MINI RISET
Oleh
Mudzakkir Taufiqurrahman 132011101077
Wydi Ulfa Pradini 132011101008
Pembimbing
dr. Andy Maulana A.
dr. Ancah Caesarina N.M, Ph.D.
MINI RISET
disusun guna melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF/Lab. Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Oleh
Mudzakkir Taufiqurrahman 132011101077
Wydi Ulfa Pradini 132011101008
Pembimbing
dr. Andy Maulana A.
dr. Ancah Caesarina N.M, Ph.D.
ii
PENGESAHAN
Tim Pembimbing:
Mengesahkan,
Koordinator IKM
iii
PRAKATA
Puji Syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Five
Moment For Hand Hygiene di Puskesmas Sukowono”. Mini riset ini disusun guna
melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF/Lab. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Penyusunan mini riset ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Supangat, M. Kes, Ph. D, Sp. BA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Jember;
2. dr. Dwita Aryadina, M. Kes., selaku koordinator IKM Fakultas Kedokteran
Universitas Jember;
3. dr. Ancah Caesarina N.M, Ph.D., selaku dosen pembimbing mini riset yang
telah memberikan banyak ilmu dan bimbingan selama menempuh Pendidikan
IKM;
4. dr. Andy Maulana A., selaku Kepala Puskesmas Sukowono dan pembimbing
lapangan yang telah memberikan banyak ilmu serta bimbingan selama
menempuh pendidikan IKM;
5. Rekan kerja di Puskesmas Sukowono yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya;
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan mini riset ini. Akhirnya penulis berharap, semoga mini riset ini
dapat bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PRAKATA .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHLUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1 Pendidikan...................................................................................... 5
2.1.1 Jenis dan Tingkat Pendidikan ........................................................ 7
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ..................................... 8
2.2 Pengetahuan ................................................................................... 11
2.3 Kebersihan tangan/ hand hygiene................................................ 12
2.4 Perilaku........................................................................................... 15
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................... 18
2.6 Hipotesis .......................................................................................... 18
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 19
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 19
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 19
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................. 19
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 19
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 19
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 19
V
Sampel Penelitian19
Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................................20
Variabel Penelitian...................................................................................................20
Variabel Bebas 20
Variabel Terikat 20
Variabel Perancu 20
Definisi Operasional.................................................................................................21
Rancangan Penelitian..............................................................................................22
Instrumen Penelitian...............................................................................................22
Jenis dan Sumber Data............................................................................................23
Prosedur Penelitian.............................................................................23
Alur Penelitian 23
Analisis Data 24
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................25
Hasil Penelitian.........................................................................................................25
Karakteristik Responden............................................................................................25
Analisis Data.............................................................................................................27
Hasil Uji Spearman-rho.............................................................................................27
Pembahasan..............................................................................................................29
BAB 5. PENUTUP................................................................................................32
Kesimpulan...............................................................................................................32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
LAMPIRAN..........................................................................................................36
vi
BAB I
PENDAHULUA
N
Latar Belakang
Dikalangan petugas kesehatan, cuci tangan sangatlah penting dilakukan,
dan jika tidak dilakukan akan beresiko untuk menyebarkan infeksi baik dari
petugas ke pasien ataupun sesama petugas kesehatan lainnya (Sri
Purwantiningsih, 2015). Tetapi hal ini tidak jarang dianggap sepele, walau seluruh
petugas telah mendapatkan pelatihan yang baik dan update terkait masalah cuci
tangan tetapi kadang masih ada beberapa oknum yang kurang disiplin untuk
menerapkan cuci tangan sesuai prosedur yang telah ada (Vic Sahai, 2016).
Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau sering disebut
dengan istilah Health-care Associated Infection (HAIs) merupakan masalah
penting diseluruh dunia (Sri Purwantiningsih, 2015). Kejadian infeksi belum
diimbangi dengan pemahaman tentang bagaimana mencegah infeksi dan
implementasi secara baik. Kondisi ini memungkinkan angka kejadian infeksi di
rumah sakit cenderung meningkat. Maka dari itu sangat penting halnya
pengetahuan petugas kesehatan tentang mencuci tangan untuk menerapkan
perilaku Five moment for Hand Hygiene sebagai salah satu metode Patient Safety
untuk mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial (Departement of Health and
Human Services,U.S, 2016).
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan Global Patient Safety Challenge
dengan Clean Care is Safe Care, merumuskan inovasi strategi penerapan hand
hygiene untuk petugas kesehatan dengan My Five Moments For Hand Hygiene
yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum
melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah
bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan
sekitar pasien.
Health-care Associated Infections atau Hospital-Acquired Infection
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama menjalani perawatan di
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak
ditemukan pada
2
saat pasien masuk, infeksi ini didapat dari rumah sakit namun bermanifestasi
setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga
kesehatan, staf, dan pengunjung rumah sakit (WHO,2014).
Negara-negara seperti Amerika dan Sub-Sahara Afrika memiliki tingkat
infeksi yang tinggi, hingga mencapai lebih dari 40%. Menurut WHO angka
kejadian infeksi di rumah sakit di negara-negara Asia sekitar 3-21% dengan rata-
rata 9 % (Sri Purwantiningsih, 2015). Di Indonesia rata-rata prevalensi infeksi
adalah sekitar 9,1% dengan variasi kejadian infeksi sebesar 6,1 % - 16,0 % (Sri
Purwantiningsih, 2015). Infeksi nosokomial di RS terjadi akibat kurangnya
kepatuhan petugas untuk melakukan cuci tangan. Rata - rata kepatuhan petugas
untuk mencuci tangan di Indonesia hanya 20% - 40%" (Depkes RI, 2015).
Infeksi layanan kesehatan merupakan salah satu isu penting dalam aspek
keselamatan pasien yang perlu mendapat perhatian karena menjadi salah satu
penyebab meningkatnya angka morbiditas pasien yang dirawat di layanan
kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Setiowati
(2013), di mana ketidakpedulian akan keselamatan pasien menyebabkan kerugian
bagi pasien dan pihak rumah sakit yang berdampak pada mutu layanan kesehatan.
Dampak tersebut dapat berupa biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih
besar, pasien semakin lama dirawat di rumah sakit, dan terjadinya resistensi obat.
Maka dari itu, infeksi layanan kesehatan sebagai bagian dari aspek keselamatan
pasien dan petugas kesehatan merupakan salah satu isu yang penting untuk
diperhatikan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis berinovasi untuk
melakukan penelitian dengan judul "Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Five Moment For Hand Hygiene
di Puskesmas Sukowono".
3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini yaitu
apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan petugas kesehatan
dengan perilaku Five Moment for Hand Hygiene di Puskesmas Sukowono.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pendidikan dan pengetahuan petugas kesehatan dengan perilaku Five Moment for
Hand Hygiene di Puskesmas Sukowono.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan tenaga kesehatan Puskesmas
Sukowono
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang hand hygiene tenaga
kesehatan Puskesmas Sukowono
3. c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan tenaga
kesehatan Puskesmas Sukowono terhadap pengetahuan hand hygiene.
4. d. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan tenaga
kesehatan terhadap perilaku Five Moment for Hand Hygiene di
Puskesmas Sukowono.
5. e. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan hand hygiene
terhadap perilaku Five Moment for Hand Hygiene
a. Instansi
Dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan dan perilaku hand hygiene
para petugas kesehatan yang ada di puskesmas Sukowono
b. Penulis
Dapat menambah pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh di
pendidikan preklinik dan pendidikan klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan
Pendidikan menurut Soegarda Poebakawatja (1982:15) adalah: Pendidikan
mencakup segala hal/usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalaman, pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi muda,
untuk memungkinkan generasi muda melakukan fungsi hidup dalam pergaulan
bersama dengan sebaik-baiknya.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2006). pendidikan yaitu tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya menurut Ihsan (2008)
pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membantu potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem, dan
organisasi pendidikan.
Selanjutnya Mashuri (1979:15), mengemukakan pendidikan adalah sebagai
berikut: pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar demi
pernbinaan kepribadian dan pengembangan kemampuan manusia Indonesia baik
jasmani maupun rohani di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam rangka
meningkatkan pembangunan dan persatuan bangsa Indonesia untuk mencapai
masyarakat adil makmur dan sejahrcra berdasarkan pancasila.
Pendidikan juga dapat mengembangkan kepribadian bakat serta kemampuan
intelektual. Karena pendidikan merupakan hasil usaha yangg disengaja, maka hal
tersebut tampak pada tingkah laku dewasa bertanggung jawab dalam segala hal,
mampu menentukan pilihan yang kesemuanya mencerminkan sebagian dari
ciriciri kedewasaan seseorang. Adapun yang dimaksud dengan dewasa secara
sosial adalah seseorang itu telah bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
6
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial-budaya dan alam sekitar, serta
dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang lamanya
tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah Menengah
Atas (SMA) atau satuan pendidikan yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan profesional serta dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Oleh karena itu bagi anak-anak yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) terbuka kesempatan untuk melakukan pembentukan diri
secara berkelanjutan melalui lembaga pendidikan yang disebut Perguruan Tinggi.
Di lingkungan lembaga tersebut generasi muda mengalami proses belajar untuk
membentuk kemampuan melakukan penalaran secara ilmiah dengan
mengembangkan cara berfikir kritis dan obyektif
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris,
khususnya mata dan telinga, terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior),
di mana perilaku yang didasari oleh pengetahuan umumnya akan bersifat
langgeng (Sunaryo, 2004). Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) adalah hasil
tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu.
Pengetahuan meliputi pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab dalam
bekerja, memiliki pengetahuan di bidang yang berhubungan dengan peraturan,
prosedur dan keahlian teknis, dapat menggunakan informasi, material, peralatan
dan teknik dengan tepat dan benar, serta mampu mengikuti perkembangan
peraturan, prosedur dan teknik terbaru dalam keperawatan (Pancaningrum, 2011).
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2012)
1) Tahu (know): mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah. Untuk mengukur tahu dapat melalui proses
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
2) Memahami (comprehension): kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan
meramalkan.
3) Aplikasi (application): kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi/kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (analysis): kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut, misal dapat membedakan, memisahkan, dan
mengelompokkan.
5) Sintesis (synthesis): kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, misal dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan
menyesuaikan.
12
1. Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor
atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya, atau setelah
menggunakan toilet.
2. Apabila terbukti atau dicurigai kuat memiliki kontak dengan patogen
yang kemungkinan membentuk spora.
3. Penggunaan hand rub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptic tangan
rutin pada semua situasi dan bila tangan tidak terlihat kotor.
4. Dilakukan kebersihan tangan pada kondisi berikut: sebelum dan sesudah
menyentuh pasien; sebelum melakukan tindakan invasif untuk perawatan
pasien, tidak peduli apakah menggunakan sarung tangan atau tidak;
setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit
yang tidak intak, atau merawat luka; apabila berpindah dari area tubuh
yang terkontaminasi ke area tubuh lain selama perawatan pada pasien
yang sama; setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek
termasuk peralatan medis; setelah melepas sarung tangan steril.
5. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.
Keefektifan kegiatan cuci tangan ini juga harus didukung dengan sarana
cuci tangan yang memadai. Sarana tersebut yaitu: (Kemenkes RI, 2011)
1. Air mengalir
Air mengalir merupakan sarana utama untuk cuci tangan disertai dengan
saluran pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Air mengalir dapat
melepaskan mikroorganisme dari tangan karena gesekan mekanis atau kimiawi
saat cuci tangan. Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara
mengguyur dengan gayung, namun cara mengguyur dengan gayung tidak
dianjurkan karena memiliki risiko kontaminasi yang cukup besar, baik melalui
gagang gayung maupun dari percikan air bekas cucian yang dapat kembali ke
bak penampungan air bersih.
2. Sabun
Sabun yang digunakan dalam proses mencuci tangan tidak dapat membunuh
mikroorganisme tetapi hanya menghambat dan mengurangi jumlah
mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga
14
mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air.
Namun, meskipun jumlah mikroorganisme dapat berkurang, cuci tangan dalam
frekuensi yang sering dapat membuat lapisan lemak kulit menghilang dan
membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
3. Larutan antiseptic
Larutan antiseptik atau antimikroba topikal digunakan untuk menghambat
aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Tingkat efektivitas,
aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah pemakaian antiseptik tergantung
oleh keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing
individu.
Pemilihan antiseptik yang digunakan perlu mempertimbangkan beberapa
kriteria, di antaranya:
a. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara
luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan
tuberculosis, fungi, endospora).
b. Efektivitas, kecepatan aktivitas awal, dan efek residu, aksi yang lama
setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan.
c. Tidak mengakibatkan iritasi kulit dan alergi.
d. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
e. Lap tangan yang bersih dan kering
Ada sebelas langkah yang diadaptasi dari WHO guidelines on hand hygiene
in health care: first global patient safety challenge tahun 2009 dalam prosedur
standar membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir yang harus
dilakukan kira-kira dalam waktu satu menit, yaitu sebagai berikut:
Jika tidak terdapat fasilitas air mengalir untuk mencuci tangan, maka dapat
dipertimbangkan untuk menggunakan larutan berbasis alkohol tanpa air (hand rub
antiseptic). Penggunaan hand rub ini akan lebih efektif dalam penurunan jumlah
flora tangan awal pada tangan yang bersih, dapat melindungi dan melembutkan
kulit karena berisi emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol.
