PENDAHULUAN
1
golden age, maka dari itu kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.9 Cakupan balita yang
mendapat pelayanan kesehatan di Provinsi NTB tahun 2020 sebesar 86,45%,
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu naik sekitar 16,33% jika
dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 70,12%. Cakupan pelayanan
kesehatan Balita di Lombok Barat tahun 2020 sebesar 89,67%.3 Pencapaian
pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
balita di Puskemas Banyumulek bulan Januari-Juni 2021 sebesar 40,03%, masih
belum tercapai target yaitu sebesar 42,55%.
Strategi lain untuk menekan angka kematian ibu dan bayi adalah melalui
pelayanan keluarga berencana. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduki untuk mewujudkan
keluarga berkualitas. Metode kontrasepsi terdiri dari metode kontrasepsi efektif
terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi efektif terpilih (non MKET).
Akseptor KB aktif di Indonesia tahun 2019 sebesar 62,5%, sedangkan target
yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66% sehingga belum mencapai target.
Sebagian besar akseptor KB aktif memilih KB non MKET (suntik 63,7% dan pil
17,0%); sedangkan akseptor KB aktif yang memilih KB MKET masih rendah
(IUD/AKDR 7,4%; Metode Operasi Pria 0,5%; Metode Operasi Wanita 2,7%;
implant 7,4%)
Pemilihan kontrasepsi KB MKET peserta KB Aktif dan KB Pasca
Persalinan di NTB tahun 2020 memiliki persentase masing-masing 24,06 % dan
16,65%, masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan KB Non
MKET.3 Di Puskesmas Banyumulek, persentase target akseptor KB MKET
2
bulan Januari – Juni 2021 sebesar 34%, namun persentase pencapaiannya hanya
23,84% sehingga masih belum mencapai target.
Berdasarkan permasalahan tersebut, disusunlah suatu evaluasi terhadap
program KIA khususnya, program KIA termasuk KB di UPT Puskesmas
Banyumulek. Melalui evaluasi program ini diharapkan dapat menemukan
penyebab masalah dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) termasuk KB (Keluarga Berencana) di
UPT Puskesmas banyumulek
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya evaluasi program adalah:
1. Menentukan masalah utama program (prioritas).
2. Menentukan penyebab masalah tersebut.
3. Mencari jalan keluar atau penyelesaian masalah tersebut.
4. Membuat rencana penyelesaian.
1.3 Manfaat
Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan data rujukan dalam
melakukan dan pemantauan program Kesehatan ibu dan anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan pada tingkat pertama, yang mengutamakan upaya
kesehatan promotif dan preventif. Puskemas memiliki tanggung jawab terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah yang telah ditentukan sebagai wilayah
kerjanya. Tujuan dibentuknya puskesmas adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang setinggi tingginnya.
Untuk mencapai tujuanya Puskesmas melaksanakan program dengan pendekatan
keluarga sehat.12
Dalam menjalankan program kerjanya, puskesmas memiliki 2 upaya
kesehatan, yaitu upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan perorangan merupakan upaya kesahatan di serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan. Upaya Kesehatan perorangan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat.12
Untuk memenuhi fungsi dan tujuannya, puskesmas memiliki upaya
kesehatan dan azas penyelenggaraan. Upaya kesehatan Puskesmas terdiri atas
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
wajib terdiri atas enam bagian yaitu: 12
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
4
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
5
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat serta bayi yang dilahirkan
sehat.13
Ibu hamil minimal mendapatkan 4 kali pelayanan antenatal agar ibu hamil
mendapatkan pelayanan terpadu yang komperhensif. Kontak 4 kali dilakukan
sebagai berikut.13
1) 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan 14 minggu
2) 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama umur kehamilan 14–28 minggu
3) 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28–36 minggu dan
setelah umur kehamilan 36 minggu
Dalam pelaksanaan pelayanan antenatal suami dan/atau keluarga
diharapkan dapat hadir minimal 1 kali selama pelayanan berjalan Hal tersebut
bertujuan agar keluarga mendapatkan pengertian mengenai perubahan
perubahan yang terjadi selama kehamilan, tanda bahaya selama kehamilan,
