Anda di halaman 1dari 46

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI DISMENORE SEBELUM DAN


SESUDAH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA REMAJA PUTRI
DI SMAN 1 BANGKALAN KELAS XII

Naila Ferdia Putri


1130019059

Dosen Pembimbing:
Umi Hanik, drg M, kES

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan judul “Perbedaan Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah
Pemberian Kompres Hangat Di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII”. Sebagai salah
satu tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibu . Umi
Hanik,drg M, Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
dukungan dan arahan kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Dan tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Siti Nurjanah, S.Kep,NS., M.Kep sebagai Ketua Program studi S1
Keperawatan
2. Khamida, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan
3. Prof Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., selaku rector Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
4. Para Dosen dan seluruh Staf Pegawai Kependidikan Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang telah memberikan
ilmu sebagai bekal untuk melakukan penelitian ini.
5. Teristimewa kepada keluarga saya tercinta dan teman-teman sekalian yang
sangat mendukung saya dan sangat saya sayangi, yang telah banyak
mendukung dan memberikan dorongan.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari Tuhan. Harapan penulis, karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi Keperawatan.

Surabaya, 15 April 2022


Penulis,

Naila Ferdia Putri


DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.3.1Tujuan Umum.................................................................... 4
1.3.2Tujuan Khusus.................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................ 4
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Remaja................................................................
2.1.1 Definisi............................................................................ 6
2.1.2 Masa Pubertas Remaja..................................................... 7
2.1.3 Perkembangan Remaja.................................................... 7
2.1.4 Ciri-ciri Masa Remaja...................................................... 8
2.1.5 Menstrausi ....................................................................... 13
2.2 Konsep Dismenore..................................................................... 13
2.2.1 Pengertian ....................................................................... 13
2.2.2 Klasifikasi ....................................................................... 14
2.2.3 Etiologi ........................................................................... 15
2.2.4 Faktor Resiko Dismenore ............................................... 17
2.2.5 Patofisiologi..................................................................... 17
2.2.6 Gejala Klinis ................................................................... 17
2.2.7 Intensitas ......................................................................... 18
2.2.8 Pengukuran Skala Nyeri ................................................. 18
2.2.9 Manajemen Nyeri ........................................................... 21
2.3 Konsep Kompres Hangat........................................................... 24
2.3.1 Definisi ........................................................................... 25

iii
2.3.2 Tujuan ............................................................................. 25
2.3.3 Indikasi ........................................................................... 25
2.3.4 Proses Kompres Hangat................................................... 25
2.3.5 Tekhnik Pemberian Kompres Hangat.............................. 26
2.3.6 Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Dismenore. 27
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual........................................................... 28
3.2 Hipotesis............................................................................... 30
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian........................................................................... 31
4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian.................................................... 32
4.2.1 Populasi Penelitian............................................................... 32
4.2.2 Sampel Penelitian................................................................. 33
4.2.3 Tekhnik sampling................................................................. 33
4.3 Definisi operasional....................................................................... 34
4.4 Klasifikasi Variabel....................................................................... 34
4.4.1 Variabel Independen.............................................................
4.4.2 Variabel Dependen...............................................................
4.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 34
4.5.1 Instrumen Penelitian............................................................. 34
4.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 35
4.5.3 Prosedur Pengumpulan Data................................................. 35
4.6 Pengolahan Data............................................................................ 35
4.6.1 Editing.................................................................................. 35
4.6.2 Coding ................................................................................. 35
4.6.3 Skoring.................................................................................. 36
4.6.4 Tabulating............................................................................. 36
4.7 Analisa Data................................................................................... 36
4.8 Etika Penelitian ............................................................................. 37
4.9 Kerangka Kerja.............................................................................. 40

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dismenore banyak dialami oleh wanita yang menstruasi, tetapi

banyak pula dari mereka yang sering mengabaikan dismenore tanpa

melakukan upaya penanganan yang tepat. Kondisi seperti ini bisa

membahayakan kesehatan wanita apabila dibiarkan tanpa penanganan.

Dismenore dapat menjadi salah satu gejala endometriosis atau penyakit

dismenore sekunder lainnya, oleh karena itu diperlukan upaya penanganan

yang tepat dan benar pada wanita yang mengalami dismenore terutama

usia remaja atau masih dalam masa pubertas. Masa pubertas adalah salah

satu tahap perkembangan yang ditandai dengan kematangan organ seksual

dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi, dimana salah satu ciri

dari tanda pubertas seorang wanita yaitu dengan terjadinya menstruasi

pertama atau menarche, (Janiwarty dan Pieter, 2013).

Dismenore atau nyeri haid dapat menyebabkan kegagalan wanita

untuk menjalankan fungsinya, biasanya saat menstruasi membuat mereka

tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti tidak masuk kerja

atau sekolah, sehingga apabila masalah ini tidak segera diatasi akan sangat

merugikan (Rahnama et al., 2012).

Menurut Juliana, (2019), angka kejadian dismenore di dunia sangat

besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami nyeri

menstruasi. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia

sekitar 72% sementara di Indonesia angkanya di perkirakan 55%

1
perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri menstruasi. Menurut

Hamdayani, (2018) angka kejadian

2
di Indonesia dismenore primer sebesar 54,89%. Angka kejadian nyeri dismenore \

di Sumatera Barat pada tahun 2013 mencapai 57,3%. Di jawa timur remaja putri

yang produktif yaitu berusia 10-24 tahun, sebesar (1,07%). Yang mengalami nyeri

dismenorea sebesar (1,31%).

Dismenore dapat terjadi dengan bermacam-macam sebab, bisa

karena suatu proses penyakit atau setres yang berlebihan, tetapi penyebab

tersering dismenore diduga karena terjadi ketidakseimbangan hormonal

(Fauziyah, 2013). Dismenore akan menyebabkan nyeri kram yang

disebabkan karena kontraksi berlebihan dari otot-otot rahim akibat

pelepasan berlebihan zat-zat, yang dikenal sebagai prostaglandin. Tingkat

nyeri yang dirasakan tergantung dari jumlah prostaglandin yang dilepaskan

(Persify, 2014). Tingkat nyeri menstruasi atau dismenore yang dialami

oleh remaja putri dapat mempengaruhi tumbuh kembang, salah satunya

adalah dalam hal pendidikan. Mereka mengatakan bahwa nyeri menstruasi

mempengaruhi aktivitas pembelajaran di sekolah, sehingga berdampak

pada minum jamu, dan mengoleskan minyak kayu putih. Remaja putri

sering mengatakan bahwa belum pernah melakukan tekhnik

nonfarmakologi seperti kompres hangat untuk mengurangi nyeri

menstruasi. Sebuah penelitian terlebih dahulu oleh Natalia, (2014)

menunjukkan bahwa kompres hangat mampu menurunkan dismenore pada

remaja putri. Nyeri dismenore bisa menurun dengan melalui rangsangan

eksternal (kompres hangat) kelebihan dari kompres hangat adalah murah,

dan mudah dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, tanpa efek

samping, dan dapat digunakan selanjutnya.

3
Dismenore yang dialami oleh remaja putri mempunyai dampak

yang negatif dan harus segera ditangani dengan optimal. Kompres hangat

merupakan terapi nonfarmakologis yang dapat diterapkan. Kompres

hangat akan memberikan rasa nyaman dengan cara menghantarkan panas

kedalam tubuh sehingga akan terjadi dilatasi pembuluh darah sekitar

sehingga dapat menurunkan spasme otot (Arivah, 2014). Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan terapi

nonfarmakologis dengan cara kompres hangat untuk mengetahui

perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat

pada remaja putri SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah

pemberian kompres hangat pada remaja putri SMAN 1 Bangkalan Kelas XII?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis perbedaan intensitas nyeri dismenore sebelum dan

sesudah pemberian kompres hangat pada remaja putri SMAN 1

Bangkalan Kelas XII.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi intensitas nyeri dismenore sebelum pemberian

kompres hangat pada remaja putri di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

2. Mengidentifikasi intensitas nyeri dismenore sesudah pemberian

kompres hangat pada remaja putri di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

4
3. Menganalisis perbedaan intensitas nyeri dismenore sebelum dan

sesudah pemberian kompres hangat pada remaja putri di SMAN 1

Bangkalan Kelas XII.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian yang dilakukan, diharapkan menambah

wawasan serta pemahaman tentang kompres hangat pada saat

menstruasi.

1.4.2 Bagi Responden

Dengan penelitian ini diharapkan menambah pemahaman serta

menjadi alternatif yang dapat dilakukan sendiri bagi remaja putri yang

mengalami dismenore.

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatran

Sebagai tambahan pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Kompres hangat dapat dilakukan sebagai tindakan mandiri perawat

untuk mengurangi dismenore pada remaja putri.

1.4.4 Bagi Instusi Pendidikan Kesehatan

Sebagai kontribusi atau sumbangan ilmiah kepada dunia pendidikan

ilmu keperawatan, dalam menangani tingkat dismenore pada remaja

putri dengan menggunakan kompres hangat yang dapat dilakukan

secara mandiri dalam praktek oleh mahasiswa keperawatan.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescare yang berarti

tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya

kematangan fisik saja, tapi juga kematangan sosial dan psikologis.

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan

remaja yang mengalaminya, dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini,

memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari

lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang sedemikian rupa sehingga kelak remaja

tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan

remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-

dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak

bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat

bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam

6
mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara

tuntas (Widyastutik, 2010)

2.1.2 Massa Pubertas Pada Remaja

Pubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung

pesat yang melibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh, terutama berlangsung

pada periode remaja awal. Banyak perubahan yang terjadi pada remaja pada masa

pubertas. Perubahan yang berlangsung pada masa pubertas ini merupakan

peristiwa yang membingungkan bagi remaja. Meskipun pada akhirnya dapat

mengatasinya, perubahan ini pada awalnya menimbulkan keraguan, ketakutan,

dan kecemasan secara terus menerus (Windyastutik, 2010)

Masa pubertas tidak sama pada tiap remaja, perubahan biologis/fisik pada

pubertas ditandai dengan munculnya karakteristik seksual primer dan sekunder.

Karakteristik seksual primer adalah pertumbuhan yang terkait dengan organ

reproduksi, pada remaja perempuan yaitu ovarium, uterus, dan payudara.

Sedangkan karakteristik sekunder adalah perubahan yang muncul pada tubuh yang

disebabkan oleh perubahan hormon (perubahan suara, pertumbuhan rambut pada

area tertentu, penumpukan lemak di area tertentu) tapi tidak berhubungan dengan

organ reproduksi (Reeder, 2012).

2.1.3 Perkembangan Remaja

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal

perkembangan remaja serta cirri-cirinya. Berdasarkan sifat atau cirri

perkembangannya, masa rentang waktu remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

7
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan

mulai berfikir yang khayal (abstrak).

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

a. Merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berfikir abstrak makin berkembang

3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.

2.1.4 Ciri-ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan periode sebelum dan sesudahnya.

a. Masa Remaja Sebagai Periode Penting

Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar

kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode lebih penting daripada

periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan

8
ada lagi yang penting karena akibat jangka panjangnya, pada periode remaja, baik

akibat langsung, atau akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode akibat fisik

dan psikologis keduanya sama-sama penting, perkembangan fisik yang cepat dan

penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada

masa awal remaja. Semua perkembangan menimbulkan perlunya penyesuaian

mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang terjadi

sebelumnya, melainkan lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke

tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, bila anak-anak

harus beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan

masa kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru

untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan

bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Banyak ciri

yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada masa

akhir masa kekanak-kanakan. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal

masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan

diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai yang telah bergeser. Dalam

setiap periode peralihan, situs individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan

peran yang akan dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak juga

bukan orang dewasa, kalau remaja berperilaku seperti anak-anak ia akan diajari

untuk “bertindak sesuai umurnya”.

9
c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan

Tingkat perubahan dalam setiap sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika

perubahan fisik terjadi dengan pesat, maka perubahan perilaku dan sikap juga

terjadi dengan pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perilaku dan sikap juga

menurun.

Ada lima perubahan yang sama hampir bersifat universal, pertama

meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik

dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat

selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa

awal periode akhir masa remaja.

Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru, bagi remaja muda, masalah

baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan

dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya, remaja akan tetap merasa

ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya

sendiri.

Keempat, dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga

akan berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang

setelah hampir dewasa tidak dianggap penting lagi. Misalnya sebagian besar

remaja tidak lagi menganggap banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas

yang lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-

teman sebayanya, sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih penting

daripada kuantitas.

10
Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering

takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka

untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa Remaja Sebagai Periode Bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri, namun masalah remaja

sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh remaja laki-laki ataupun

perumpuan, terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama sepanjang masa kanak-

kanak, masalah anak sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru,

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

Kedua, karena para remaja merasa diri sendiri mandiri, sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari orang tua dan guru.

Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri misalnya

menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa

penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka “ banyak kegagalan,

yang disertai akibat yang teragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi

karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua

tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang

disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal”.

e. Masa Remaja Sebagai Usia yang Menimbulkan Keatukan

Seperti ditunjukkan oleh Majeres, “banyak anggapan populer tentang

remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya

yang bersifat negatif”. Anggapan streotip budaya bahwa remaja adalah anak yang

tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku

11
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik

terhadap perilaku remaja yang normal.

f. Masa Remaja Sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah

jambu, ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan

bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak

realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-

temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa

remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja

akan sakit hati dan kecewa.

g. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan

bahwa mereka sudah hampir dewasa. Ternyata belum cukup, oleh karena itu

remaja memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa

yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat

perlakuan seks, mereka menganggap semua ini akan memberikan citra yang

mereka inginkan.

2.1.5 Menstruasi

Menurut Reeder dan Koniak (2012) menstruasi merupakan peristiwa

pengeluaran darah, mukus, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik.

Menstruasi umumnya terjadi dengan interval setiap bulan selama periode

reproduksi, kecuali selama kehamilan dan menyusui, peristiwa ini biasanya

12
tersupresi. Menstruasi merupakan bagian dari siklus menstruasi, suatu komponen

penting dalam siklus reproduksi wanita. Menstruasi dimulai antara usia 12-15

tahun dan dapat menimbulkan berbagai gejala pada remaja diantaranya nyeri perut

(kram), sakit kepala terkadang disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, dan

konsentrasi buruk. Pada bagian remaja menstruasi dapat terjadi sesuai dengan

waktunya dan sebagian remaja lainnya, menstruasi dapat terjadi lebih awal (maju)

dan atau lebih lambat (mundur) waktunya.

2.2 Konsep Dismenore

2.2.1 Definisi

Dismenore adalah nyeri perut di area pelvis yang dialami oleh seorang

wanita sebagai suatu akibat dari periode menstruasinya, hampir semua wanita

mengalami rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah saat menstruasi namun

istilah dismenore dipakai apabila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu

aktivitas dan memerlukan obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang

juga berkontraksi dan relaksasi, pada umumnya kontraksi uterus tidak dirasakan,

namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus

terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, Icemi K 2013)

Nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada wanita,

sehingga mereka harus pergi mencari pengobatan. Bentuk intervensi yang

diberikan untuk mengatasi masalah tersebut dapat berupa pengobatan non

farmakologis. Salah satunya menggunakan air rebusan jahe. Jahe secara

farmakologis dapat berfungsi sebagai analgetic. Analgetic yang terdapat pada jahe

yaitu minyak atsiri, seperti gingerols, shoagoals, dan zingerone, sehingga dapat

13
menurunkan nyeri haid. Nyeri haid atau dismenorea adalah nyeri perut yang

berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi dan kebanyakan wanita

mengalami tingkat kram yang bervariasi dari tingkat ringan, sedang hingga berat.

Banyak remaja putri yang belum mengetahui pengobatan secara non farmakologis

untuk mengatasi nyeri saat dismenore, yaitu salah satunya dengan melakukan

kompres air hangat (Anurogo, W. 2008)

2.2.2 Klasifikasi

Menurut (Sukarni, Icemi K 2013) dismenore dapat dibagi menjadi 2

menurut ginekologinya, yaitu:

1. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada

bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anuvolator atau

bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun

pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat nyeri ialah kejang

berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke

daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai mual,

muntah, sakit kepala, diarea iritabilitas dan sebagainya. Disebut dismenore primer

jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya. Dismenore primer sering

terjadi kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya

mengalami nyeri pada saat menstruasi yang hebat.

2. Dismenore Sekunder

14
Dismenore Sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh

kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang

berusia lebih dari 25 tahun, tipe nyeri dapat menyerupai nyeri menstruasi, namun

lama nyeri dirasakan melebihi periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan

pada saat menstruasi. Dismenore sekunder sebagai nyeri yang muncul saat

menstruasi namun disebabkan oleh adanya penyakit lain, seperti halnya

endometriosis, fibroid uterin dan inflamasi pelvis.

2.2.3 Etiologi

Terdapat penyebab dari dismenore menurut klasifikasinya yaitu:

1. Dismenore Primer

Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadinya

dismenore primer.

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak

dapat penerangan yang baik tentang proses haid mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini yang erat hubugannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap nyeri, faktor-faktor seperti anemia, penyakit

menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore

primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam

15
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis akan tetapi hal

ini hal ini sekarang tidak di anggap sebagai faktor penyebab dismenore.

d. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dismenore dengan urtikaria, migren, asam bronkial, namun bagaimanapun

belum dapat dibuktikan mekanismenya.

2. dismenore sekunder

a. Endometriosis

b. Fibroid.

c. Adenomiosis

d. Peradangan tuba falopi.

e. Perlengketan abnormal antara organ didalam perut

f. Pemakaian IUD.

2.2.4 Faktor Resiko Desminore

Menurut Proverawati & Misaroh (2010), faktor resiko nyeri menstruasi

yaitu menstruasi yang pertama pada usia kurang dari 12 tahun, remaja 1-2 tahun

setelah menstruasi pertama, wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup,

darah menstruasi banyak, merokok, adanya riwayat nyeri menstruasi pada

keluarga, dan kegemukan.

2.2.5 Patofisiologi

Menurut Bobak (2005) dalam Prami dan Kencana (2014), selama fase

luteal dan menstruasi prostaglandin F2 alfa disekresi. Pelepasan prostaglandin

16
yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan

menyebabkan vasospasme uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram

abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin

meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna

(anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala sistem saraf pusat meliputi sinkop,

nyeri kepala, dan konsentrasi buruk.

2.2.6 Gejala Klinis

Gejala dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang

menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai, biasanya nyeri mulai timbul

sesaat atau selama menstruasi mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan

setelah dua hari menghilang. Dismenore juga sering disertai mual, sakit kepala,

atau diare dan sering berkemih

2.2.7 Intensitas

Menurut Manuaba, dkk (2010) intensitas dismenore dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Ringan

a. Sejenak dapat pulih kembali

b. Tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri

c. Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

2. Sedang

Memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit, tidak perlu

meninggalkan pekerjaannya.

3. Berat

a. Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak dapat beraktivitas dengan baik

17
b. Memerlukan istirahat

c. Memerlukan obat dengan intensitas tinggi

d. Diperlukan tindakan operasi, karena mengganggu setiap menstruasi

2.2.8 Pengukuran Skala Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat

individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental.

Nyeri dapat diukur dengan beberapa metode sebagai berikut (Potter & Perry,

2012)

1. Skala intensitas nyeri Numerik

Gambar 2.1. Skala Nyeri Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi trapeutik. Apabila digunakan skala

untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

18
4-6 Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik.

7-9 Nyeri berat : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih merespon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi.

10 Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

2. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana.

Gambar 2.2. Skala Nyeri Deskriptif Sederhana

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini di rangking

dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat

menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak

19
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

3. Visual Analog Scale (VAS)

Gambar 2.3. Skala Analog Visual (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada klien untuk

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata

(Potter & Perry, 2012) mengkaji intensitas nyeri sangat penting walaupun bersifat

subjektif dan banyak dipengaruhi berbagai keadaan seperti tingkat kesadaran,

konsentrasi dan harapan keluarga, intensitas nyeri dapat dijabarkan di dalam

sebuah skala nyeri dengan deskriptif tidak nyeri, ringan (rasa nyeri seperti gatal

atau tersetrum atau nyut-nyutan atau melilit atau terpukul atau perih, sedang

(seperti kram atau kaku atau sulit bergerak atau terbakar atau di tusuk-tusuk),

berat (sangat nyeri tetapi masih dapat terkontrol) dan sangat nyeri tetapi tidak

dapat dikontrol oleh pasien berdasarkan VAS.

4. Face Pain Rating Scale

Gambar 2.4. Face Pain Rating Scale

20
Skala terdiri dari enam wajah dengan profil yang sedang tersenyum (tidak

merasa nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang

bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan (Potter &

Perry, 2012).

2.2.9 Manajemen Nyeri

1. Manajemen Nonfarmakologis

a. Stimulasi pada area kulit

Stimulasi pada area kulit atau cutaneous stimulation (counter stimulation)

merupakan istilah yang digunakan dalam manajemen nyeri secara

Nonfarmakologis sebagai salah satu teknik yang dipercaya dapat

mengaktifkan opioid endogen, sebuah sistem analgesik monoamino yang

dapat menurunkan intensitas nyeri.

b. Kompres hangat

Penggunaan kompres hangat merupakan cara untuk menghilangkan atau

menurunkan rasa nyeri yaitu secara non farmakologis yaitu memberikan

rasa hangat, memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau

membebaskan rasa nyeri, dengan menggunakan air hangat bersuhu (37-40

‫ﹾ‬C) (Hidayat, 2015).

c. TENS (transecutaneus electrikal nerves stimulaton)

Tens dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri

(non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang

mentranmisikan nyeri. Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh

21
baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri.

d. Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri,

contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto dengan kertas,

mendengar musik, dan bermain permainan.

e. Relaksasi

Relaksasi merupakan tekhnik pengendoran atau pelepasan ketegangan.

Tekhnik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan

frekuensi lambat, berirama, tekhnik relaksasi nafas dalam. Contoh:

bernafas dalam-dalam dan pelan.

f. Imajinasi

Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan hal yang lebih baik

khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.

2. Manajemen Farmakologis

a. Pemberian Analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istirahat

ditempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk

mengurangi penderita, obat analgesik yang sering diberikan adalah

preparat kombinasi aspirin, fansetin, dam kafien. Obat-obatan paten

22
yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen

dan sebagainya.

b. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara

untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer

atau untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting

waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan

memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

c. Terapi dengan obat nonsteroid anti prostaglandin

Endometasin, ibuprofen, dan naprosken, dalam kurang lebih 70%

penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.

Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai 1-3 hari sebelum haid

dan dapat dari pertama haid.

d. Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringan karena dapat

memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin di

dalamnya. Neorektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik

anatara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neorektomi

ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum

infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha

lainnya gagal.

2.3 Konsep Kompres Hangat


2.3.1 Definisi

23
Kompres hangat atau panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada

bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain memperlancar sirkulasi

daerah juga untuk menghilangkan rasa sakit (Zakiyah, 2015). Kompres hangat

atau panas adalah suatu bentuk terapi sederhana penghantar panas yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri. Pemberian

aplikasi hangat pada tubuh merupakan suatu upaya untuk mengurangi gejala nyeri

akut maupun kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan

dengan ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengurangi

berbagai jenis nyeri yang lain (Arovah, 2010).

2.3.2 Tujuan
Beberapa tujuan yang dilakukan kompres panas adalah (Arovah, 2010):
1. Memperlancar sirkulasi darah

2. Mengurangi rasa sakit

3. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien

4. Memperlancar pengeluaran eksudat

5. Merangsang peristaltik usus

2.3.3 Indikasi
Menurut Asmadi (2010), indikasi dilakukannya kompres hangat yaitu:
1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh rendah)

2. Klien dengan perut kembung

3. Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti persendian

4. Spasme otot

5. Adanya abses, hematoma

24
2.3.4 Proses Kompres Hangat

Menurut (Zakiyah, 2015), kompres hangat dapat dijadikan salah satu

strategi untuk menurunkan nyeri yang sangat efektif pada beberapa kondisi, terapi

panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam

reseptor yang sama seperti pada cedera. Area pemberian kompres hangat dapat

menimbulkan respons sitemik dan respon lokal, stimulasi ini mengirim impuls-

impuls dari perifer ke hipotalamus yang kemudian menjadi sensai temperatur

tubuh secara normal. Prinsip kerja dari kompres hangat adalah dengan cara

memindahkan panas dari buli-buli panas kain yang melapisi kompres kedalam

tubuh akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang berujung

pada menurunnya ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan pada saat haid

akan berkurang dan berangsur menghilang.

Menurut Anderson (2007) dalam Desi Wulan Eliawardani Putri (2016),

penggunaan terapi panas permukaan pada tubuh kita dapat memperbaiki

fleksibilitas tendon dan ligamen, mengurangi spasme otot, meredakan nyeri,

meningkatkan aliran darah, dan meningkatkan metabolisme. Mekanisme dalam

mengurangi nyeri tidak diketahui dengan pasti, walaupun para peneliti yakin

bahwa dapat menonaktifkan serabut saraf yang menyebabkan spasme otot dan

panas tersebut dapat menyebabkan pelepasan endofrin, opium yang sangat kuat,

seperti bahan kimia yang memblok transmisi nyeri. Secara umum peningkatan

aliran darah dapat terjadi pada bagian tubuh yang dihangatkan karena panas

cenderung mengendurkan dinding pembuluh darah, panas merupakan yang terbaik

untuk meningkatkan fleksibilitas.

25
2.3.5 Tekhnik Pemberian Kompres Hangat

Menurut Uliyah & Hidayat (2008) dalam Desi Wulan Eliawardani Putri

(2016). Persiapan dan cara pelaksanaan pemberian kompres hangat adalah:

1. Persiapan alat dan bahan

a. Kantung berisi air panas (suhu 37-40‫ﹾ‬C)

b. Termometer air

c. Kain pembungkus

2. Cara penatalaksanaan

a. Cuci tangan

b. Jelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan pada klien

c. Periksalah keadaan kantung air atau hot pack

d. Isi kantung air atau hot pack dengan air bersuhu 37-40‫ﹾ‬C

e. Udara yang terdapat di dalam dihilangkan dengan meletakkan kantung air

hangat secara datar, leher mulut kantung sedikit kita tinggikan, kemudian

turunkan akan terdorong oleh air keluar, lalu tutup dengan sekrup

penyumbatnya.

f. Pasang handuk untuk membungkus kantung air hangat atau hot pack.

2.3.6 Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Dismenore

Dengan pemberian kompres hangat, maka terjadi pelebaran pembuluh

darah. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam jaringan

tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam yang dan bahan makanan ke

sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan

diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik maka

akan terjadi peningkatan aktivitas selsehingga akan menyebabkan

26
penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan

memberikan signal kehipothalamus dirangsang. System efektor

mengeluarkan signal yang melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer,

perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi

oksigenasi mencegah, terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat

membuat otot tubuh lebih riles dan menurunkan rasa nyeri.

27
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

1. Terapi farmakologi
a. Pemberian Analgesik
Faktor kejiwaan
b. Terapi hormonal
c. Terapi dengan obat
nonsteroid anti Nyeri dismenore
prostaglandin Faktor konstitusi
d. Dilatasi kanalis 1. Nyeri ringan
servikalis 2. Nyeri sedang Ringan
3. Nyeri berat Faktor obstruksi
2. Terapi nonfarmakologis Sedang
4. Nyeri sangat
a. Stimulasi pada area berat
kulit Berat
Faktor alergi
b. Kompres hangat
c. Tens
d. Distraksi
e. Relaksasi
f. Imajinasi

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Arah Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka konseptual perbedaan intensitas nyeri dismenore sebelum


dan sesudah pemberian kompres hangat pada remaja putri di
SMAN 1 Bangkalan Kelas XII

28
Keterangan:

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore diantaranya

dismenore primer dan dismenore sekunder. Yang dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan nonfarmakologi, tetapi dalam kerangka konsep ini untuk

menurunkan nyeri dismenore dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi seperti

kompres hangat. Kompres hangat dapat menurunkan nyeri dismenore pada wanita

yang mengalami menstruasi.

Proses menstruasi yaitu kontraksi otot endometrium yang mengakibatkan

luruhnya endometrium disertai darah dan sekresi kelenjar akan menyebabkan

seorang mengalami dismenore. Dismenore pada wanita dipengaruhi oleh beberapa

faktor, penatalaksanaan dismenore bertujuan untuk mengurangi tingkat nyeri yang

dirasakan dengan cara kompres hangat.

Proses dalam kompres hangat dimana kompres hangat menghantarkan

sensasi panas pada daerah yang mengalami nyeri lalu terjadilah dilatasi pembuluh

darah pada daerah setempat. Kemudian terjadi peningkatan sirkulasi dan

permukaan zat hasil metabolisme sehingga terjadi iskemia pada jaringan menurun

dan akan menurunkan prostaglandin menyebabkan spasme otot menurun dan

nyeri yang dirasakan akan menurun.

Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penelitian

dengan teori, kerangka konsep menggambarkan hubungan variabel-variabel yang

diteliti (Nursalam, 2012).

Secara konsep dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan

tingkat dismenore pada remaja dengan pemberian kompres hangat. Variabel

29
independennya yaitu kompres hangat, dan variabel dependennya adalah perbedaan

tingkat dismenore.

3.2 Hipotesis Penelitian

Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat pada

remaja putri di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

30
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan One Group Pre-Post Test Design yaitu

penelitian yang mencoba untuk membuktikan pengaruh tindakan pada suatu

kelompok subjek. Kelompok subjek diobeservasi sebelum dilakukan intervnesi, di

observasi kembali setelah dilakukan intervensi untuk mengetahui akibat dari

perlakuan. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-experiment

dengan menggunakan tekhnik kosecutif sampling yaitu dengan mencari penderita

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai dipenuhi jumlah sampel yang

diperlukan (Nursalam, 2012).

Pada penelitian ini, sebelum dilakukan kompres air hangat (Pra-test), skala

nyeri responden di ukur, kemudian dilakukan kompres air hangat oleh peneliti 10-

15 menit. Setelah itu diukur kembali (post-test) skala nyeri responden tersebut.

Kemudian dilihat efek dari perlakuan yang telah dilakukan.

Subjek Pre Test Perlakuan Post Test

K 01 I 02

Keterangan :

K : Subjek

01 : Pre Test (sebelum kompres)

02 : Post Test (sesudah kompres)

I : pemberian kompres / intervensi

31
4.2 Poulasi, Sampel dan Tenik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yag diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini menggunakan populasi target,

yaitu siswa putri yang mengalami dismenore sebanyak 50 remaja putri di SMAN

1 Bangkalan Kelas XII.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dari Sebagian

jumlah karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah remaja putri yang masuk populasi

target dan memenuhi kriteria sampling. Besar sampel dalam penelitian sebagai

berikut:

N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Tingkat signifikan (d = 0,05)

sehingga besar sampel dalam penelitian ini :

N
n=
1+ N ( d 2)

50
n= 2
1+50(0,05 )

n=45 S iswi

Jadi sampel yang akan diteliti sebanyak 45 siswi.

32
4.2.3 Teknik Sampling

Tekhnik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili

keseluruhan populasi yang ada (Aziz, 2011). Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling. Pada consecutive

sampling semua subjek yang dating akan memenuhi kriteria pemilian dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Consecutive

sampling merupakan jenis non probability sampling yang baik. Dengan

menggunakan Teknik tersebut maka populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel

penelitian (Arikunto, 2010).

4.2.4 kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari sesuatu populasi

tareget yang terjangkau dan harus diteliti (Nursalam, 2013)

1. Remaja siswa putri yang mengalami dismenorea.

2. Remaja siswa berusia 16-20 tahun.

3. Remaja siswa putri yang bersedia menjadi responden.

4. Remaja siswa putri yang sudah menstruasi.

4.2.5 kriteria eksklusi

1. Remaja siswa putri yang tidak hadir saat penelitian.

33
4.3 Definisi Operasional

Tabel 4.1.Definisi Operasional Perbedaan Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum


Dan Sesudah Pemberian Kompres Hangat Pada Remaja Putri Yang
Mengalami Dismenore Di SMAN1 Bangkalan Kelas XII tahun 2022.

Intervensi Definisi Parameter Alat Skala Kriteria


Operasiona ukur ukur
l hasil

Pemberian Kompres 1.Air hangat (37- SOP - -


kompres hangat yaitu 40°C)
hangat penghantar 2. handuk kecil.
panas yang
3. thermometer air
diberikan
untuk Air hangat diberikan:
mengfurangi
Air hangat
rasa nyari.
dengan suhu
37-40 C
diberikan
kepada satu
responden
selama 10-15
menit. Untuk
mengetahui
intensitas nyeri
yang dirasakan.
tolak ukur Skala Nyeri NRS 0: tidak
Skala nyeri terhadap Numerik. nyeri
dismenore sensasi Potter & Perry,2012 1-3: nyeri
nyeri. ring-an
4-6: nyeri
sed-ang
7-9: nyeri
berat
10: nyeri
sang-at
berat

4.4 Identivikasi Variabel

Variable adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu

subjek ke subjek lainnya (Aziz, 2011).

Sebelum dilakukan intervensi responden di observasi dengan memberikan

lembar observasi, setelah responden mengisi lembar observasi, peniliti

34
menyiapkan alat dan bahan seperti handuk kecil, air, baskom, thermometer air.

Kepada responden diminta untuk berbaring, kemudian letakkan handuk kecil

kedalam baskom yang sudah terisi air hangat dengan suhu 37-40 lalu diletakkan

handuk hangat dibagian perut bawah selama 10-15 menit. Setalah dikompres

responden diminta untuk mengisi lembar observasi, untuk mengetahui adanya

perbedaan sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan lembar observasi dan

alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah, instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SOP (Standart

Operasional Prosedur) untuk kompres hangat dan lembar observasi.

1. Standart Operasional Prosedur.

Peneliti memberikan perlakuan kompres hangat kepada remaja putri

yang mengalami dismenore, perlakuan ini dilakukan selama 10-15

menit dan dilakukan secara sistematis dengan memberikan instruksi

kepada remaja putri sesuai panduan lemabar SOP. Adapaun perlakuan

sesuai prosedur kompres hangat ialah:

a. Sebelum melakukan kompres hangat, ukur dulu suhu airnya dan

kemudian handuk kecil dimasukkan kedalam baskom yang telah

berisi air hangat.

b. Remaja putri yang mengalami dismenore diberi perlakuan posisi

tidur terlentang, pakaian bagian bawah perut dibuka untuk lokasi

pemberian kompres hangat.

35
c. Handuk kecil yang diambil dari dalam baskom diletakkan pada

perut bagian bawah.

d. Melakukan kompres hangat selama 10-15 menit.

2. Skala penilaian nyeri

Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengukur skala

nyeri yang berisi skala nyeri 0-10: tidak nyeri skor 0 (tidak nyeri),

nyeri ringan skor 1-3(responden dapat berkomunikasi dengan

baik), nyeri sedang 4-6 (responden meringis kesakitan,

menyeringai dapat menunjukkan lokasi yang nyeri), nyeri berat 7-9

(responden terkadang tidak dapat melakukan perintah atau aktivitas

dengan baik), Nyeri sangat berat diberi skor 10 ( responden sudah

tidak mampu berkomunikasi). Peneliti memulai wawancara dengan

memberikan lembar observasi kepada remaja putri yang

mengalami dismenore mengenai skala pertama yaitu pre-test

sebelum diberikan kompres hangat untuk mengetahui skala

sebelum perbedaan skala nyeri selama proses penelitian.

4.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII dimulai april-

mei 2022.

4.5.3 Prosedur Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapat izin dari kepala sekola

SMAN 1 Bangkalan untuk melakukan penelitian.

b. Meminta persetujuan dari responden penelitian dengan memberikan surat

persetujuan responden (informed consent)

36
c. Data dikumpulkan dengan cara melakukan eksperimen sebelum dan sesudah

dilakukan kompres air hangat

4.6 Pengolahan Data

4.6.1 Editing

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan dari data yang telah

dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan dari data yang

dibutuhkan.

4.6.2 Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka setiap jawaban dari

hasil observasi yang telah dilakukan diberi kode dengan karakter masing-masing.

Adapun variabel yang diberi kode sebagai berikut :

Variabel skala nyeri :

a. Tidak nyeri diberi kode 1

b. Nyeri ringan diberi kode 2

c. Nyeri sedang diberi kode 3

d. Nyeri berat diberi kode 4

e. Nyeri sangat berat diberi kode 5

4.6.3 Skoring

Pada tahap ini peneliti memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi skor,

pemberian skor atau nilai dengan sebagai berikut:

0= Tidak Nyeri

1-3= Nyeri Ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

37
4-6= Nyeri Sedang: klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, dapat mendeskripsikannya, mengijuti perintah

dengan baik

7-9= Nyeri Berat: klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih

bias merespon terhadap ntindakan, dapat menunujukkan

lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat

diatasi dengan alih posisi, nafas Panjang dan distraksi.

10= Nyeri Sangat Berat : klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

4.6.4 Tabulating

Proses penyusunan data kedalam bentuk table. Pada tahap ini dapat

dianggap selesai di proses, sehingga harus disusun ke dalam format yang

dirancang.

4.7. Analisa Data

Berdasarkan jawaban berdasarkan pertanyaan selanjutnya di buat tabel

distribusi frekuensi untuk mengetahui perbandingan skala nyeri pada remaja yang

mengalami dismenore sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat di SMAN

1 Bangkalan Kelas XII. Teknik analisa digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) =

0,05.

4.8 Etika penelitian

4.8.1 Lembar persetujuan

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti

38
maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk

diteliti maka penelitian tidak memaksa dan menghormati haknya.

4.8.2 Tanpa Nama

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak boleh

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang

diisi oleh responden, lembar tersebut harus diberi kode tertentu.

4.8.3 Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya kelompok dan

tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan hasil penelitian (Hidayat, 2012).

4.8.4 Keterbatasan

Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, meskipun peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin.

39
4.9 kerangka kerja

Menentukan judul penelitian


Perbedaan Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Pemberian
Kompres Hangat Pada Remaja Putri di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

Mengambil data awal


Wawancara langsung kepada responden

Menentukan populasi penelitian


Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja putri di SMAN 1 Bangkalan Kelas
XII yang mengalami dismenore

Menentukan taknik sampling


Konsekutif sampling

Meenentukan besar sampel

Melakukan penilaian tingkat nyeri sebelum


dilakukan kompres hangat

Melakukan pemberian kompres hangat kepada remaja putri yang mengalami


dismenore di SMAN 1 Bangkalan Kelas XII.

Melakukan penilaian tingkat nyeri sesudah


dilakukan kompres hangat

Analisa Data: Wilcoxon signed rank test

Penyajian data dan hasil

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Perbedaan Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan
Sesudah Pemberian Kompres Hangat pada Remaja Putri di SMAN 1
Bangkalan Kelas XII.

40
DAFTAR PUSTAKA

Arivah. 2014. Efetifitas Pereda Terhadap Intensitas Nyeri Pada Remaja Dengan
Dismenore Di SMAN Kecamatan Curup, Pekanbaru: FIK.
Anugro, 2008. Segala sesuatu tentang nyeri haid. Diakses 15 Oktober 2015.
Arovah, N. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi Pada Cidera Olahraga yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Aziz, A. (2011). Metode Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Anugraheni, V & Wahyuningsih, A. 2013. Efektifitas kompres hangat dalam
menurunkan nyeri dismenore. Kediri: Jurnal STIKES Baptis.
Andarmayo, 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta.
Bonde, 2014. Pengaruh Kompres Panas terhadap Penurunan Derajat Nyeri Haid
pada Siswi SMA dan SMK Yadika Kopandakan II. Jurnal Fisika Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Fauziyah, 2013. Efektifitas Tekhnik Effleurage Dan Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Tingkat Dismenore Pada Siswi Sma N 1 Gresik. Gresik:
FKUG.
Fatmawati, M dkk. 2016. Perilaku Remaja Puteri Dalam Mengatasi Dismenore
(Studi Kasus Pada Siswi SMK Negeri 11 Semarang). Volume 4

Hidayat. A. A. (2011) Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.
Heriyanto, B. 2012. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
Janiwarty, B. dan Pieter, H.Z. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu
Teori dan Terapanya, Yogyakarta: Rapha Publishing.
Juliana, I. (2019). Hubungan dismenore dengan gangguan siklus haid pada
remaja di SMA N 1 Manado.m Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (vol. 7, hal2).
Karomika A, 2019. The Comparison in The Effectiveness of Warm and Ginger
Compresses to The Menstruation Pain Toward The Students of Smk 2 Al-
Hikmah 1 Sirampog. Universitas Negeri Semarang, Indonesi.
Kozier B Gleniora Erb. 2009, buku ajar keperawatanklinis. Jakarta: salemba
medika.

41
Manuaba. (2010) Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Nida R. 2016. Pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri
dismenore pada siswi kelas XI SMK Muhammadiyah Watukelir
Sukoharjo (the influence of warm compress decrease in dismenorhea
elevent grade students of smk Muhammadiyah watukelir sukoharjo.
Volume 1, Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo.
Natalia, Christine. 2014. Pengaruh kompres hangat terhadap dismenore remaja
putri SMA PGRI Kota Bengkulu. Bengkulu.
Nursalam. (2012). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2008) Metodelogi penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmojdo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter & Perry (2012), Fundamental Of Nursing Nursing Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta : EGC
Proverawati & Misaroh, 2010. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna,
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri Desi W E, 2016. Pengaruh Kompres Hangat & Terapi Imajinasi Terhadap
Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri di SMA Kristen Purwodadi
Grobongan, Uiversitas Airlangga.
Rahmadhayanti E, Afriyani, R., dan Wulandari, A. 2017. Pengaruh Kompres
Hangat terhadap Penurunan Derajat Nyeri Haid pada Remaja Putri di
SMA Karya Ibu Palembang. Volume VIII.
Sukarni. K. & Wahyu. P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta.
Uliyah, M & Hidayat, A. 2010, praktikum klinik: keterampilan dasar praktek
klinik untuk kebidanan. Jakarta: salemba medika.
Widyastutik, 2010. Buku Kesehatan Reproduksi. Fitramaya Jakarta
Yulita, 2015, efektifitas kompres hangat. Jakarta: Yayasan Bina Puspita.

42

Anda mungkin juga menyukai