Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ADAPTASI SISTEM MUSCULOSKELETAL

PADA PERSALINAN DAN NIFAS

DISUSUN OLEH :

1. DEA ANGGRAINI 2210101182


2. AELGI NADIA LARASAKTI 2210101183
3. LISTIANA 2210101184
4. MUFIDAH NOVIANTI LAIYA 2210101185
5. RAFICA ELIZA PUTRI 22101232

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa,
dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya
jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan
gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan
rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang
sangat berat. Muskuler/Otot mencakup Otot, tendon, dan ligament dan
Skeletal/Rangka yang mencakup Tulang dan sendi.
Persalinan adalah suatu kontraksi uterus sebagaimana dapat menimbulkan
dilatasi serviks dan penipisan di sepanjang waktu, serta dapat menciptakan suatu
dorongan yang kuat sebagaimana dapat melahirkan janin dari jalan, lahir yang dapat
melawan resistensi struktur tulang panggul, resistensi jaringan lunak dan otot.
(Kennedy, 2014:2).
Persalinan normal dapat diartikan suatu cara untuk mengeluarkan sebuah janin
yang dipresentasikan belakang kepala secara spontan pada waktu 18-24 jam yang
dapat mengakibatkan timbulnya suatu komplikasi baik pada ibu maupun pada
bayi,pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). (Sumarah, 2008).
Dimana nyeri yang timbul dari bagian bawah abdomen yang akan menyebar
pada daerah lumbal punggung serta akan menjalar ke bagian paha (Bobak, 2005).
Saat persalinan berlangsung otot-otot perut berkontraksi bergabung dengan
uterus untuk proses kelahiran bayi yang mengakibatkan tekanan intra abdominal dan
menekan diafragma ke bawah sehingga bayi terdorong ke bawah dan keluar
(Nopianan, 2011).
Faktor hormonal yang berkaitan dengan terjadinya kekuatan his sehingga terjadi
persalinan. Hormon yang pertama, hormon estrogen. Hormon estrogenmampu

1
meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari
luar (rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis). Hormon yang
kedua, hormon progesteron. Hormon progesteron mampu menurunkan sensitivitas
otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar (rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan rangsangan mekanis) juga menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran oksitosin yang menimbulkan kontraksi braxton hicks. Kontraksi braxton
hiks akan menjadi kekuatan dominan saat dimulainya persalinan (Rohani dkk, 2011).
Masa nifas atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
6 minggu (42 hari ) setelah itu. Pada akhir masa nifas,pemulihan secara umum
dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita,
pemulihan adalah sesuatu yang terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses
fisiologis yang normal. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan Ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit dan lain-lain.Pada periode nifas
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keberempati.
Perubahan yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-
proses pada kehamilan berjalan terbalik.Banyak faktor, termasuk tingkat energi,
tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan
semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respon ibu
terhadap bayinya selamat masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan
ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu memanfaatkannya tentang
anatomi dan fisiologis ibu pada masa pemulihan.
Pengetahuan secara menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis
pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu
secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang
diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pasca
partum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannya seperti
obstetric,anestasi dan factor social.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi system musculoskeletal?

2
2. Apa perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
musculoskeletal pada persalinan
3. Apa perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
musculoskeletal pada ibu nifas?
4. Apa saja adaptasi sistem musculoskeletal pada nifas?
5. Apa gejala sistem pada ibu nifas ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi musculoskeletal ?
2. Untuk Mengetahui perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
musculoskeletal persalinan ?
3. Untuk Mengetahui perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
musculoskeletal pada ibu nifas?
4. Mengetahui tentang adaptasi sistem musculoskeletal pada nifas?
5. Mengetahui tentang gejala sistem musculoskeletal pada nifas?
D. Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca, layaknya penyusun makalah ini, dan
dapat digunakan sebagai referensi makalah ini kedepannya.

3
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyakpihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagiperkembangan dunia Pendidikan

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
B. Pengertian Persalinan
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
Tanda dan gejala kala II Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi
a. Mekanisme Persalinan Normal
1. Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut
Masuknya kepala janin dalam PAP
a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida
terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara
biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh:
apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura

5
sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau
sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam
posisi fleksi ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP
maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu
tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan
dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale
depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita
hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk
PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.
2. Majunya Kepala janin
a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena:

6
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk Rahim
3. Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran
yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito
bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11
cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi
karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada moment yang menimbulkan defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam
4. Putaran paksi dalam
a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian
depansedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,
karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk

7
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala
dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-
kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian
terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana
terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani
kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior
5. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di
dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.