Teknik untuk menggosok tangan dengan hand rub antiseptic dengan
menggunakan enam langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
15
1. Tuang cairan hand rub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
Perilaku
Perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Jika dilihat dari
pandangan biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari
organisme yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku manusia
pada dasarnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Kemudian jika
dibuat dalam kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme
16
tersebut, baik yang diamati secara langsung maupun secara tidak langsung
(Notoatmodjo, 2003).
Seorang ahli psikologi, yaitu Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
(Zubaedah, 2009). Hal serupa juga disampaikan oleh Sunaryo (2004) bahwa dari
perspektif psikologi, perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara perilaku dalam ranah kesehatan dikenal istilah perilaku kesehatan
(health behavior), yaitu suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehatsakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat- sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang
tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, di mana pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit atau masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah
kesehatan.
Banyak teori yang digunakan untuk menentukan determinan perilaku, salah
satunya adalah teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010). Teori Lawrence
Green ini menjelaskan bahwa perilaku ditentukan berdasarkan tiga faktor utama,
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang
antara lain karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
masa kerja), pengetahuan, sikap, persepsi, keyakinan, kepercayaan, nilai-
nilai, tradisi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan
atau memfasilitasi terbentuknya perilaku atau tindakan, seperti pelatihan,
sarana dan prasarana.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, seperti pengawasan, peraturan, dan
undang-undang.
17
Kerangka Konsep
Kebiasaan
Faktormencuci
Perancu
tangan
Tingkat pendidikan
Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan petugas
kesehatan dengan perilaku Five Moment for Hygiene Di Puskesmas Sukowono.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik secara kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan
pengetahuan hand hygiene dengan perilaku five moment hand hygiene pada tenaga
kesehatan Puskesmas Sukowono. Metode pengambilan data pada responden
dengan metode observasional dan pengisian kuisioner.
Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan 26 November
- 22 Desember 2018.
Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Sukowono yang berjumlah 36 orang.
20
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :
a. tingkat pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Sukowono
b. tingkat pengetahuan hand hygiene tenaga kesehatan di Puskesmas
Sukowono
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penerapan perilaku Five Moment
For Hand Hygiene petugas Kesehatan Puskesmas Sukowono.
Variabel Perancu
Variabel perancu dalam penelitian ini adalah lama kerja, dan pengalaman
dari masing-masing tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas
Sukowono.
21
Definisi Operasional
Definisi operasional dari masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel
3.1 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil
Operasional Ukur
1 Tingkat Pendidikan format Pengisian Kuesioner 1. Pendidikan
pendidikan terakhir yang dijalani kuesioner dasar
oleh responden oleh 2. Pendidikan
responden menengah
3. Pendidikan
tinggi
2 Tingkat Hal yang diketahui Pengisian Kuesioner <33,3 = kurang
pengetahuan dan dipahami kuesioner 33,4 -66,6 =
responden mengenai oleh cukup
Hand Hygine responden 66,7 -100 =
baik
3 Pengetahuan Hal yang diketahui Pengisian Kuesioner 1. Tahu
tentang dan dipahami kuesioner seluruhnya
Enam responden mengenai oleh 0. Tahu
langkah cuci enam langkah cuci responden sebagian
tangan tangan
4 Perilaku Five Kegiatan/tindakan Pengisian Lembar 1. Dilaksanakan
Moment For responden terkait lembar observasi 0. Tidak
Hand penerapan cuci observasi dilaksankana
Hygiene tangan pada lima oleh peneliti
kondisi yaitu : <33,3%= kurang
Sebelum kontak 33,4%-66,6% =
dengan pasien, cukup
sebelum melakukian 66,7%-100% =
tindakan aseptic, baik
setelah kontak
dengan pasien,
setelah terkena
cairan tubuh pasien
dan setelah berada di
lingkungan pasien .
22
Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitan yang bersifat deskriptif
analitik. Desain dari penelitian ini adalah Cross Sectional, yaitu desain penelitian
yang mengukur variabel-variabelnya dalam satu waktu yang sama. Dalam
penelitian ini akan dicari hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan
dengan kebiasaan cuci tangan five moment hand hygine pada tenaga kesehatan
Puskesmas Sukowono. Skema rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut.
P S K T
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
K = Kelompok (Variabel Bebas/Tingkat Pendidikan/ tingkat pengetahuan hand
hygiene)
T = Kelompok (Variabel Terikat/Penerapan perilaku Five Moment For Hand
Hygiene)
Gambar 3.1 Rancangan penelitian
Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan
mengenai pengetahuan responden tentang hand hygiene dan lembar observasi
berisikan kegiatan Five Moment For Hand Hygiene yang seharusnya diterapkan
saat pelayanan kepada pasien. Lembah koesioner hand hygiene dapat dilihat pada
lampiran A. Kuesioner diisi oleh responden, sedangkan lembar observasi diisi
oleh peneliti.
