Anda di halaman 1dari 6

1.

KASUS STUNTING DI DAERAH MASING-MASING BERDASARKAN LATAR


BELAKANG NARASUMBER
JAWA BARAT :

DATA SURVEI SSGI


2018  31,1
2021  24,5
2022  20,2
Mendapat penghargaan prov terbaik u/penurunan stunting, bahkan berada di bawah angka
nasional yaitu 21,6%

Merujuk pada Pencatatan dan Pelagoran Gizi Berbasis Masy elektronik (E-PPGBM),
menunjukan stunting jabar 6,01 dgn by name by address

Jabar ke 13 terendah kasus stunting.

1. PENYEBAB STUNTING
SAAT HAMIL (ANEMIA, KURANG ENERGI KRONIK, LINGKAR LENGAN
ATAS KECIL)
SAAT KELAHIRAN (INISIASI MENYUSU DINI TIDAK DIJALANKAN,
PEMAHAMAN PERLEKATAN,
KEGAGALAN ASLI EKLUSIF (ANAK SERING SAKIT, GUNTA GANTI SUFOR,
INTOLERANSI LAKTOSA
MPASI GABENER
ANAK SERING SAKIT
KURANGNYA AKSES MAKANAN BERGIZI (rendahnya asupan vitamin dan
mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani)
FAKTOR IBU DAN POLA ASUH (Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi,
bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada
pertumbuhan tubuh dan otak anak.)
AKSES AIR BERSIH DAN SANITASI
AKSES PELAYANAN KESEHATAN (ANC)
infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak
kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi
Faktor yang menjadi penyebab stunting meliputi kurangnya akses makanan bergizi,
praktik pengasuhan yang kurang baik, kurangnya akses air bersih & sanitasi yang
layak serta terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal Care
(ANC).
stunting mengacu pada hambatan pertumbuhan akibat akumulasi kurangnya asupan gizi yang
berlangsung dalam jangka waktu lama, mulai dari masa kehamilan hingga usia 24 bulan.

Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya


asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber
protein hewani.

Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik
pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila
ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa
remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan kondisi konsumsi makanan ibu hamil dan
balita tahun 2016-2017 menunjukkan di Indonesia 1 dari 5 ibu hamil kurang
gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 Balita kurang
kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein.

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi. Selain itu,


rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan
air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
anak.

Pertumbuhan fisik terhambat

Anak-anak yang mengalami stunting menghadapi hambatan dalam pertumbuhan fisik mereka. Tinggi dan
berat badan mereka cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Kondisi ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan tubuh dan defisiensi nutrisi, yang berakibat pada kelemahan fisik yang
lebih menonjol.

Gangguan kognitif

Stunting memiliki dampak pada perkembangan otak anak. Kemampuan kognitif, termasuk daya ingat,
konsentrasi, dan pemahaman pada anak yang mengalami stunting cenderung menurun. Hal ini bisa
menghambat kemampuan belajar mereka dan mempengaruhi perkembangan kognitif secara keseluruhan.

Penurunan energi dan kelelahan

Akibat kekurangan nutrisi, balita yang mengalami stunting seringkali memiliki energi yang rendah dan
mudah merasa lelah. Aktivitas fisik pun terpaksa harus dikurangi agar mereka tidak mudah kekurangan
stamina.
Rentan terhadap penyakit

Sistem kekebalan tubuh anak yang mengalami stunting itu lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap
penyakit infeksi seperti pneumonia, diare, dan penyakit pernapasan lainnya. Kondisi stunting juga dapat
mempengaruhi proses penyembuhan ketika balita mengalami sakit atau cedera.

PENCEGAHAN STUNTING
-Peningkatan gizi ibu hamil
Pemberian asi ekslusif 6 bulan
Makanan pendamping asi (mpasi)
-pengawasan kesehatan rutin
Pendidikan gizi dan kesadaran masyarakat

2. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH ANAK MUDA UNTUK


MENGATASI STUNTING
TTD

Nikah saat siap (update ilmu)

Gizi seimbang (bukan diet yg asal2an)

Cegah anemia

Olahraga rutin

Remaja punya peran yg besar untuk mengajak sesamanya, upgrade ilmu ttg stunting dan  Ajak
dengan update life style

Selain itu, memberdayakan keluarga melalui pendidikan gizi dan panduan,


meningkatkan akses ke layanan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran
tentang dampak buruk dari pernikahan dini, telah menjadi komponen integral
dari strategi komprehensif provinsi ini.

Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab langsung stunting yang meliputi kurangnya
asupan makanan dan gizi serta penyakit infeksi. Umumnya intervensi ini dilakukan oleh
sektor kesehatan dan berkontribusi 30% dalam menurunkan prevalensi stunting.

Intervensi gizi sensitif mencakup:

1. Ketahanan pangan (peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan)

2. Peningkatan akses pangan bergizi

3. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak dan

4. Peningkatan penyediaan air bersih, air minum, dan sarana sanitasi


Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat umum. Intervensi gizi
sensitif umumnya dilaksanakan di luar sektor kesehatan melalui berbagai program dan
kegiatan yang berkontribusi 70% dalam menurunkan prevalensi stunting

-----

Selain menyasar kepada remaja putri, pemberian TTD juga diberikan kepada ibu hamil,
disertai pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan.

Sementara itu, tindakan yang dilakukan untuk balita dalam menangani stunting adalah
pemberian makanan tambahan protein hewani pada baduta, pemantauan tumbuh
kembang, dan edukasi remaja putri, ibu hamil serta keluarga balita.

4. PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGATASI STUNTING


Perpres no 72 tahun 2021 ttg Percepatan Penurunan Stunting.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 107 Tahun 2020 tentang Percepatan Penurunan
Stunting di Daerah Provinsi Jawa Barat.
Jabar Zero New Stunting 2023 adalah program unggulan Gubernur Jawa Barat dalam
mendukung program nasional untuk menurunkan prevalensi stunting, dengan target capaian
pada tahun 2023 adalah 19,2%.  20,2% . (2022)
Upaya yg dilakukan :

1. Penguatan regulasi di tingkat Provinsi dan Daerah dalam mendukung kebijakan program
terkait gizi masyarakat

2. Pendampingan Puskesmas melalui surveilans gizi bersama Bu Cinta Ketua TP PKK Jabar

3. Gerakan bersama minum Tablet Tambah Darah (TTD) Remaja Putri berkolaborasi dengan
Dinas Pendidikan, Kemenag dan Pemda Provinsi jawa Barat melalui GEMAZ (Generasi Emas Bebas
Anemia dan Zero New Stunting).

4. Pemberian Makanan Tambahan (MT) lokal melalui bantuan keuangan Kompetitif, Edukasi
keluarga untuk mendukung balita mengkonsumsi MT dan monitoring konsumsi MT dilakukan di
seluruh Kabupaten/ Kota di Jawa Barat.

5. Memperluas kemitraan untuk pencapaian cakupan, meningkatkan kapasitas dan kegiatan


pemicuan bersama Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Nutrition International, dan lain-lain.
Pelaksanaan pemberian MT.

6. Penyediaan Antropometri KIT melalui DAK Fisik dan pemanfaatan dana desa bersama
Dinkes dan Puskesmas Kabupaten/ Kota.

7. Kolaborasi dan komitmen bersama stakeholders dalam melakukan percepatan


pencegahan stunting

8. Peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana gizi buruk di seluruh Kabupaten/ Kota
(foto bu Kadis survei lapangan SSGI).

upaya yang sudah dilakukan Dinas Kesehatan Jawa barat adalah sebagai berikut:
- Penguatan regulasi di tingkat Provinsi dan Daerah dalam mendukung kebijakan program
terkait gizi

- Melakukan pendampingan kepada Puskesmas melalui surveilans gizi

- Dikeluarkan edaran dukungan tablet tambah darah remaja putri (TTD Rematri) oleh Disdik
dan Kemenag, Pemenuhan kebutuah TTD Rematri

- Pengajuan PMT Lokal dalam Bankeu Reguler, Edukasi keluarga untuk mendukung balita
mengkonsumsi PMT dan monitoring konsumsi PMT

- Memperluas kemitraan untuk pencapaian cakupan, Meningkatkan kapasitas dan kegiatan


pemicuan

- Pengajuan Antropometri KIT melalui DAK Fisik, pemanfatan dana desa,

- Peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana Gizi Buruk

Dilakukan berbagai strategi dan upaya dalam percepatan penurunan stunting yaitu melalui
intervensi spesifik seperti pemberian TTD pada rematri dan ibu hamil, promosi dan konseling
menyusui, PMBA, suplemen gizi makro (PMT) dan mikro (FE, Vitamin A, Taburia dll.), tata laksana gizi
buruk, pemantauan dan promosi pertumbuhan, suplementasi vitamin A, kalsium dan zinc untuk
balita diare, pemeriksaan kehamilan, imunisasi, pemberian obat cacing dan manajemen terpadu
balita sakit (MTBS) serta pemicuan untuk desa open defecation free (ODF).

PROGRAM

Jabar Stunting Summit (JSS) 2022, GEMAS (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero
Stunting), Monitoring Aksi Stunting (MORING) Jawa Barat, Penilaian Kinerja (Pk)
Pelaksanaan

8 (Delapan) Aksi Konvergensi Penurunan Stunting Jawa Barat Tahun 2023, Obrolan Daring
Stunting (Odading), Sarling Dan Peluncuran Aplikasi Health Heroes Nutrihunt.

Selain itu juga dilakukan kegiatan-kegiatan praktik baik seperti :

- Kampanye gizi seimbang dan gebyar minum tablet tambah darah (TTD) rematri serentak di
provinsi jawa barat yang melibatkan 5.685 sekolah ( 38% satuan pendidikan), dengan tercapainya
pemecahan rekor muri bagi provinsi jawa barat atas minum TTD serentak oleh peserta terbanyak
dengan total rematri 1.399.995 orang (64,5% sasaran).

- Tersosialisasikan jingle gemaz (generasi emas bebas anemia dan jabar zero new stunting)
sebagai media edukasi mengenai pencegahan anemia bagi remaja putri dan pentingnya minum TTD
1 minggu 1 kali di berbagai radia dan pusat perbelanjaan.

- Dilakukan kegiatan aksi bergizi di sekolah dengan didalamnya dilakukan 3 kegiatan yaitu :
sarapan bersama, minum TTD bersama bagi rematri dan aktifitas fisik

- Pelatihan untuk dokter spesialis anak dalam pencegahan dan penanganan stunting
bekerjasama dengan dunia usaha
- Pendampingan pemberian tablet tambah darah, pemberian kie progran gizi micro,
pembacaan label makanan untuk remaja dengan mitra pembangunan/ NGO

- Makanan tambahan edukasi pencegahan stunting dengan masyarakat madani

- Lokakarya strategi pentahelik dalam penangan stunting, Kalan layanan Masayrakat


mengenai stunting, Edukasi bumil dan balita dalam pencegahan stunting dengan Media

Serta berbagai inovasi dari 27 Kab/kota di Jawa Barat salah Satunya Aplikasi Simpati (Sistem
Informasi Pencegahan Stunting Terintegrasi).

Tim Bidang Kesmas pergi door to door untuk mengidentifikasi dan fasilitasi pelaksanaan
percepatan penurunan stunting di Kabupaten/Kota melalui penguatan peran lintas program
bidang kesehatan dan lintas sektor untuk mewujudkan target percepatan penurunan
stunting.

Penimbangan balita, pengukuran tinggi badan dan pemantauan konsumsi asupan gizi turut
dilakukan dalam kunjungan lapangan ini.

Kader pkk dgn 8 aksi

Terdapat 8 aksi integrasi dalam kegiatan ini yang meliputi Analisis Situasi, Rencana
Kegiatan, Rembuk Stunting, Peraturan Bupati/ Walikota tentang Percepatan Penurunan
Stunting, Pembinaan Pemdes Kelurahan, Sistem Manajemen Data, Pengukuran & Publikasi
Stunting serta Review Kinerja Tahunan.

5. APAKAH ISU STUNTING MENJADI PRIORITAS DALAM PEMILU DAM


PILKADA 2024?
Helth in All policies
Target2 ditetapkan, dan memang menjadi isu yang penting. karena
mengantarkan pada  lingkar setan kemiskinan.
1. Pemahaman yg dalam
2. Target yg realistis
3. Program yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai