Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam mengukur


derajat kesehatan suatu negara. Status kesehatan ibu dan anak dapat dilihat
dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
390/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990) menjadi 359 / 100.000
kelahiran hidup (data SDKI tahun 2012). Namun demikian, jika dibandingkan
dengan target Millenium Development Goals (MDG) 5 pada tahun 2015
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia masih belum mencapai
target tersebut.
Salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan ibu adalah pelayanan
antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Salah satu indikator yang
digunakan dalam pelayanan antenatal adalah cakupan K4. Selama tahun 2006
sampai tahun 2019 cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 cenderung
meningkat. Jika dibandingkan dengan target Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan tahun 2019 yang sebesar 80%, capaian tahun 2019
telah mencapai target yaitu sebesar 88,54%. Walaupun demikian, masih
terdapat disparitas antarprovinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya
cukup besar.2 Target Cakupan K4 di Nusa Tenggara Barat untuk tahun 2020
sebesar 98%, sedangkan cakupan K4 di Lombok Barat tahun 2020 sebesar
97,18%.3 Pencapaian cakupan K4 di Puskesmas Banyumulek bulan Januari –
Juni 2021 sebesar 47,55 %, belum mencapai target yang ditetapkan sebesar
49%.
Selain ibu, anak dalam hal ini balita juga memerlukan perhatian khusus.
Balita adalah calon generasi penerus bangsa yang sedang berada dalam masa
golden age, maka dari itu kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu

1
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. 9 Cakupan balita
yang mendapat pelayanan kesehatan di Provinsi NTB tahun 2020 sebesar
86,45%, mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu naik sekitar
16,33% jika dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 70,12%. Cakupan
pelayanan kesehatan Balita di Lombok Barat tahun 2020 sebesar 89,67%.3
Pencapaian pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) balita di Puskemas Banyumulek bulan Januari-Juni 2021 sebesar
40,03%, masih belum tercapai target yaitu sebesar 42,55%.
Strategi lain untuk menekan angka kematian ibu dan bayi adalah
melalui pelayanan keluarga berencana. Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Metode kontrasepsi terdiri dari
metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi
efektif terpilih (non MKET). Akseptor KB aktif di Indonesia tahun 2019
sebesar 62,5%, sedangkan target yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%
sehingga belum mencapai target. Sebagian besar akseptor KB aktif memilih
KB non MKET (suntik 63,7% dan pil 17,0%); sedangkan akseptor KB aktif
yang memilih KB MKET masih rendah (IUD/AKDR 7,4%; Metode Operasi
Pria 0,5%; Metode Operasi Wanita 2,7%; implant 7,4%)
Pemilihan kontrasepsi KB MKET peserta KB Aktif dan KB Pasca
Persalinan di NTB tahun 2020 memiliki persentase masing-masing 24,06 %
dan 16,65%, masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan KB
Non MKET.3 Di Puskesmas Banyumulek, persentase target akseptor KB
MKET bulan Januari – Juni 2021 sebesar 34%, namun persentase
pencapaiannya hanya 23,84% sehingga masih belum mencapai target.
Berdasarkan permasalahan tersebut, disusunlah suatu evaluasi terhadap
program KIA khususnya, program KIA termasuk KB di UPT Puskesmas
Banyumulek. Melalui evaluasi program ini diharapkan dapat menemukan

2
penyebab masalah dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) termasuk KB (Keluarga Berencana)
di UPT Puskesmas banyumulek.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya evaluasi program adalah:
1. Menentukan masalah utama program (prioritas).
2. Menentukan penyebab masalah tersebut.
3. Mencari jalan keluar atau penyelesaian masalah tersebut.
4. Membuat rencana penyelesaian.

1.3 Manfaat
Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan data rujukan dalam
melakukan dan pemantauan program Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama, yang
mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif. Puskemas memiliki
tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayah yang telah
ditentukan sebagai wilayah kerjanya. Tujuan dibentuknya puskesmas adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas yang setinggi tingginnya. Untuk mencapai tujuanya Puskesmas
melaksanakan program dengan pendekatan keluarga sehat.12
Dalam menjalankan program kerjanya, puskesmas memiliki 2 upaya
kesehatan, yaitu upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan perorangan merupakan upaya kesahatan di
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Upaya Kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.12
Untuk memenuhi fungsi dan tujuannya, puskesmas memiliki upaya
kesehatan dan azas penyelenggaraan. Upaya kesehatan Puskesmas terdiri atas
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
wajib terdiri atas enam bagian yaitu: 12
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

4
6. Upaya pengobatan

2.2 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana


Upaya Kesehatan ibu dan anak (KIA) serta keluarga berencana
merupakan bentuk upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam
membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dalam bidang
kesehatan ibu dan anak. Spektrum KIA yaitu dimulai saat seorang wanita
mempersiapkan kehamilan, selama masa hamil, melahirkan, masa nifas dan
menyusui, masa menggunakan kontrasepsi keluarga berencana sampai usia
lanjut. Sementara itu, kesehatan bayi harus diperhatikan sejak janin berada
dalam kandungan, selama proses kelahiran, saat baru lahir, bayi, balita, anak
prasekolah, masa sekolah hingga remaja.13
Upaya KIA memiliki beberapa program kesehatan. Program kesehatan
ibu meliputi antenatal care, persiapan persalinan, pembererian edukasi
mengenai nutrisi selama kehamilan, tanda bahaya, tanda akan adanya
persalinan, proses persalinan hingga periode nifas. Program kesehatan anak
meliputi manajemen terpadu balita sakit (MTBS), Imunisasi dasar lengkap,
pemberian vitamin A, monitoring gizi dan tumbuh kembang dan lain-lain.13

2.3 Program Program Pelayanan Antenatal


Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan komprehensif dan
berkualitas mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang meliputi pelayanan KIA, gizi, penyakit menular, PTM, KtP selama
kehamilan. Tujuan pelayanan antenatal adalah agar ibu dapat menjalani masa
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat serta bayi yang dilahirkan
sehat.13
Ibu hamil minimal mendapatkan 4 kali pelayanan antenatal agar ibu
hamil mendapatkan pelayanan terpadu yang komperhensif. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut.13
1) 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan 14 minggu
2) 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama umur kehamilan 14–28 minggu

5
3) 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28–36 minggu dan
setelah umur kehamilan 36 minggu
Dalam pelaksanaan pelayanan antenatal suami dan/atau keluarga
diharapkan dapat hadir minimal 1 kali selama pelayanan berjalan Hal tersebut
bertujuan agar keluarga mendapatkan pengertian mengenai perubahan
perubahan yang terjadi selama kehamilan, tanda bahaya selama kehamilan,
persiapan dan perencarnaan tempat bersalin serta tanda akan adanya
persalinan, agar menjadi lebih siaga dalam mengawal kehamilan.13
Pemeriksaan yang dilakukan selama pelayanan antenatal meliputi
pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti berikut: 13

Tabel 2.1 pemeriksaan pada pelayanan antenatal


Trimester
No Pemeriksaan Keterangan
I II III
1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin
2 Suhu Tubuh √ √ √ Rutin
3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin
4 Berat Badan √ √ √ Rutin
5 LILA √ Rutin
6 TFU √ √ Rutin
7 Presentasi Janin √ √ Rutin
8 DJJ √ √ Rutin
9 Pemeriksaan Hb √ ⃰ √ Rutin
10 Golongan Darah √ √ Rutin
11 Protein Urin √ ⃰ Rutin
Gula
12 ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
darah/reduksi
13 Darah Malaria √ ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
14 BTA ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
15 Darah Sifilis ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
16 Serologi HIV √ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
17 USG ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi

Pelayanan ANC dapat disertai dengan diadakanya kelas ibu hamil.


Kelas Ibu Hamil merupakan sarana belajar kelompok tentang kesehatan ibu
hamil, bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta
mengubah sikap dan prilaku ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan

6
nifas, perawatan bayi baru lahir melalui praktik dengan menggunakan Buku
KIA. Tujuan dilaksanakanya kelas ibu hamil adalah meningkatkan
pengetahuan,merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
perubahan tubuh dan keluhan selama hamil, perawatan kehamilan, persalinan,
IMD, perawatan nifas, KB pascasalin, perawatan bayi baru lahir dan ASI
eksklusif, penyakit menular, adat istiadat, dan akte kelahiran.13
Selama pelaksanaanya, terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan program ANC. Salah satu yang menjadi faktor keberhasilan
program ANC adalah jumlah kunjungan. Menurut penelitian Salamah, dkk,
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan K4 adalah faktor reinforcing
(umur ibu dan pengetahuan ibu), faktor enabling (jarak tempuh dari rumah ke
fasilisitas pelayanan terdekat dan kualitas ANC), serta faktor reinforcing
(dukungan suami).4 Pada penelitian Mustikasari (2019) menemukan bahwa
faktor yang berhubungan dengan cakupan K4 adalah status perkawinan,
dukungan sesama ibu hamil, kepesertaan kelas ibu hamil, dan sikap petugas
kesehatan.5