23
Dalam penelitian ini, skala yang digunakan untuk mengukur variable bebas
dan terikat adalah skala ordinal. Pada variebel bebas dibedakan berdasarkan
jenjang pendidikan terakhir responden, dan hasil pengisian kuesioner, sedangkan
variabel terikat five moment hand hygine didapatkan dari hasil observasi.
Prosedur Penelitian
Alur Penelitian
Alur Penelitian disajikan dalam Gambar 3.2 sebagai berikut.
Pengambilan data berupa pengisian kuesioner oleh responden dan lembar observasi oleh peneliti
Pengolahan data
Penyajian data
Kesimpulan
Gambar 3.2 Alur penelitian
24
Analisis Data
Data yang didapat diolah dan disajikan dalam bentuk Tabel kemudian
masing-masing variabel dideskripsikan. Uji korelatif non parametrik yang
digunakan adalah uji Spearman-rho karena skala data yang digunakan pada
variable berupan skala Kategorik (Ordinal) yang telah memenuhi syarat. Apabila
tidak memenuhi syarat maka dapat dilakukan uji alternatif dengan Uji Koefisien
Kontingensi Lambda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan
dan pengetahuan dengan perilaku hand hygiene pada tenaga kesehatan puskesmas
Tanggul telah di lakukan di lingkungan puskesmas Tanggul di ruang UGD, kamar
bersalin, ruang KB, ruang KIA, ruang GIGI, Ruang TB, Laboratorium, ruang
Rawat Inap, Apotek, Balai Pengobatan, Loket pendaftaran, dan ruang Petugas
kebersihan pada bulan Januari 2021 dengan menggunakan total sampel sebanyak
48 orang yeng merupakan tenaga kesehatan tetap yang ada di Puskesmas Tanggul.
Setelah seluruh kuesioner dan lembar observasi terkumpul, dilakukan analisis
data.
Karakteristik Responden
Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan terhadap 48 responden
dengan berbagai macam karakteristik yang berbeda berdasarkan tingkat
pendidikan, pengetahuan dan perilaku terhadap hand hygiene sesuai pada table
4.1.
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden
Karakteristik responden Jumlah Presentase
Tingkat pendidikan :
Pendidikan Dasar 3 8%
Pendidikan Menengah 9 25 %
Pendidikan Tinggi 24 66 %
Ruangan :
Ruang UGD 2 5,5 %
Kamar Bersalin 9 25 %
Ruang KB 2 5,5 %
Ruang KIA 2 5,5 %
Ruang GIGI 2 5,5 %
Ruang Gizi 1 2,7 %
Ruang TB 1 2,7 %
Laboratorium 2 5,5 %
Ruang Perawat 5 13,8 %
Ruang Obat 1 2,7 %
Loket Pendaftaran 3 8,3 %
26
Analisis Data
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan tenaga
kesehatan dan tingkat pengetahuan tentang hand hygine sedangkan variabel terikat
yang diteliti adalah Five Moment Hand hygine. Data dari masing-masing variabel
diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan observasi kepada
tenaga kesehatan yang bekerja di ruang UGD, kamar bersalin, ruang KB, ruang
KIA, ruang GIGI, ruang Gizi, Ruang TB, Laboratorium, Ruang perawat, Ruang
obat, Balai Pengobatan, Loket pendaftaran, Dapur dan ruang Petugas kebersihan
puskesmas Sukowono.
Pembahasan
Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan, di
mana diharapkan seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Maka dari itu,
seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan untuk
melakukan pekerjaannya secara efektif sesuai dengan keterampilan dan
pengetahuan yang diperolehnya dari masa pendidikan. Sedangkan seseorang
dengan tingkat pendidikan yang rendah akan cenderung melakukan kesalahan
karena ketidak tahuannya terhadap risiko yang diakibatkan oleh kelalaian tersebut.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tenaga kesehatan dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan menengah ataupun dasar, yaitu sebesar 66% (24 tenaga
kesehatan) dari total tiga puluh enam tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
sukowono. Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa sebagian besar tenaga
kesehatan memiliki tingkat pengetahuan terhadap Hand hygiene yang baik, yaitu
sebesar 63,8% (23 tenaga kesehatan). Sedangkan tingkat pengetahuan tenaga
kesehatan lainnya yaitu kategori cukup sebesar 27,7% (10 tenaga kesehatan) dan
kurang sebesar 8,3% (3 tenaga kesehatan). Dari hasil tersebut dapat kita tarik
kesimpulan bahwa tingginya tingkat pendidikan petugas kesehatan di Puskesmas
Sukowono berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya. Hal ini dipengaruhi
oleh lamanya proses belajar seseorang ketika menempuh suatu pendidikan
sehingga pengetahuan dan pengalamannyapun akan berbeda dengan seseorang
dengan pendidikan yang rendah.
Pada penelitian ini juga dapat kita lihat bahwa presentase antara petugas
kesehatan laki-laki dan perempuan sangat berbeda. Berdasarkan data yang kita
kumpulkan untuk penelitian ini, didapatkan jumlah pegawai yang terlibat tiga
puluh enam orang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Presentase petugas
kesehatan perempuan yaitu tiga puluh satu orang atau sekitar delapan puluh enam
persen (86%), sedangkan presentase petugas kesehatan laki-laki yaitu lima orang
atau sekitar empat belas persen (14%). Kondisi yang tidak seimbang antara laki-
laki dan perempuan ini mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Hal ini
dipengaruhi oleh
30
perilaku yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut Kartono dalam Astuti
(2009) jenis kelamin/seks merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-
laki atau perempuan yang menyatakan bahwa perbedaan secara anatomis dan
fisiologis pada manusia menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan
struktur aktivitas antara pria dan wanita. Perilaku kesehatan antara pria dan wanita
dijelaskan oleh Kozier (dalam Darusman, 2009) pada umumnya wanita lebih
memperhatikan dan peduli pada kesehatan mereka dan lebih sering menjalani
pengobatan dibandingkan pria. Menurut Hawk (2005) jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, termasuk dalam
mengatur pola makan. Wanita lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan
daripada laki- laki, dan wanita lebih berpartisipasi dalam pemeriksaan kesehatan.
Sehingga jelas bahwa dominansi perempuan pada populasi penelitian ini sangat
mempengaruhi hasil dari penelitian ini.
Setelah dilakukan uji korelasi Spearman untuk mencari hubungan antara
tingkat pendidikan dan perilaku five moment hand hygiene didapatkan hasil yang
cukup mengejutkan. Terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,000, yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku five moment hand hygien (p = < 0,05). Hasil analisis Spearman rho juga
dapat munjukkan kekuatan hubungan atau koefisien korelasi suatu variabel. Hasil
uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan perilaku
five moment hand hygiene memiliki koefisien korelasi sebesar 0,779 yang berarti
bahwa hubungan kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang kuat.
Notoatmodjo (2003) berpendapat semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Menurut Delamater
(2006) tingkat pendidikan rendah dikaitkan dengan kepatuhan pada perlakuan
yang lebih rendah dan lebih besar terkait morbiditas pada suatu kejadian. Teori ini
sejalan dengan hasil dari analisis penelitian ini. Terebukti bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga tingkat pemahaman dan kepatuhan
terhadap suatu peraturan. Namun hal ini juga tidak lepas dari pengaruh jenis
kelamin, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan subyek yang lebih
merata.
31
Data hasil penelitian untuk variabel ini didapatkan dengan cara observasi
pada tiap ruangan yang ada di Puskesmas Sukowono. Observasi dilakukakan
sesuai skoring dan standar yang telah ditetapkan oleh WHO. Hasil dari observasi
pada tiap ruangan kemudian dianalisis dan dilakukakan uji korelasi. Dari seluruh
subyek yang diamati 78% tidak melakukan prosedur aseptik sebelum bersentuhan
dengan pasien. Hal ini terjadi karena terbatasnya fasilitas yang tersedia disetiap
ruangan, baik ketersediaan Alkohol Gell ataupun tempat cuci tangan. Sehingga
beberapa petugas hanya melakukan prosedur hand hygiene setelah melakukan
kontak dengan pasien.
Variabel lain dari penelitian ini juga dilakukan analisis untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang saling berkaitan antara variabel lainnya. Setelah
dilakukan uji korelasi Spearman untuk mencari hubungan antara pengetahuan
hand hygiene terhadap perilaku five moment hand hygiene didapatkan hasil yang
juga cukup baik. Terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,000, yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan hand hygiene
terhadap perilaku five moment hand hygiene (p = < 0,05). Hasil analisis Spearman
rho juga dapat munjukkan kekuatan hubungan atau koefisien korelasi suatu
variabel. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan
hand hygiene terhadap perilaku five moment hand hygiene memiliki koefisien
korelasi sebesar 0,866 yang berarti bahwa hubungan kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang sangat kuat.
Sedangkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan hand
hygiene terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,000 karena p = < 0,05
dan memiliki koefisien korelasi yang lemah yaitu bernilai 0,586 yang bermakna
bahwa hubungan tersebut sedang atau cukup.
Pengetahuan seseorang diperoleh melalui pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, kerabat dekat
dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan dasar perawat mengenai fasilitas kesehatan termasuk di dalamnya
mengenai cuci tangan dapat menjadi sebuah kesadaran dan menumbuhkan
32
komitmen untuk melakukan tindakan cuci tangan sesuai dengan standar. Hal ini
juga dinyatakan oleh WHO (2002) bahwa kurangnya pengetahuan tentang cuci
tangan merupakan salah satu hambatan untuk melakukan cuci tangan sesuai dengan
yang direkomendasikan. Dari hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa beberapa
petugas kesehatan mengaku bahwa belum pernah sama sekali mendapatkan
pelatihan cuci tangan secara formal, sehingga sangat memungkinkan adanya bias
yang diakibatkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan dasar tentang hand hygiene.
Berdasarkan hasil observasi dapat kita lihat bahwa masih banyaknya petugas
kesehatan dengan tingkat pendidikan menengah yang memiliki perilaku
penerapan cuci tangan atau hand hygiene yang kurang, maka perlu adanya
peningkatan pemahaman perawat terutama mengenai cuci tangan melalui kegiatan
seminar maupun diskusi antar rekan sejawat. Seperti yang diungkapkan oleh
Widiyatun (1999) bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal
ataupun informal, di mana salah satunya adalah melalui seminar edukasi dan
diskusi terkait cuci tangan secara rutin.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan teori yang telah disebutkan
sebelumnya, untuk mendapatkan tingkat pengetahuan yang tinggi maka seluruh
petugas perlu dilibatkan dalam proses pembelajaran formal atau informal tentang
hand hygiene sehingga mereka akan terbiasa dan dapat menerapkannya dalam
keseharian.
Pendapat lain yang memperkuat hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi, jika
pengetahuan baik diharapkan pada akhirnya praktiknya juga baik (Notoatmodjo,
2003). Secara teoritis perubahan perilaku seseorang dalam mengadopsi perilaku
baru umumnya mengikuti tahap-tahap proses perubahan yang meliputi
pengetahuan
33
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Diketahui bahwa sebagian besar petugas kesehatan Sukowono memiliki
tingkat pendidikan tinggi.
2. Diketahui bahwa sebagian besar petugas kesehatan Sukowono memiliki
tingkat pengetahuan hand hygine yang baik.
3. Terdapat hubungan yang lemah antara tingkat pendidikan tenaga
kesehatan Puskesmas Sukowono terhadap pengetahuan hand hygiene.
4. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan tenaga kesehatan
terhadap perilaku Five Moment for Hand Hygiene di Puskesmas
Sukowono.
5. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan hand hygiene
terhadap perilaku Five Moment for Hand Hygiene.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas, disarankan bagi pihak
terkait selanjutnya:
a. Bagi pihak terkait, Puskesmas Sukowono
- Mengadakan pelatihan terkait penerapan five moment hand hygiene
- Membentuk petugas khusus, baik dari kepala perawat maupun perawat
lain di ruangan, untuk mengawasi pelaksanaan penerapan five moment
hand hygiene secara langsung agar sesuai dengan prosedur, serta memberi
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran penerapan five moment hand
hygiene secara rutin.
- Menunjuk role model untuk penerapan cuci tangan sesuai dengan prosedur
pada masing-masing ruangan serta memberikan reward pada petugas yang
35
paling patuh, sehingga bisa menjadi teladan dan memotivasi petugas yang
lain agar lebih baik.
- Menyebarkan leaflet/brosur atau poster terkait penerapan five moment
hand hygiene
- Menyediakan fasilitas hand hygiene yang sesuai standar
b. Bagi Petugas Puskesmas
- Menerapkan five moment hand hygiene sesuai dengan prosedur sebagai
langkah pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, serta memberi
contoh yang baik bagi rekan sejawatnya terkait penerapan cuci tangan di
tempat kerja.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
- Mengevaluasi kembali penerapan perilaku five moment hand hygiene
kepada petugas kesehatan di Puskesmas Sukowono
- Penelitian lebih lanjut tentang hubungan jenis kelamin dengan tingkat
kepatuhan terhadap perilaku five moment hand hygiene
3
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. M., 2009. Hubungan antara Kematangan Emosi dan Jenis Kelamin
dengan Agresivitas pada Komunitas Slankers. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Ernawati, E., A. Tri, dan S. Wiyanto. 2014. Penerapan Hand Hygiene Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya 28.