8
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar
b. Faktor Passage/Panggul Dan Power/Kekuatan Ibu Dapat Mempengaruhi Proses
Persalinan
Terganggunya kualitas hidup dan berbagai masalah fungsi reproduksi umum
pada wanita, sebagai salah satu penyebab melemahnya kekuatan otot dasar panggul.
Kekuatan otot dasar panggul terpengaruh setelah persalinan spontan dan akan
kembali normal dalam waktu 2 bulan. Pada persalinan spontan ditemukan adanya
penurunan kekuatan otot dasar panggul sebanyak 22% selama persalinan dan 35%
selama post partum. Persalinan spontan merupakan faktor utama kejadian
inkontinensia urine karena terjadi keregangan otot yang kuat pada saat persalinan
sehingga menyebabkan kelemahan dan kerusakan dari otot dasar pamggul. Beberapa
atudi atau epidemiologi mengindikasikan wanita yang mengalami persalinan spontan
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya inkontinensia urine dibandingkan wanita
dengan persalinan operasi sesar (Utamaet, al, 2016.)
Kekuatan otot dasar 4 panggul sebelum persalinan pada kelompok spontan
9,152+-0,8149 cm H2O dan kelompok operasi sesar 9,768+-0,7355 cm H2O.
Sedangkan kekuatan otot dasar panggul setelah persalinan spontan adalah 8,130+-
0,9301 cm H2O dan pada setelah operasi sesar 9,775+-0,7150 cm H2O (Dewiet al,
2016).
Setiap wanita mempunyai anatomi panggul yang unik dan berbeda satu sama
lain. Panggul terdiri atas bagian keras panggul (dibentuk oleh tulang) dan bagian
lunak panggul (dibentuk otot, jaringan dan ligamen).
Fungsi bagian keras panggul wanita adalah sebagai berikut:
1.Panggul besar untuk menyangga isi abdomen
2.Panggul kecil untuk membentuk jalan lahir dan tempat alat genetalia
Sedangkan fungsi bagian lunak panggul wanita adalah sebagai berikut:
1. Membentuk lapisan dalam jalan lahir
2. Menyangga alat genetalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil maupun
nifas
3. Saat persalinan, berperan dalam proses kelahiran dari kala uri.

9
Ruang panggul terbagi menjadi dua yaitu:
1. Panggul besar (pelvis mayor)
Panggul besar adalah bagian panggul yang terletak di atas linea terminalis
(false pelvis). Panggul besar berfungsi mendukung isi perut dan
menggambarkan keadaan panggul kecil.
2. Panggul kecil (pelvis minor)
Panggul kecil adalah bagian panggul yang terletak di bawah linea terminalis
(true pelvis). Panggul kecil ini merupakan wadah alat kandungan dan
menentukan bentuk jalan lahir serta penting dalam persalinan.
Panggul terdiri dari bagian yang keras dibentuk oleh tulang dan bagian yang lunak
dibentuk oleh otot-otot dan ligamen.
c. Panggul Besar (pelvis mayor)
Bagian keras dari panggul wanita terbentuk oleh tulang panggul. Tulang panggul
merupakan sebuah corong, bagian atas yang lebar disebut panggul besar, sedangkan
bagian bawah untuk menentukan bentuk jalan lahir.
Tulang panggul terdiri atas:
1. Tulang pangkal paha(os coccae)
Tulang pangkal paha ada 2 buah. Tulang pangkal paha terdiri dari 3 buah
tulang yang berhubungan dengan yang lainnya pada acetabulum. Tulang
tersebut adalah tulang usus (os ilium), tulang duduk (os ischium) dan tulang
kemaluan (os pubis).
a. Tulang usus (os ilium)
Tulang usus merupakan tulang terbesar panggul yang membentuk
bagian atas dan belakang panggul. Batas atas yang tebal disebut crista
illiaka. Ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol disebut
spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior. Tonjolan
tulang di bawah spina illiaka anterior superior disebut spina illiaka anterior
inferior dan sebelah bawah spina illiaka posterior superior terdapat spina
illiaka posterior inferior. Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat
tekik atau cekungan yang disebut incisura iskhiadika major. Garis yang