persiapan dan perencarnaan tempat bersalin serta tanda akan adanya persalinan,
agar menjadi lebih siaga dalam mengawal kehamilan.13
Pemeriksaan yang dilakukan selama pelayanan antenatal meliputi
pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti berikut: 13
6
8 DJJ √ √ Rutin
9 Pemeriksaan Hb √ ⃰ √ Rutin
10 Golongan Darah √ √ Rutin
11 Protein Urin √ ⃰ Rutin
12 Gula darah/reduksi ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
13 Darah Malaria √ ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
14 BTA ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
15 Darah Sifilis ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
16 Serologi HIV √ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
17 USG ⃰ ⃰ ⃰ Atas Indikasi
Pelayanan ANC dapat disertai dengan diadakanya kelas ibu hamil. Kelas
Ibu Hamil merupakan sarana belajar kelompok tentang kesehatan ibu hamil,
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengubah sikap
dan prilaku ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan
bayi baru lahir melalui praktik dengan menggunakan Buku KIA. Tujuan
dilaksanakanya kelas ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan,merubah
sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang perubahan tubuh dan keluhan
selama hamil, perawatan kehamilan, persalinan, IMD, perawatan nifas, KB
pascasalin, perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, penyakit menular, adat
istiadat, dan akte kelahiran.13
Selama pelaksanaanya, terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan program ANC. Salah satu yang menjadi faktor keberhasilan
program ANC adalah jumlah kunjungan. Menurut penelitian Salamah, dkk,
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan K4 adalah faktor reinforcing (umur
ibu dan pengetahuan ibu), faktor enabling (jarak tempuh dari rumah ke fasilisitas
pelayanan terdekat dan kualitas ANC), serta faktor reinforcing (dukungan
suami).4 Pada penelitian Mustikasari (2019) menemukan bahwa faktor yang
7
berhubungan dengan cakupan K4 adalah status perkawinan, dukungan sesama
ibu hamil, kepesertaan kelas ibu hamil, dan sikap petugas kesehatan.5
8
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan program SDIDTK
adalah jumlah pelaksanaan program tersebut. Penelitian yang dilakukan Syofiah
dkk di Puskesmas Andalas dan Puskesmas Air Dingin menemukan bahwa
rendahnya pelaksanaan program SDIDTK balita dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain, kurangnya peran orang tua yang memiliki balita untuk
melakukan pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan balitanya ke
pelayanan kesehatan, rendahnya pemahaman orang tua mengenai program
SDIDTK balita, wilayah kerja yang kurang luas, inovasi petugas yang kurang,
dan kurangnya sosialisasi petugas kesehatan yang turun ke lapangan mengenai
program SDIDTK.11
9
1. Pelayanan konseling;
2. Kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
3. Serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
4. Penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat penggunaan
kontrasepsi;
5. Merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
Metode kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas dibagi menjadi 2 yaitu
metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dan non metode kontrasepsi efektif
terpilih (non MKET). Metode kontrasepsi yang termasuk dalam MKET adalah
IUD, implant, dan kontrasepsi mantap, sedangkan yang termasuk dalam non
MKET adalah pil, suntik hormonal dll. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Lontaan, Kusmiati, Dompas pada tahun 2014 di Puskesmas Damau
Kabupaten Talaud, sebagian besar akseptor KB menggunakan metode
kontrasepsi yaitu non MKET. Pada penelitian tersebut dijabarkan ada beberapa
faktor yang memengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yaitu faktor Sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, adanya partisipasi suami/istri dan usia.6, 14
10
BAB III
METODE
Menetapkan
Menentukan Mengidentifikasi
rencana usulan
alternatif penyebab masalah
kegiatan
pemecahan masalah menggunakan
metode Fishbone
Plan of Action
11
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
12
(KF3) sesuai standar
13
Tabel 4.2: Indikator Program KIA Desa Banyumulek
14
berencana Akseptor KB MKET 34% 33,50 %
15
balita dan anak pra balita (balita 2)
sekolah
Pelayanan SDIDTKA anak 50% 90,65%
pra sekolah
Program KIA di desa Dasan Baru hanya memiliki satu program yang
semua indikator pencapaiannya telah memenuhi target, yaitu kesehatan bayi.
Sedangkan beberapa indikator pencapaian yang belum memenuhi target antara
lain kunjungan ibu hamil lengkap (K4) sesuai standar (46,15%), persalinan oleh
tenaga kesehatan terlatih di faskes sesuai standar (44,83%), pelayanan Nifas
lengkap (KF3) sesuai standar (44,83%), pelayanan SDIDTKA balita (balita 2)
(41,99%), akseptor KB MKET (15,47%).
16
2 Kesehatan bayi Penanganan bayi resti dan 42% 30,30%
rujukan resti / komplikasi
17
Puskesmas Banyumulek tahun 2021 maka diperlukan pemilihan prioritas
masalah dengan menggunakan metode USG.
Parameter yang dinilai yakni: Urgency (Seberapa mendesak isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia), Seriousness (Seberapa
serius isu tersebut dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah), Growth (Kemungkinan masalah tersebut
berkembang semakin buruk jika tidak ditangani)
Pelayanan
kesehatan ibu
hamil sesuai
3 5 5 13
dengan standar
untuk
kunjungan
lengkap
Cakupan
peserta KB
3 5 4 12
Aktif dengan
KB MKJP dan
non MKJP
Kurang
Optimalnya
2 3 3 8
kinerja dalam
program
SDIDTK
18
Keterangan:
• Sangat besar : 5
• Besar :4
• Sedang :3
• Kecil :2
• Sangat kecil :1
Dari ketiga indikator masalah diatas, didapatkan yang menjadi prioritas
masalah dengan menggunakan metode USG adalah pelayanan kesehatan ibu
hamil sesuai dengan standar untuk kunjungan lengkap, ditinjau dari tingkat
seberapa mendesaknya masalah tersebut harus ditangani, seberapa besar efek
yang ditimbulkan dan akibat jangka panjang yang akan timbul jika masalah
tersebut tidak ditangani.
19
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Gambar 4.1: Fishbone Analisis Penyebab Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Untuk Kunjungan Lengkap
20
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Gambar 4.2: Fishbone Analisis Penyebab Kurang Optimalnya Kinerja Dalam Program SDIDT
21
MONEY
LINGKUNGAN MACHINE
Kegiatan program KB dianggap
Banyaknya PUS yang tidak membutuhkan dana yang
menolak KB MKJP besar
Beredarnya mitos
dimasyarakat Anggaran dana yang terbatas
mengenai bahayanya dari pemerintah untuk program
alat kontrasepsi yang KB khususnya KB MKET
dimasukkan ke dalam
vagina
Cakupan
peserta KB
Aktif dengan
Kurangnya tenaga
Permintaan KB MKJP dan
ahli sebagai
masyarakat yang pelayanan program
non MKJP
Tidak adanya rendah terhadap KB MKET
buku panduan pemilihan alat
baku kontrasepsi jangka Kurangnya pelatihan petugas
pencatatan panjang program KB mengenai
data KB untuk pemasangan IUD dengan benar
dipelajari Kurangnya
petugas KB media promosi Pengetahuan ibu yang kurang
program KB mengenai perbedaan KB
METHOD MATERIAL MAN MKJP dan KB Non MKJP
MKJP
22
4.4 Daftar Penyebab Masalah
Pendekatan sistem dilakukan untuk penilaian dalam pencapaian suatu
program kesehatan. Suatu pendekatan sistem terdiri dari masukan, proses,
dan keluaran dalam merumuskan suatu penyebab masalah. Berikut ini adalah
penyebab masalah yang diambil dari fishbone dan kemudian dikategorikan pada
masukan (input), proses, keluaran (output):
23
Tabel 4.8: Penyebab Masalah pada keluaran (Output)
NO Penyebab Masalah
Di buatkan pengadaan /
3 Alat USG yang terkadang bermasalah anggaran biaya service
USG
Bidan desa membantu
Susahnya alur dalam mengurus BPJS di pendataan serta
4 lingkungan desa memberikan arahan dalam
pembuatan BPJS
Membuatkan daftar
kunjungan K1-K4 yang
5 Belum waktunya kunjungan K4
terjadwal berupa kalender
tiap trimester kehamilan
6 Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga Pembuatan media edukasi
24
berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Kurang media edukasi seperti poster atau Pembuatan media edukasi
7 pamflet tentang ANC berupa poster, leaflet,
banner atau video edukasi
Meningkatkan koordinasi
8 Peran kader dalam pengawasan pada ibu hamil
lintas program
Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang Penyuluhan berupa video
9
pemeriksaan kehamilan edukasi
Meningkatkan koordinasi
kader dan bidan di PKM
10 Masih tingginya kasus abortus
dalam pengawasan ibu
hamil pada trimester 1
Pembuatan poster
4 4 4 3 21,3 1
25
Keterangan :
M (Magnitude) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
I (Importancy) : Pentingnya cara penyelesaian masalah
V (Vulnerability) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah
C (Cost) : Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah
1 Pembuatan Poster
26
Tabel 4.13: Tabel Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Biaya Sumber Dana Penanggung Jawab Ket
27
Tabel 4.14: Kegiatan Penyebaran Poster
Masalah Jawab
1 Penyebaran Poster Menambahkan dan Di beberapa - Kepala
meningkatkan pustu, Puskesmas
pengetahuan ibu Ruang KIA - Tim
dalam kunjungan UPT. Pelaksana
lengkap masa Puskesmas - Dokter
kehamilan Banyumulek pendamping
28
Gambar 4.4: Contoh Desain Poster
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
termasuk KB (Keluarga Berencana) di wilayah kerja UPT. Puskesmas
Banyumulek Tahun 2021, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Masalah dalam pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana di wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek tahun
2021 adalah pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar untuk kunjungan
lengkap, cakupan peserta KB aktif dengan KB MKJP dan KB non MKJP,
kurang optimalnya kinerja dalam program SDIDTK yang tidak memenuhi
tujuan dan target yang telah ditetapkan.
5.1.2 Setelah dilakukan evaluasi maka didapatkan penyebab masalah yang
dikategorikan pada:
• Input:
- Kurangnya peran serta keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat
- Belum waktunya kunjungan K4
- Kurangnya KIE pada ibu hamil dan keluarga
- Kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan
• Process:
- Peran kader dalam pengawasan ibu hamil dan masih tingginya
kasus abortus
- Kurangnya media edukasi seperti poster, banner, leaflet dan video
edukasi
- Alat USG yang terkadang bermasalah
- Susahnya alur dalam mengurus BPJS di lingkungan desa
30
• Output:
- Sasaran yang tidak tercatat karena berpindah tempat tinggal dari
wilayah kerja UPT. Puskesmas Banyumulek
5.1.3 Berdasarkan penyebab masalah yang didapatkan, alternatif penyelesaian
masalah tersebut dapat dilakukannya penyebaran poster.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan laporan mini project ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya pemeriksaan
kehamilan secara lengkap, memilih penggunaan alat kontrasepsi yang tepat
dan lebih optimal dalam kinerja pada stimulasi, deteksi intervensi dini
tumbuh kembang anak.
5.2.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Perumusan kebijakan terkait evaluasi program KIA dan KB agar
dapat lebih dioptimalkan dalam hal dilaksanakannya penyuluhan,
penjaringan kasus, dan koordinasi antar program.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
9. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
10. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta
11. Syofiah, P.N., R. Machmud., & E. Yantri. 2019. Analisis Pelaksanaan
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Balita di Puskesmas Kota Padang tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas.
Volume 8 No 4
12. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 43 Tahun 2019. Jakarta. [PDF] available at
<https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/pmk-nomor-43-tahun-2019-
tentang-puskesmas.pdf> [accessed August 24th 2021]
13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta. [PDF] available at
<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/02Buku-KIA-06-10-2015-small.pdf> [accessed 24th
August 2021]
14. Manurung, Suryani. 2013. Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan
Akseptor Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang [PDF]
available at <https://media.neliti.com/media/publications/39532-ID-model-
pengambilan-keputusan-meningkatkan-akseptor-keluarga-berencana-metode-
kont.pdf> [accessed August 26th 2021]
15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. [PDF]
Available at <https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-
center/Buku%20SDIDTK_1554107456.pdf> [Accessed 24th August 2021]
33