PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, dari beberapa masalah mengenai gizi kurang dan gizi lebih stunting masih
menjadi priorita kementrian kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan anak di masa yang
akan datang. Angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas
2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah
adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai
berikut 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 didapatkan bahwa daerah dengan persentase
stunting pada balita tertinggi di indonesia terdapat di provinsi NTT dengan 42,6% dan daerah
dengan persentase status gizi gemuk pada balita paling tinggi terdapat di daerah papua
dengan persentase 13,2%
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana cara penanganan stunting?
C. Tujuan
8. Mengetahui apa saja parameter penilaisan status gizi dalam penentuan obesitas
10. Mengetahui apa resiko yang akan terjadi apabila mengalami obesitas
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Stunting
1. Pengertian stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan
(TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi
(stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
Angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013
menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018
didapatkan bahwa daerah dengan persentase stunting pada balita tertinggi di indonesia
terdapat di provinsi NTT dengan 42,6%
Penangan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada
sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.
Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan
intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan
protein kronis.
II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian
MP-ASI.
Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari
PertamaKehidupan (HPK).
5
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
B. Obesitas
1. Pengertian
Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu ob yang berarti ‘akibat dari’ dan
esum artinya’ makan’. Oleh karena itu obesitas dapat didefenisikan sebagai akibat dari pola
makan yanng berlebihan (Adams et al.,2002;Syarif,2003). Menurut WHO (1998), Obesitas
adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Dengan
6
kata lain, Obesitas dapat diartikan sebagai suatu kelaian atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan lemak tubuh secara berlebihan.
Program untuk penangan obesitas di Indonesia kurang menjadi perhatian pemerintah
saat ini. Terbukti dengan adanya peningkatan persentase obesitas dari tahun ke tahun.
Peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebesar 10,5% (Riskesdas
2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018).
Obesitas dibagi menjadi dua berdasarkan tempat penumpukan lemaknya, yaitu
obesitas tipe pir dan obesitas tipe apel. Obesitas tipe pir terjadi apabila penumpukan lemak
lebih banyak terdapat di daerah pinggul, sementara itu obesitas tipe apel terjadi apabila
penumpukan lemak lebih banyak terdapat lebih banyak pada peurt.
Obesitas tipe apel lebih beresiko mengalami gangguan kesehatan terutama yang
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi karena lokasi perut lebih dekat
dengan jantung dari pada pinggul.oleh karena itu, banyak yang menganggap bahwa obesitas
tipe pir lebih baik dari pada tipe apel.
Obesitas tipe pir lebih banyak dialami oleh wanita. Sementara itu, obesitas tipe apel
lebih banyak dialami oleh laki laki. Akan tetapi, hal ini tidak bersifat mutlak karena banyak
wanita yang juga mengalami obesitas tipe apel, terutama setelah mereka mengalami
menopause.
7
Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan microtoice. Seseorang dapat
dikatakan obesitas apabila orang tersebut mempunyai IMT sekitar 30 kg/m2
3. Etiologi obesitas
a. Faktor fisiologi :
- Pemasukan energi lebih dari yang dibutuhkan
- Pengeluaran energi sedikit
8
- Etnik terutama bila mengadopsi gaya hidup barat
b. Faktor genetik :
- Kekurangan leptin
- Kekurangan zat
- Sindrom ptader-willi
c. Faktor kebiasaan :
- konsumsi fast food
- konsumsi makanan tinggi lemak
- sering ngemil
- konsumsi alkohol
- kurang teraturnya pola makan
d. Obat obatan
e. Faktor lingkungan :
- Pemasaran makanan berdensitas tinggi dan soft drink
- Aktifitas sosial kurang
- Perubahan gaya hidup (kurang aktivitas)
f. Faktor sosial :
- Kurangnya olahraga
- Gaya hidup sedentari
- TV
- Game komputer
- Kehamilan
- Anak obesitas menjadi dewasa obesitas
g. Faktor endokrin :
- Hipertiroid
- Hipotiroid
- Polycistic
- Kekurangan hormon pertumbuhan
4. Resiko Obesitas
a. Peradangan empedu/ batu empedu
b. Otak : menimbulkan stroke
c. Gagal jantung oleh penyakit jantung koroner
d. Sistem hormon rusak yaitu insulin yang menjadi pemicu DM
e. Kanker
f. Gangguang pernapasan
5. Tatalaksana obesitas
Dapat dilakukan secara komprehensif meliputi:
a. Terapi prilaku
b. Diet rendah energi seimbang
c. Olahraga
d. Farmako terapi
e. bedah
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan. Dengan kata lain, Obesitas dapat diartikan sebagai suatu kelaian atau
penyakit yang ditandai dengan penimbunan lemak tubuh secara berlebihan.
B. Saran
10
Disarankan kepada pembaca agar ikut serta membantu pemerintah dalam
upaya penurunan angka stunting dan obesitas di Indonesia
Daftar pustaka
Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010
Sudargo,Toto.dkk. 2014. Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/Buku_Saku_Stunting_Desa.pdf
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Binder_Volume1.pdf
http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-
2018.html
11
12