTER
ACHMAD
DIPONEGORO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

INFEKSI SALURAN KEMIH


Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang
biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna. Bakteriuria ialah terdapatnya bakteri dalam urin.
1. Pengertian Disebut bakteriuria bermakna bila ditemukannya kuman dalam
jumlah bermakna. Pengertian jumlah bermakna tergantung pada
cara pengambilan sampel urin. Bila urin diambil dengan cara mid
stream, kateterisasi urin, dan urine collector, maka disebut
bermakan bila ditemukan kuman 105 cfu (colony forming unit)
atau lebih dalam setiap mililiter urin segar, sedangkan bila
diambil dengan cara aspirasi supra pubik, disebutkan bermakna
jika ditemukan kuman dalam jumlah berapa pun.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya
ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan
dan biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs).
Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa
apati, anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam,
hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi
2. Anamnesis abdomen. Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak
terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik hanya berupa apati dan
warna kulit keabu-abuan (grayish colour).
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam,
penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang,
cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen.
Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi
dapat disertai kejang.
Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam
yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare
bahkan dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik
umum biasanya berkurang dan lebih ringan, mulai tampak gejala
klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgency,
frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit
pinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.
Pada sistitis, demam jarang melebihi 380C, biasanya ditandai
dengan nyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih
berupa frequensi, nyeri waktu berkemih, rasa diskomfort
suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin, dan
enuresis.
Tidak spesifik tergantung usia dan lokasi infeksi saluran kemih :
3. Pemeriksaan Fisik
- Demam/hipotermia

- Nyeri ketok pinggang


1. Gejala Klinis sesuai usia penderita
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan air kemih ada kuman, lekosit urin , lekosit
esterase,nitrit
3. Kimia darah: leukositosis, peningkatan LED

5. Diagnosis Kerja Infeksi saluran kemih

 Nefrolitiasis
6. Diagnosis Banding  Epididimitis

1. Pemeriksaan air kemih:


7. Pemeriksaan Penunjang Urinalisis, Leukosit esterase, nitrit,
2. Biakan air kemih
3. Pemeriksaan darah lengkap, ureum, kreatinin
4. Ultrasonografi ginjal-buli buli (USG) bila diperlukan

1. Eradikasi infeksi akut


8. Tata Laksana
NICE merekomendasikan penanganan ISK fase akut, sebagai
berikut:
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera
dirujuk ke dokter spesialis anak, pengobatan harus
dengan antibiotik parenteral.
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
• Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .
• Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang
resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman,
seperti sefalosporin atau ko-amoksiklav.
• Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan
antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama
2-4 hari dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama
pemberian 10 hari.
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
• Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola
resistensi kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi
kuman, dapat diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau
amoksisilin.
• Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai
kembali, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat
pertumbuhan bakteri dan kepekaan terhadap obat.

 Edukasi tentang pola hidup sehat


 Perbaikan status gizi
9. Edukasi (Hospital Health  Edukasi minum air yang cukup dan miksi yang teratur
Promotion)

Ad vitam = ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam
1. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak, Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Kordinasi
11. Kepustakaan (UKK) Nefrologi Jakarta, 2011
CLINICAL PATHWAY
INFEKSI SALURAN KEMIH
RSUD DOKTER ACHMAD DIPONEGORO

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD


MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan
b. ASESMEN AWAL
skrining gizi, nyeri, status fungsional: asesmen bio-psiko-sosial,
KEPERAWATAN
bartel index, risiko jatuh, risiko spiritual dan budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
DL, ureum, kreatinin
2. LABORATORIUM URINALISIS
Varian
3. RADIOLOGI/ USG Ginjal-buli-buli
IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Shift, 14
b. ASESMEN kebutuhan dasar tetap
Perawat Penanggung Jawab
KEPERAWATAN dilaksanakan sesuai
kondisi pasien
Lihat risiko malnutrisi
melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan
serta riwayat personal.
Asesmen Gizi dalam waktu
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN intervensi farmasi yang
FARMASI Rekonsiliasi Obat sesuai hasil Telaah dan
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS
Infeksi saluran kemih
MEDIS

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari.
b. DIAGNOSIS
Dibuat oleh perawat
KEPERAWATAN
penanggung jawab. sesuai
dengan NANDA. Int

Sesuai dengan data


asesmen, kemungkinan saja
c. DIAGNOSIS GIZI ada diagnosis lain atau
diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi Kebutuhan Edukasi &


Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE
Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasien
PLANNING
dan keluarga
Hand Hygiene
Pola hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


asuhan berdasarkan
a. EDUKASI/ Rencana terapi kebutuhan dan juga
INFORMASI
berdasarkan Discharge
MEDIS
Informed Consent Planning.

Edukasi gizi dilakukan saat


b. EDUKASI &
awal masuk dan atau pada
KONSELING GIZI
hari ke 4/hari ke 5

a. Hand Hygiene
c. EDUKASI Pengisian formulir
b. Menjaga kebersihan makanan dan
KEPERAWATAN informasi dan edukasi
peralatan makanan
terintegrasi oleh pasien dan
c. Pola hidup sehat atau keluarga
d. Minum air yang cukup
Informasi Obat Meningkatkan kepatuhan
pasien meminum/
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat menggunakan obat

PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN Lembar Edukasi Terintegrasi DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
RL
a. CAIRAN INFUS Varian
Obat pulang
Amoksisilin 20-40 mg/KgBB/hari dibagi
b. OBAT ORAL 3 dosis
Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali beri

10.TATALAKSANA/INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS

b. TLI
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
Bentuk makanan,
kebutuhan zat gizi
c. TLI GIZI
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis anak
Sesuai dengan hasil
d. TLI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan

b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya.
Monitoring Biokimia Monev pada hari ke 4 atau
c. GIZI ke 5 kecuali asupan makan.

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Mengacu pada IDNT


(International Dietetics
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
interaksi
Monitoring Efek Samping Obat
d. FARMASI
Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat intervensi farmasi yang
sesuai
12. MOBILISASI/ REHABILITASI
a. MEDIS
Tahapan mobilisasi sesuai
b. KEPERAWATAN
kondisi pasien
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Bebas demam > 24 jam


a. MEDIS

Tanda Vital Dalam Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang
Dilakukan dalam 3 shift
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna. Mencegah Status Gizi berdasarkan
c. GIZI dan mengurangi risiko dehidrasi antropometri,
asupan makan > 80% biokimia, fisik/klinis
Status gizi optimal
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional hidup pasien

Umum
14. KRITERIA Status pasien/tanda vital
PULANG sesuai dengan PPK
Khusus
15. RENCANA Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume
PULANG/
Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI
keadaan umum pasien / Surat Kontrol/Homecare
PELAYANAN
Surat pengantar kontrol saat pulang.
LANJUTAN

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( ) ( ) ( )
RSUD DOKTER
ACHMAD
DIPONEGORO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan penyakit
sistemik yang dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi paling
1. Pengertian sering mengenai paru-paru.

1. Gejala sistemik/umum
a. Berat badan turun atau naik dalam 2 bulan
sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh meskipun
telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam
waktu 1-2 bulan.
2. Anamnesis b. Demam lama (> 2minggu dan/atau berulang tanpa
sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi
saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak terlalu tinggi.
c. Keringat malam hari dapat terjadi, namun apabila
tidak disertai gejala TB lainnya maka buka gejala
spesifik untuk TB paru.
d. Batuk lama > 2 minggu, bersifat non-remitting (tidak
pernah reda atau intensitas semakin lama semakin
parah dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan).
Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotika
atau obat asma.
e. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
2. tanyakan apakah ada kontak erat dengan penderita TB
paru dewasa. Yang dimaksud kontak erat adalah tinggal
serumah atau sering kontak dengan penderita TB paru
tersebut.
Pada sebagian.besar kasus tidak dijumpai kelainan yang khas.
- Antopometri: Gizi kurang atau gizi buruk
- Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien.
- Pembesaran KGB multiple, tidak nyeri tekan dan
konfluens (saling menyatu)
3. Pemeriksaan Fisik

1. Terduga TB adalah anak yang memiliki keluhan atau


gejala klinis mendukung TB
2. Pasien TB dengan konfirmasi hasil pemeriksaan
bakteriologis:Adalah seorang pasien TB yang hasil
pemeriksaan sediaan biologinya positif dengan
pemeriksaan bakteriologis.
4. Kriteria Diagnosis 3. Pasien TB berdasarkan diagnosis klinis.
Adalah anak yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis
secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai TB oleh
dokter dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
Jika skor total ≥ 6: diagnosis TB dan oati dengan OAT
Jika skor total < 6: Dengan uji tuberkulin positif atau ada kontak
erat→ Diagnosis TB dan obati dengan OAT
Jika skor total < 6 dan uji tuberkulin negatif atau tidak ada kontak
erat→ observasi gejala selama 2-4 minggu, bila menetap,
evaluasi ulang kemungkinan diagnosis TB atau rujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi.
5. Diagnosis Kerja Tuberculosis paru Anak

Pneumonia
6. Diagnosis Banding Infeksi HIV

 Uji tuberkulin mantoux


7. Pemeriksaan Penunjang - Hasil positif uji tuberkulin menunjukkan adanya infeksi
TB dan bukan sakit TB
- Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
- Pada anak imunokompeten, diameter indurasi ≥ 10 mm
- Pada anak imunokompromais, Diameter indurasi ≥5 mm
 Rontgen dada
- Posisi antero-posterior (AP) dan lateral. Gambaran yang
sugestif TB: pembesaran kelenjar hilus, konsolidasi
segmen/lobus paru, milier, kavitas, efusi pleura,
atelektasis, kalsifikasi, atau tuberkuloma.
 Pemeriksaan mikrobiologis
- Dari sputum atau bahan bilas lambung, untuk mencari
basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan mikroskopis
dan Mtb dari biakan/kultur
- Hasil biakan positif merupakan diagnosis pasti TB paru
- Hasil BTA atau biakan negatif tidak menyingkirkan
diagnosis tb patu
8. Tata Laksana  Terapi TB terdiri dari 2 fase:
- Fase intensif: INH, Rifampicin dan pirazinamid selama 2
bulan awal
- Fase lanjutan dengan INH dan rifampisin hingga 6 bulan

 Pengobatan TB berlangsung lama, minimal bulan, tidak


boleh terputus, dan harus kontrol teratur tiap bulan.
9. Edukasi (Hospital Health  Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air
Promotion) seni, air mata, keringat, ludah) bewarna merah
 Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan
perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan/minum susu,
atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin harus
diminum dalam keadaan perut kosong
 Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual dan muntah,
segera periksakan ke dokter walau belum waktunya

Ad vitam = ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam

1. Kementrian kesehatan RI. Pedoman nasional


pelayanan kedokteran Tatalaksanana
11. Kepustakaan tuberkulosis. Jakarta, 2013.
CLINICAL PATHWAY
TUBERCULOSIS PARU
RSUD DOKTER ACHMAD DIPONEGORO

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD


MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan
b. ASESMEN AWAL
skrining gizi, nyeri, status fungsional: asesmen bio-psiko-sosial,
KEPERAWATAN
bartel index, risiko jatuh, risiko spiritual dan budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
DL
2. LABORATORIUM Mantoux test
Sputum S-P-S Varian
3. RADIOLOGI/ Foto thorax AP dan lateral
IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Shift, 14
b. ASESMEN kebutuhan dasar tetap
Perawat Penanggung Jawab
KEPERAWATAN dilaksanakan sesuai
kondisi pasien
Lihat risiko malnutrisi
melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan
serta riwayat personal.
Asesmen Gizi dalam waktu
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN intervensi farmasi yang
FARMASI Rekonsiliasi Obat sesuai hasil Telaah dan
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS
Tuberculosis Paru
MEDIS

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari.
b. DIAGNOSIS
Dibuat oleh perawat
KEPERAWATAN
penanggung jawab. sesuai
dengan NANDA. Int

Sesuai dengan data


asesmen, kemungkinan saja
c. DIAGNOSIS GIZI ada diagnosis lain atau
diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi Kebutuhan Edukasi &


Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE
Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasien
PLANNING
dan keluarga
Hand Hygiene
Pola hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


asuhan berdasarkan
a. EDUKASI/ Rencana terapi kebutuhan dan juga
INFORMASI
berdasarkan Discharge
MEDIS
Informed Consent Planning.

Edukasi gizi dilakukan saat


b. EDUKASI &
awal masuk dan atau pada
KONSELING GIZI
hari ke 4/hari ke 5

a. Hand Hygiene
c. EDUKASI Pengisian formulir
b. Menjaga kebersihan makanan dan
KEPERAWATAN informasi dan edukasi
peralatan makanan
terintegrasi oleh pasien dan
c. Pola hidup sehat atau keluarga
d. Etika batuk
Informasi Obat Meningkatkan kepatuhan
pasien meminum/
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat menggunakan obat

PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN Lembar Edukasi Terintegrasi DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
a. CAIRAN INFUS Varian
Obat pulang
INH 10 mg/KgBB/hari
b. OBAT ORAL
Rifampicin 15 mg/KgBB/Hari
Obat pulang
Pirazinamid 35 mg/KgBB/hari Obat pulang

10.TATALAKSANA/INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS

b. TLI
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
Bentuk makanan,
kebutuhan zat gizi
c. TLI GIZI
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis anak
Sesuai dengan hasil
d. TLI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan

b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya.
Monitoring Biokimia Monev pada hari ke 4 atau
c. GIZI ke 5 kecuali asupan makan.

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Mengacu pada IDNT


(International Dietetics
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
interaksi
Monitoring Efek Samping Obat
d. FARMASI
Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat intervensi farmasi yang
sesuai
12. MOBILISASI/ REHABILITASI
a. MEDIS
Tahapan mobilisasi sesuai
b. KEPERAWATAN
kondisi pasien
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Bebas demam > 24 jam


a. MEDIS

Tanda Vital Dalam Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang
Dilakukan dalam 3 shift
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna. Mencegah Status Gizi berdasarkan
c. GIZI dan mengurangi risiko dehidrasi antropometri,
asupan makan > 80% biokimia, fisik/klinis
Status gizi optimal
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional hidup pasien

Umum
14. KRITERIA Status pasien/tanda vital
PULANG sesuai dengan PPK
Khusus
15. RENCANA Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume
PULANG/
Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI
keadaan umum pasien / Surat Kontrol/Homecare
PELAYANAN
Surat pengantar kontrol saat pulang.
LANJUTAN

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana
Verivikasi

( ) ( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai