PENDAHULUAN
1
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. 9 Cakupan balita
yang mendapat pelayanan kesehatan di Provinsi NTB tahun 2020 sebesar
86,45%, mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu naik sekitar
16,33% jika dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 70,12%. Cakupan
pelayanan kesehatan Balita di Lombok Barat tahun 2020 sebesar 89,67%.3
Pencapaian pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) balita di Puskemas Banyumulek bulan Januari-Juni 2021 sebesar
40,03%, masih belum tercapai target yaitu sebesar 42,55%.
Strategi lain untuk menekan angka kematian ibu dan bayi adalah
melalui pelayanan keluarga berencana. Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Metode kontrasepsi terdiri dari
metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi
efektif terpilih (non MKET). Akseptor KB aktif di Indonesia tahun 2019
sebesar 62,5%, sedangkan target yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%
sehingga belum mencapai target. Sebagian besar akseptor KB aktif memilih
KB non MKET (suntik 63,7% dan pil 17,0%); sedangkan akseptor KB aktif
yang memilih KB MKET masih rendah (IUD/AKDR 7,4%; Metode Operasi
Pria 0,5%; Metode Operasi Wanita 2,7%; implant 7,4%)
Pemilihan kontrasepsi KB MKET peserta KB Aktif dan KB Pasca
Persalinan di NTB tahun 2020 memiliki persentase masing-masing 24,06 %
dan 16,65%, masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan KB
Non MKET.3 Di Puskesmas Banyumulek, persentase target akseptor KB
MKET bulan Januari – Juni 2021 sebesar 34%, namun persentase
pencapaiannya hanya 23,84% sehingga masih belum mencapai target.
Berdasarkan permasalahan tersebut, disusunlah suatu evaluasi terhadap
program KIA khususnya, program KIA termasuk KB di UPT Puskesmas
Banyumulek. Melalui evaluasi program ini diharapkan dapat menemukan
2
penyebab masalah dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) termasuk KB (Keluarga Berencana)
di UPT Puskesmas banyumulek.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya evaluasi program adalah:
1. Menentukan masalah utama program (prioritas).
2. Menentukan penyebab masalah tersebut.
3. Mencari jalan keluar atau penyelesaian masalah tersebut.
4. Membuat rencana penyelesaian.
1.3 Manfaat
Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan data rujukan dalam
melakukan dan pemantauan program Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama, yang
mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif. Puskemas memiliki
tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayah yang telah
ditentukan sebagai wilayah kerjanya. Tujuan dibentuknya puskesmas adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas yang setinggi tingginnya. Untuk mencapai tujuanya Puskesmas
melaksanakan program dengan pendekatan keluarga sehat.12
Dalam menjalankan program kerjanya, puskesmas memiliki 2 upaya
kesehatan, yaitu upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan perorangan merupakan upaya kesahatan di
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Upaya Kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.12
Untuk memenuhi fungsi dan tujuannya, puskesmas memiliki upaya
kesehatan dan azas penyelenggaraan. Upaya kesehatan Puskesmas terdiri atas
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
wajib terdiri atas enam bagian yaitu: 12
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
4
6. Upaya pengobatan
5
3) 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28–36 minggu dan
setelah umur kehamilan 36 minggu
Dalam pelaksanaan pelayanan antenatal suami dan/atau keluarga
diharapkan dapat hadir minimal 1 kali selama pelayanan berjalan Hal tersebut
bertujuan agar keluarga mendapatkan pengertian mengenai perubahan
perubahan yang terjadi selama kehamilan, tanda bahaya selama kehamilan,
persiapan dan perencarnaan tempat bersalin serta tanda akan adanya
persalinan, agar menjadi lebih siaga dalam mengawal kehamilan.13
Pemeriksaan yang dilakukan selama pelayanan antenatal meliputi
pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti berikut: 13
6
nifas, perawatan bayi baru lahir melalui praktik dengan menggunakan Buku
KIA. Tujuan dilaksanakanya kelas ibu hamil adalah meningkatkan
pengetahuan,merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
perubahan tubuh dan keluhan selama hamil, perawatan kehamilan, persalinan,
IMD, perawatan nifas, KB pascasalin, perawatan bayi baru lahir dan ASI
eksklusif, penyakit menular, adat istiadat, dan akte kelahiran.13
Selama pelaksanaanya, terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan program ANC. Salah satu yang menjadi faktor keberhasilan
program ANC adalah jumlah kunjungan. Menurut penelitian Salamah, dkk,
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan K4 adalah faktor reinforcing
(umur ibu dan pengetahuan ibu), faktor enabling (jarak tempuh dari rumah ke
fasilisitas pelayanan terdekat dan kualitas ANC), serta faktor reinforcing
(dukungan suami).4 Pada penelitian Mustikasari (2019) menemukan bahwa
faktor yang berhubungan dengan cakupan K4 adalah status perkawinan,
dukungan sesama ibu hamil, kepesertaan kelas ibu hamil, dan sikap petugas
kesehatan.5
7
4. Memastikan kesinambungan penerapan SDIDTK di wilayah kerjanya.
Pelaksanaan program SDIDTK disuatu wilayah disebut berhasil, bila
semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan DDTK,
ditindaklanjuti oleh keluarga dengan menstimulasi anak dan dirujuk bilamana
memerlukan rujukan. Penerapan SDIDTK dapat dilakukan di dalam maupun
di luar gedung. Penerapan SDIDTK di dalam gedung dilakukan di
Puskesmas, dan di Pustu. Penerapan SDIDTK di luar gedung dapat dilakukan
di Posyandu, Kelas Ibu Balita dan PAUD seperti di TK/RA, Kelompok
Bermain, tempat pengasuhan anak dan satuan PAUD sejenis.15
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan program SDIDTK
adalah jumlah pelaksanaan program tersebut. Penelitian yang dilakukan
Syofiah dkk di Puskesmas Andalas dan Puskesmas Air Dingin menemukan
bahwa rendahnya pelaksanaan program SDIDTK balita dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, kurangnya peran orang tua yang memiliki balita
untuk melakukan pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan balitanya ke
pelayanan kesehatan, rendahnya pemahaman orang tua mengenai program
SDIDTK balita, wilayah kerja yang kurang luas, inovasi petugas yang
kurang, dan kurangnya sosialisasi petugas kesehatan yang turun ke lapangan
mengenai program SDIDTK.11
8
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat
mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang
sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).
Puskesmas sebagia fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
(FKTP) memiliki beberapa fungsi dalam pelananan keluarga berencana.
Pelayanan yang dapat dilakukan oleh puskesmas yaitu:
1. Pelayanan konseling;
2. Kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
3. Serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
4. Penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat
penggunaan kontrasepsi;
5. Merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
Metode kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas dibagi menjadi 2 yaitu
metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi
efektif terpilih (non MKET). Metode kontrasepsi yang termasuk dalam
MKET adalah IUD, implant, dan kontrasepsi mantap, sedangkan yang
termasuk dalam non MKET adalah pil, suntik hormonal dll. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lontaan, Kusmiati, Dompas pada tahun 2014
di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, sebagian besar akseptor KB
menggunakan metode kontrasepsi yaitu non MKET. Pada penelitian tersebut
dijabarkan ada beberapa faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi yaitu faktor Sosial ekonomi, tingkat pendidikan, adanya
partisipasi suami/istri dan usia.6, 14
9
10
BAB III
METODE
Menetapkan
Menentukan Mengidentifikasi
rencana usulan
alternatif penyebab masalah
kegiatan
pemecahan masalah menggunakan
metode Fishbone
Plan of Action
11
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
12
komplikasi
Pelayanan kesehatan
neonatal lengkap (KN3) 48% 35,65%
sesuai standar
Pelayanan kesehatan
bayi lengkap (Bayi 4) 48% 59,13%
sesuai standar
13
Tabel 4.2: Indikator Program KIA Desa Banyumulek
14
Hampir semua indikator Program KIA di desa Banyumulek telah
memenuhi target. Hanya satu indikator program yang belum memenuhi
target, yaitu akseptor KB MKET (33, 50%)
15
Pelayanan Akseptor KB aktif 75% 78,80%
4 keluarga
berencana Akseptor KB MKET 34% 15,47%
Program KIA di desa Dasan Baru hanya memiliki satu program yang
semua indikator pencapaiannya telah memenuhi target, yaitu kesehatan bayi.
Sedangkan beberapa indikator pencapaian yang belum memenuhi target
antara lain kunjungan ibu hamil lengkap (K4) sesuai standar (46,15%),
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di faskes sesuai standar (44,83%),
pelayanan Nifas lengkap (KF3) sesuai standar (44,83%), pelayanan
SDIDTKA balita (balita 2) (41,99%), akseptor KB MKET (15,47%).
16
Pelayanan kesehatan 48% 54,55%
bayi lengkap (Bayi 4)
sesuai standar
17
Tabel 4.5: Matriks Pemilihan Prioritas Masalah
TINGKA
TINGKAT TINGKAT
T NIL
MASALAH SERIOUSNES GROWT
URGENS AI
S H
I
Pelayanan
kesehatan ibu
hamil sesuai
1
dengan 3 5 5
3
standar untuk
kunjungan
lengkap
Cakupan
peserta KB
Aktif dengan 1
3 5 4
KB MKJP 2
dan non
MKJP
Cakupan
pelayananan
SDIDTK 2 3 3 8
Balita rendah
Keterangan:
Sangat besar : 5
Besar :4
Sedang :3
Kecil :2
Sangat kecil :1
Dari ketiga indikator masalah diatas, didapatkan yang menjadi prioritas
masalah dengan menggunakan metode USG adalah pelayanan kesehatan ibu
hamil sesuai dengan standar untuk kunjungan lengkap, ditinjau dari tingkat
seberapa mendesaknya masalah tersebut harus ditangani, seberapa besar efek
yang ditimbulkan dan akibat jangka panjang yang akan timbul jika masalah
tersebut tidak ditangani.
18
4.3 Identifikasi Penyebab Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, lalu menganalisis penyebab
masalah dengan cara menggali berdasarkan data atau kepustakaan. Untuk
membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah digunakan diagram
fish bone. Kemudian mencari penyebab dominan dilakukan dengan
mengkonfirmasikan kemungkinan penyebab yang ditemukan pada bagian
program tersebut. Setelah itu, dicari penanggulangan penyebab masalah
dengan menyusun alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya, menetapkan
pemecahan masala masalah terpilih dengan kriteria kriteria matriks. Setelah
menemukan urutan prioritasnya, disusunlah Plan of Action.
19
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Gambar 4.1: Fishbone Analisis Penyebab Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Untuk Kunjungan Lengkap
22
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Cakupan
pelayananan
SDIDTK
Kurangnya
Balita rendah
pengetahuan
tenaga kesehatan
tentang
Penyuluhan Skrining pelaksanaan
tentang dalam deteksi SDIDTK Balita
SDIDTK dini
Balita kurang penyimpangan Kurangnya tenaga
optimal perkembangan kesehatan yang
anak dan mengikuti
METHOD MATERIAL emosional MAN pelatihan
masih kurang SDIDTK Balita
Gambar 4.2: Fishbone Analisis Penyebab Cakupan pelayananan SDIDTK Balita rendah
23
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Kegiatan program KB dianggap
Banyaknya PUS yang tidak membutuhkan dana yang
menolak KB MKJP besar
Beredarnya mitos
dimasyarakat Anggaran dana yang terbatas dari
mengenai bahayanya pemerintah untuk program KB
alat kontrasepsi yang khususnya KB MKET
dimasukkan ke dalam
vagina
Cakupan
peserta KB
Aktif dengan
Kurangnya tenaga
Permintaan KB MKJP dan
ahli sebagai
masyarakat yang pelayanan program non MKJP
Tidak adanya rendah terhadap KB MKET
buku panduan pemilihan alat
baku kontrasepsi jangka Kurangnya pelatihan petugas
pencatatan data panjang program KB mengenai
KB untuk pemasangan IUD dengan benar
dipelajari Kurangnya
petugas KB media promosi Pengetahuan ibu yang kurang
program KB mengenai perbedaan KB
METHOD MATERIAL MAN MKJP dan KB Non MKJP
MKJP
24
4.4 Daftar Penyebab Masalah
Pendekatan sistem dilakukan untuk penilaian dalam pencapaian
suatu program kesehatan. Suatu pendekatan sistem terdiri dari masukan,
proses, dan keluaran dalam merumuskan suatu penyebab masalah. Berikut
ini adalah penyebab masalah yang diambil dari fishbone dan kemudian
dikategorikan pada masukan (input), proses, keluaran (output):
23
Setelah diperoleh daftar penyebab masalah, maka dapat dilakukan
langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah.
Berikut ini adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada:
Di buatkan pengadaan /
3 Alat USG yang terkadang bermasalah anggaran biaya service
USG
Bidan desa membantu
Susahnya alur dalam mengurus BPJS di pendataan serta
4 lingkungan desa memberikan arahan dalam
pembuatan BPJS
Membuatkan daftar
kunjungan K1-K4 yang
5 Belum waktunya kunjungan K4
terjadwal berupa kalender
tiap trimester kehamilan
Pembuatan media edukasi
Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
6 berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Kurang media edukasi seperti poster atau Pembuatan media edukasi
7 pamflet tentang ANC berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Meningkatkan koordinasi
8 Peran kader dalam pengawasan pada ibu hamil
lintas program
Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang Penyuluhan berupa video
9
pemeriksaan kehamilan edukasi
Meningkatkan koordinasi
1 kader dan bidan di PKM
Masih tingginya kasus abortus
0 dalam pengawasan ibu
hamil pada trimester 1
24
Tabel 4.10: Urutan Alternatif Pemecahan Masalah
NILAI KRITERIA HASIL AKHIR
Keterangan :
M (Magnitude) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
I (Importancy) : Pentingnya cara penyelesaian masalah
V (Vulnerability) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah
C (Cost) : Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah
25
Berdasarkan penyebab masalah yang terjadi didapatkan alternatif
pemecahan masalah yaitu pembuatan poster.
26
N Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Biaya Sumber Penanggung Ke
o Dana Jawab t
1 Persiapan: - Terlaksananya - Kader/ Septemb - - Kepala Puskesmas
-Pembuatan Surat Kades Desa er dan tim pelaksana
kegiatan
permohonan izin Rumak, 2021
penyebaran poster Banyumulek
- Penyerahan Surat ,
permohonan izin Dasan Baru,
penyebaran poster Lelede
di beberapa desa
wilker UPT PKM
Banyumulek
- Berkordinasi
dengan para kader /
kepala desa untuk
tempat pemasangan
poster
2 Pelaksanaan: - Mencegah Ibu hamil Septemb Rp. Tim Kepala
peningkatan kasus Trimester 1, er2021 150.000 Pelaksana Puskesmas, Tim
- Penyebaran Poster
Abortus Trimester 2, (Dokter P2P, Promkes,
- Menambah dan Internsip) dan dokter
pengetahuan Trimester 3 pendamping
tentang kunjungan internsip
lengkap pada ibu
hamil
Tabel 4.13: Tabel Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
27
28
Tabel 4.14: Kegiatan Penyebaran Poster
No Kegiatan
Penanggung
Pemecahan Indikator Metode
Masalah Jawab
28
Gambar 4.4: Contoh Desain Poster
29
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
30
Berdasarkan hasil evaluasi program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
termasuk KB (Keluarga Berencana) di wilayah kerja UPT. Puskesmas
Banyumulek Tahun 2021, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Masalah dalam pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek
tahun 2021 adalah pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar untuk
kunjungan lengkap, cakupan peserta KB aktif dengan KB MKJP dan
KB non MKJP, kurang optimalnya kinerja dalam program SDIDTK
yang tidak memenuhi tujuan dan target yang telah ditetapkan.
5.1.2 Setelah dilakukan evaluasi maka didapatkan penyebab masalah yang
dikategorikan pada:
Input:
- Kurangnya peran serta keluarga, tokoh agama, tokoh
masyarakat
- Belum waktunya kunjungan K4
- Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
- Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pemeriksaan
kehamilan
Process:
- Peran kader dalam pengawasan ibu hamil dan masih tingginya
kasus abortus
- Kurangnya media edukasi seperti poster, banner, leaflet dan
video edukasi
- Alat USG yang terkadang bermasalah
- Susahnya alur dalam mengurus BPJS di lingkungan desa
Output:
- Sasaran yang tidak tercatat karena berpindah tempat tinggal
dari wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek
31
5.1.3 Berdasarkan penyebab masalah yang didapatkan, alternatif penyelesaian
masalah tersebut dapat dilakukannya penyebaran poster.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan laporan mini project ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya
pemeriksaan kehamilan secara lengkap, memilih penggunaan alat
kontrasepsi yang tepat dan lebih optimal dalam kinerja pada stimulasi,
deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak.
5.2.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Perumusan kebijakan terkait evaluasi program KIA dan KB agar
dapat lebih dioptimalkan dalam hal dilaksanakannya penyuluhan,
penjaringan kasus, dan koordinasi antar program.
DAFTAR PUSTAKA
32
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
2. _________________.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
3. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara barat tahun 2020. Dinkes Provinsi NTB. Mataram
4. Salamah & P. Humairah. 2019. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kunjungan K4 Di Wilayah Kerja Puskesmas Teupin Raya
Kabupaten Pidie tahun 2017. Journal of Healthcare Technology and
Medicine. Volume 5. No 2
5. Mustika, Risqi. 2019. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan
Cakupan K4 PWS di Puskesmas Dendang Kabupaten Belitung Timur.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga. Surabaya.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Manajemen
Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. [PDF] available at
<http://stikesyahoedsmg.ac.id/web/media/ebookbidan/Pedoman
%20Manajemen%20Pelayanan%20KB.pdf> [accessed 26 august 2021]
7. Lontaan, Anita., Kusmiyati., Dompas, Robin. 2014. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di
Puskesmas Damau Kabupaten Talaud. [PDF] available at
<https://media.neliti.com/media/publications/91154-ID-faktor-faktor-
yang-berhubungan-dengan-pe.pdf> [accessed August 26th 2021]
8. Setyatama, Ike Putri. 2019. Pengaruh peran Aktif Kader Kesehatan
Terhadap Kunjungan Neonatus Lengkap di Posyandu Desa Timbangreja
Wilayah Kerja Puskesmas Lebaksiu Kabupaten Tegal. Bhamada JITK.
Volume 10. No 1
33
9. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta
10. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta
11. Syofiah, P.N., R. Machmud., & E. Yantri. 2019. Analisis Pelaksanaan
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Balita di Puskesmas Kota Padang tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Andalas. Volume 8 No 4
12. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 43 Tahun 2019. Jakarta. [PDF]
available at <https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/pmk-nomor-
43-tahun-2019-tentang-puskesmas.pdf> [accessed August 24th 2021]
13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Ibu dan Anak. Jakarta. [PDF] available at
<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/02Buku-KIA-06-10-2015-small.pdf> [accessed
24th August 2021]
14. Manurung, Suryani. 2013. Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan
Akseptor Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang [PDF]
available at <https://media.neliti.com/media/publications/39532-ID-
model-pengambilan-keputusan-meningkatkan-akseptor-keluarga-
berencana-metode-kont.pdf> [accessed August 26th 2021]
15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. [PDF]
Available at <https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-
center/Buku%20SDIDTK_1554107456.pdf> [Accessed 24th August 2021]
34