Anda di halaman 1dari 27

Perwatan Bayi Sehari-hari

a. Pengertian Memandikan Bayi Baru Lahir


Memandikan bayi adalah kegiatan penting yang harus dilakukan
secara benar oleh orang tua dan tenaga kesehatan. selain di tujukan untuk
membersihkan badan bayi memandikan bayi perlu dilakukan secara hati-hati
agar tidak melukai bayi mengingat kondisi bayi sangat lemah. Selain itu,
memandikan bayi merupakan bagian terpenting dari perawatan bayi.
Memandikan bayi maximal 10 menit. Setelah memandikan bayi
setelah di lab dengan kering lakukan pembesihan tali pusat. Tali pusat terdiri
dari satu vena dan dua arteri sehingga selama berada dalam kandungan,
asupan nutrisi dan oksigen diperoleh bayi melalui tali pusat. Ketika bayi lahir
secara mandiri bayi akan memenuhi kebutuhan oksigennya sehingga tali pusat
yang menghubungkan bayi dan ibunya akan dipotong. Tali pusat yang
dipotong itu akan disisakan beberapa sentimeter, sisanya ini akan mengering
dan lepas dengan sendirinya, biasanya memerlukan waktu sekitar 5 – 7 hari
bahkan 2 minggu.
Membersihkan dan mengobati luka tali pusat pada bayi setelah
dilahirkan tidak selamanya dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
lain. jika bayi anda termasuk bayi yang sehat maka biasanya sehari setelah
melahirkan akan di bawa pulang dengan keadaan tali pusat yang masih segar.
Tanda infeksi yang mudah di lihat adalah adanya pus(nanah), kulit
sekitar berwarna merah dan berbau busuk. Untuk mencegah infeksi, sisa tali
pusat tersebut harus dirawat dengan benar dan sebaiknya dibersihkan dua kali
setiap sesudah mandi. Yamg terpenting dalam perawatan tali pusat adalah
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.
b. Prinsip memandikan bayi
a. Waktu khusus bersama : waktu mandi bagi bayisering menjadi bagian dari
rutinitas waktu tidur yang menyertakan kontak dekat antara bayi dan
orang tua. Dengan mengingat tujuan ini, upaya harus dilakukan untuk
memastikan bahwa waktu mandi berhubungan dengan kehangatan,
kedekatan dan banyak perhatian. Seluruh orang tua memiliki kehidupan
yang sibuk, tetapi waktu mandi merupakan kesempatan untuk berbagi
permainan dan pelukan serta dapat menjadi oase setelah menjalani hari
yang sibuk. Sejak mandi pertama hingga seterusnya, bayi harus diajak
bicara dan di beri perhatian personal serta kontak mata untuk membantu
menciptakan pengalaman yang menyenangkan.
b. Waktu : bayi tidak perlu di mandikan setiap hari, tetapi mandi memberi
kesempatan untuk memastikan bahwa bayi tidak mengalami luka di
manapun. Mandi merupakan cara palinng mudah untuk membersihkan
bayi, mis. Jika popok kotor atau bocor. Mencari waktu baik untuk
memandikan bayi sangat sulit di dilakukan. Tidak di anjurkan
memandikan bayi baru saja di susui, karena hal ini dapat menyebabkan
regurgitasi dan pergerakan usus (bayi harus dimandikan kembali).
Memilih waktu saat bayi waspada dan tenang serta saat interupsi cendrung
jarang terjadi, akan menjadi situasi ideal (pada pagi hari anatara jam 6-8)
c. Yang perlu di perhatikan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk merawat tali pusat.
2. Perhatikan keadaan bayi.
3. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau.
4. Ikuti petunjuk instruktur
5. Perhatikan kenyamanan bayi.
6. Perhatikan keadaan ruangan, pastikan ruangan cukup hangat.
c. Tujuan
1. Menjaga kebersihan kulit bayi
2. Menyegarkan bayi
3. Menjegah terrjadinya infeksi pada tali pusat
4. Menjaga suhu normal kulit
5. Memperlanjar sikulasi darah
d. Persiapan (alat dan bahan)
 Meja mandi
 Airhangat DTT
 Kom
 Handuk
 Waslap
 Sabun
 Sampo
 Pakaian (popok, baju dan celana)
 Handscoon bersih
 Kapas DTT dan Kasa Steril (box instrumen)
 Perlak
 Ember
 Nerbeken
 Kapas mata
 Baskom/bakmandi
 Jug berisi air panas dan dingin
 Sabun ringan tanpa harum dalam wadah
 Sarung tangan dan kaos kaki bersih
 Pakaian untuk bayi (baju panajang dan serbet bayi)
 Bedongbayi
 Kapas lidi
 Waslap
e. Langkah Kegiatan :
Persiapan Memandikan Bayi
1) Di ruang tertutup : Acara mandi bisa dilakukan di kamar tak ber-AC atau
ruangan lain asal tak terbuka agar bayi tidak kedinginan.
2) Dua waslap : Satu untuk menyeka wajah dan badan; satu lagi untuk daerah
kelamin.
3) Kapas : Terdiri kapas puting untuk membersihkan kotoran di sekitar mata
bayi, kapas cebok, dan cotton buds.
4) Kasa steril : Jika si kecil belum puput pusar, sediakan kasa steril dan alkohol
70%.
5) Perlak : Letakkan perlak di baby tafel (meja ganti popok) atau boks/tempat
tidur si kecil.
6) Perlengkapan mandi : Handuk, sabun dan shampo khusus bayi. Letakkan di
atas perlak: sebagian untuk handuk yang dilebarkan, sebagian lagi di sebelah
atas letakkan sabun dan sampo bersama waslap.
7) Kosmetik & minyak penghangat : Siapkan bedak khusus bayi, sisir khusus
bayi, dan minyak telon; letakkan di samping handuk.
8) Pakaian ganti : Susun (di boks/tempat tidur) dari bawah: bedong, baju, lalu
popok.
9) Air Hangat : Letakkan bak mandi si kecil tak jauh dari meja ganti/boks/tempat
tidur. Tuang air hangat ke bak setinggi 1/4 bak jika ukuran bak cukup besar
atau 1/2 bak jika ukurannya kecil. Ukur kehangatan air dengan mencelupkan
siku lengan Anda.
CARA MEMANDIKAN

1) Letakkan bayi di atas perlak, lepaskan seluruh pakaiannya. 

2) Jika belum puput pusar, lepaskan kasa yang membungkus tali pusat. Jika
lengket, siram dengan alkohol 70 persen.
3) Jika si kecil BAB/BAK, bersihkan dengan kapas cebok

4) a. Ambil waslap pertama untuk menyeka wajah, celupkan ke dalam air di bak,
peras sedikit, lalu seka lembut secara berurut: wajah, lengan, badan,
punggung, kaki.

b. Ganti dengan waslap kedua, celupkan ke dalam air di bak, lalu bersihkan
daerah sekitar kelamin.

5) Ganti dengan waslap pertama kembali, bubuhi sabun; sabuni seluruh tubuh
dari tangan hingga kaki. Usahakan telapak tangan tak terkena sabun karena
bayi sering memasukkan tangan ke mulut. Alat kelamin boleh disabuni
(gunakan waslap kedua), tapi buat bayi perempuan tak perlu.
6) Angkat bayi, masukkan ke dalam bak. Caranya:
a. Selusupkan tangan kiri Anda di bawah leher dan kepala bayi; ibu jari
menutup telinga kanan dan jari tengah menutup telinga kiri. Jika Anda
menggunakan tangan kanan, lakukan sebaliknya.

b. Dengan tangan kanan, rapatkan kedua kaki bayi; posisi telunjuk di antara
kedua kaki.

c. Kini bayi diangkat untuk dimasukkan ke dalam bak mandinya.

7) Dalam bak mandi:


a. Posisi badan bayi di air harus lebih rendah dari kepala. Lepaskan tangan
kanan dari kakinya, lalu bilas tubuhnya bagian depan, tangan dan kaki
hingga bersih. Tubuh bagian belakang bisa dibilas tanpa harus
membalikkan badan bayi.

b. Jikapun ingin mencoba membalikkan badannya, caranya: lepaskan ibu jari


Anda di telinga kanan bayi, lalu tutup telinganya dengan ibu jari tangan
kanan Anda; sementara jari tengah/telunjuk kanan menggantikan jari
tengah yang menutup telinga kanan; tapak tangan kiri tetap menyangga
kepala bayi, lalu balikkan tubuh bayi ke arah kanan secara perlahan, baru
kemudian tapak tangan kiri digunakan untuk menyiram tubuh bayi.
c. Jika ingin mengeramasi rambut bayi, lakukan sebelum membilas
tubuhnya. Caranya: beri sedikit shampo di rambut, usap lembut hingga
shampo merata, lalu bilas dengan air hingga busa shampo tak bersisa,
diikuti membilas seluruh tubuhnya hingga tak bersisa busa sabun sedikit
pun.
8) Kini bayi siap diangkat dari bak mandinya. Kembalikan tangan kanan ke
posisi semula di kaki bayi. Letakkan di atas handuk. Keringkan dengan
lembut dari wajah, rambut, tangan, tubuh, bagian kelamin hingga kaki.

Setelah selesai berpakaian maka jangan lupa memakaikan bedong


supaya bayi tetap terjaga kehangatannya.

 
Daftar Pustaka

1. 2010.Cara Merawat Tali Pusar Bayi baru Lahir


(online).www.Melindacare.com,diakses tanggal 06 Desember 2012.
2. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Jakarta; P.T
Bina Pustaka.
3. Revisi Tim. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta;
JNPK-Kesehatan Reproduksi Departemen Kesehatan RI.
4. Johnson, Ruth. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2005.
5. Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI 2015.
6. Lochkart,anita dan Dr. Lyndon saputra.2014.asuhan kebidanan neonatus
normal dan patologis.palu,indonesia: Binarupa Aksara
7. 2010.Cara Merawat Tali Pusar Bayi baru Lahir
(online).www.Melindacare.com,diakses tanggal 06 Desember 2012.
8. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Jakarta; P.T
Bina Pustaka.
9. Saputra, Lyndon. 2014. Asuhankebidananneonatus normal danpatologis.
Binarupaaksara;Jakarta.
10. Revisi Tim. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta;
JNPK-Kesehatan Reproduksi Departemen Kesehatan RI.
11. Johnson, Ruth. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2005.
12. Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI 2015.
Prosedur Pemeriksaan Fisik BBLR
A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar
bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan
sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam  keadaan
telanjang dan dibawah  lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan
harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar
uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung)
atau tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952
dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai
Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-
obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan
kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon
resusitasi.
Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru , pucat Kemerahan Semua kemerahan
ekstremitas biru <100 >100
Denyut jantung Tidak ada Tidak teratur Baik (menangis kuat)
Upaya bernafas Tidak ada Gerakan aktif
Fleksi pada
Tonus otot Lemah ekstremitas Batuk , bersin
Meringis
Reflek Tidak beraksi
(kateter di lubang
hidung)

2. Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan
kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada
anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,
terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga  ditanyakan
adakah  kelainan bawaan keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu
menderita penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes
mellitus, asma broinkial dan sebagainya.
3. Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion
(volume > 2000 ml) sering dihubungkan dengan  obstruksi traktus intestinal
bagian atas,   ibu dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion
(volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu
diperhatikan adanya konsekuensi oligohidramnion seperti  kontraktur sendi dan
hipoplasi paru.
4. Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi
baru lahir  hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada
mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5. Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan
apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti
apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau
tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion,
bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.

6. Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.


Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
 Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak
lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial,
sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
 Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
 Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
2. Wajah
 Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
 Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom
piere robin.
 Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi
N.fasialis.
3. Mata
 Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
 Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata
 Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
 Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
 Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
 Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina
 Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
4. Hidung
 Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana
bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
 Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital.
 Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
5. Mulut
 Lakukan Inspeksi apakah ada kista  yang ada pada mukosa mulut.
 Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang
kecil menunjukkan mikrognatia.    
 Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut)
 Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak.
 Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya
terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.
 Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk
(tanda foote).
6. Telinga
 Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
 Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
 Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas.
 Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low
set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-
robin).
 Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat
berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
 Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka
pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka
kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.
7. Leher
 Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
 Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad
fleksus brakhialis
 Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
 Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
 Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada
bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur.
8. Dada, Paru dan Jantung
 Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60
kali permenit. Perhitungannya harus satu menit penuh karena
terdapat periodic breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama
pada premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris
 Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
 Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur
klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi jantung.
 Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk
menlai frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut
jantung antara 120-160 x / menit.
9. Abdomen
 Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
 Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada
tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri,
tali simpul pada tali pusat dan lain-lain.
 Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
 Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya
 Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.
 Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
 Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta
kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
 Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai
bayidi lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas
bawah ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan
tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya
pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan
bawaan, atau trombosis vena renalis
10. Ekstermitas Atas
 Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah
 Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur
 Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
 Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
 Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
11. Ekstermitas Bawah
o Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
o Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan
berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan
neurologis.
o Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
12. Spinal
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-
tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna vertebra
13. Genetalia
o Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
o Periksa adanya hipospadia dan epispadia
o Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
o Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia
minora
o Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
o Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
14. Anus dan Rectum
 Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
 Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48
jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom,
megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
15. Kulit
o Perhatikan kondisi kulit bayi.
o Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
o Periksa adanya pembekakan
o Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan
menutupi bayi cukup bulan).
o Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada
bayi cukup bulan.
16. Refleks-Refleks
Pemeriksaan
Cara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks
Berkedip Sorotkan cahaya ke mata Dijumpai pada tahun Jika tidak di jumpai
bayi. pertama menunjukkan
kebutaan.
Tanda babinski Gores telapak kaki Jari kaki mengembang Bila pengembangan
sepanjang tepi luar, di dan ibu jari kaki jari kaki dorsofleksi
ulai dari tumit dorsofleksi, di jumpai setelah umur 2 tahun
sampai umur 2 tahun. adanya tanda lesi
ekstrapiramidal.
Moro’s Ubah posisi dengan tiba- Lengan Ekstensi, jari- Refleks yang menetap 
tiba atau pukul jari mengembang kepala lebih 4 bulan adanya
meja/tempat tidur. terlempar ke belakang, kerusakan otak, respon
tungkai sedikit ekstensi, tidak simetris adanya
lengan kembali ke hemiparesis, fraktur
tengah dengan tangan klavikula, atau cidera
menggenggam tulang fleksus brachialis.
belakang dan Tidak ada respons
ekstermitas bawah ekstermitas bawah
ekstens. Lebih kuat adanya dislokasi
selama 2 bulan pinggul atau cidera
menghilang pada umur medulla spinalis.
3-4 bulan.
Mengenggam Letakkan jari di telapak Jari-jari bayi Fleksi yang tidak
(palmar grap’s) tangan bayi dari sisi melengkung di sekitar simetris menunjukkan
ulnar, jika refleks lemah jari yang di letakkan di adanya paralysis,
atau tidak ada berikan telapak tangan bayi dari refleks menggenggam
bayi botol atau dot, sisi ulnar, refleks ini yang menetap
karena mengjisap akan menghilang dari umur 3- menunjukkan
mengeluarkan refleks. 4 bulan. gangguan serebral
Rooting Gores sudut mulut bayi Bayi memutar kea rah Tidak adanya reflek
garis tengah bibir. pipi yang di gores, menunjukkan adanya
refleks ini menghilang gangguan neurology
pada umur 3-4 bulan. berat
Tetapi bias menetap
sampai umur 12 bulan
khususnya selama tidur.
Kaget (startle) Bertepuk tangan dengan Bayi mengekstensi dan Tidak adanya refleks
keras. memfleksi lengan dalam menunjkkan adanya
berespon terhadap suara gangguan pendengaran
yang keras tangan tetap
rapat, refleks ini akan
menghilang setelah
umur 4 bulan.

Menghisap Berikan bayi botol dan Bayi menghisap dengan Reflek yang lemah atau
dot. kuat dalam berespons tidak ada menunjukkan
terhadap stimulasi, kelambatan
reflek ini menetap perkembangan atau
selama masa bayi dan keadaan neurologi
mungkin terjadi selama yang abnormal
tidur tanpa stimulasi

7. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan  masa gestasi.


Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.
8. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis
harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan
oleh adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung,
masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara
masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus,
kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan
melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan
patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan,
ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot
depresor aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi
menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis
nasolabialis akan kurang tampak  pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis
N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital
berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
9. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-
vaginal.
10. Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa,
meningomielokel dan lain-lain.
11. Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau
terdapat hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya
pemberitahuan  jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan kromosom.
B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi
berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang
mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta
lengan aktif dan simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3. Kulit
Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
Inspeksi Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak. Fontanel
anterior dengan  ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan
sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi Mata segaris dengan  telinga, hidung di garis tengah, mulut garis
tengah wajah dan simetris.
6. Mata
Inspeksi Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan
bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui
hidung.
9. Mulut
Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda  dan lembab, membran mekosa lembab dan
berwarna merah muda, palatom  utuh, lidah dan uvula di  garis tengah, reflek
gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
    Palpasi Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
      Palpasi Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali.
       Auskultasi Suara nafas jernih sama kedua sisi. frekuensi jantung 100- 160 x
permenit teratur tanpa mumur.
       Perkusi Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan
satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3
cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat
teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi
perut.
Perkusi Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi Bising usus ada.  
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada,
meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
             Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis
dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang
terlihat.
Palpasi Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada
tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan
tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan
sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri
simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
 Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak
antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan
kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit
dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada
dan sismetris.
18. Pemeriksaan reflek
a.  Berkedip
  cara            : sorotkan cahaya ke mata bayi.
  normal : dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
    cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
 normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu
sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan
fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi
setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan
dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
     cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah
dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas
bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2  bulan dan
menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
 cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau
tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak
tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting 
     cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal :  bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan
pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan
terutama selama tidur
f. Menghisap
     cara : beri bayi botol dan dot.
normal :  bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi
reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama
tidur tanpa stimulasi.
g. Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang
keras.
 normal :   kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19. Pengukuran atropometrik
a.  Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
 BBL 2500 - 4000gram.
b.  Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang
kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan
kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c.   Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol
dan  tarik  pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d.      Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita
mengelilingi kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan
bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati
perlu di perhatikan :
1. Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
2. Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
4. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
5. Tali pusat : adanya infeksi.
di samping  itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.
Persiapan Perawatan Tali Pusat
a. SIKAP
Memberikan salam dan memperkenalkan diri
b. PERSIAPAN
1. Persiapan Keluarga
Menginformasikan kepada ibu/ keluarga tentang maksud dan tujuan
perawatan tali pusat disertai informed consent
2. Persiapan Lingkungan
Ruangan yang bersih, aman, hangat, tertutup dan nyaman bagi pasien
3. Persiapan Alat
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
o Tempat Tidur
o Handuk cuci tangan
o 1 buah kom kecil
o 1 pasang sarung tangan steril
o Kapas alkohol steril
o Hipavic
o Bengkok
o 2 buah tempat sampah: 1 tempat sampah medis 1 tempat sampah non
medis
o Baskom untuk alat bekas pakai
4. Persiapan Diri
 Petugas
 Penutup Kepala
 Kaca mata
 Masker
 Celemek
 Sepatu
PROSEDUR KERJA
No LANGKAH KERJA GAMBAR
1 Beri salam dan perkenalan diri
(Senyum, sapa dan sopan)
2 Beri informasi kepada ibu , jelaskan maksud dan tujuan dari
perawatan tali pusat
         Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
         Lakukan informed consent

3 Siapkan alat dan bahan yang digunakan


         Susun bahan dan alat secara ergonomis dan periksa
kelengkapannya
         Membuka pembungkus kapas alkohol dan memasukkannya ke
dalam kom kecil
         Memasang lampu untuk menghangatkan bayi
         Memakai celemek dan masker sebagai APD
4 Cuci tangan dan keringkan dengan handuk
Lepaskan semua perhiasan dan jam tangan kemudian cuci tangan
sesuai dengan standar pencegahan infeksi (enam langkah)

5 Memakai handscoon steril


Hal ini untuk mencegah infeksi

6 Perhatikan dan periksa keadaan sisa tali pusat untuk memastikan


tidak tedapat infeksi pada tali pusat

7 Ambil kapas alkohol dan bersihkan sisa tali pusat dari pangkal ke
ujung tali pusat secara perlahan dan hati-hati

8 Biarkan tali pusat tetap terbuka untuk mempercepat proses


pelepasan sisa tali pusat

9 Kenakan pakaian pada bayi lalu rapikan


Usahakan bayi merasa nyaman dan rapi

10 Rapikan alat yang telah digunakan dan membuang sampah


Pastikan sampah di buang pada tempatnya
11 Cuci tangan sesudah melakukan tindakan dan keringkan dengan
handuk

Anda mungkin juga menyukai