10
membatasi panggul besar dan panggul kecil disebut linea inominata atau
linea terminalis.
b. Tulang duduk (os ischium)
Tulang duduk terletak di sebelah bawah tulang usus, pinggir
belakangnya berduri disebut spina iskhiadika. Di bawah spina iskhiadika
terdapat incisura ischiadika minor. Bagian pinggir bawah tulang duduk
sangat tebal, yang dapat mendukung berat badan pada saat duduk, disebut
tuber iskhiadikum. Tuber iskhiadikum merupakan ukuran melintang dari
pintu atas panggul.
c. Tulang kemaluan (os pubis)
Tulang kemaluan terletak di sebelah bawah dan depan dari tulang
usus yang disebut dengan tulang duduk. Tulang ini membatasi sebuah
lubang yang terdapat dalam tulang panggul, lubang ini disebut foramen
obtoratorium. Ramus superior ossis pubis merupakan tulang kemaluan
yang berhubungan dengan tulang usus. Sedang yang berhubungan dengan
tulang duduk disebut ramus inferior ossis pubis. Ramus inferior kiri dan
kanan membentuk arkus pubis. Arkus pubis normal akan membentuk
sudut 90-100 derajat.
2. Tulang kelangkang (os sacrum)
Tulang kelangkang ada 1 buah. Tulang kelangkang merupakan tulang
yang berbentuk segitiga yang melebar di atas dan meruncing ke bawah.
Tulang kelangkang terletak di sebelah belakang antara kedua tulang pangkal
paha. Tulang kelangkang terdiri dari 5 ruas tulang senyawa. Kiri dan kanan
dari garis tampak 5 buah lubang yang disebut foramen sacralia anterior.
Crista sacralis merupakan deretan cuat-cuat duri yang terdapat di garis tengah
tulang kelangkang. Bagian atas dari sakrum yang berhubungan dengan 5 ruas
tulang pinggang dan menonjol ke depan disebut promontorium. Jarak antara
promontorium dan pinggir atas simfisis merupakan ukuran muka belakang
dari pintu atas panggul. Ke samping tulang kelangkang berhubungan dengan
tulang pangkal paha melalui articulasio sacro illiaca. Ke bawah tulang
kelangkang berhubungan dengan tulang tungging.

11
3. Tulang tungging (os coxcigys)
Tulang tungging ada 1 buah. Tulang tungging berbentuk segitiga dan
terdiri dari 3-5 ruas, tulang yang bersatu. Pada saat persalinan, ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, sehingga ukuran pintu
bawah panggul bertambah besar.
d. Bagian Panggul Yang Lunak
Bagian panggul yang lunak terdiri dari otot-otot dan ligamen yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah. Bagian
yang membentuk dasar panggul disebut diafragma pelvis.
Diafragma pelvis terdiri dari:
1. Pars Muskularis
Pars muskularis yaitu muskulus levator ani. Muskulus levator
ani terletak agak ke belakang dan merupakan suatu sekat yang
ditembus oleh rektum. Muskulus levator ani kiri dan kanan terdiri dari
3 bagian yaitu:
a) Muskulus pubokogsigis dari os pubis ke septum anokogsigeum
b) Muskulus illio kogsigeus dari arkus tendineus muskulus levator
ani ke os kogsigis dan septum anokogsigeum
c) Musculus ischio coccygis dari spina ischiadika ke pinggir os
sacrum dan os coccygis
2. Pars Membranosa
Pars membranosa yaitu diafragma urogenital. Antara muskulus
pubio kogsigeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang
disebut hiatus urigenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut
diafragma urogenitalis. Sekat ini menutupi pintu bawah panggul
disebelah depan dan ditembus oleh uretra dan vagina.
3. Regio Perineum
Regio perineum merupakan bagian permukaan dari pintu
bawah panggul. Daerah ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

12
a) Regio analis disebelah belakang – Pada regio analis
terdapat muskulus spinter eksternus yang mengelilingi
anus dan liang senggama bagian bawah
b) Regio urogenitalis – Pada regio urogenitalis terdapat
muskulus ischiokavernosus dan muskulus transversus
perinei superfisialis.
Ligamen-ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen sacro
spinosum dan ligamen sacro tuberosum.
e. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Sistem Muskuloskeletal Pada Masa Persalinan
1. Perubahan Uterus
Kekuatan fisiologis utama pada persalinan adalah kontraksi
uterus. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada di bawah
pengaruh syaraf intrinsik. Ini berarti wanita tidak memiliki kendali
fisiologis terhadap frekuensi dan durasi kontraksi.Selama persalinan
uterus berubah bentuk menjadi dua bagian.
a. Segmen atas rahim (SAR) yang berkontraksi secara aktif
menjadi lebih tebal ketika persalinan maju sehingga mendorong
bayi keluar. Segmen bawah rahim(SBR) relatif pasif dibanding
dengan segmen atas.
b. Segmen bawah rahim (SBR) dibentuk oleh istmus uteri bersifat
aktif relokasi dan dilatasi. Bagian ini berkembang menjadi jalan
yang berdinding jauh lebihtipis untuk janin. Dilatasi makin tipis
karena terus diregang dengan majunya persalinan .
Miometrium pada SAR tidak berelaksasi kembali ke panjang
aslinya setelah kontraksi, tetepi menjadi relatif menetap pada panjang
yang lebih pendek. SAR berkontraksi kebawah, meski pada saat isinya
berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Segmen bawah
rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua dan
kemudian menipis sekali pada saat persalinan.

13
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang
sedangkanukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim ini:
a. Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung
bayi turun menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan
bagian tertekan Pintu Atas Panggul.
b. Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang
dan menarik. SBR dan serviks. Akibatnya menimbulkan terjadinya
dilatasi otot SBR dan serviks.
2. Perubahan Ligamentum Rotundum
a. Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang
punggungberpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah
depan. Perubahan letak uterus pada waktu kontraksi ini penting
karena menyebabkan sumbu rahim menjadi searah dengan sumbu
jalan lahir
b. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri
tertambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas
3. Perubahan Serviks
a. Pendataran serviks/Effasement Pendataran serviks adalah
pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang saja
dengan pinggir yang tipis.
b. Pembukaan serviks adalah pembesaran dari ostium eksternum yang
tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter
menjadi lubang dengan diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui
bayi. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput
ketuban atau bagian terbawah janin bila ketuban sudah pecah,
tekanan tersebut akan melebarkan saluran serviks.Saat pembukaan
lengkap, bibir portio tidak teraba lagi. SBR, serviks danvagina telah
merupakan satu saluran.
4. Perubahan Pada Vagina dan Dasar Panggul

14
a. Pada kala I ketuban/bagian terbawah janin ikut meregangkan bagian atas
vagina sehingga dapat dilalui bayi.
b. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul
yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan
dinding yang tipis.
c. Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
d. Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh
darah pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan
tersebut robek akan menimbulkan perdarahan banyak.
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin
bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian,
pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah
komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
a. adaptasi sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
1. Dinding Perut dan Peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
2. Kulit Abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
3. Striae

15
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang
sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis
muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui
keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat
membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
5. Simpisis Pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis
pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
b. Gejala Sistem Muskuloskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain:
1. Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri
punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas
hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik
dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat
dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.

16
2. Sakit Kepala dan Nyeri Leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala
dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang
jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
3. Nyeri Pelvis Posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh
di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman
saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang
dapat memacu rasa nyeri.
4. Disfungsi Simfisis Pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi
simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan
memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak
menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang
abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat
mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis
pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk
latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi
secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
5. Diastasis Rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh

17
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli
hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu,
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga
ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika
perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan
transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali
posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau
curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian
oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
6. Osteoporosis Akibat Kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk. .
7. Disfungsi Dasar Panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
a. Inkontinensia urin
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak
disadari. Masalah berkemih yang paling umum
dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan
mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar
panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini
serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat.
Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk
mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera
setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini

18
disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji
keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program
retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
b. Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau
merenggangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada
suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan khusus.
c. Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina
yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan
persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel
adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel
adalah prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps
uterus antara lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah
(saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar
panggul

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dikatakan beberapa hal yakni perubahan
muskuluskoletal pada persalinan ;
1. Perubahan uterus
2. Perubahan ligamentum rotundum
3. Perubahan serviks
4. Perubahan vagina dan dasar panggul
Perubahan sistem musculoskeletal pada masa nifas meliputi;
1. Dinding perut dan peritoneum
2. Kulit perut
3. Striae
4. Perubahan ligament
5. Simpis pubis
Dan beberapa gejala sistem musculoskeletal yang timbul antara lain;
1. Nyeri punggung bawah
2. Sakit kepala dan nyeri leher
3. Nyeri panggul posterior
4. Disfungsi simpisis pubis
5. Diastasisrekti
6. Osteoporosis akibat kehamilan
7. Disfungsi rongga panggul
B. Saran
Perubahan perubahan yang sudah dipaparkan tersebu, semuanya terjadi secara fisiologis
(Alamiah). Diharapkan bagi bidan atau tenaga kesehatan yang bersangkutan untuk
menjelaskan kepada pasien, bahwa perubahan yang terjadi akan kembali seperti semula.

20
DAFTAR PUSTAKA
ayurai.wordpress.com/2009/06/27/anatomi-tulang-panggul/ unduh 8 Maret 2011 01:05 PM
bidanshop.blogspot.com/2010/04/panggul-wanita-bidang-dan-ukurannya.html unduh 15 Maret
2011 11:05 PM
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III.
Jakarta.
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Fitramaya. Yogyakarta.
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. Jakarta.
Scott, J. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta.
scribd.com/doc/21110298/Cakul-Obgyn-Plus-Fkui unduh 15 Maret 2011 10:35 PM
Ambarwati, 2008.  Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.(hlm:81-82).
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul‘Ulum
Surakarta.

21
22

Anda mungkin juga menyukai