Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR, ASI EKSKLUSIF, POLA

ASUH PEMBERIAN MAKAN DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI PUSKESMAS TANJUNG LENGKAYAP
KABUPATEN OKU TAHUN 2023

AMALIA LESTARI
NIM. 21251056P

Penguji I: Arie Anggraini,M.Tr.Keb


Penguji II :Chairunna, M.Kes
Penguji III : Rizki Amalia, SST., M.Kes
Program Studi S1 Kebidanan

Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

Universitas Kader Bangsa Palembang


1.1 LATAR BELAKANG
Kejadian stunting di dunia mencapai 22% (149,2 juta) pada tahun
2020 (WHO, 2021).
TAHUN 2021 24.8%

TAHUN 2022 1 8.6 %


te r a Se l at an , 2022 Pada tahun 2022 mengalami penurunan
i nkes Pr ov. S uma
D

Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Lengkayap yang terdiri dari

a d a T hn
Berdasarkan data S
SG B I, p
.
4.7 20 desa didapatkan jumlah stunting pada tahun 2021 sebanyak 190

u n ti n g O K U 1 9, 9 %
r e va len si S t
20 22 P % Balita stunting dengan prevalensi 10,64%, sedangkan pada tahun 2022

mengalami penurunan dimana jumlah stunting sebanyak 76 balita

dengan prevalensi 4,70%, dari 20 desa balita di puskesmas tanjung

lengkayap ada 1 desa dengan balita stunting terbanyak yaitu desa

sundan dengan jumlah 15 balita stunting (Puskesmas Tanjung

Lengkayap, 2021).
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun faktor-faktor yg dapat menyebabkan stunting, yakni:

Jumlah Balita dalam


Zat Gizi Keluarga Pekerjaan Orang Tua

Berat Badan
ASI Pola Asuh Orang Tua
Lahir rendah
Eksklusif
Makanan Pendamping ASI Status Sosial Jenis Kelamin
(MP-ASI) Ekonomi Balita

Penyakit Infeksi Status Pendidikan


Keluarga
Usia Balita

(Soetijiningsih, 2015)
faktor pengetahuan orang tua dan pendapatan keluarga keluarga juga merupakan faktor tidak langsung yg mempengaruhi
1.3 Pembatasan Masalah

•Berdasarkan Identifikasi masalah, banyak faktor-faktor yg


menyebabkan kejadian status gizi pada anak balita namun
karena keterbatasan waktu, biaya, maka peneliti hanya
mengambil 3 variabel yaitu, : berat BBL, ASI eksklusif, pola
asuh pemberian makan sebagai variabel independent dan
kejadian stunting pd balita sebagai variabel dependent di
Puskesmas Tanjung Lengkayap Kabupaten OKU Tahun 2023.
1.4 Rumusan Masalah

•Secara Simultan :Apakah ada hubungan berat BBL, ASI eksklusif, pola asuh secara simultan dgn
kejadian Stunting pd Balita di Puskesmas Tanjung Lengkayap Tahun 2023?.
•Secara Parsial:
Apakah ada hubungan berat BBL, ASI eksklusif, pola asuh secara parsial dgn kejadian stunting pd
balita di Puskesmas Tanjung Lengkayap Tahun 2023?

•Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan berat BBL, ASI eksklusif dan pola asuh pemberian
1.5 Tujuan makan secara simultan dgn kejadian stunting pd balita di Puskesmas Tanjung Lengkayap Kabupaten
OKU Tahun 2023.
penelitian
•Tujuan Khusus : 1.2.3. Untuk mengetahui hubungan berat BBL, ASI eksklusif, pola asuh secara
parsial dgn kejadian stunting pd balita di puskesmas tanjung lengkayap kabupaten oku tahun 2023.

l : 7 - 8
Ha
1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Tanjung Lenkayap ,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi orang tua untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai stunting sehingga dapat mencegah terjadinya stunting di kehamilan selanjutnya.

2. Bagi Universitas Kader Bangsa,

Sebagai bahan masukan ilmu atau tambahan kajian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
tentang kejadian stunting pada bayi dan dpt menambah bahan pustaka yg berguna bagi mahasiswa di UKB

3. Bagi Peneliti,

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
menganalisis suatu masalah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan acuan atau literatur bagi peneliti dan untuk meneliti lebih lengkap lagi tentang penelitian
yg sudah saya buat terutama penelitian mengenai kejadian stunting pada balita.
1 Konsep dasar
balita

• Pengertian

BAB 2 • Tumbuh Kembang Anak


• Ciri-ciri Tumbuh Kembang anak dan
Balita
• Faktor-faktor yang Mempengaruhi

TINJAUAN Tumbuh Kembang Balita


• Tahap Perkembangan Anak

TEORI
2 stunting
• Pengertian
• Etiologi
• Klasifikasi stunting
• Patofisiologi Stunting
• Tanda gejala stunting
• Dampak Stunting
• Pencegahan dan Penanganan
• Kebijakan Dan Program Terkait Intervensi Stunting
Balita : anak yg berumur 0-59
bulan, pd masa ini ditandai dgn Tahap Perkembangan Anak
proses pertumbuhan dan perkembangan
yg sangat pesat dan disertai dgn
Umur 6-9 Bulan
perubahan yg memerlukan zat-zat
• Duduk (sikap tripoid-sendiri)
gizi yg jumlahnya lebih banyak dgn
• Belajar berdiri, kedua kakinya
kualitas yg tinggi.
menyangga sebagian berat badan
Faktor-faktor yang • Merangakak meraih mainan atau
Mempengaruhi Tumbuh Kembang mendekati seseorang
Balita :

Umur 36-48 Bulan


• Faktor genetik • Berdiri 1 kaki 2 detik
• Faktor Lingkungan • Melompat kedua kaki diangkat
• Menggayuh sepeda roda tiga
• Menggambar garis lurus
• Menumpuk 8 kubus
• Mengenal 2-4 warna
• Menyebut nama umur dan tempat
Stunting
Pengertian Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.

Etiologi Stunting Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang


melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ
lainnya. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan
menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian
tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan
pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi
penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk
tubuh yang pendek

Kategori Stunting
Hasil pengukuran dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu stunting
stunting
sangat pendek (severely stunted) Z-score <-3 SD,
pendek (stunted) -3 SD sampai dengan <-2 SD,
normal -2 SD sampai dengan +3 SD dan
tinggi >+3 SD.
Tanda gejala stunting
a. Pubertas terlambat.
b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
c. Pertumbuhan gigi terlambat.
d. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye contact.
3 penilaian
gizi balita

• Penilaian Langsung Penilaian


Tidak Langsung Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
stunting

• Berat Bayi Lahir


• ASI Eksklusif
• Pola asuh pemberian makan
faktor Yang BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING

Berat lahir pada umumnya sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang. Sehingga, dampak lanjutan dari BBLR dpt

berupa gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang bayi yg lahir dgn BBLR akan

Berat Lahir sulit dalam mengejar ketertinggalan pertumbuhan awal. Pertumbuhan yg

tertinggal dari yg normal akan menyebabkan anak tersebut menjadi stunting

Rendah (Kemenkes, 2016)

Hal ini sejalan dgn penelitian yg dilakukan oleh Ade Ira Zahriany1, dimana

didapatkan nilai p-value 0,049 dan OR sebesar 3. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara BBLR dgn kejadian stunting pd anak usia 12-60 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Langkat pd thn 2015


POLA ASUH Peran pengasuh serta interaksi yg terjadi
PEMBERIAN penting karena perkembangan anak secara
antara pengasuh dan anak menjadi sangat

MAKAN umum termasuk dominasi dan perkembangan


kognitif banyak ditentukan pola pengasuhan
dan peran pengasuh (irandoko, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Widanti dkk
(2020), menunjukkkan Terdapat hubungan pola
pemberian makan dengan kejadian stunting
dengan nilai signifikan p=0,001 dan OR = 18,55.
ASI
EKSKLUSIF Pemberian ASI eksklusif dapat memberikan efek
perlindungan terhadap stunting pada anak usia dini.

Penelitian Ohmatun (2015),


mendapatkan hasil uji statistik nilai p <0,05 dengan
nilai signifikansi 0,000 yg berarti signifikan atau
bermakna. Hal ini berarti ada hubungan yg bermakna
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pd balita di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2015.
Penelitian Ohmatun (2015),
mendapatkan hasil uji statistik nilai p <0,05 dengan nilai
signifikansi 0,000 yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini
berarti ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2015. Pemberian ASI bersamaan dengan
PENELITIAN susu formula dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi sehingga
pertumbuhannya tidak terganggu. Akan tetapi, susu formula tidak
mengandung zat antibodi sebaik kandungan zat antibodi pada
ASI sehingga bayi lebih rentan terkena penyakit (Rahayu, 2013).
kerangka
teori
BAB III
kerangka
KONSEP, Hipotesis
HIPOTESIS
Hipotesis Mayor
Hipotesis Minor
BAB IV METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Waktu dan Tempat
Survey analitik yg bersifat kuantitatif dimana variabel independent berat
badan bayilahir, ASI eksklusif, dan pola asuh pemberian makan dan
variabel dependen kejadian stunting pa balita dikumpul kandala mwaktu
yg bersamaan (Notoadmodjo, 2010) dgn pendekatan cross sectional, yg Bulan Mei-Juni 2023 di
bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan bayi lahir, ASI Puskesmas
eksklusif dan pola asuh pemberian makan dgn kejadian stunting pd Tanjung
balita. Lengkayap
Tahun 2023.
Populasi
dan
Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh balita tahun 2023 yg tercatat
pada buku register balita di Puskesmas Tanjung Lengkayap Tahun 2023
yg berjumlah 1630 balita.
sampel yg digunakan sebanyak 94 responden balita yg tercatat di
puskesmas tanjung lengkayap.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan accidental
sampling.
METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2013) : Editing


Penelitian ini menggunakan data (pemeriksaaan), Coding (Pengkodean data),
primer, Data primer yaitu sumber Entry Data (Pemasukan data), Cleaning
data yang langsung memberikan (Pembersihan data
data kepada pengumpul data. .

Analisis Data

• Analisa Univariat
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
• Analisa Bivariat
mengetahui hubungan antar dua variabel (Notoatmodjo,
2013).
definisi
operasional
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai