Anda di halaman 1dari 5

NAMA: JUNI ERNAWATY SARAGIH

NPM : 1919002261

MK : KESEHATAN IBU & ANAK(Bd.6.218)

SOAL NO. 1

 Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;


mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak; meningkatkan
kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
memastikan kelestarian lingkungan hidup; serta mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan.

Sebenarnya, faktor kesehatan sangat berpengaruh dalam pencapaian MDGs ini.


Pencapaian MDGs berpengaruh dalam meningkatnya taraf kesehatan, begitu pula
meningkatnya taraf kesehatan dapat membantu dalam pencapaian MDGs. Contohnya
adalah, kesehatan yang lebih baik dapat membantu anak-anak untuk belajar lebih baik
dan orang dewasa untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik, kesetaraan gender
yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik (contoh: KB untuk laki-
laki dan perempuan), serta penurunan kemiskinan, kelaparan, dan kerusakan
lingkungan yang dapat mempengaruhi tapi juga bergantung pada taraf kesehatan yang
lebih baik. Tapi untuk kali ini, mari kita fokuskan pembahasan pada tujuan-tujuan
MDGs yang berkaitan langsung dengan dunia kesehatan dan salling berkaitan pula
satu sama lain, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka
kematian anak, serta meningkatkan kesehatan ibu.

 Dalam mencapai SDGs, seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target
ketiga dari SDGs, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait
kesehatan ibu dan bayi. Masalah kesehatan ibu dan bayi menjadi salah satu isu
penting yang dihadapi Indonesia dalam dekade ini. Angka kematian pada bayi
memang mengalami penurunan, yaitu dari 68/1000 kelahiran pada tahun 1991
menjadi 32/1000 pada tahun 2012. Meski demikian, dibandingkan dengan jumlah
pada tahun 2007, angka kematian ibu pada tahun 2012 justru menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran.

SOAL NO. 2

Operasional pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
serta memenuhi standar tersebut frekuensi layanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
a)Kunjungan I (K1) adalah kunjungan Ibu hamil dalam Usia 16 minggu, dalam kunjungan ini
bertujuan untuk penapisan anemia, perencanaan persalinan, pencegahan komplikasi akibat
kehamilan dan pengobatan.
b)Kunjungan II (K2) adalah kunjungan Ibu hamil dalam usia 24-28 minggu, dalam
kunjungan ini bertujuan untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya,
penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alar reproduksi, dan saluran perkemihan, mengulang
perencanaan persalinan.

c)Kunjungan III (K3) dan IV (K4) adalah kunjungan Ibu hamil dalam usia 36 minggu
sampai lahir, bertujuan mengenali adanya kelainan letak dan presentasi, memantau rencana
persalinan, mengenali tanda-tanda persalinan.

Publikasi Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2018 menyajikan statistik dan indikator seputar
kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Sumber data dalam publikasi ini berasal dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret tahun 2016-2018 dengan berbagai disagregasi.
Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2018 menyajikan informasi kesehatan penduduk Indonesia
secara umum, kesehatan ibu dan anak, serta pengeluaran kesehatan oleh rumah tangga. Data
yang disajikan berupa series dari tahun 2016 sampai 2018, kecuali data terkait pemberian
ASI, imunisasi, dan perilaku merokok. Dengan adanya integrasi Susenas Maret 2018 dan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, beberapa indikator yang biasanya
dikumpulkan melalui Susenas Maret pada tahun 2018 ini dikumpulkan melalui Riskesdas.
Berbagai informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2018 diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan data untuk keperluan perencanaan, monitoring, evaluasi
program, serta berbagai penelitian yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

SOAL NO. 3

Masih ada masyarakat yang lebih percaya dengan dukun dan menganggap tabu bila bersalin
ditolong oleh tenaga kesehatan. “Yang tidak kalah pentingnya adalah peran keluarga untuk
tidak membawa ibu yang akan bersalin ke dukun, melainkan ke tenaga medis yang sudah
tersedia dan siap melayani,

