Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator yang mampu menopang


pembangunan nasional disamping pendidikan dan ekonomi, sehingga kesehatan
masyarakat dalam hal ini harus menjadi perhatian seluruh pihak, baik pemerintah,
swasta, maupun masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Besarnya
Angka Indeks Kesehatan, salah satunya dapat dipengaruhi oleh besarnya Angka
Kematian Ibu dan Anak di suatu wilayah.1

Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang
diharapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Saat ini AKI di Indonesia yaitu sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
AKB yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Hasil tersebut masih
jauh dari target Indonesia Sehat 2010 yaitu AKI 125 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Target Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2009 yaitu pencapaian AKI sebesar
226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI dan AKB ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia
masih belum baik, khususnya mengenai derajat kesehatan ibu dan anak.2

Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang
belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya.
Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan
2

post partum. Penyebab ini dapat diminimalkan apabila kualitas antenatal care
dilaksanakan dengan baik.3

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya


kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.4

Puskesmas memiliki enam program pokok, salah satunya adalah program KIA. 4
Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan
anak, serta untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
primer.2

Indikator yang digunakan untuk menilai program KIA antara lain kunjungan ibu
hamil pertama (K1), cakupan kunjungan keempat ibu hamil (K4), cakupan buku
KIA, deteksi dini kehamilan berisiko oleh tenaga kesehatan, persalinan oleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi obstetrik, pelayanan nifas, pelayanan neonatal,
penanganan komplikasi neonatal, pelayanan kesehatan anak balita, pelayanan
kesehatan anak balita sakit.2

Berdasarkan wawancara dengan petugas Poli KIA terdapat beberapa masalah


pada Poli KIA Puskesmas Putri Ayu pada periode April-Juni 2018. Oleh karena itu
3

peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pelayanan di Poli KIA


Puskesmas Putri Ayu periode April-Juni 2018 dan permasalahannya.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan dan permasalahan pada Poli KIA di


Puskesmas Putri Ayu kota Jambi periode Mei-Juni tahun 2018.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan Poli KIA di Puskesmas Putri
Ayu periode periode Mei-Juni tahun 2018.
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan pada Poli KIA di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi periode Mei-Juni tahun 2018.
3. Untuk menentukan prioritas masalah pada Poli KIA di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi periode Mei-Juni tahun 2018.
4. Menentukan akar penyebab masalah dan pemecahan masalah pada Poli KIA di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi periode Mei-Juni 2018.
5. Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah dalam pada Poli KIA di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi periode Mei-Juni tahun 2018.
6. Menentukan prioritas pemecahan masalah pada Poli KIA di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi periode Mei-Juni 2018.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Program KIA

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi AKI
dan AKB. Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di Indonesia
dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan
dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman, serta pelayanan obstetri
esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat.5
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.6
2.2. Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak pra sekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
5

4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
keluarganya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.7
2.3. Prinsip Pengelolaan Program KIA6

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan


serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
6

2.3.1. Pelayanan Antenatal6


Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), permeriksaan laboratorium
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan). Dalam penerapannnya terdiri atas :
 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
 Ukur tekanan darah
 Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
 Ukur tinggi fundus uteri
 Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
 Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) bila diperlukan
 Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
 Tes laboratorium (rutin dan khusus)
 Tatalaksana kasus
 Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup permeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urinedan gula darah puasa,. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan
adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberculosis, kecacingan dan thalasemia.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal empat kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal satu kali pada triwulan pertama, minimal satu kali
pada triwulan kedua, dan minimal dua kali pada triwulan ketiga.
7

2.3.2. Pertolongan Persalinan6


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di
lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan
persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
2.3.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas6
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak tiga kali dengan ketentuan
waktu :
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari).
8

Pelayanan yang diberikan adalah :


1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin
A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah :
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
2.3.4. Pelayanan Kesehatan Neonatus6
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3
kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam
setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
9

Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik :
a. Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi.
b. Lihat pada kulit bayi.
c. Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi sedang tidak
menangis.
d. Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop diletakkan pada dada kiri
bayi setinggi apeks.
e. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer.
f. Lihat dan raba bagian kepala.
g. Lihat pada mata.
h. Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir). Jika bayi menangis,
masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam dan raba
langit-langit.
i. Lihat dan raba pada bagian perut, tali pusat, punggung dan raba tulang
belakang.
j. Lihat pada lubang anus, hindari untuk memasukkan alat atau jari dalam
melakukan pemeriksaan anus.
k. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
l. Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar. Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air kecil.
10

m. Timbang bayi. Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil timbangan


dikurangi selimut.
n. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi. Jelaskan cara dan alat.
o. Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,
berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
termasuk perawatan tali pusat dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah :
dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
2.3.5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat6

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap
mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam
penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
11

4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan
jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik
Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu,
mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat congenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg
selama masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
12

 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan


pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh
karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan
kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan
melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
13

11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. 5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.

2.3.6. Penanganan Komplikasi Kebidanan6


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan
sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya
semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan
dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan
maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan,
puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
14

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED


meliputi :
1. Pelayanan obstetri :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus :
a.Penanganan asfiksia bayi baru lahir.
b. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum
c.Penanganan gangguan nafas.
d. Penanganan kejang.
e.Penanganan infeksi neonatus.
f. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
g. Persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan neonates
2.3.7. Pelayanan neonatus dengan komplikasi6
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian
oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED,
rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
15

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim
kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat
cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi
kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama
kemudian bulan pertama kehidupannya.
Faktor resiko pada neonatus akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi,
deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang / Letargis.
4. Frekwensi napas ≤ 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit.
5. Suhu tubuh ≤ 35,5°C dan ≥ 37,5°C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
7. Merintih.
8. Ada pustule kulit.
9. Nanah banyak di mata.
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat.
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
14. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Asfiksia bayi baru lahir.
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
16

 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum
3. Gangguan napas
4. Kejang
5. Infeksi Neonatus
6. Klasifikasi dalam MTBM :
 Infeksi bakteri (termasuk klasifikasi Infeksi Bakteri Lokal dan Penyakit
Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat)
 Ikterus (termasuk klasifikasi Ikterus Berat dan Ikterus)
 Diare (termasuk klasifikasi Diare Dehidrasi Berat dan Diare Dehidrasi
Ringan/Sedang)
 Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI.
 Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu
PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat)
puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik
yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas
dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus
17

mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria,
perawatan neonatus level II serta transfusi darah.

Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka


kasus – kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.

2.3.8. Pelayanan Kesehatan Bayi6


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari
sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).
 Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
18

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah :


dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya
seperti petugas gizi.

2.3.9. Pelayanan kesehatan anak balita6

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual


berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana
terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini
stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini
mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat .
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya
seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat
dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah
satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di
tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita
yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria,
kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan
19

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia


sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33
provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2
kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung
(sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
2.3.10. Pelayanan KB Berkualitas6
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat
fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih
baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi
Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan,
dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
20

 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).


 Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
 Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan
pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian
metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil
dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar
31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan
kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada
metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus. Disamping itu
pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4
terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan
dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
21

BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. Pengumpulan Data


Pada penelitian ini digunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara dengan petugas poli KIA dan KB di puskesmas Putri Ayu.
Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara meminjam dari petugas poli KIA dan
KB berupa buku pencatatan kunjungan ibu hamil di poli KIA dan KB, kemudian
direkap secara manual.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara kepada petugas


puskesmas yang ada di Poli KIA dan KB guna memperoleh data dan informasi
mengenai permasalahan yang ada di pelayanan kesehatan poli KIA.

3.3. Pengolahan Data

Setelah proses pengumpulan data selesai, penulis melakukan pemilihan dari


semua data yang ada, kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi permasalahan yang
ada, setelah itu ditentukan prioritas masalah dengan teknik MCUA (Multiple Criteria
Utility Assesment) serta teknik USG. Untuk memudahkan dalam mengetahui
penyebab penulis menggunakan Fish Bone Analyze, penyebab masalah diprioritaskan
dan dibuktikan dengan data yang ada, lalu ditentukan alternatif pemecahan
masalahnya. Selanjutnya dibuat rencana pemecahan masalah kemudian dimonitoring
dan dievaluasi.
22

BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS

4.1. Profil Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi


Puskesmas Putri Ayu berdiri tahun 1978 dengan nama Puskesmas Wilayah IV
Putri Ayu berada dalam kecamatan Danau Sipin. Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
sebagai salah satu unit pelayanan teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kota Jambi dituntut
menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan khususnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilatif
untuk mempertinggi derajat kesehatan dengan memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu, pelayanan kesehatan
ini berdasarkan Permenkes No.75 tahun 2014 tertuang dalam 6 program pokok dan
program pengembangan Puskesmas yaitu :
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak &Keluarga Berencana
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan.

Wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu meliputi 5 kelurahan yaitu : Legok,


Sungai Putri, Murni, Solok Sipin, dan Selamat. Letak dan luas wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu ± 962 ha atau ± 61 km2 yang terdiri dari daerah dataran tinggi
sebelah selatan dan dataran rendah disebelah utara, secara geografis batas-batas
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan sungai Batanghari


b. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Pasar Jambi
c. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan selamat dan kecamatan
Telanaipura
d. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Jelutung
23

Visi Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi: Terwujudnya Puskesmas Putri Ayu
dengan pelayanan, masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat pada tahun
2018.
Misi Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan.
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dalam pembangunan kesehatan.
Jumlah Penduduk Wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu berdasarkan data tahun
2017 berjumlah 72.297 Jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 2017
Desa Jumlah Penduduk L P
Kel.Legok 19.503 10.132 9.371
Kel.Solok Sipin 15.129 7.793 7.336
Kel.Sungai Putri 14608 7.571 7.037
Kel.Murni 7.876 3.948 3.928
Kel.Selamat 15.181 7.748 7.433

Ketenagakerjaan Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Putri Ayu Kota


Jambi
Tabel 4.2 Tenaga Kerja Kesehatan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
NO Profesi Jumlah (orang)
1 Dokter umum 4
2 Dokter gigi 1
3 SKM 2
4 Apoteker 1
5 Bidan 24
6 Perawat 14
24

7 Perawat gigi 4
8 Asisten 4
apoteker
9 Ahli gizi 1
10 Sanitarian 2
11 Keteknisian 3
medis
Total 60

Tabel 4.3 Tenaga Kerja Non Kesehatan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

NO Jenis Tenaga Non Jumlah (orang)


Kesehatan
1 Administrasi Umum 4
2 Keuangan 0
3 Pekarya 1
4 Pengelola Data 0
5 Pesuruh 0
6 Supir 0

4.2. Data Kunjungan Ibu Hamil di poli KIA Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Periode April-Juni 2018
Gambar 4.1 Kunjungan Ibu Hamil di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi Periode April-Juni 2018

250

200

150

100

50

0
April Mei Juni

4.3. Perolehan Data Primer


25

4.3.1. Wawancara dengan Petugas di Poli KIA dan KB di Puskesmas Putri


Ayu Kota Jambi
Dari hasil wawancara dengan Petugas di Poli Lansia Puskesmas Putri Ayu
didapatkan sebagai berikut:
1. Apa saja pelayanan yang dilakukan di Poli KIA dan KB Puskesmas
Putri Ayu?
“Kegiatan yang dilakukan di Poli KIA itu ada pemeriksaan ANC,
konseling,senam hamil, kelas ibu hamil dan Gerakan Sayang IBU
(GSI)”
2. Apa saja masalah yang dijumpai pada pelayanan di Poli KIA dan KB
Puskesmas Putri Ayu?
“ Kalau dari jumlah pasien, banyak ibu-ibu hamil yang datang untuk
melakukan pemeriksaan. Tetapi, masih ada beberapa kendala yang
dialami yaitu kurangnya tenaga kerja saat turun ke lapangan, sedikitnya
ibu hamil yang datang untuk mengikuti senam hamil, ruangan yang
panas dan alat-alat pemeriksaan yang fungsinya sudah mulai
berkurang.”
3. Apakah jadwal kegiatan senam hamil sering berubah-ubah?
“Senam ibu hamil dilakukan setiap hari sabtu. Kegiatan dilakukan kalau
ada ibu hamil yang datang, walaupun cuma satu orang. Tapi, kalau
tidak ada yang datang senam ibu hamilnya tidak dilakukan pada hari
itu.”
4. Apakah jadwal kegiatan kelas ibu hamil sering berubah-ubah?
“Kalau jadwal kegiatan kelas ibu hamil mengikuti jadwal ibu-ibu dan
petugas yang mengikuti kegiatannya. Misalnya ada petugas yang turun
ke lapangan untuk kegiatan lain saat hari kelas ibu hamil, kelasnya
ditunda.”
26

4.3.2. Wawancara dengan Ibu Hamil Poli KIA di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi
1. Menurut ibu bagaimana pelayanan di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu?
“Kalau menurut saya sudah bagus”
2. Apakah ada masalah selama ibu datang ke Poli KIA Puskesmas Putri
Ayu?
“Saya rasa tidak ada”
3. Apakah ibu pernah mengikuti senam ibu hamil di Puskesmas Putri
Ayu sebelumnya?
“Tidak pernah”
4. Apakah ibu pernah mendapat konseling mengenai senam ibu hamil?
“Pernah”
5. Kenapa ibu tidak pernah mengikuti senam ibu hamil di Puskesmas Putri
Ayu?
“Karena tidak sempat”
6. Apakah ibu kesini bersama keluarga?
“Iya, saya datang sama suami saya”
27

BAB V
MASALAH KESEHATAN

5.1. Identifikasi Masalah


5.1.1. Curah Pendapat (Brainstorming)

Masalah yang ditemukan pada poli KIA di Puskesmas Putri Ayu periode
April-Juni tahun 2018 adalah:
A. Input
1. Tenaga kerja untuk turun ke lapangan kurang
2. Alat-alat untuk pemeriksaan fungsinya sudah tidak terlalu bagus
3. Ruangan poli terasa panas
4. Ibu hamil malas datang untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh
poli KIA
B. Proses
1. Petugas di poli KIA memiliki kerja rangkap
2. Jadwal kegiatan kelas ibu hamil berubah-ubah
C. Output
1. Sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil
2. Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil pada periode April-Juni
2018

Dari hasil curah pendapat didapatkan 8 masalah, setelah dilakukan


pembahasan maka masalah yang diprioritaskan adalah :
1. Sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil (OUTPUT)
2. Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil pada periode bulan April-Juni
2018 (OUTPUT)
5.1.2. Konfirmasi Masalah dengan Data

Hasil identifikasi masalah kemudian dibuktikan dengan data otentik berupa


data primer ataupun data sekunder. Data sekunder berupa data yang sudah ada di
28

Puskesmas, untuk melengkapi dapat ditambah dengan data primer yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara dengan ketua dan pengelola imunisasi secara
langsung. Adapun konfirmasi data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil
Jumlah ibu hamil pada periode April-Juli tahun 2018 hanya 12 orang,.
Berdasarkan wawancara dengan petugas poli KIA, selama konseling ibu
hamil telah diberitahukan mengenai kegiatan senam hamil
2. Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil pada periode bulan April-Juni
2018
Berdasarkan dari catatan di poli KIA, jumlah ibu hamil yang datang ke
poli KIA pada periode April-Juni 2018 mengalami penurunan. Jumlah ibu
hami yang datang dari bulan April-Juni 2018 berturut-turut yaitu 227
orang, 211 orang dan 173 orang.
5.1.3. Pernyataan Masalah
1. Sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil
Hanya 1,9% ibu hamil yang mengikuti senam hamil di Puskesmas Putri
Ayu periode April-Juni 2018
2. Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil pada periode April-Juni 2018

5.1. Menentukan Prioritas Masalah

Untuk menentukan prioritas masalah pada makalah ini, maka digunakan metode
MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).
29

Tabel 5.1 MCUA untuk menentukan prioritas masalah


N Pengaruh Pengaruh
o Kriteria terhadap terhadap Besarnya Keseriusan
kesehatan kesehatan masalah masalah JUMLAH
Masalah
pasien masyarakat
Bobot 5 4 3 2

Sedikitnya ibu hamil N 8 6 5 4


yang mengikuti senam BN 40 24 15 8 87
1
ibu hamil

Menurunnya jumlah N 6 5 4 3
kunjungan ibu hamil BN 30 20 12 6 68
2 pada bulan Juni 2018
BN

Keterangan:
B : Bobot *Bobot ditentukan 1-5
N : Nilai **Nilai ditentukan 1-10
BN : Bobot x Nilai
Dari hasil MCUA diatas diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah ini adalah
sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil di Puskesmas Putri Ayu.
Tabel 5.2 Penentuan prioritas masalah dengan metode USG

No. Masalah U S G Total


1. Sedikitnya ibu hamil yang 5 4 2 11
mengikuti kegiatan senam
hamil
2. Sedikitnya ibu hamil yang ikut 4 3 1 8
dalam kegiatan kelas ibu hamil
30

Keterangan :
a. U (Urgency) : Beratnya masalah
b. S (Seriousness) : Keseriusan masalah
c. G (Growth) : Potensi perkembangan masalah
Skor ditentukan 1-5 dan skor kolom Total : U+S+G

Dari hasil tabel MCUA dan USG diatas, maka diperoleh masalah yang
prioritas pada adalah: “Sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil di
Puskesmas Putri Ayu”.
5.2. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
5.2.1. Diagram Alur (Flow Chart)
Ibu hamil datang
Loket pendaftaran
31
32

5.2.3. Konfirmasi Penyebab dengan Data

Berikut ini adalah konfirmasi data terhadap beberapa penyebab masalah yang
telah diidentifikasi seperti diagram fish bone:
1. Tidak ada brosur/leaflet
Hal ini dapat dilihat dari observasi di Poli KIA dimana tidak terlihat adanya
brosur/leaflet mengenai senam hamil.
2. Tenaga kerja untuk turun ke lapangan tidak cukup
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan petugas Poli KIA, diketahui
informasi mengenai senam hamil hanya diberikan saat konseling dan tidak
banyak kegiatan penyuluhan di luar gedung puskesmas
3. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya senam hamil
Berdasarkan dari wawancara dengan petugas Poli KIA, pada saat konseling
ibu hamil telah diinformasikan mengenai senam hamil dan manfaatnya. Tetapi
masih banyak ibu hamil yang tidak ikut kegiatan senam hamil.

5.3. Menentukan Penyebab yang Paling Dominan

Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan artinya
dengan menangulangi penyebab yang paling dominan, sebagian besar masalah sudah
dapat dipecahkan. Karena itu, dilakukan urutan dominan (pentingnya) dengan cara
diskusi, adu argumentasi dan justifikasi antar anggota tim pemecah masalah untuk
menentukan penyebab yang paling dominan dan didapatkan hasil bahwa penyebab
yang paling dominan yaitu kurangnya kesadaran tentang pentingnya senam hamil.
33

BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS,
DAN USULAN KEGIATAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH

6.1 Alternatif Cara Pemecahan Masalah


Setelah ditemukan penyebab masalah yang dominan, maka tahap berikutnya
adalah mencari cara penanggulangan yang terbaik.

Tabel 6.1.Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesaiannya

Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

Sedikitnya ibu hamil kurangnya  Memberikan/meningkatkan


yang mengikuti kesadaran konseling / penyuluhan kepada ibu
senam hamil tentang hamil dan keluarganya
pentingnya  Membuat leaflet / media informasi
senam hamil lain mengenai tujuan dan manfaat
senam hamil

6.2 Memilih Alternatif Cara Pemecahan Masalah yang Terbaik dengan MCUA
Untuk memilih alternatif pemecahan masalah yang terbaik digunakan tabel
MCUA yang dapat dilihat pada Tabel 6.2.
34

Tabel 6.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Dapat memecahkan
masalah dengan