2.4 Pelayanan SDIDTK Balita


Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di wilayahnya, termasuk
pelayanan SDIDTK. Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam penerapan
pelayanan SDIDTK di wilayah kerjanya. Tugas dan tanggung Jawab Kepala
Puskesmas dalam penerapan Pelayanan SDIDTK adalah sebagai berikut: 15
1. Memfasilitasi tenaga kesehatan dalam menerapkan SDIDTK sesuai
standar serta kegiatan peningkatan kemampuan Ibu, keluarga dan
masyarakat dalam pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak
dengan menggunakan buku KIA.
2. Memfasilitasi kesiapan sumber daya pendukung pelaksanaan SDIDTK
(sarana dan peralatan yang dipakai untuk melakukan SDIDTK), alur
pelayanan dan biaya operasional.
3. Memperkuat jejaring pelayanan guna meningkatkan cakupan pelaksanaan
SDIDTK termasuk jejaring dengan fasilitas rujukan tumbuh kembang.

7
4. Memastikan kesinambungan penerapan SDIDTK di wilayah kerjanya.
Pelaksanaan program SDIDTK disuatu wilayah disebut berhasil, bila
semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan DDTK,
ditindaklanjuti oleh keluarga dengan menstimulasi anak dan dirujuk bilamana
memerlukan rujukan. Penerapan SDIDTK dapat dilakukan di dalam maupun
di luar gedung. Penerapan SDIDTK di dalam gedung dilakukan di
Puskesmas, dan di Pustu. Penerapan SDIDTK di luar gedung dapat dilakukan
di Posyandu, Kelas Ibu Balita dan PAUD seperti di TK/RA, Kelompok
Bermain, tempat pengasuhan anak dan satuan PAUD sejenis.15
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan program SDIDTK
adalah jumlah pelaksanaan program tersebut. Penelitian yang dilakukan
Syofiah dkk di Puskesmas Andalas dan Puskesmas Air Dingin menemukan
bahwa rendahnya pelaksanaan program SDIDTK balita dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, kurangnya peran orang tua yang memiliki balita
untuk melakukan pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan balitanya ke
pelayanan kesehatan, rendahnya pemahaman orang tua mengenai program
SDIDTK balita, wilayah kerja yang kurang luas, inovasi petugas yang
kurang, dan kurangnya sosialisasi petugas kesehatan yang turun ke lapangan
mengenai program SDIDTK.11

2.5 Pelayanan KB MKET


Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas.

8
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat
mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang
sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).
Puskesmas sebagia fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
(FKTP) memiliki beberapa fungsi dalam pelananan keluarga berencana.
Pelayanan yang dapat dilakukan oleh puskesmas yaitu:
1. Pelayanan konseling;
2. Kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
3. Serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
4. Penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat
penggunaan kontrasepsi;
5. Merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
Metode kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas dibagi menjadi 2 yaitu
metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi
efektif terpilih (non MKET). Metode kontrasepsi yang termasuk dalam
MKET adalah IUD, implant, dan kontrasepsi mantap, sedangkan yang
termasuk dalam non MKET adalah pil, suntik hormonal dll. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lontaan, Kusmiati, Dompas pada tahun 2014
di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, sebagian besar akseptor KB
menggunakan metode kontrasepsi yaitu non MKET. Pada penelitian tersebut
dijabarkan ada beberapa faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi yaitu faktor Sosial ekonomi, tingkat pendidikan, adanya
partisipasi suami/istri dan usia.6, 14

9
10
BAB III
METODE

3.1 Alur Evaluasi Program


Evaluasi program KIA dan KB UPT. Puskesmas Banyumulek
dilakukan dengan pendekatan sistem. Suatu sistem terdiri dari masukan,
proses, dan keluaran: evaluasi dengan pendekatan sistem melakukan
penilaian pencapaian pada keluaran sistem suatu program kesehatan.
Secara umum, alur evaluasi program yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:

Mencari masalah Menetapkan prioritas


Menentukan dengan masalah apabila
Program yang akan membandingkan ditemukan lebih dari
di evaluasi pencapaian satu masalah (Metode
terhadap target USG)

Menetapkan
Menentukan Mengidentifikasi
rencana usulan
alternatif penyebab masalah
kegiatan
pemecahan masalah menggunakan
metode Fishbone

Plan of Action

Bagan 3.1: Alur Evaluasi Program

11
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI

4.1 Identifikasi Masalah


4.1.1 Judul dan Topik Evapro
 Nama Program Kesehatan: Evaluasi Program KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) termasuk KB (Keluarga Berencana) di wilayah kerja
UPT. Puskesmas Banyumulek tahun 2021
 Pelaksana Program: Divisi KIA termasuk KB UPT. Puskesmas
Banyumulek
 Tempat: UPT. Puskesmas Banyumulek, Jalan Bizam II (Bandara
Internasional Zainul Abdul Majid) Dusun Kerangkeng Desa
Banyumulek, Lombok Barat
 Waktu: Januari – Juni 2021
4.1.2 Indikator Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) termasuk KB
(Keluarga Berencana) di UPT. Puskesmas Banyumulek bulan Januari -
Juni Tahun 2021

Tabel 4.1: Indikator program KIA Desa Rumak

No Program Indikator Target Pencapaian

1 Kesehatan Ibu Kunjungan Ibu hamil 49 % 44,44%


Lengkap (K4) sesuai
standar

Persalinan oleh tenaga 45 % 35,38%


kesehatan terlatih di
faskes sesuai standar

Pelayanan Nifas lengkap 47,50 % 31,67%


(KF3) sesuai standar

Pelayanan ibu hamil resti 45% 43,65%


dan mengalami

12
komplikasi

Kesehatan bayi Penanganan bayi resti dan 42% 27,83%


2 rujukan resti / komplikasi

Pelayanan kesehatan
neonatal lengkap (KN3) 48% 35,65%
sesuai standar

Pelayanan kesehatan
bayi lengkap (Bayi 4) 48% 59,13%
sesuai standar

Upaya kesehatan Pelayanan SDIDTKA 42,50% 41,36%


3 balita dan anak balita (balita 2)
pra sekolah
Pelayanan SDIDTKA 50% 93,65%
anak pra sekolah

Pelayanan Akseptor KB aktif 75% 75,92%


4 keluarga
berencana Akseptor KB MKET 34% 27,41 %

Program KIA di desa Rumak memiliki beberapa indikator pencapaian


yang belum memenuhi target, antara lain kunjungan ibu hamil lengkap (K4)
sesuai standar (44%), persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di faskes
sesuai standar (35,83%), pelayanan nifas lengkap (KF3) sesuai standar
(31,67%), pelayanan ibu hamil resti dan mengalami komplikasi (43,65%),
penanganan bayi resti dan rujukan resti / komplikasi (27,83%), pelayanan
kesehatan neonatal lengkap (KN3) sesuai standar (35,65%), pelayanan
SDIDTKA balita (balita 2) (41,36%), akseptor KB MKET (27,41%).

13
Tabel 4.2: Indikator Program KIA Desa Banyumulek

No Program Indikator Target Pencapaian

1. Kesehatan Ibu Kunjungan Ibu hamil 49 % 55,8%


Lengkap (K4) sesuai
standar

Persalinan oleh tenaga 45 % 57,23%


kesehatan terlatih di
faskes sesuai standar

Pelayanan Nifas lengkap 47,50 % 59,94%


(KF3) sesuai standar

Pelayanan ibu hamil resti 45% 74,59%


dan mengalami
komplikasi

2. Kesehatan bayi Penanganan bayi resti 42% 65,04%


dan rujukan resti /
komplikasi

Pelayanan kesehatan 48% 57,93%


neonatal lengkap (KN3)
sesuai standar

Pelayanan kesehatan 48% 53,66%


bayi lengkap (Bayi 4)
sesuai standar

3 Upaya kesehatan Pelayanan SDIDTKA 42,50% 38,29%


balita dan anak balita (balita 2)
pra sekolah
Pelayanan SDIDTKA 50% 85,11%
anak pra sekolah

4 Pelayanan Akseptor KB aktif 75% 85,29%


keluarga
berencana Akseptor KB MKET 34% 33,50 %

14
Hampir semua indikator Program KIA di desa Banyumulek telah
memenuhi target. Hanya satu indikator program yang belum memenuhi
target, yaitu akseptor KB MKET (33, 50%)

Tabel 4.3: Indikator Program KIA Desa Dasan Baru

No Program Indikator Target Pencapaian

1 Kesehatan Ibu Kunjungan Ibu hamil 49 % 46,15%


Lengkap (K4) sesuai
standar

Persalinan oleh tenaga 45 % 44,83%


kesehatan terlatih di
faskes sesuai standar

Pelayanan Nifas lengkap 47,50 % 44,83%


(KF3) sesuai standar

Pelayanan ibu hamil resti 45% 60,44%


dan mengalami
komplikasi

2 Kesehatan bayi Penanganan bayi resti 42% 73,17%


dan rujukan resti /
komplikasi
48% 48,78%
Pelayanan kesehatan
neonatal lengkap (KN3)
sesuai standar
48% 57,32%
Pelayanan kesehatan
bayi lengkap (Bayi 4)
sesuai standar