SOAL NO. 4

- Prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (balita) Indonesia pada 2015
sebesar 36,4%. Artinya lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami
masalah gizi di mana tinggi badannya di bawah standar sesuai usianya.
Di Langkat, StabatCukupi kebutuhan zat besi, yodium, dan asam folat:
- Zat besi, asam folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu
hamil untuk mencegah stunting. Kekurangan zat besi dan asam folat dapat
meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil. Anak yang lahir dari ibu hamil dengan
anemia lebih berisiko mengalami stunting.
- Ibu hamil bisa mendapatkan ketiga nutrisi ini dengan mengonsumsi telur, kentang,
brokoli, makanan laut, pepaya, dan alpukat. Selain itu, ibu hamil juga bisa
mengonsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter.
- Hindari paparan asap rokok
- Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil harus berhenti
merokok dan menghindari paparan asap rokok. Paparan asap rokok dapat
meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau memiliki berat badan kurang.
- Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah, sebaiknya ibu hamil memintanya
untuk tidak merokok di dalam rumah. Namun, jika ibu hamil sedang berada di luar
rumah, paparan asap rokok dapat dicegah dengan mengenakan masker .
- Rutin melakukan pemeriksaan kandungan
- Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam
mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan
nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup dan mendeteksi jika ada komplikasi pada
kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan dapat semakin cepat
diatasi.
- Kemudian setelah bayi lahir, lanjutkan upaya pencegahan stunting dengan
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk memaksimalkan tumbuh
kembangnya. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi dapat diberikan tambahan nutrisi
berupa makanan pendamping ASI (MPASI).
- Beragam faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, pola pemberian makan,
dan angka kejadian infeksi pada anak juga berperan terhadap risiko anak terkena
stunting. Untuk itu, pastikan makanan yang diberikan pada Si Kecil telah
dipersiapkan dengan baik, sehingga terjamin kebersihannya.
- Jangan lupa berikan anak imunisasi sebagai upaya perlindungan terhadap berbagai
penyakit infeksi, terutama imunisasi dasar sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI).
- Jika orang tua melihat Si Kecil memiliki perawakan yang lebih pendek dibanding
anak sebayanya, sebaiknya bawa ia ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan
dan penanganan yang terbaik.

SOAL NO. 5

Berdasarkan evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, kasus
kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000 kelahiran.
Padahal target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000
kelahiran.

SOAL NO. 6
Proses anggaran dan penyaluran KIA disentralisasi dan memiliki beragam masalah. Dalam
lima tahun terakhir, anggaran pemerintah pusat tidak dapat diandalkan (naik turun),
penundaan dalam pengeluaran dana, dan sulit dalam penyaluran kepada penerima manfaat
program KIA. Kebijakan alokasi sumber daya KIA pemerintah pusat tidak bertujuan untuk
meningkatkan rasa memiliki pemerintah lokal.

SOAL NO. 7

Pada 1999 Jaring Pengaman Sosial untuk Kesehatan dimulai sebagai kebijakan reaktif
terhadap krisis ekonomi di tahun 1997, Jaring Pengaman tersebut mencakup perawatan
kesehatan ibu, dan dilanjutkan dengan Askeskin pada 2005 dan Jamkesmas pada 2008.
Terlihat jelas bahwa pelaksana nasional dan internasional berperan kunci pada kebijakan
KIA. Masalahnya adalah kebijakan pemerintah daerah tentang Kesehatan Anak lemah.
Pelaksana daerah mempunyai peran yang terbatas. Pemerintah daerah mempunyai kemauan
yang terbatas untuk menyelenggrakan program Kesehatan Anak yang dicerminkan dengan
anggaran yang rendah untuk KIA, termasuk provinsi-provinsi dengan kapasitas fiskal tinggi.
SOAL NO. 8

Pendekatan Kebijakan di Hulu

1. Pemberdayaan masyarakat
2. Promosi Kesehatan
3. Perencanaan Lintas Sektor

Pendekatan Kebijakan Hilir

1. 1. Strategi Penurunan Jumlah Kematian Bayi: Pengembangan audit kematian maternal


perinatal (AMP) dan penggunaan Prinsip surveilans respon
2. 2. Strategi Penurunan Jumlah Kematian Ibu dan Bayi: Penggunaan Prinsip Surveilans
3. 3. Respons dalam KIA
4. 4. Penggunaan Data Kematian “Absolut” untuk Memicu Penurunan Kematian Ibu dan
5. 5. Bayi di Kabupaten/ Kota
6. 6. “Institution-Based Contracting Out” dengan Penugasan Tim Tenaga Kesehatan
7. 7. Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Direktur RS Dalam Program
KIA
8. 8. Strategi Penurunan AKI dan AKB: Peningkatan Mutu Klinis Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Bayi di Rumah Sakit
9. 9. Penyusunan Manual Rujukan Maternal Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota (lokal
spesifik)

SOAL NO. 9

1. Sebelum Kehamilan
Pencegahan stunting dimulai dari sebelum ibu mengandung. Seorang wanita perlu
merencanakan kehamilannya. Sebelum hamil, ibu harus memastikan tubuhnya siap untuk
mengandung.

 Memastikan status gizi ibu baik, ibu yang akan mengandung harus dalam kondisi
status gizi baik. Hal ini dapat diketahui dari lingkar lengan ibu lebih dari 23 cm. Jika
lingkar lengan masih kurang dari 23 cm, artinya ibu mengalami kekurangan energi
kronis (KEK) yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
 Tidak mengalami anemia,sebelum hamil penting bagi ibu untuk memastikan tidak
mengalami anemia. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi suplemen
yang mengandung asam folat dan zat besi.

2. Selama Kehamilan (9 bulan kandungan)


Pencegahan stunting pada anak juga dimulai sejak dalam kandungan. Namun dalam tahap ini,
terdapat beberapa poin penting yang harus diperhatikan pada kondisi ibu hamil. Apa saja yang
perlu diperhatikan?

 Menjaga status gizi ibu tetap normal. Status gizi yang berlebih ataupun kurang pada
ibu hamil beresiko pada kehamilan dan kesehatan anak. Kurangnya zat gizi pada ibu
selama kehamilan dan pada anak di awal kehidupan akan berdampak negatif untuk
jangka panjang, yaitu dapat menyebabkan kerusakan perkembangan otak,
menghambat pertumbuhan fisik, serta lebih rentan untuk terkena infeksi, dan penyakit.
 Minum tablet penambah darah. Penting bagi seorang wanita hamil untuk minum
penambah darah minimal 90 hari kehamilan, karena bayi dalam kandungan
membutuhkan zat gizi serta asam folat yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin dan mencegah cacat lahir.
 Menjaga asupan makanan yang bergizi. Pada trisemester pertama (3 bulan), ibu
akan mengalami hiperemesis (mual dan muntah selama awal kehamilan), maka
penting untuk tetap memperhatikan asupan makanannya.
 Melakukan pemeriksaan kandungan rutin, untuk memantau kesehatan ibu dan
bayi dalam kandungan.

3. Saat bayi lahir (0 - 6 bulan)

Jika di dua tahap sebelumnya sang ibu yang menjadi fokus utama, di tahap ke-3 ini bayi yang
baru saja lahir hingga menginjak 6 bulan membutuhkan perhatian sebagai berikut :

 Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Menempatkan bayi di dada ibu untuk
mencari Air Susu Ibu (ASI) secara alami setelah bayi lahir. Hal ini penting bagi bayi
karena pada proses ini terdapat kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning kental pada
ASI yang keluar pertama. Kolostrum ini mengandung protein yang tinggi dan rendah
gula serta kaya akan senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, kolostrum juga
mengandung immunoglobin A, yaitu sebagai antibodi yang dapat mencegah atau
melawan penyakit pada bayi. IMD yang dilakukan dengan baik akan meningkatkan
kesempatan pada ibu untuk dapat menyusui secara ekslusif.
 Memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Selama 6 bulan pertama, bayi hanya
memerlukan ASI, karena ASI mengandung zat gizi yang sempurna sehingga tidak
perlu diberi apapun kecuali ASI.

SOAL NO. 10

Pada 2018, Kementerian Kesehatan mencatat, baru 87,8 persen anak yang mendapatkan
imunisasi dasar lengkap (IDL). Artinya ada 12 persen anak Indonesia yang belum mendapat
IDL, bahkan sekitar satu persen belum mendapatkan imunisasi sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai