Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi
wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil. Di negara berkembang seperti Indonesia,
masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Pada masa ini ibu
mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat mengurangi produksi ASI.

Penurunan produksi ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama melahirkan
dapat disebabkan oleh kurangnya produksi hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Faktor
yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran.

ASI yaitu perawatan payudara, frekuensi menyusui, paritas, stres, penyakit atau
kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, sebaiknya dilakukan segera pil kontasepsi,
asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan harus dilakukan ibu
secara rutin, dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu
merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu ibu.

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktose dan
garam – garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu sebagai makanan
utama bagi bayi. ASI sangat bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, juga untuk ibu,
keluarga, dan negara.

Manfaat untuk bayi antara lain nutrien yang sesuai untuk bayi, mengandung zat
protektif sehingga jarang menderita penyakit, efek psikologis, pertumbuhan yang baik,
mengurangi karies dan maloklusi.Sedangkan manfaat untuk ibu adalah sebagai keluarga
berencana, aspek psikologis dan kesehatan ibu karena dengan isapan bayi

akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjear hipofisis sehingga dapat


membantu involusi uterus serta mencegah terjadinya perdarahan.
ASI menurut stadium laktasi terdiri dari kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur.
Kolostrum merupakan ASI yang di produksi beberapa saat setelah bayi lahir sampai hari ke
tiga atau ke empat, warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada ASI. Kolostrum akan
merangsang pembentukan daya tahan tubuh sehingga berfungsi sebagai imunisasi aktif dan
pasif.

Berbagai kelebihan kolostrum tersebut sangat dianjurkan pada ibu untuk memberikan
kolostrum segera setelah kelahiran bayinya, dengan tujuan untuk menurunkan angka
kesakitan (morbidity) pada bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Oleh
karena itu kolostrum sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Untuk memperlancar pengeluaran kolostrum maka harus sering menyusukan bayi


agar terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi
ASI makin lancar. Dua refleks prolaktin pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu terdapat banyak
ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus
selanjutnya ke kelenjer hipofisis bagian depan sehingga kelenjer ini mengeluarkan hormon
prolaktin. Hormon inilah yang rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
Refleks aliran (let down refleks) rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai
kekelenjar hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormon oksitosin Untuk memperlancar keluarnya hormon oksitosin maka
perlu dilakukan pula merangsang refleks oksitosin yaitu pijat oksitosin. Pijat oksitosin adalah
teknik pemijatan pada daerah tulang belakang leher, punggung, atau sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam.

Banyak ibu yang merasa bahwa ASI belum keluar pada hari pertama, sehingga bayi
dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat
mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan
menghambat pengeluaran ASI karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusui.

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan mudah di jangkau kepada
masyarakat terutama ibu dan anak.
2. Untuk membantu meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
3. Untuk membantu ibu merasa rilex dan tidak merasa resah
1.3.2 Khusus
1. Untuk membantu masyarakat mendapatkan pelayana kesehatan yang optimal.
2. Untuk menerapkan ilmu yang sudah didapatkan.
3. Untuk mengembangkan usaha berupa penjualan jasa kepada masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEWIRAUSAHAAN


2.1.1 Pengertian Wirausahawan
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).
John J.Kao (1993) mendefinisikan berkewirausahaan sebagai usaha untuk
menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis,
manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan
manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan – bahan baku atau sumber daya
lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek upaya terlaksana dengan baik.
Menurut Robert D. Hisrich et al. (2005) adalah proses dinamis atas penciptaan
tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil
resiko utama dengan syarat syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau
penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau
mungkin baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh
usahawan dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber –
sumber daya.
Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995: “kewirausahaan adalah semangat,
sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi, dan
produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”. Menurut Heri Wibowo (Buku
Kewirausahaan, Heri Wibowo :2011), kewirausahaan adalah sebuah Mindset (pola pikir) dan
method (metode). Keduanya dapat berdiri sendiri maupun bersama-sama. Sebagai mindset,
kewirausahaan mewakili pola pikir, asumsi dasar, nilai atau yang mendasari pemikiran kita.
Ia adalah ‘sesuatu’ yang berbeda diantara stimulus dan respon. Ia adalah pembeda antara
seorang individu dengan individu lainnya. Mindset adalah hal yang berpotensi mewarnai
pemikiran- pemikiran dan tindakan-tindakan kita. Mindset wirausaha dalam hal ini
adalah pola pikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha melihat peluang. Selanjutnya,
sebagai metode (method) tentu saja aktivitas wirausaha memiliki langkah/cara/strategi
tertentu untuk dapat sukses (tidak terlalu mudah gagal). Dari sekian banyak kasus, tentunya
ditemukan formula/rumus ideal bagaimana cara memulai aktivitas wirausaha dengan baik,
dalam arti berpeluang mendapatkan profit
sekaligus memiliki sedikit peluang untuk bangkrut.
Metode dalam hal ini bagaimana aktivitas kewirausaan ini dijalankan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan keuntungan bagi pengelolanya. Secara
umum metode ini juga dapat dibagi dua yaitu business content (jenis
bisnisnya/produk/barang), dan business context (yaitu perrangkat bisnisnya, mulai dari
manajemen keuangannya, pemasaran, sdm, dan lain-lain).
Dari definisi-definisi di atas, bila dihubungkan dengan praktik Kebidanan, maka
penulis menyimpulkan bahwa kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah sebuah
mindset dan method yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam
memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta
maupun Rumah Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas
dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.
2.1.2 Manfaat Kewirausahaan
Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah sebagai
berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
2. Memberi peluang melakukan perubahan.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
4. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin.
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan
atas usahanya.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang
dalam mengerjakannya.
2.1.3 Fungsi Kewirausahaan
Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan sebagai berikut:
1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu:
a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang tujuan dan
sasaran perusahaan.
b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan
c. Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani
d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya
e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar)
f. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya
g. Mengendalikan secara efektif dan efisien
h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru
i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta
mengolahnya menjadi barang atau jasa yang menarik
j. Memasarkan barang dan atau jasa yang menarik
k. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan
sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.
2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu:
a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan
peluang usaha.
b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan.
c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak
lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya.
d. Meluangkan dan peduli atas CSR (Corporate Social Responsibility) .
Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial di sekitarnya.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Kewirausahaan
Dari prinsip-prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Dhidiek D.Machyudin,
Khafidlul Ulum dan Leonardus Saiman, maka prinsip-prinsip berwirausaha dapat
disempurnakan menjadi 14 prinsip, antara lain:
1. Mulailah dan jangan takut gagal;
2. Penuh semangat;
3. Kreatif dan inovatif;
4. Sabar, tekun, tabah;
5. Optimis;
6. Membangun relasi dan network dengan sesama wirausahawan;
7. Bertindak dengan penuh perhitungan;
8. Pantang menyerah;9
9. Ambisius;
10. Peka terhadap pasar;
11. Berbisnis dengan standar etika;
12. mandiri;
13. Jujur; dan
14. Peduli terhadap lingkungan merupakan modal penting dalam mencapai kunci sukses
berwirausaha.

