Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MUKAPAYUNG
Jl.Desa Mukapayung No.1 Kec.Cililin Kab.Bandung Barat
Email : mukapayungpuskesmas@gmail.co.id Telp (022)6940367

KERANGKA ACUAN

KEGIATAN INOVASI GERAKAN MASYARAKAT SADAR CEGAH STUNTING

( GEMAR CETING ) PUSKESMAS MUKAPAYUNG

A.PENDAHULUAN

Kegiatan inovasi gizi Gerakan Masyarakat Sadar Cegah Stunting ( Gemar Ceting ) adalah salah
satu kegiatan inovasi program gizi yang dilakukan oleh petugas gizi bersama sama dengan lintas program
dan lintas sektor untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan stunting dengan sasaran seluruh masyarakat utamanya remaja putri, ibu hamil, ibu
melahirkan dan menyusui, bayi dan anak balita serta masyarakat umum lainnya. GEMAR CETING
tersebut merupakan gerakan masyarakat yang dilakukan secara bersama dan berkesinambungan. Inovasi
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat
mengurangi stunting / balita pendek dan penyakit lainnya.

B.LATAR BELAKANG

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku
WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).

Penyebab terjadinya risiko stunting adalah multifaktorial. Penyebab paling utama adalah
kekurangan gizi kronis pada awal 1.000 hari pertama kehidupan yaitu sejak awal kehamilan (konsepsi)
hingga anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berupa kurangnya jumlah asupan makanan, atau
kualitas makanan yang kurang baik, seperti kurangnya variasi makanan. Faktor lain yang turut berperan
dalam risiko stunting antara lain kesehatan ibu selama kehamilan, pola asuh dan kesehatan anak atau
kekerapan mengalami penyakit infeksi, kondisi sosio-ekonomi serta lingkungan . “Penyakit infeksi dapat
menurunkan penyerapan zat gizi dari usus, kehilangan zat gizi secara langsung (misalnya pada diare), dan
peningkatan kebutuhan zat gizi untuk pemulihan sehingga zat gizi tidak dimanfaatkan untuk pertumbuhan

Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset Kesehatan

Dasar/ Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima

terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki

tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di
masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting

akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar

ketimpangan.
Permasalahan stunting (gagal tumbuh atau kerdil) di Indonesia masih menjadi keprihatinan
bersama. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian stunting di
Indonesia mencapai 30,8%. Walaupun sudah menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sekitar
37,2%, angka tersebut masih tergolong tinggi karena masih berada di atas ambang maksimal dari WHO
yaitu sebesar 20%.

Berdasarkan data Riskesdas Kemenkes RI ( 2018 ), angka prevalensi stunting di Jawa Barat
sebesar 29,2%. Angka ini hampir menyerupai angka prevalensi di tingkat nasional, yakni 30,8%
Kabupaten Bandung Barat memiliki prevalensi stunting sebesar 16,36 %, Puskesmas Mukapayung
memiliki prevalensi stunting sebesar 5,28 %
Masalah gizi lain di wilayah Puskesmas Mukapayung terkait dengan stunting yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (26,69%), Bumil KEK (9,02%),
Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (2,28%), Bayi usia 6 bulan mendapat ASI Ekslusif ( 76,1% ),
Bayi baru lahir mendapat IMD ( 92,38%), Remaja putri mendapat TTD ( 14,89%).dan Kunjungan Balita
ditimbang ke posyandu ( 82,5%).
Penurunan stunting memerlukan intervensi yang terpadu, mencakup intervensi spesifik dan
sensitif. Sejalan dengan inisiatif Percepatan Penurunan Stunting, Berdasarkan latar belakang stunting di
atas,maka tercetus gagasan pembuatan inovasi gizi yaitu Gerakan Masyarakat Sadar Cegah Stunting
( Gemar Ceting ) yang diharapkan dapat mengurangi jumlah stunting di wilayah kerja Puskesmas
Mukapayung.

C.TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

1. TUJUAN UMUM

Untuk menurunkan / pencegahan stunting secara terpadu dan meningkatkan pengetahuan, kesadaran

dan peran serta masyarakat

2. TUJUAN KHUSUS

a. Menurunkan dan pencegahan stunting pada balita.

b. Menurunkan prevalensi Anemia pada bumil

c. Menurunkan prevalensi KEK pada bumil

d. Menurunkan prevalensi BBLR pada bayi baru lahir

e. Meningkatkan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan

f. Meningkatkan jumlah remaja putri yang mengkonsumsi TTD secara rutin.

g. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara pemberian makan bayi dan anak secara benar.

h. Meningkatkan partisipasi masyarakat di posyandu.

i. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk menanggulangi

masalah gizi.

j. Terselenggaranya kegiatan penanggulangan masalah gizi secara rutin dan mandiri


D. SASARAN

1. Remaja Putri

2. Ibu Hamil dan Keluarga

3. Ibu melahirkan / Nifas dan keluarga

4. Ibu menyusui dan keluarga

5. Ibu balita dan keluarga.

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


1. Pelaksanaan Sosialisasi Stunting - Pertemuan Lintas program / lokbul Puskesmas
- Pertemuan Lintas sektor Tk kecamatan.
- Pertemuan Lintas sektor Tk Desa
2. Promosi ASI Ekslusif - Pertemuan kader di desa/posyandu
- Kelas Ibu Hamil
- Pembentukan kelompok KP ASI di posyandu
3. Promosi Kesehatan Remaja - Penyuluhan ke sekolah SMP dan SMA
- Memberikan TTD bagi rematri di sekolah
4. Penyuluhan Gizi / Kesehatan - Pertemuan di desa,Posyandu dan Puskesmas
kepada ibu hamil/kader/toma/masyarakat
5. Pemantauan Status Gizi ( PSG ) - Pemantauan ke Posyandu Balita untuk
kegiatan penimbangan mendampingi kader dalam pengukuran BB dan
TB, LILA
6. Surveilans/pelacakan gizi - Kunjungan rumah untuk verifikasi
buruk/kurang/stunting/anemia/KEK antropometri, pola konsumsi dan recall
7. Distibusi Vitamin.A - Memberikan vit. A pada bayi balita umur 6 sd
59 bulan dan pada ibu nifas
8. Distribusi TTD pada - Memberikan TTD 90 tablet pada ibu hamil, 30
bumil/Catin/Rematri tablet pada caten dan 4 tablet/ bulan pada ratri
9. PMT-P / MP-ASI balita KEP/bumil - Kunjungan rumah/mengundang ibu balita ke
KEK dan Anemia terutama gakin puskesmas untuk Distribusi dan pemantauan
pemberian PMT-P balita dan edukasi gizi
- Kunjungan rumah/mengundang ibu hamil ke
puskesmas untuk Distribusi dan pernantauan
pemberian PMT-P bumil KEK dan edukasi gizi
10. Praktek Pembuatan dan cara - Pelatihan cara pembuatan dan pemberian
Pemberian Makanan Bayi dan makanan bayi dan anak di posyandu dengan ibu
Anak / PMBA balita dan kader

F. JADWAL KEGIATAN

No Rincian Kegiatan Jadwal Kegiatan


G. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Cara melaksanakan program inovasi Gerakan Masyarakat Sadar Cegah Stunting ( Gemar Ceting ) adalah

dengan cara petugas bekerjasama dengan lintas program, lintas sektor dan masyarakat.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 1 bulan sekali pada akhir kegiatan oleh
kader dan dilaporkan ke bidan desa untuk direkapitulasi dan dilaporkan ke petugas gizi puskesmas.

H. PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan inovasi gizi dilaporkan setiap bulan/pada akhir kegiatan oleh
petugas gizi ke penanggung jawab upaya dan kepala puskesmas.

Mukapayung,

Anda mungkin juga menyukai