6. Apakah stunting
pernah menjadi
momok yang
menaakutkan di RW
3?
√ √
7. Berapa lama stunting
sudah berlangsung?
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
3 Presepsi Penduduk 1. Presepsi orang tua, 1. Bagaimana persepsi Balita, √ √
keluarga, komunitas orang tua balita Keluarga,
tentang masalah terhadap komunitas Komunita
stunting dan gizi sebagai kekuatan s
pada balita dalam mengatasi
stunting dan gizi
buruk?
2. Apakah ada
kesadaran warga
terhadap
permasalahan balita
√ √
beserta solusinya?
3. Apakah pandangan
masyarakat terkait
komunitas balita di
desanya sudah sehat?
√ √
b. Hasil Pengkajian Community As Partner :
1. Data yang digali
INTI
a. Sejarah
Menurut keterangan dari kader sudah 3 tahun terakhir desa glagahwero
mengalami kurang gizi. Terakhir kali telah ditemukan sebanyak tiga balita
diantarnya saat ini mengalami stunting. Dari hasil wawancara pada beberapa
orang tua bayi dan yankes terkait ditemukan balita paling sering mengalami
kejadian batuk pilek. Hal ini diduga disebabkan balita mengalami BGM. Untuk
kejadian stunting sendiri sudah pernah ada di RW 3 namun hal itu juga dibarengi
dengan penyakit AIDS bawaan yang diturunkan oleh oang tua. Pada balita dengan
stunting diberikan perlakuan khusus dengan rutin memberikan susu selama 2
minggu sekali disertai makanan tambahan oleh yankes terkait.
Jumlah Balita
32
31
30
29
28 jumlah balita
27
26
25
24
23
Perempuan laki-laki
c. Etnisitas
Kader mengatakan tidak terdapat budaya khusus mengenai masalah gizi atau hal
hal yang berkaitan dengan makanan di RW 3. Terkait konsumsi, balita tidak
dibatasi dalam makan maupun minum. Terdapat emo-demo mengenai
pembatasan konsumsi makaKan ringan namun hal tersebut tidak dapat diterapkan
dengan baik. Orang tua terkesanna membiarkan konsumsi dan memberikan
kmaknan seadanya pada balita. Menu yang diberikan relatif sama dengan menu
yang disediakan untuk anggota keluarga lainnya. Dari yankes maupun peraturan
setempat tidak memiliki peratutran khusus. Balita terliat mengkonsumsi makanan
ringan taanpa adanya batasan dari orang tua. Balita yang terlihat juga
mengkonsumsi mkanan dengan 5P (pengawet, penyedap, pewarna,pemanis dan
pengental ) dan tanpa adanya pengawasan dari orang tua
2. Tingkat perilaku balita yang berkaitan dengan konsumsi gizi yang sesuai
SUB SISTEM
a. lingkungan fisik
Berdasarkan survey sungai terlihat masih banyaknya sampah yang dibuang
sembarang. Tidak adanya tempat pembuangan sampah setempat yang terjangkau
oleh komunitas. Kebanyakan sanitasi dan ventilasi rumah dengan balita masih
belum ideal. Masih banyak terlihat halaman rumah yang tandus dan tidak
dimanfaatkan untuk menanam sayuran. Masyarakat mengatakan karena tidak
memiliki tempat sampah terjangkau, mereka terbiasa membuang di sungai. orang
tua mengatakan tidak memiliki waktu untuk menanam sayuran.
f. Komunikasi
Untuk sarana komunikasi terkait penyuluhan tentag stunting terdapat Emo demo
dan Posyandu balita. Terdapat komunikasi , melalui kader dan ibu bidan setempat.
Warga RW 3 beberapa telah mengakses informasi kesehatan melalui telepon
genggam. Perolehan informasi terkait balita melalui berbagai sumber yaitu
posyandu, internet, dan penyuluhan.
1. Sarana komunikasi yang dapat diakses dalam memperoleh informasi tentang
stunting pada balita di RW 3
g. Pendidikan
Sebagian besar orang tua balita merupakan SD-SMP. Sebagian dari mereka belum
mengetahui terkait balita dengan stunting dan gizi seimbang serta pengolahan
bahan makanan yang sehat. Orang tua mengungkapkan ada penyuluhan atau
informasi yang lengkap tentang balita stunting. Namun mereka terkesan lupa dan
belum memahami betul tentang apa itu stunting.
h. Rekreasi
Di Desa glagahwero terdapat sarana rekreasi yang terletak di RA atau TK/Paud
terdekat. Terdapat Paud Kemuning Lor merupakan jarak paling dekat dengan
tempat rekreasi. Beberapa nak sumber duren mengggunakan sungai yang terletak
di jembatan sebagai sarana untuk rekreasi keluarga seperti memancing . Balita
mmegungkapkan mereka paling sering rekreasi dengan bermain di TK/ Paud saat
mereka bersekolah.
1. Balita pernah mengakes rekreasi
PRESEPSI
Berdasarkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat mengatakan balita di
RW 3 mengalami permasalahn khususnya pada gizi. Mereka juga mengungkapkan
membutuhkan bantuan terkait pemulihan dan pencegahan kondsi balita dengan
stunting. Kader sendiri menyatakan sebagian besar balita mengalami gizi rendah
BGM dikarenkan kurangnya intervensi primer sehingga mempengaruhi kondisi
balita lainnya. Kejadian gizi balita di glagahwero lebih menjurus pada gizi
kurang, bukan stunting karena dari data yang diperoleh dari puskesmas, kejadian
stunting di RW 3 dialami oleh 1 balita sedangkan lainnya mengalami gizi kurang
atau beresiko stunting.
1. Tingkat kepercayaan pada persepsi orang tua balita terhadap komunitas sebagai
kekuatan dalam mengatasi stunting dan gizi buruk
2. Terdapat kesadaran warga terhadap permasalahan balita beserta solusinya