DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Amelia Rienna H
Bachtiar
Lusi Sri Solihah
Leni Sukmawati
Widya Dahlia Juwita
Siwi Kurnia Putri
(220112160121)
(220112160064)
(220112160012)
(220112160024)
(220112160048)
(220112160136)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu kedokteran semakin hari semakin berkembang, demikian juga dengan
penemuan tentang cara memandikan bayi baru lahir dan perawatan tali pusat. Dahulu
bayi yang baru lahir biasanya langsung dimandikan, baik itu oleh bidan maupun
dukun beranak. Saat itu memandikan bayi yang baru lahir secara langsung merupakan
prosedur dalam bidang kedokteran. Tujuannya karena bayi yang berlumuran darah,
lendir, mekonium atau kotoran bayi yang warnanya hitam kental, air ketuban, dan
lemak berwarna putih yang kelihatan sangat menjijikkan. Saat ini sudah berubah,
sekarang bayi baru lahir baru dimandikan enam jam dari waktu kelahirannya atau
setelah suhu tubuhnya stabil.
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air
dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang sesuai.
Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu baru.
Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar mandi si kecil tak hanya
berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi mereka (Naureh, 2009,p.35).
Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua terutama bila
mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi. Tidak sedikit dari mereka yang
tidak tahu bagaimana cara memandikan bayi sehingga mereka menyerahkan bayinya
kepada pengasuh atau neneknya (Choirunisa, 2009,p.91).
Dalam proses memandikan bayi tentunya tidak terlepas dari perawatan tali pusat.
Tali pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen dan makanan
dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi
membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas
sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus
dipotong dan dijepit, atau diikat. Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau
memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput.
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi
baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak
terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
B.
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang konsep memandikan bayi
Mampu menjelaskan perawatan tali pusat
C.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Memandikan adalah suatu cara membersihkan tubuh seseorang dengan
cara menyiram, merendam diri dalam air (Choirunisa, 2009, p.59).Dalam minggu
minggu pertama bayi cukup mandi satu kali sehari dipagi hari. Jika perlu sore hari
cukup dibersihkandari kulit yang basah atau keringat. Usahakan tidak langsung
memandikan bayi setelah menyusu, sedang lapar atau mengantuk untuk
menghindarkan bayi muntah, kedinginan, atau kaget. Tujuan dari memandikan
bayi untuk membersihkan tubuh bayi (Huliana, 2003,p.83).
Menurut Soetjiningsih (1998) menyatakan bahwa masa bayi antara 0-1
tahun. Bayi adalah merupakan mahluk yang masih sangat peka dan halus (Depkes
RI, 1992).
Memandikan bayi yang benar adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi
dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan uruturutan yang sesuai (Choirunisa, 2009, p.59).
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jika rambut bayi perlu dicuci, gunakan air dan sisir saja untuk mengangkat
kotoran. Anda dapat membersihkan bagian atas dan bawah bayi anda dalam
beberapa hari pertama, dengan menggunakan kapas (organic jika memungkinkan)
dan air, dengan lembut membasuh mukanya (hati-hati di sekitar area halus sekitar
mata) dan area popok. Ini memungkinkan kulit bayi anda menyesuaikan diri
dengan dunia luar. Kemudian, jika anda memandikan bayi, peganglah dengan
lembut di dalam air, dua atau tiga kali seminggu (Parker catharinr. 2008)
b) Handuk mandi
c)
d) Waslap 2
e)
f)
Sabun
j)
Bedak
Periksalah suhu air dengan siku atau bagian dalam pergelangan tangan. Air tidak
boleh terlalu panas atau terlalu dingin.jika anda ingin memeriksa air dengan
thermometer, suhu sebaiknya 290C .
5. Buka pakaian bayi dan masukkan pakaian ke ketempat kotor
6. Bersihkan bokong dengan kapas bila bayi BAB
7. Angkat bayi dari tempat tidur : Tangan kanan memegang kaki, tangan kiri masuk
melalui kuduk, kemudian menuju ke ketiak
8. Masukkan bayi dalam baskom berisi air hangat
9. Bayi masukkan ke dalam bak mandi bayi dengan cara memegang kepala dan bahu
kiri bayi dengan tangan memegang lengan kiri bayi dan tangan kanan mengangkat
bokong, kepala berada di atas air.
10. Dengan menggunakan kapas depper / sisi handuk, seka mata menggunakan kapas
lembab dengan cara menghapus dari bagian dalam ke arah luar. Setiap mengusap
kapas harus diganti
11. Telinga bersihkan dengan kapas pembersih, setiap usapan kapas harus diganti
12. Cuci muka bayi dengan washlap tanpa menggunakan sabun. setelah itu keringkan
dengan handuk (Keringkan muka dengan 1 sudut handuk) Boleh menggunakan
sabun tetapi hati-hati karena sabun dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit
bayi
13. Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga terkotor.
14. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri, lalu disabun kemudian
bersihkan dengan waslap sampai bersih.
15. Bersihkan dengan washlap bersabun pada area kepala dengan gerakan memutar,
leher, ketiak, badan, sela paha, dan sela bokong bayi hingga rata,
16. Bagian punggung dibersihkan dengan menggnti tangan kiri, dan bayi dengan
bagian muka bersandar pada lengan kanan dengan waslap basah sampai bersih,
lihat daerah-daerah lipatan jangan ada yang tersisa.
17. Bokong, perinium, genetalia dibersihkan paling akhir untuk mencegah
kontaminasi karena daerah ini paling kotor.
18. Angkat bayi seperti pada waktu memasukkan bayi ke dalam bak mandi.
19. Letakkan kembali bayi diatas meja dengan alas handuk
20. Kepala, badan dan anggota tubuh lainnya dibersihkan dengan waslap yang
satunya (yang belum kena sabun) dengan menggunakan tangan kanan
21. Keringkan dengan handuk sampai ke sela- sela badan, Keringkan kepala bayi
diatas meja dengan gerakan memutar. Gosok kepala dengan baby oil bila ada
kotorannya, beri minyak telon, baby oil dan talk
22. Bila tali pusat belum lepas, lakukan perawatan tali pusat
23. Pakaikan pakaian bayi
24. Bersihkan telinga dan hidung dengan kapas pembersih, rambut disisir
25. Bila kuku panjang, potong kuku
26. Bungkus bayi dengan selimut
27. Bereskan tempat tidur dan alat
28. Cuci tangan
Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi tidur, karena dapat
membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur. Hindari memandikan bayi sebelum
atau setelah makan karena perut bayi yang tertekan akan membuatnya muntah (Parker
catharinr. 2008).
G. Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi
Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk
membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi sedang gelisah,
maka mandi dengan air hangat akan menjadi akan menjadi hal yang baik untuk
menenangkan dan membantnya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina,2008.
67).Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan kesehatan
bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi (Choirunisa,2009.92).
Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan cara
membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina,2008).Memandikan bayi harus
menggunakan air yang hangat jika menggunakan air yang dingin akan menakutkan
mereka. Gunakan bak mandi yang khusus untuk memandikan bayi, selalu memegang
bayi secara hati-hati karena bayi akan licin saat dibasahi sehingga ibu harus
memegang bayi secara kuat tetapi harus tetap dengan kelembutan untuk menjaga bayi
agar tidak celaka, jatuh, tenggelam, air juga dapat masuk kedalam telinga bayi, jangan
memandikan bayi terlalu lama karena dapat menyebabkan perubahan suhu tubuh bayi
(hipotermi) dan air juga dapat masuk lewat hidung (Deswani,2010,p.88).
cara memandikan bayi dengan benar. Ketidaktahuan orang tua ini khususnya
timbul dari orang tua yang tidak mau tahu bagaimana cara memandikan
bayinya malah menyerahkan bayinya kepada baby sitter atau kepada orang
tua mereka, kurangnya pengetahuan ini karena latar belakang rendahnya
pendidikan (Choirunisa, 2009.79).
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo(2003), pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalan memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan (Nursalam, 2003)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyarap dan menerima
informasi kesehatan, demikian jaga orang tua atau ibu. Semakin tinggi pendidikan
seseorang biasanya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehingga akan lebih mudah menerima informasi kesehatan. Bagi orang tua yang
berpendidikan tinggi tidak begitu sulit untuk memandikan bayinya sendiri.
Sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih sulit untuk menerima
c.
Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang yang menambah
pengetahuan orang tersebut tentang suatu hal. Begitu pula ibu nifas yang dulu
sudah pernah melahirkan akan lebih mudah untuk merawat dan memandikan
bayinya. Berbeda dengan ibu nifas yang pertama kali melahirkan mereka akan
canggung untuk merawat bayinya (Soekanto, 2009, 7).
2.
Faktor Pendorong
a.
proses memandikan bayi yang benar. Kondisi ibu nifas yang masih lemah apalagi
ditambah dengan adanya luka jahitan perineum yang menyebabkan ibu merasa
malas dan tidak mau untuk memandikan bayinya sendiri. Kondisi saat inilah
dukungan suami dan keluarga dibutuhkan untuk menambah kepercayaan diri ibu
agar mau dan berani memandikan bayinya sendiri (Setiadi, 2008. 35).
dilapisi membran mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar
sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat
lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit
tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuatkuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Retniati,
2010;9).
pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah membiarkan tali
pusat terkena udara agar cepat mengering dan terlepas.
b). Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.
c). Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.
d). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor. (Arin
& Akbar, 2009).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi
pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi
80% pada tahun 2009, kondisi ini menunjukkan bahwa angka infeksi tali pusat
semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga
turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat,
(Iis Sinsin, 2008). Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan
melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip
perawatan kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali
pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal
sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat (Retniati, 2010;4).
Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko
terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda
dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin
diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Ratri Wijaya,
2006;12). Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya
resiko terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak
langsung kulit bayi dan ibunya mulai lahir agar bayi mendapatkan pertumbuhan
flora normal dari ibunya yang sifatnya patogen. Pemberian air susu ibu yang dini
dan sering akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi.
Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya
kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan
bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik
mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Retniati,
2010;12).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Enkin, M., Keirse, MJNC, Neilson, J. Crowther, C, Duley, L., Hodnett, E., dkk.
(2000) Sebuah panduan untuk perawatan efektif dalam kehamilan dan
persalinan. Jakarta: Oxford University Press.
Farrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC
Hamilton, Persis. 1995. Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
EGC
Hidayat, Alimul. 2007. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta : buku
kedokteran EGC
Parker, Catharinr. 2008. Konsultasi kebidanan. Jakarta: Erlangga
Priono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tanpa Babby Sitter. Jakarta: Buku Kita