Anda di halaman 1dari 18

PENTINGNYA PENEGAKAN

TATALAKSANA GIZI BURUK


DI KABUPATEN KUPANG

drg. Imelda Sudarmadji


Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
• Balita Gizi Buruk disebabkan karena kekurangan makan atau
terkena penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang singkat.
• Keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut:
edema, minimal pada kedua punggung kaki; BB/PB atau BB/TB
kurang dari - 3 standar deviasi; lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm
pada balita usia 6-59 bulan.
KOMITMEN INTERNASIONAL DAN
NASIONAL
Sustainable Development Goal butir kedua:
Pentingnya Mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan gizi, serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan

Indikator RPJMN DAN RENSTRA 2020-2024 :


1. Persentase bumil KEK (target 10% tahun 2024)
2. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
Surveilans Gizi (Target 100% tahun 2024) SASARAN RPJMN 2020-2024:
3. Persentase Puskesmas mampu Tata Laksana Gizi • STUNTING 14%
Buruk pada Balita (Target 60% tahun 2024)
4. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan • WASTING 7%
mendapat
ASI Eksklusif (target 60% tahun 2024)
INDIKATOR IKU (INDIKATOR KINERJA
UTAMA) DAN IKK (INDIKATOR KINERJA
KUNCI) TERKAIT GIZI RPJMN 2020-2024
INDIKATOR RPJMN RENSTRA TARGET 2020-2024
IKU IKK 2020 2021 2022 2023 2024

Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) √ 24.1 21.1 18.4 16.0 14.0
pada Balita
Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) √ 8.1 7.8 7.5 7.3 7.0
pada balita
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) √ √ 16 14.5 13 11.5 10

Persentase Kabupaten/kota yang Melaksanakan √ √ 51 70 80 100 100


Surveilans Gizi
Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi √ 10 20 30 45 60
Buruk pada Balita

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan √ √ 40 45 50 55 60


mendapat ASI Eksklusif
UPAYA PENANGANAN GIZI BURUK

• Perbaikan kualitas pelayanan dan peningkatan kerjasama


lintas sektor/program, serta keterlibatan masyarakat
diperlukan untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi
pada balita.
• Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi menekankan
pentingnya peran serta aktif keluarga/masyarakat dan lintas
sektor terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada
balita.
PENGELOLAAN GIZI BURUK TERINTEGRASI
• Pendekatan pengelolaan gizi buruk terintegrasi dapat
meningkatkan:
1.Jumlah balita gizi buruk yang terdeteksi secara dini;
2.Cakupan penanganan kasus;
3.Tingkat kepatuhan, sehingga mengurangi drop out
balita yang menjalani rawat jalan/inap;
4.Proporsi kasus yang berhasil disembuhkan.

dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT


PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN GIZI BURUK
TERINTEGRASI

• Upaya pencegahan sangat penting.


• Tatalaksana balita gizi buruk dengan pemberian terapi gizi (F75/F100/RUTF)
• Advokasi dan peningkatan kolaborasi dengan program dan sektor terkait, mitra, pihak
swasta dan masyarakat
• Ketersediaan pedoman/protokol penanggulangan gizi buruk
• peningkatan deteksi dini kasus, meningkatkan cakupan penanganan kasus dengan
pelayanan yang berkualitas.
• Penanggulangan gizi buruk secara sistematis dan menyeluruh
• Pemantapan sistem informasi gizi buruk/kurang/masalah gizi lainnya
• Pemantapan fungsi posyandu dan penggerakan masyarakat secara intensif
• Upaya pengadaan Pangan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) dalam tatalaksana
gizi buruk, antara lain F75,/F100/RUTF
EMPAT KOMPONEN UPAYA PENGELOLAAN GIZI
BURUK TERINTEGRASI
KOMPONEN UPAYA PENGELOLAAN GIZI BURUK
TERINTEGRASI (1)
• Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mempunyai empat
komponen,yaitu :
1. Penggerakan peran serta aktif masyarakat

Peningkatan
Masyarakat didukung agar pengetahuan tokoh masyarakat,
berperan aktif dalam upaya kader dan keluarga terkait
pencegahan, penanganan, masalah gizi dan bahayanya bagi
pemantauan dan rehabilitasi balita, peran dalam deteksi dini
kasus gizi kurang/buruk masalah gizi pada balita dll

dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT


KOMPONEN UPAYA PENGELOLAAN GIZI BURUK
TERINTEGRASI (2)
2. Layanan rawat jalan balita (6-59 bulan) dengan gizi buruk
tanpa komplikasi
Jenis Kegiatan Layanan :
a. Penilaian status gizi dan pemantauan peningkatan
Layanan Rawat Jalan dilakukan
berat badan.;
di puskesmas/pustu terpilih, klinik
b. Pemeriksaan kesehatan dan terapi;
praktik dokter yang memiliki tenaga
c. Pemberian terapi gizi berupa pangan untuk
kesehatan yang mampu memberikan
keperluan medis khusus (PKMK) antara lain
layanan gizi kurang/buruk dan RUTF dan F-100;
memiliki d. Pemberian informasi/konseling tentang pemberian
perlengkapan yang diperlukan. makan bayi dan anak sesuai dengan umur,
stimulasi tumbuh kembang dll;
e. Pemberian pelayanan imunisasi, obat cacing dan
vitamin A.
KOMPONEN UPAYA PENGELOLAAN GIZI BURUK
TERINTEGRASI (3)
3. Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia kurang dari 6 bulan
dengan gizi buruk (dengan/tanpa komplikasi) dan balita 6-59 bulan
dengan komplikasi.

Rawat Inap dapat dilakukan


di rumah sakit atau puskesmas
rawat inap untuk terapi fase
stabilisasi.
KOMPONEN UPAYA PENGELOLAAN GIZI BURUK
TERINTEGRASI (4)
4. Tatalaksana kasus gizi kurang: balita diberi makanan tambahan
(PMT) melalui puskesmas. WAJIB
MENDAPATKAN
a. Konseling Tentang Pemberian Makanan Balita
Berdasarkan Umur;
b. Pelayanan Kesehatan Balita, Termasuk
Ibu Balita Imunisasi Dasar Lengkap;
c. Pemberian Vitamin A Dan Obat Cacing;
d. Edukasi Tentang Higiene Sanitasi; Termasuk
Pemanfaatan Air Bersih Dan Jamban
e. Keluarga;
f. Pemantauan Pertumbuhan Secara Rutin Dan
Stimulasi Perkembangan/SDIDTK.
Pentingnya deteksi dini, rujukan dan
perawatan gizi buruk sesuai Pedoman Tata
Laksana Gizi Buruk Kemenkes 2019

dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT


Pentingnya Deteksi Dini Balita Bermasalah
Gizi
WASTING

Deteksi dini kasus mempermudah dan mempercepat


dpenanganan kasus gizi buruk dan gizi kurang dengan
pelayanan yang berkualitas

dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT


Rujukan Balita Bermasalah
Gizi
Rujukan ke Tenaga Kesehatan untuk :
1.konfirmasi status gizi anak dengan indeks
BB/PB atau BB/TB, TB/U dan LiLA;
2.Mencari faktor penyebab;
3.Memberikan konseling pemberian makan
sesuai usia dan pelayanan tumbuh
kembang anak.
Lajur B & C menunjukkan Balita bermasalah
Gizi
• Penentuan Balita 6-59 bulan Rawat
Jalan/Rawat Inap
LILA Merah & Kuning menunjukkan Balita bermasalah • Penentuan Balita 0-6 bulan Rawat
Gizi Inap
• Penentuan jenis tatalaksana kasus
Alur penapisan balita gizi buruk/kurang dan jenis layanan yang diperlukan
 Rawat jalan: untuk balita usia 6-59
bulan dengan gizi buruk tanpa
komplikasi dilakukan di fasilitas
kesehatan primer/puskesmas.
 Rawat inap untuk:
1. bayi < 6 bulan dengan gizi buruk
(dengan atau tanpa komplikasi);
2. balita gizi buruk usia 6-59 bulan
dengan komplikasi dan/atau
penyakit penyerta yang diduga
dapat menyebabkan gizi buruk,
seperti TB dan HIV;
3. semua bayi berusia di atas 6 bulan
dengan berat badan kurang dari 4
kg

dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT


HARAPAN
• Penegakan tatalaksana gizi buruk memerlukan perhatian dari tenaga
kesehatan dan dukungan masyarakat.
• Setiap Balita harus dipantau tumbuh kembang setiap bulan, segera dirujuk
ke Kesehatan jika dijumpai weight faltering, tidak naik atau turun berat
badannya dan LILA merah/kuning.
• Pemantauan dan tata laksana kasus gizi buruk perlu melibatkan keluarga,
masyarakat, dan lintas sektor, dan tokoh masyarakat.
• Diperlukan peningkatan akses dan mutu pelayanan ditingkat masyarakat
dan fasilitas kesehatan (primer dan rujukan) untuk pencegahan dan
penanganan masalah gizi buruk
• Komitmen dan dukungan lintas sektor dalam meningkatkan kelangsungan
• hidup dan mengatasi gizi buruk
dinkesdukcapil.nttprov.go.id dinkescapilntt dinkesntt dinkesdukcapilntt Dinkes Dukcapil NTT
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai