SKRIPSI
i
Judul usulan penelitian : Perawatan Kaki Terhadap Perubahan Uji Sensivitas
Pontianak Selatan
NIM : I1031151010
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Subhanahu Wa Ta'ala karena atas pentunjuk dan karunia-Nya penulis dapat penulis
Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih
1. Effendi dan Sudeti selaku orang tua yang telah memberikan doa, dukungan
moril dan material serta cinta dan kasihnya yang selalu diberikan hingga saat
ini.
Pontianak.
5. Ns. Nita Arisanti Yulanda, M.Kep. selaku dosen pembimbing I yang telah
6. Ns. Suhaimi Fauzan, M.Kep. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
Tanjungpura Pontianak.
11. Berbagai pihak terkait yang telah membantu dalam usulan penelitian ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan bermanfaat
serta menambah pengetahuan untuk usulan penelitian ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 6
1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1.3.1 Manfaat Teoritis .................................................................. 8
1.3.2 Manfaat Praktis ................................................................... 8
PENDAHULUAN
gejala yang timbul pada seseorang karena peningkatan kadar glukosa darah
425 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 628,6 juta jiwa pada tahun 2045.
tersebut akan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 16,7 juta jiwa pada
darah pada penduduk yang berusia lebih dari sama dengan 15 tahun yaitu
pada penduduk berusia lebih dari sama dengan 15 tahun di Indonesia sebesar
1
2
pada tahun 2018 berjumlah sebanyak 44.003 jiwa dengan puskesmas gang
(Witasari, 2009). Kadar gula darah yang tidak terkendali dan tidak tertangani
kecil, diantaranya terjadi di mata, ginjal, dan saraf perifer yang dapat
(Witasari, 2009). Hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko
paling ditakuti oleh DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi
Kerusakan saraf sensorik melibatkan serabut saraf kecil yang berfungsi untuk
merasakan nyeri dan sensasi suhu, sedangkan serabut besar digunakan untuk
Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki sebelah
kanan dan kiri. Yang paling menyiksa dapat meyebabkan nyeri berdenyut terus
menerus. Pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi
sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. (Hidayat & Uliyah, 2014).
Neuropati perifer merupakan salah satu komplikasi serius dari Diabetes. Jika
dibiarkan maka dapat beresiko terjadi ulkus diabetik. Ulkus kaki diabetik
4
Deteksi dini DPN sangat penting untuk mencegah borok pada kaki dan
konduksi saraf, dan tes elektrodiagnostik. NCS dianggap sebagai standar untuk
perawatan primer. Jadi, alat yang portabel, bagus, dan valid untuk mendeteksi
untuk uji sensivitas nyeri (Wang, F., et al 2017) dan garpu tala 128 Hz untuk
upaya kesehatan yang menyeluruh, yaitu preventif, promotif, dan kuratif, dan
(Yusriani, Alwi, M. K., 2018). Salah satu teori keperawatan yang menekankan
pada upaya promotif dan preventif adalah Nola J. Pender tentang Health
5
yang optimal (Alligood, 2014). Level dan Clark, mengatakan ada 4 tingkat
early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera),
yaitu sebagai upaya preventif terhadap ulkus diabetik bahkan mencegah resiko
Perawat tidak hanya memfasilitasi dan memberikan perawatan kaki, tetapi juga
klinik untuk melakukan pengecekan gula darah serta bagaimana upaya yang
dan upaya perawatan kaki untuk mencegah terjadinya ulkus (Embuai, s.,
perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar
50- 60% yang mempengaruhi kualitas hidup (Rosyida & Safitri, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Embuai, s., Lestari, P., Ulfina, e., 2017 bahwa
neuropati.
Pontianak Selatan.
1.3 Tujuan
Melitus tipe 2.
2) Bagi Responden
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi DM
(ADA, 2010).
Bare, 2013).
9
10
2.1.2 Etiologi DM
defisiensi insulin.
resistensi insulin.
ketiga kehamilan.
organ.
3) Hipertensi
mg/dL)
3) Usia
gram).
1. Poliuri
2. Polidipsi
3. Polifagi
rasa lapar dan keinginan makan yang berlebih (polifagi) (Price &
Wilson, 2012).
dkk., 2010).
100 – 125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam <140
mg/dl.
Tabel 2.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring
dan Diagnosis DM
Bukan Belum pasti DM
DM DM
Kadar Glukosa Plasma vena <110 110-199 ≥200
sewaktu (mg/dl) Darah Kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar Glukosa darah Plasma vena <110 110-125 ≥126
puasa Darah Kapiler <90 90-109 ≥110
(Perkeni, 2011)
14
suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas (Smeltzer & Bare, 2013).
merupakan salah satu hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dan
untuk mengedarkan glukosa ke dalam sel otot, hati dan lemak yang akan
2013).
Resistensi insulin ini juga disertai dengan penurunan reaksi intrasel yang
(PERKENI, 2011).
2.1.6 Penatalaksanaan DM
adalah membuat aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam rentang
Melitus meliputi lima hal yaitu (1) diet; (2) latihan; (3) pemantauan; (4)
a. Edukasi
Terapi gizi dan diet merupakan salah satu kunci dasar dari
pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 yaitu makanan yang seimbang dan
kadar glukosa dalam darah; dan (e) menurunkan kadar lemak di dalam
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani atau latihan fisik merupakan salah satu pilar yang
(PERKENI, 2011).
d. Intervensi Farmakologis
yang dapat diberikan terdiri dari obat hipoglikemia oral dan terapi
insulin (PERKENI, 2011). Ada dua jenis obat hipoglikemia oral yaitu
PERKENI (2011) insulin dibagi menjadi lima jenis yaitu (a) insulin
kerja cepat (rapid acting insulin); (b) insulin kerja pendek (short
insulin); (d) insulin kerja panjang (long acting insulin); (e) insulin
2.2.1 Definisi
sensorik dan / atau otonom dari sistem saraf perifer. Neuropati mungkin
nyeri, parestesia, atau mati rasa, tidak adanya refleks tendon, ambang
2.2.2 Etiologi
1. Usia
usia diabetisi 55,5 tahun (Nyamu, 2011). Hal ini sesuai dengan
terjadi pada diabetis berusia 50-59 tahun (Parisi et al, 2016). Selain
itu, ketika usia memasuki usia lanjut akan terjadi kelainan pada
2. Jenis kelamin
(37%).
3. Lamanya menderita DM
dari 3 tahun dan 70% pada diabetisi dengan durasi DM lebih dari 5
permukaan sel schwan. Semakin lama, akson sel saraf akan hilang
2014).
23
6. Riwayat merokok
2008).
kaki. Hal ini dikarenakan karena adanya luka atau ulkus kaki yang
sistem saraf tersebut yaitu saraf sensorik, motorik, dan otonom (Deli et
al, 2014).
serabut saraf kecil yang berfungsi untuk merasakan nyeri dan sensasi
(Meiti, 2012).
(Carine, 2014). Distribusi dari fungsi saraf otonom cukup luas. Saraf ini
pada reflek vasomotor. Gangguan ini sering kali muncul pada pasien
nyeri; kesemutan; perasaan geli, terbakar, atau nyeri; nyeri yang tajam;
akibat dari kerusakan saraf sensorik kecil (Tipe C). Gangguan yang
perifer dapat terjadi dengan atau tanpa gejala awal. Gejala awal yang
mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadi ulkus karena tidak bisa
2.2.4 Patofisiologi
dari hiperglikemia dan atau defisiensi insulin pada satu atau lebih
1. Monofilamen 10 g
untuk deteksi hilangnya sensasi proteksi. Alat ini terdiri atas sebuah
2014, yaitu :
1) Menggunakan monofilamen 10 g
monofilamen.
2. Garputala 128 Hz
merasakan vibrasi > 10 detik (skor 1), dan jika pasien tidak
2.2.6 Penatalaksaaaan
2010)
31
1. Terapi Farmakologis
neuropati perifer yang menyusahkan, seperti mati rasa dan rasa sakit
sel saraf yang sehat dan sel darah merah. Hal ini juga diperlukan untuk
membuat bahan genetik dalam semua sel. Vitamin B12 juga disebut
dapat diserap dalam usus kecil. Salah satu tanda dan gejala defisiensi
B12 adalah mati rasa dan kesemutan ditangan dan kaki (Gilligan, 2002)
32
1) Perawatan kaki
hari..
dalam.
melakukan.
di luar rumah
35
yaitu:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
2015).
5. Pekerjaan
37
2.
Teori yang menjadi pusat HPM adalah teori pembelajaran sosial milik Albert
yang berikut ini: atribusi diri, evaluasi diri, dan keyakinan diri. Keyakinan diri
(self- efficacy) merupakan satu gagasan pusat HPM (Pender, 1996; Pender,
relevan, karena model ini dapat diterapkan sepanjang masa hidup dan berguna
dalam berbagai macam keadaan (pender 1996, pender, Murdaugh & Parson,
global (pender, Murdaugh, & Parsons, 2010 dikutip dalam (Alligood, 2014).
39
1996; Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002 dikutip dalam (Alligood, 2014))
rekuensi perilaku yang sama atau mirip dengan perilaku di masa lalu.
2. Faktor Personal
Yang termasuk kedalam faktor ini adalah variabel seperti usia, jenis
tersebut.
negatif yang subjektif yang muncul sebelum, saat, dan setelah perilaku
yang berasal dari sifat stimulus dari perilaku itu sendiri. Afek yang
9. Pengaruh Interpersonal
layanan kesehatan.
karakteristik
perilaku kesehatan.
Hambatan yang
Perilaku dipersepsikan terhadap
sebelumnya Kebutuhan mendesak
suatu tindakan (kendali rendah) dan
yang terkait
berbagai pilihan
(kendali tinggi)
Persepsi terhadap
keyakinan diri
Pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu
aktivitas
Pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu
aktivitas
2.5 Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh perawatan kaki terhadap perubahan uji sensivitas
METODE PENELITIAN
desain penelitian quasy experiment dengan jenis penelitian pre and post test
kontrol dan satu kelompok intervensi yang dipilih secara random. Kelompok
R1 : O1 X1 O2
R2 : O1 X2 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan
R2 : Responden kelompok kontrol
O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : Intervensi perawatan kaki pada kelompok perlakuan
X2 : Intervensi Kontrol gula darah pada kelompok kontrol
Gambar 3.1 pre and post test Kontrol group design Perawatan Kaki untuk mencegah Neuropati
Periferal di UPTD Puskesmas Pontianak Selatan tahun 2019
45
46
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
𝑁. 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑(𝑁 − 1) + 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞
Keterangan:
300,6052
𝑛=
16,5604
𝑛 = 18.15
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Penderita DM tipe 2
Komplikasi
- Mata
- Ginjal
- Jantung
49
Non Farmakologis
- Perawatan Kaki
Perubahan Uji
Sensivitas Kaki
Keterangan :
dapat memberikan nilai yang berbeda terhadap suatu benda maupun manusia
Secara garis besar, terdapat dua variabel di dalam sebuah penelitian yaitu
Tabel 3.1 Definisi Operasional pada perawatan kaki untuk pencegahan neuropati
perifer di UPTD Puskesmas Pontianak Selatan
Variabel Independen
51
dianalisis dan hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai bukti dari
3.6.1 Alat
kaki yaitu monofilamen 10g, garputala 128 Hz, termometer air, handuk
kering, wadah atau ember, handscoon, lotion kulit, pemotong kuku alat
3.6.2 Bahan
pemberian perawatan kaki yaitu berupa air hangat kurang dari 370C.
penting, yaitu validitas, reliabilitas, dan ketepatan fakta yang berupa data,
dikumpulkan dari alat dan cara dalam pengumpulan data maupun kesalahan-
53
fakta tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
(Ardiyati, 2014)
Cara yang akan dilakukan dalam pengumpulan data harus sesuai dengan
maksud dan tujuan dalam penelitian, serta harus memenuhi persyaratan yaitu
cepat, mudah, dan tepat. Dalam pengumpulan data penelitian terdapat tahapan
Pontianak Selatan
bulan
8. Peneliti mencatat hasil pre test dan post test pada lembar
observasi.
9. Setelah didapatkan nilai pre test dan post test, nilai tersebut
Pengolahan data adalah salah satu tahapan yang sangat penting dalam
melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh langsung dari
jelas, dan belum siap untuk disajikan. Perlunya pengelolaan data yaitu untuk
yang telah diperoleh saat penelitian. Pada penelitian ini, data-data terkait
komputer dan akan dilanjutkan dengan memberi kode atau yang disebut
dengan coding.
huruf menjadi data angka atau bilangan yaitu terkait factor factor yang
1) Jenis Kelamin
1 : Laki-Laki
2 : Perempuan
2) Usia
1 : 30-49 tahun
3) GDS
1 : 90 -199 mg/dl
57
2 : ≥ 200 mg/dl
1: Hipertensi
2 : Tidak Hipertensi
5) Riwayat Merokok
1 : Merokok
2 : Tidak Merokok
1. Uji Monofilamen 10 g
sensivitas kaki
pengambilan data pre test dan post test. Dalam penelitian, uji
pengaruh antara pre test dan post test yaitu menggunakan uji Wilcoxon
jika hasil uji tidak normal dan menggunakan uji t berpasangan jika
hasil uji normal . Hipotesis alternatif (Ha) akan diterima apabila nilai
diberikan intervensi.
3.11.1 Beneficience
3.11.3 Autonomy
pada lembar alat ukur yang digunakan dan hanya menuliskan kode
3.11.5 Veracity
3.11.6 Justice
Abduh, S. 2014. Hubungan Skala Ankle Brachial Pressure Index dengan DNE dan
DNS Dalam Memprediksi Kejadian Neuropati Sensorik Pasien DM tipe 2 di
RSUD KS. Langgur Maluku Utara. Skripsi: Universitas Sultan Hasanuddin
Al-Farabi, M.J. 2013. Antibodi terhadap Advanced Glycation End Product, Cara
Mutakhir Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus. Cermin Dunia
Kedokteran, 40(11), 807-814.
Alligood, M. R. (2014). Nursing theory & their work (8th ed). The CV Mosby
Company St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc
Al-rubeaan, K., Derwish, M.A., Ouizi, S., & Youssef, A.M. 2015. Diabetic Foot
Complications and Their Risk Factors From A Large Retrospective Cohort
Study. NCBI, 53, 1-17.
Azhara, N., & Kresnowati, L. 2014. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014.
Azhary, H., Farooq, M. U., Bhanushali, M., et al., 2010. Periferal Neuropathy:
Differential Diagnosis and Management. American Family Physician
April;81(7)
Bansal, D., Gudala, K., Muthyala, H., Esam, H.P., Nayakallu, R., & Bhansali, A.
2014. Prevalence and Risk Factors of Development of Periferal Diabetic
Neuropathy in Type 2 Diabetes Melitus in A Tertiary Care Setting. Journal
Diabetes Investig, 5(6), 714-721.
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Risiko Penyebab
Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas
Wawanosa. Journal e-Biomedik, 2(2), 404-412.
63
64
British Columbia Provincial Nursing Skin and Wound Commitee. 2014. Procedure:
monofilamen testing for loss of protective sensation of diabetic/neuropathic
feet for adults & children.;1–3. Available from:
https://www.clwk.ca/buddydrive/file/proceduremonofilamentesting/?downl
oad=106%253Aprocedure-monofilamen testing-for-lops.
Brunner & suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3:
Jakarta
Craig, A.B., Strauss, M.B., Miller, S.S., & Craig, A.B. (2014). Foot Sensation
Testing in The Patient with Diabetes: Introduction of The Quick & Easy
Assessment Tool. Wounds, 26(8), 221-231.
Chris tanto, et al., 2014, Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media
Aeskulapius
Deli, G., Bosnyak, E., Pusch, G., Komoly, S., & Feher, G. 2014. Diabetic
Neuropathies: Diagnosis and Management. Neuroendoocrinology. 98(4),
267-280.
Diani, N. 2013. Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan. Tesis : Universitas Indonesia.
Embuai, s., Lestari, P., Ulfina, e. 2017. Pengaruh Edukasi Perawatan Kaki dan
Senam Kaki Terhadap Upaya Pencegahan Risiko Foot Ulcer pada Klien
Diabetes Melitus. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 8 (4). 180-190
Gilligan, M.A. (2002). Metformin and vitamin B12 deficiency. Arch Intern Med,
162, 484 – 485
Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika
Herman, W.H., et al. 2012. Use of The Michigan Neuropathy Screening Instrument
As A Measure of Distal Symmetrical Periferal Neuropathy in Type1
Diabetes: Results from The Diabetes Kontrol and Complications
Trial/Epidemiology of Diabetes Interventions and Complications. Diabet
Med, 29(7), 937-944.
Mashahit MA, Shaheen HA, Foot T. 2011. Simple screening tests for periferal
neuropathy as a prediction of diabetic foot ulceration. Foot Ankle Online J
[Internet]. 11(4):3–6. Available from: http://faoj.org/2011/11/01/simple-
screening-tests-for-periferalneuropathy-as-a-prediction-of-diabetic-foot-
ulceration//
Mansjoer, A., dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran (Edisi 4). Jakarta: Medica
Aesculpalus.
Monalisa, T. & Gultom, Y. 2009. Perawatan kaki Diabetes dalam Soegondo, S.,
Soewondo, p.,& Subekti, I, (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mumford O, Hill B. 2000. Screening of the diabetic foot how to use of a 10g
monofilamen.;1–2. Available from: http://www.northdevonhealth.nhs.uk//
66
Parisi, M.C.R., et al. 2016. Baseline Characteristics and Risk Factors for Periferal
Neuropathy, Amputation and Severe Neuropathy in Diabetic Foot at Risk:
The BRAZUPA Study. BioMed Central, 1-8.
Pender, N. J. 1996. Health Promotion Iin Nursing Practice. USA: a. Simon &
Schuster Company
Price, S.T., & Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(Edisi 6). Jakarta: EGC.
Purbasari, B., Anggraini, V.L., Pratiwi, M.D., Husna, M., Kurniawan, S.N. 2018.
Uji Diagnostik Skoring Torontolo, Tes monofilament, Sensasi Getar dengan
Garputala 128 Hz pada Polineuropati Diabetikum. Diagnostic Test of
Toronto. 4(1). 25-34
Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar tentang Penyakit Diabetes. Diakses pada
tanggal 20 November 2018. www.litbang.depkes.go.id
67
Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. 2003. Kedokteran klinis 6th ed. Jakarta: EGC
Sihombing, D., Nursiswati & Prawesti, A. 2012. Gambaran Perawatan Kaki dan
Sensasi Sensorik Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik DM
RSUD
Smeltzer, S. C., and Bare, B. G., 2008. Buku Ajar Kesehatan Medical Bedah,
Volume 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
Taylor, E. S. 2012. Chapter 7. Health Psychology. New York: PT. McGraw Hill.
Wang, F., et al. 2017. Diagnostic Accuracy of Monofilamen Tests for Detecting
Diabetic Periferal Neuropathy: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Journal of Diabetes Research, 1-12.
Yuhelma., Hasneli, Y., & Nauli, F.A. 2014. Identifikasi dan Analisis Komplikasi
Makrovaskular dan Mikrovaskular pada Pasien Diabetes Melitus. Skripsi
Ilmiah. Riau : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Yusriani, Alwi, M.K. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: Medical Book.
Zychowska, M., Rojewska, E., Przewlocka, B., Mika, J. (2013). Mechanisms and
Pharmacology of Diabetic Neuropathy - Experimental and Clinical Studies.
Pharmacol Rep, 65(6):1601–1610.
Lampiran 1
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini. Mahasiswa Program Studi Keperawatan
NIM : I1031151010
Penelitian ini juga akan memperlakukan reponden secara adil selama proses
penelitian. Calon reponden dapat bertanya lebih lanjut mengenai penelitian ini
responden juga memiliki hak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi serta
mengundurkan diri dalam penelitian ini. Jika bersedia menjadi responden, maka
meluangkan waktu dalam penelitian ini. Identitas serta hasil pengukuran responden
Terimakasih
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
penelitian ini dengan judul “Perawatan Kaki Terhadap Perubahan Uji Sensivitas
Kaki Neuropati Periferal pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah UPTD
Puskesmas Pontianak Selatan”. Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan
sebenar-benarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa unsur paksaan dari siapapun.
( ) ( )
Nama Saksi
( )
Lampiran 3
1. Handscone
2. Lembar observasi pengukuran monofilamen dan garputala
3. Alat tulis
Alat dan Bahan 4. Air hangat < 370 C
5. Ember
6. Handuk kecil
7. Lotion
8. Termometer air
Tahap Orientasi :
1. Berikan salam, peneliti memperkenalkan diri
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan intervensi
kepada responden
3. Kontrak waktu
4. Menanyakan persetujuan responden
5. Melakukan pengukuran sensivitas kaki kanan dan kiri
(pretest)
a. Tahap Kerja :
1. Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan kaki setiap hari
dengan mengamati adanya luka, lecet, bintik merah, dan
pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian dasar
kaki, dan periksa adanya perubahan suhu
Prosedur Kerja 2. Mencuci kaki dengan air hangat <370C jaga kaki agar tetap
bersih dengan mencuci setiap hari
3. Pastikan pasien kooperatif saat mencuci kaki. Cuci
menggunakan lap lembut atau spons. Keringkan dengan
mengelap atau menepuk dan pastikan untuk mengeringkan
dengan hati-hati.
4. Melembabkan kaki disela sela jari kaki. Gunakan pelembab
setiap hari untuk menjaga kulit kering dari gatal atau pecah-
pecah tapi jangan melembabkan jari-jari kaki ini bisa
mendorong infeksi jamur.
5. Memotong kuku dengan hati-hati dengan lurus melintang.
Juga, haluskan tepinya. Janagn memotong terlalu pendek,
karena ini bisa menyebabkan kuku jari kaki tumbuh ke dalam.
6. Anjurkan klien untuk jangan pernah memotong kapalan
biarkan dokter yang melakukan.
7. Anjurkan klien untuk memakai kaus kaki bersih dan kering,
gantilah setiap hari.
8. Anjurkan klien jangan menggunakan kaus kaki yang ketat dan
terlalu tebal
9. Anjurkan klien untuk menggunakan kaus kaki ketika tidur jika
merasa kedinginan jangan menggunakan pemanas atau bantal
air panas.
10. Anjurkan klien untuk memeriksa bagian dalam sepatu apakah
terdapat kerikil atau benda-benda yang dapat mencederai dan
selalu goyangkan sepatu ketika ingin memakainya.
11. Anjurkan klien untuk menjaga agar kaki tetap hangat dan
kering.
12. Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki saat berjalan baik
di rumah mupun di luar rumah.
13. Anjurkan klien untuk menjaga kadar glukosa tetap stabil dan
jangan merokok
14. Anjurkan klien untuk memeriksa kaki ke dokter secara berkala.
1) Tahap Terminasi
1. Motivasi responden untuk mempraktikkan kembali perawatan
kaki di rumah.
2. Lakukan dokumentasi.