Waktu singkat
Murah biaya
dilaksanakan
Kriteria

sempurna

Mudah

Jumlah
No.
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Bobot 5 4 3 2

1. Memberikan/ N 10 8 9 5
meningkatkan
konseling /
penyuluhan kepada BN 50 32 27 10 119
ibu hamil dan
keluarganya
2. Membuat leaflet / N 9 7 8 6
media informasi
lain mengenai
tujuan dan manfaat BN 45 28 24 12 109
senam hamil
Berdasarkan hasil MCUA diatas didapatkan prioritas pemecahan masalahnya
adalah memberikan konseling/penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarganya
mengenai tujuan dan manfaat senam hamil.

6.3. Rencana Penerapan


6.3.1. Kemungkinan Faktor Pendorong
 Adanya dukungan dari puskesmas berupa tenaga kesehatan dibidang program
KIA
 Menjalin kedekatan antara petugas dengan ibu hamil dan keluarganya
 Petugas dan kader yang siap memberi himbauan pada ibu hamil
35

6.3.2. Kemungkinan Faktor Penghambat


 Kurangnya partisipasi masyarakat mengikuti penyuluhan yang dilakukan
 Kesulitan dalam mencari waktu yang tepat
6.3.3. Upaya Mengantisipasi Faktor Penghambat
 Mengikut sertakan peran tokoh masyarakat untuk dapat mengumpulkan
ibu hamil dan keluarganya yang akan diberi penyuluhan mengenai tujuan
dan manfaat senam hamil
 Memakai waktu saat dilakukannya posyandu pada masing-masing unit
posyandu, atau dapat dikumpulkannya ibu hamil sesuai waktu yang
mereka sepakati.
6.3.4. Cara Pemecahan Setelah Antisipasi Kemungkinan Faktor Penghambat
 Pengawasan oleh Kepala Puskesmas
 Melakukan evaluasi setelah melakukan penyuluhan
 Mengajak dan melakukan diskusi terbuka dengan para lintas sektor
berkaitan dengan penyuluhan

6.4. Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah


Tabel 6.3 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Target
Membuat Kepastian Jadwal Waktu: Penanggung Tanpa Jadwal
1. jadwal waktu, tempat, pelaksanaan Segera dan jawab Biaya penyuluhan
penyuluhan sasaran penyuluhan diselesaikan program selesai
pelaksana senam hamil dalam satu KIA dibuat
bulan minggu
Oktober

Melaporkan Mendapat Mendapat Waktu: Penanggung Tanpa Jadwal


2. jadwal persetujuan persetujuan Segera dan jawab Biaya penyuluhan
kegiatan kepala jadwal diselesaikan program disetujui
kepada kepala puskesmas pelaksanaan dalam satu KIA
puskesmas penyuluhan minggu
mengenai
36

senam hamil
Mempersiapkan Presentan lebih Presentan Waktu : Kepala Tanpa Materi
3. bahan siap untuk telah siap dan segera dan Puskesmas Biaya presentasi
presentasi dan memberikan bahan diselesaikan dan dan
presentan yang penyuluhan presentasi pada minggu Penanggung presentan
akan telah siap ke 2 jawab telah siap
memberikan program
penyuluhan KIA
Melakukan Meningkat kan Petugas Lokasi: Kepala Dana Meningkat
4. kegiatan pengetahuan ibu kesehatan di Lokasi : Puskesmas Operasional nya
penyuluhan hamil mengenai poli KIA dan Ruang dan Puskesmas pengetahuan
kepada ibu senam hamil KB pertemuan Penanggung ibu hamil
hamil puskesmas jawab mengenai
mengenai Putri Ayu. program senam hamil
senam hamil Waktu: KIA
Segera dan
diselesaikan
pada minggu
ke 3

6.5. Monitoring dan Evaluasi


6.1. Monitoring
Tim pelaksana dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati. Selama pelaksanaan, perlu dilakukan monitoring untuk melihat seberapa
jauh kegiatan sudah dilaksanakan dan seberapa jauh indikator keberhasilan telah
dicapai.
Tabel 6.4 Contoh Format Monitoring Kegiatan
Kegiatan Indikator Standar Hasil Ket
No
Membuat jadwal Jadwal sudah Terlaksana Jadwal Terlaksana
1 penyuluhan dibuat dan penyuluhan 100%
disusun sudah dibuat
37

Melaporkan jadwal Jadwal Terlaksana Jadwal Terlaksana


2 kegiatan kepada kegiatan kegiatan 100%
kepala puskesmas disetuji oleh disetujui oleh
kepala Kepala
puskesmas puskesmas
Mempersiapkan Presentan Terlaksana Presentan Terlaksana
3 materi dan telah telah 100%
presentan yang akan ditentukan ditentukan
memberikan dan bahan dan bahan
penyuluhan presentasi presentasi
telah telah
disiapkan disiapkan
4 Melakukan kegiatan Kegiatan Terlaksana Kegiatan telah Terlaksana
penyuluhan kepada penyuluhan dilaksanakan 100%
ibu hamil mengenai berjalan
senam hamil lancar sesuai
jadwal

6.2. Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Membandingkan frekuensi atau tingkat masalah atau sebab masalah
sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan
bar chat atau,
2) Menggunakan format evaluasi yang disediakan.

Tabel 6.5 Contoh Format Evaluasi Kegiatan


No Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektifitas Ket

1. Pelaksanaan Jumlah ibu Peserta senam Peserta senam - Peserta


senam hamil hamil yang hamil = 12 hamil > 50 senam hamil
melakukan orang mengalami
senam hamil peningkatan
38

BAB VII
PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai upaya dalam memecahkan masalah


pada Poli KIA Puskemas Putri Ayu periode April –Juni 2018, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah yang dihadapi di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu periode April-
Juni 2018 adalah sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam
hamil dan menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil pada periode April-
Juni 2018.
2. Masalah yang diprioritaskan dalam permasalahan di Poli KIA Puskesmas
Putri Ayu periode April-Juni 2018 berdasarkan table MCUA dan USG
adalah sedikitnya ibu hamil yang mengikuti kegiatan senam hamil.
3. Faktor penyebab masalah yang paling dominion adalah kurangnya
kesadaran ibu hamil tentang pentingnya senam hamil.
4. Alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan Poli KIA di Puskesmas
Putri Ayu periode April-Juni 2018 adalah melakukan
konseling/penyuluhan dan membuat leaflet/media informasi lain
mengenai senam hamil.
5. Alternatif pemecahan masalah terpilih berdasarkan penyebab masalah
yaitu memberikan/meningkatkan konseling penyuluhan kepada ibu hamil
dan keluarganya.
7.2. Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah :
39

1. Petugas diharapkan dapat meningkatkan konseling/penyuluhan kepada ibu


hamil
2. Puskesmas diharapkan meningkatkan pelayanan kesehatan dan kegiatan yang
ada di Poli KIA
3. Puskesmas Putri Ayu dapat melakukan evaluasi rutin setiap bulannya untuk
mengetahui sejauh mana program yang telah dijalankan.
40

DAFTAR PUSTAKA

1. Nastia, Gina Indah P.,dkk. Promosi Kesehatan Ibu Dan Anak Melalui Corporate
Social Responsibility (CSR) Bidang Kesehatan Ibu Dan Anak. Prosiding KS :
Riset & PKM. 2014;3(2):365-374
2. Sistiarani, C, Gamelia, E. Analisis Pencapaian Indikator 9 Cakupan Program
Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Kesmasindo. 2012;5(2):95-120
3. Kemenkes RI. 2016. Permenkes RI No. 39 Tahun 2016 tentang PIS PK. Jakarta:
Depkes RI
4. Kemenkes RI. 2014. Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
Jakarta: Depkes RI
5. Zahtamal, dkk. Determinant Factor Analysis on Mother and Child Health Service
Problem. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011;6(1)
6. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Dan Anak (Pws-Kia). Jakarta: Depkes RI
7. Tasrim, dkk. 2014. Leadership (Masalah Kesehatan KIA). Kendari: STIK
Mandala Waluya

Anda mungkin juga menyukai