3 Upaya kesehatan Pelayanan SDIDTKA 42,50% 41,99%


balita dan anak balita (balita 2)
pra sekolah
Pelayanan SDIDTKA 50% 90,65%
anak pra sekolah

15
Pelayanan Akseptor KB aktif 75% 78,80%
4 keluarga
berencana Akseptor KB MKET 34% 15,47%

Program KIA di desa Dasan Baru hanya memiliki satu program yang
semua indikator pencapaiannya telah memenuhi target, yaitu kesehatan bayi.
Sedangkan beberapa indikator pencapaian yang belum memenuhi target
antara lain kunjungan ibu hamil lengkap (K4) sesuai standar (46,15%),
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di faskes sesuai standar (44,83%),
pelayanan Nifas lengkap (KF3) sesuai standar (44,83%), pelayanan
SDIDTKA balita (balita 2) (41,99%), akseptor KB MKET (15,47%).

Tabel 4.4: Indikator Program KIA Desa Lelede

No Program Indikator Target Pencapaian

1 Kesehatan Ibu Kunjungan Ibu hamil 49 % 43,84%


Lengkap (K4) sesuai
standar

Persalinan oleh tenaga 45 % 50%


kesehatan terlatih di
faskes sesuai standar

Pelayanan Nifas lengkap 47,50 % 45,71%


(KF3) sesuai standar

Pelayanan ibu hamil resti 45% 47,95%


dan mengalami
komplikasi

2 Kesehatan bayi Penanganan bayi resti 42% 30,30%


dan rujukan resti /
komplikasi

Pelayanan kesehatan 48% 50%


neonatal lengkap (KN3)
sesuai standar

16
Pelayanan kesehatan 48% 54,55%
bayi lengkap (Bayi 4)
sesuai standar

Upaya kesehatan Pelayanan SDIDTKA 42,50% 38,48%


3 balita dan anak balita (balita 2)
pra sekolah
Pelayanan SDIDTKA 50% 79,78%
anak pra sekolah

Pelayanan Akseptor KB aktif 75% 70,14%


4 keluarga
berencana Akseptor KB MKET 34% 19%

Program KIA di desa Lelede memiliki beberapa indikator pencapaian


yang belum memenuhi target, antara lain kunjungan ibu hamil lengkap (K4)
sesuai standar (43,84%), pelayanan nifas lengkap (KF3) sesuai standar
(45,71%), penanganan bayi resti dan rujukan resti / komplikasi (30,30%),
pelayanan SDIDTKA balita (balita 2) (38,48%), Akseptor KB aktif (70,14%),
akseptor KB MKET (27,41%).

4.2 Prioritas Masalah


Program kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana tertuju
pada Kesehatan ibu, Kesehatan bayi, Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra
Sekolah, dan Pelayanan keluarga berencana. Oleh karena terdapat tiga poin
permasalahan yang terdeteksi dalam program KIA termasuk KB di wilayah
kerja UPT. Puskesmas Banyumulek tahun 2021 maka diperlukan pemilihan
prioritas masalah dengan menggunakan metode USG.
Parameter yang dinilai yakni: Urgency (Seberapa mendesak isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia), Seriousness (Seberapa
serius isu tersebut dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah), Growth (Kemungkinan masalah tersebut
berkembang semakin buruk jika tidak ditangani)

17
Tabel 4.5: Matriks Pemilihan Prioritas Masalah
TINGKA
TINGKAT TINGKAT
T NIL
MASALAH SERIOUSNES GROWT
URGENS AI
S H
I
Pelayanan
kesehatan ibu
hamil sesuai
1
dengan 3 5 5
3
standar untuk
kunjungan
lengkap
Cakupan
peserta KB
Aktif dengan 1
3 5 4
KB MKJP 2
dan non
MKJP
Cakupan
pelayananan
SDIDTK 2 3 3 8
Balita rendah

Keterangan:
 Sangat besar : 5
 Besar :4
 Sedang :3
 Kecil :2
 Sangat kecil :1
Dari ketiga indikator masalah diatas, didapatkan yang menjadi prioritas
masalah dengan menggunakan metode USG adalah pelayanan kesehatan ibu
hamil sesuai dengan standar untuk kunjungan lengkap, ditinjau dari tingkat
seberapa mendesaknya masalah tersebut harus ditangani, seberapa besar efek
yang ditimbulkan dan akibat jangka panjang yang akan timbul jika masalah
tersebut tidak ditangani.

18
4.3 Identifikasi Penyebab Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, lalu menganalisis penyebab
masalah dengan cara menggali berdasarkan data atau kepustakaan. Untuk
membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah digunakan diagram
fish bone. Kemudian mencari penyebab dominan dilakukan dengan
mengkonfirmasikan kemungkinan penyebab yang ditemukan pada bagian
program tersebut. Setelah itu, dicari penanggulangan penyebab masalah
dengan menyusun alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya, menetapkan
pemecahan masala masalah terpilih dengan kriteria kriteria matriks. Setelah
menemukan urutan prioritasnya, disusunlah Plan of Action.

19
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE

Sasaran yang tidak


tercatat karena berpindah
tempat tinggal dari wilker
UPT. PKM Banyumulek Susahnya alur dalam
Alat USG yang terkadang mengurus BPJS di
bermasalah lingkungan desa
Kurangnya peran serta
keluarga, toga dan toma
Pelayanan
Kesehatan ibu
hamil untuk
kunjungan
lengkap
Masih tingginya
Belum waktunya kasus abortus
kunjungan K4
Kurang media edukasi Peran kader dalam
seperti poster atau pengawasan pada ibu hamil
Kurangnya KIE
pada ibu hamil pamflet tentang ANC
dan keluarga Kurangnya pemahaman ibu
hamil tentang pemeriksaan
kehamilan
METHOD MATERIAL MAN

Gambar 4.1: Fishbone Analisis Penyebab Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Untuk Kunjungan Lengkap

22
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE

Guru sekolah kurang


mengerti masalah tumbuh
kembang anak
Sarana seperti Snellen E Dana dalam
TDL, Instrumen TDD pelaksanaan program
Peran keluarga yang kurang yang masih kurang SDIDTK Balita terbatas
dalam pemantauan tumbang
anak

Cakupan
pelayananan
SDIDTK
Kurangnya
Balita rendah
pengetahuan
tenaga kesehatan
tentang
Penyuluhan Skrining pelaksanaan
tentang dalam deteksi SDIDTK Balita
SDIDTK dini
Balita kurang penyimpangan Kurangnya tenaga
optimal perkembangan kesehatan yang
anak dan mengikuti
METHOD MATERIAL emosional MAN pelatihan
masih kurang SDIDTK Balita

Gambar 4.2: Fishbone Analisis Penyebab Cakupan pelayananan SDIDTK Balita rendah

23
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Kegiatan program KB dianggap
Banyaknya PUS yang tidak membutuhkan dana yang
menolak KB MKJP besar

Beredarnya mitos
dimasyarakat Anggaran dana yang terbatas dari
mengenai bahayanya pemerintah untuk program KB
alat kontrasepsi yang khususnya KB MKET
dimasukkan ke dalam
vagina
Cakupan
peserta KB
Aktif dengan
Kurangnya tenaga
Permintaan KB MKJP dan
ahli sebagai
masyarakat yang pelayanan program non MKJP
Tidak adanya rendah terhadap KB MKET
buku panduan pemilihan alat
baku kontrasepsi jangka Kurangnya pelatihan petugas
pencatatan data panjang program KB mengenai
KB untuk pemasangan IUD dengan benar
dipelajari Kurangnya
petugas KB media promosi Pengetahuan ibu yang kurang
program KB mengenai perbedaan KB
METHOD MATERIAL MAN MKJP dan KB Non MKJP
MKJP

Gambar 4.3: Fishbone analisis akseptor KB MKJP

24
4.4 Daftar Penyebab Masalah
Pendekatan sistem dilakukan untuk penilaian dalam pencapaian
suatu program kesehatan. Suatu pendekatan sistem terdiri dari masukan,
proses, dan keluaran dalam merumuskan suatu penyebab masalah. Berikut
ini adalah penyebab masalah yang diambil dari fishbone dan kemudian
dikategorikan pada masukan (input), proses, keluaran (output):

Tabel 4.6: Penyebab Masalah pada masukan (Input)


NO Penyebab Masalah
1 Kurangnyan peran serta keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat.
2 Belum waktunya kunjungan K4
3 Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
4 Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan

Tabel 4.7: Penyebab Masalah pada proses


NO Penyebab Masalah Aspek
1  Peran kader dalam pengawasan Man
pada ibu hamil
 Masih tingginya kasus abortus
2 Kurang media edukasi seperti poster Material
atau pamflet tentang ANC
3 Alat USG yang terkadang bermasalah Machine
4 Susahnya alur dalam mengurus BPJS di Money
lingkungan desa

Tabel 4.8: Penyebab Masalah pada keluaran (Output)


NO Penyebab Masalah
1 Sasaran yang tidak tercatat karena berpindah tempat tinggal dari
wilker PKM Banyumulek

4.5 Alternatif Penyebab Masalah

23
Setelah diperoleh daftar penyebab masalah, maka dapat dilakukan
langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah.
Berikut ini adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada:

Tabel 4.9: Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif

Kades dan kader


Sasaran yang tidak tercatat karena berpindah bekerjasama dalam
1 tempat tinggal dari wilker PKM Banyumulek menginput data
kependudukan setiap
bulannya
Kurangnya peran serta keluarga, toga dan
2 toma Penyuluhan

Di buatkan pengadaan /
3 Alat USG yang terkadang bermasalah anggaran biaya service
USG
Bidan desa membantu
Susahnya alur dalam mengurus BPJS di pendataan serta
4 lingkungan desa memberikan arahan dalam
pembuatan BPJS
Membuatkan daftar
kunjungan K1-K4 yang
5 Belum waktunya kunjungan K4
terjadwal berupa kalender
tiap trimester kehamilan
Pembuatan media edukasi
Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
6 berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Kurang media edukasi seperti poster atau Pembuatan media edukasi
7 pamflet tentang ANC berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Meningkatkan koordinasi
8 Peran kader dalam pengawasan pada ibu hamil
lintas program
Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang Penyuluhan berupa video
9
pemeriksaan kehamilan edukasi
Meningkatkan koordinasi
1 kader dan bidan di PKM
Masih tingginya kasus abortus
0 dalam pengawasan ibu
hamil pada trimester 1

24
Tabel 4.10: Urutan Alternatif Pemecahan Masalah
NILAI KRITERIA HASIL AKHIR

PENYELESAIAN MASALAH URUTAN


M I V C (M x I x V) / C

Penyuluhan berupa video edukasi


3 4 2 2 12 2
Pembuatan poster
4 4 4 3 21,3 1

Meningkatkan koordinasi tim


3 4 2 4 6 6

Pembuatan proposal pengadaan /


anggaran biaya service USG 4 3 3 5 7,2 5

Membuat daftar kunjungan yang


3 3 2 2 9 3
terjadwal tiap trimester kehamilan
Memberikan arahan dalam
2 4 2 2 8 4
pembuatan BPJS

Keterangan :
M (Magnitude) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
I (Importancy) : Pentingnya cara penyelesaian masalah
V (Vulnerability) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah
C (Cost) : Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah

Tabel 4.11: Keterangan skor masing-masing kriteria MIV/C

Magnitude Importancy Vulnerability Cost


1. Tidak Magnitude Tidak Penting Tidak Sensitif Sangat Murah
2. Kurang Magnitude Kurang Penting Kurang Sensitif Murah
3. Cukup Magnitude Cukup Penting Cukup Sensitif Cukup Murah
4. Magnitude Penting Sensitif Kurang Murah
5. Sangat Magnitude Sangat Penting Sangat Sensitif Tidak Murah

25
Berdasarkan penyebab masalah yang terjadi didapatkan alternatif
pemecahan masalah yaitu pembuatan poster.

Tabel 4.12: Prioritas Alternatif Pemecahan masalah


NO ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
1 Pembuatan Poster

4.6 Rencana Usulan Kegiatan


Adapun rencana operasional kegiatan atau Plan of Action (POA) dapat
dilihat sebagai berikut:

26
N Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Biaya Sumber Penanggung Ke
o Dana Jawab t
1 Persiapan: - Terlaksananya - Kader/ Septemb - - Kepala Puskesmas
-Pembuatan Surat Kades Desa er dan tim pelaksana
kegiatan
permohonan izin Rumak, 2021
penyebaran poster Banyumulek
- Penyerahan Surat ,
permohonan izin Dasan Baru,
penyebaran poster Lelede
di beberapa desa
wilker UPT PKM
Banyumulek
- Berkordinasi
dengan para kader /
kepala desa untuk
tempat pemasangan
poster
2 Pelaksanaan: - Mencegah Ibu hamil Septemb Rp. Tim Kepala
peningkatan kasus Trimester 1, er2021 150.000 Pelaksana Puskesmas, Tim
- Penyebaran Poster
Abortus Trimester 2, (Dokter P2P, Promkes,
- Menambah dan Internsip) dan dokter
pengetahuan Trimester 3 pendamping
tentang kunjungan internsip
lengkap pada ibu
hamil
Tabel 4.13: Tabel Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

27
28
Tabel 4.14: Kegiatan Penyebaran Poster
No Kegiatan
Penanggung
Pemecahan Indikator Metode
Masalah Jawab