Jang, J.H., S. Wu, D. Kirzner, C. Moore, G. Youssef, dan A. Tong. 2010. Focus
Group Study of Hand Hygiene Practice among Healthcare Workers in A
Teaching Hospital in Toronto, Canada. Infect Control Hosp Epidemiol 31
(2).
Kampf, G., H. Loffler, dan P. Gastmeier. 2009. Hand Hygiene for the Prevention
of Nosocomial Infections. Dtsch Arztebl Int 106(40).
37
Randle, J., A. Arthur, dan N. Vaughan. 2010. Twenty Four Hour Observational
Study of Hospital Hand Hygiene Compliance. J Hosp Infect 76(3).
Rahmawati, Rita dan Susanti, Mey. 2014. Pengetahuan dan Sikap Perawat
Pencegahan Infeksi Nosokomial dalam Pelaksanaan Cuci Tangan. Journals
of Ners Community Vol. 5 No. 2, November 2014.
Sax, H., B. Allergranzi, I. Uckay, E. Larson, J. Boyce, dan D. Pittet. ‘My Five
Moments for Hand Hygiene’: A User –Centred Design Approach to
38
WHO. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global
Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care : A Summary. WHO.
Geneva.
LAMPIRAN
KUISIONER:
Nomer Responden:
Nama Responden:
Usia:
Jenis Kelamin:
Pendidikan Terakhir:
Bekerja di Ruang:
4. Manakah dibawah ini yang paling sering menjadi sumber infeksi terkait
perawatan kesehatan? (Centang satu jawaban saja)
a. sistem air rumah sakit
b. udara rumah sakit
c. Kuman sudah ada pada atau di dalam pasien
d. Lingkungan rumah sakit (permukaan)
9. Mana dari metode cuci tangan dibawah ini yang sesuai dengan
situasi yang disebutkan ?
a. Sebelum palpasi/menyentuh perut pasien
Alkohol Gel Cuci dengan air Tidak perlu
b. Sebelum menginjeksi obat
Alkohol Gel Cuci dengan air Tidak perlu
c. Setelah mengosongkan pispot
Alkohol Gel Cuci dengan air Tidak perlu
d. Setelah melepas handscoon/ sarung tangan
Alkohol Gel Cuci dengan air Tidak perlu
e. Setelah mengatur tempat tidur pasien
42
10. Manakah dari hal berikut yang harus dihindari saat melakukan tindakan
medis/perawatan pasien, karena berkaitan dengan kemungkinan
berkumpul dan berpindahnya kuman berbahaya?
a. Memakai perhiasan Iya
Tidak
b. Kulit yang terluka Iya
Tidak
c. Cat kuku Iya
Tidak
d. Penggunaan krim tangan secara teratur Iya
Tidak
Ruang :
Tanggal :
Observator :
Nama Nama Nama
Ruang Ruang Ruang
No No No
Opp. Indication HH Action Opp. Indication HH Action Opp. Indication HH Action
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
1 HR 1 HR 1 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
missed
aft-pat.
W
aft-pat.
W
aft.p.surr. gloves aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
2 HR 2 HR 2 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW HW H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
missed aft-pat.
missed aft-pat.
W
aft.p.surr. gloves aft.p.surr. gloves aft.p.surr.
missed
gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
3 HR 3 HR 3 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
H H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
W W W
aft-pat. aft-pat. aft-pat.
aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
4 HR 4 HR 4 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW H HW
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
missed aft-pat.
W
aft-pat.
missed
aft.p.surr. gloves aft.p.surr.
missed aft.p.surr. gloves
gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
5 HR 5 HR 5 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
H H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
W W W
aft-pat. aft-pat. aft-pat.
aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
6 HR 6 HR 6 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
HW H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
aft-pat.
missed aft-pat.
W
aft-pat.
W
aft.p.surr. gloves aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
7 HR 7 HR 7 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
H H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
W W W
aft-pat. aft-pat. aft-pat.
aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves gloves
bef-pat. bef-pat. bef-pat.
8 HR 8 HR 8 HR
bef-asept. bef-asept. bef-asept.
H H H
aft-b.f. aft-b.f. aft-b.f.
W W W
aft-pat. aft-pat. aft-pat.
aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed aft.p.surr.
missed
gloves gloves gloves
44
Descriptives
Statistic Std. Error
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Correlations
Five_Moment_H
Pendidikan and_Hygine
Correlations
Five_Moment_H Pengetahuan_h
and_Hygine and hygineh
Correlations
Pengetahuan_h
and hygineh Pendidikan