1 Penyebaran Poster Menambahkan dan Di beberapa - Kepala


meningkatkan pustu, Puskesmas
pengetahuan ibu Ruang KIA - Tim
dalam kunjungan UPT. Pelaksana
lengkap masa Puskesmas - Dokter
kehamilan Banyumule pendamping
k

28
Gambar 4.4: Contoh Desain Poster

29
BAB
V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

30
Berdasarkan hasil evaluasi program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
termasuk KB (Keluarga Berencana) di wilayah kerja UPT. Puskesmas
Banyumulek Tahun 2021, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Masalah dalam pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek
tahun 2021 adalah pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar untuk
kunjungan lengkap, cakupan peserta KB aktif dengan KB MKJP dan
KB non MKJP, kurang optimalnya kinerja dalam program SDIDTK
yang tidak memenuhi tujuan dan target yang telah ditetapkan.
5.1.2 Setelah dilakukan evaluasi maka didapatkan penyebab masalah yang
dikategorikan pada:
 Input:
- Kurangnya peran serta keluarga, tokoh agama, tokoh
masyarakat
- Belum waktunya kunjungan K4
- Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
- Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pemeriksaan
kehamilan
 Process:
- Peran kader dalam pengawasan ibu hamil dan masih tingginya
kasus abortus
- Kurangnya media edukasi seperti poster, banner, leaflet dan
video edukasi
- Alat USG yang terkadang bermasalah
- Susahnya alur dalam mengurus BPJS di lingkungan desa

 Output:
- Sasaran yang tidak tercatat karena berpindah tempat tinggal
dari wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek

31
5.1.3 Berdasarkan penyebab masalah yang didapatkan, alternatif penyelesaian
masalah tersebut dapat dilakukannya penyebaran poster.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan laporan mini project ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya
pemeriksaan kehamilan secara lengkap, memilih penggunaan alat
kontrasepsi yang tepat dan lebih optimal dalam kinerja pada stimulasi,
deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak.
5.2.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Perumusan kebijakan terkait evaluasi program KIA dan KB agar
dapat lebih dioptimalkan dalam hal dilaksanakannya penyuluhan,
penjaringan kasus, dan koordinasi antar program.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
2. _________________.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
3. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara barat tahun 2020. Dinkes Provinsi NTB. Mataram
4. Salamah & P. Humairah. 2019. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kunjungan K4 Di Wilayah Kerja Puskesmas Teupin Raya
Kabupaten Pidie tahun 2017. Journal of Healthcare Technology and
Medicine. Volume 5. No 2
5. Mustika, Risqi. 2019. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan
Cakupan K4 PWS di Puskesmas Dendang Kabupaten Belitung Timur.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga. Surabaya.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Manajemen
Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. [PDF] available at
<http://stikesyahoedsmg.ac.id/web/media/ebookbidan/Pedoman
%20Manajemen%20Pelayanan%20KB.pdf> [accessed 26 august 2021]
7. Lontaan, Anita., Kusmiyati., Dompas, Robin. 2014. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di
Puskesmas Damau Kabupaten Talaud. [PDF] available at
<https://media.neliti.com/media/publications/91154-ID-faktor-faktor-
yang-berhubungan-dengan-pe.pdf> [accessed August 26th 2021]
8. Setyatama, Ike Putri. 2019. Pengaruh peran Aktif Kader Kesehatan
Terhadap Kunjungan Neonatus Lengkap di Posyandu Desa Timbangreja
Wilayah Kerja Puskesmas Lebaksiu Kabupaten Tegal. Bhamada JITK.
Volume 10. No 1

33
9. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta
10. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta
11. Syofiah, P.N., R. Machmud., & E. Yantri. 2019. Analisis Pelaksanaan
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Balita di Puskesmas Kota Padang tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Andalas. Volume 8 No 4
12. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 43 Tahun 2019. Jakarta. [PDF]
available at <https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/pmk-nomor-
43-tahun-2019-tentang-puskesmas.pdf> [accessed August 24th 2021]
13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Ibu dan Anak. Jakarta. [PDF] available at
<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/02Buku-KIA-06-10-2015-small.pdf> [accessed
24th August 2021]
14. Manurung, Suryani. 2013. Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan
Akseptor Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang [PDF]
available at <https://media.neliti.com/media/publications/39532-ID-
model-pengambilan-keputusan-meningkatkan-akseptor-keluarga-
berencana-metode-kont.pdf> [accessed August 26th 2021]
15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. [PDF]
Available at <https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-
center/Buku%20SDIDTK_1554107456.pdf> [Accessed 24th August 2021]

34

Anda mungkin juga menyukai