2.1.5 Pola Pikir Wirausahawan


Menurut Neal Thornberry, Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut:
1. Memiliki Locus of Control internal
Menggambarkan bagaimana seseorang berpikir tentang kendali hidupnya.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-
hal yang dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin
membuka restoran adalah bukalah ditempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah
banyak contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil justru diserbu
pelanggannya. Begitu pula dengan pendirian sebuah rumah bersalin maupun klinik
bersalin, tidak harus di tempat yang ramai.
3. Kesediaan untuk menggaji orang yang lebih cerdas dari dirinya.
Seorang bidan yang membuka rumah bersalin bisa bekerja sama dengan bidan
lain maupun dokter umum ataupun dokter spesialis ibu dan anak sehingga bersinergi.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal.
Sebagai contoh : Dalam menjalankan praktek sebagai penolong persalinan seoran
g bidan bukan hanya menolong persalinan
saja tetapi juga menawarkan jasa lain satu paket dengan jasa persalinan dengan tarif
tertentu. Misalnya : Paket A : Tarif 1.000.000 dengan layanan sebagai berikut :
persalinan normal 2 hari + biaya mencuci ari - ari + biaya mengurus akte lahir bayi +
biaya pijat ibu dan bayi.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Bidan selaku wirausahawan selalu awas terhadap peluang - peluang baru.
Bidan dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempat mampu membaca trend jaman.
6. Rasa urgenitas yang tinggi.
Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini “inovasi atau mati”. Apa artinya?
Artinya adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah sesuatu
yang urgen dan tidak bisa ditunda-tunda lagi.
7. Perseverance
Usaha untuk menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan dan
mewujudkannya.
8. Resilience (ketahanan)
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak – anak yang jika
dipukul selalu kembali ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap
kita yang sadar bahwa hidup adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan
kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerat oleh kerasnya
kehidupan.
9. Optimis
Secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satua ktivitas ke aktivitas
lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan
akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri.
10. Rasa humor tentang diri sendiri
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah
bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah sebuah
rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal.
2.1.6 Kewirausahaan dan Pengembangan Diri
1. Kewirausahaan dan Softskill
Softskill, dalam konteks dunia pendidikan sering kali dibedakan dengan hardskill.
Hardskill sering diidentikkan dengan kemampuan/keterampilan atau kapabilitas yang
didapatkan dari pembelajaran pada bidang ilmu tertentu. Sedangkan softskill lebih
merupakan karakter/keahlian umum dalam hubungan interpersonal, kepemimpinan,
keterampilan berkomunikasi, kemampuan mengorganisasi, kesediaan menerima kritik
dan lain-lain yang cenderung bersifat generalis dan melekat dengan hardskill apapun.
Artinya, hardskill lebih bersifat spesifik (berbasis ilmu pengetahuan), dan softskill lebih
umum dan generalis.
Soft Skill yang dibutuhkan dalam bekerja:
 Inisiatif
 Integritas
 Berpikir kritis
 Kemauan belajar
 Komitmen
 Motivasi
 Bersemangat
 Dapat diandalkan
 Komunikasi lisan
 Kreatif
 Kemampuan analitis
 Dapat mengatasi stress
 Manajemen diri
 Menyelesaikan persoalan
 Dapat meringkas
 Berkooperasi
 Fleksibel
 Kerja dalam tim
 Mandiri
 Mau mendengarkan
 Tangguh
 Berargumentasi logis
 Manajemen waktu
 Kewirausahaan dan Berpikir Apresiatif
Berpikir apresiatif adalah upaya menghargai apa yang ada pada diri kita,
mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui. Kita diajak untuk lebih fokus pada
apa yang terbaik dari manusia.
Salah satu cara melatih diri kita agar mampu berpikir apresiatif adalah dengan
mencoba praktik berwirausaha. Mencoba berwirausaha adalah suatu aktivitas
pembelajaran yang luar bisa. Begitu terjun, kita akan dihadapkan pada sejumlah
tantangan yang menuntut pemikiran kreatif dan inovatif serta positif. Aktivitas ini, lambat
laun, jika ditekuni dengan serius, secara perlahan - lahan akan dapat mendorong kita
untuk memiliki pemikiran yang apresiatif.
2. Kewirausahaan dan Penentuan Tujuan
Sangat penting bagi seorang wirausaha menetapkan sebuah tujuan. Salah satu
alasan mengapa banyak orang yang tidak mencapai tujuan - tujuannya adalah karena
mereka tidak pernah menuliskan tujuan – tujuan mereka tersebut. Sering kita lihat, bidan
- bidan yang sukses dengan rumah bersalin maupun klinik bersalinnya menuliskan visi
dan misi yang akan dicapai pada dinding praktek mereka.
2.1.7 Kewirausahaan, Kreativitas dan Inovasi
Usaha Bidan Praktek Swasta / klinik bersalin yang sukses dan berhasildalam
waktu yang cukup lama, biasanya dimulai dengan kreativitas daninovasi dari
pengelolanya.
Perbedaan kreativitas dan Inovatif :
Kreatif:
 Menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain
 Menghubungkan ide – ide / hal - hal yang tadinya tidak berhubungan
Inovatif:
 Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada
 Pembaruan/menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda
2.1.8 Kewirausahaan Dan Networking
Berikut dikemukakan 2 pengertian tentang networking atau jejaring yaitu :
Networking adalah seni dan praktek untuk menghadiri peristiwa sosial dan berhubungan
atau melakukan kontak dengan orang – orang yang memiliki kemungkinan membantu
usaha atau bisnis (Atomic Dog Publishing, 2006).
Definisi ini diambil dari pengalaman dunia usaha atau sector komersial.
Sedangkan definisi yang berikut lebih dilihat dari pengalaman dalam bidang sosial
dimana jejaring dapat juga diartikan sebagai suatu proses dimana dua atau lebih individu
atau organisasi bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama (Pratomo, 2010).
Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa :
1. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru.
Hal ini diperoleh ketika ada seorang klien atau pasienyang merasa puas dengan pelayanan
profesional bidan tersebut, dia dapat menjadi sumber informasi untuk menyebarkan
informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien lain terutama yang mengalami
ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan tersebut.
2. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media sosial.
Bidan yang up todate (mahir dan tidak ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan
tidak gatek dapat sharing informasi dan pengalaman dan berkomunikasi dengan klien
atau calon klien menggunakan media sosial misalnya FB, Twitter dsb.
Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa :
Promosi dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru.
Hal ini diperoleh ketika ada seorang klien atau pasienyang merasa puas dengan pelayanan
profesional bidan tersebut, dia dapat menjadi sumber informasi untuk menyebarkan
informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien lain terutama yang mengalami
ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan tersebut.
2.2 KONSEP PIJAT OKSITOSIN
2.2.1 Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran


produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon oksitosin setelah melahirkan (Yohmi &
Roesli, 2009).

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari costa ke
5-6 sampai scapula atau tulang belikat akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
menyampaikan perintah ke hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin
(Suherni, 2010; Hamranani, 2010).

2.2.2 Tujuan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Atau yang
biasa disebut sebagai reaksi pengeluaran ASI. Membuat tubuh rilex, menormalkan aliran darah,
mencegah sumbatan saluran ASI, dan meningkatkan produksi ASI.

A. Manfaat Pijat Oksitosin


Menurut Widuri (2013), banyak manfaat yang bisa diperoleh dari melakukan pijat
oksitosin, diantaranya yaitu:
a. Merangsang reflek let down
b. Memberikan kenyamanan pada ibu
c. Mengurangi bengkak (engorgement)
d. Mengurangi sumbatan ASI
e. Merangsang pelepasan hormon oksitosin
f. Mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
B. Cara Kerja Pijat Oksitosin
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan
air susunya. Dengan pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi
ketegangan, menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada
saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Wulandari dkk, 2014).
C. Teknik Pijat Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007) :

a. Melepaskan baju ibu bagian atas


b. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak telon atau baby oil / air hangat.
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan
tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher
kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.

Gambar 1.1 Pijat Oksitosin

Sumber Depkes RI, 2007

D. Waktu Yang Tepat Untuk Pijat Oksitosin


Waktu yang tepat untuk pijat oksitosin adalah sebelum menyusui atau memerah
ASI, lebih disarankan. Atau saat pikiran ibu sedang pusing, badan pegal-pegal cukup 3-5
menit saja per sesi (Depkes, 2007).
Fasilitas saat melakukan pijat oksitosin
1. Handuk
2. Minyak urut
3. Konsultasi dan cara belajar melakukan pijat oksitosin

E. Keunggulan Melakukan Pijat Oksitosin

1. Selama dilakukan pijat oksitosin diiringi dengan music agar si ibu semakin relax
2. Terapi bisa dilakukan ditempat atau bisa datang kerumah pasien (on call)
3. Harga yang ditawarkan terjangkau murah sehingga mudah dijangkau oleh
semua kalangan dan pasien mendapatkan fasilitas untuk konsultasi
4. Keluarga pasien juga bisa berlatih agar bisa melakukan pijat oksitosin dirumah
sendiri dan dibantu oleh keluarga (suami atau ibu)

Strategi pemasaran

Strategi pemasaran dilakukan langsung maupun tidak langsung

a. Face to face
Pada awal tahap promosi yang kami lakukan adalah promosi mulut ke mulut (face to
face). Disini kami memanfaatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain agar
mau datang pada pelayanan jasa yang diselenggarakan yaitu pijat oksitosin untuk ibu
menyusui yang baru saja melahirkan secara normal maupun sc. Selain itu kami juga akan
meminta bantuan teman-teman untuk menyebarkan tentang usaha yang kami jalankan.
Tempat dilakukannya pijat oksitosin di klinik bersalin "putri rahayu" tiap hari rabu-kamis
jam 9.00 WIB.
b. Media elektronik
Promosi dilakukan dengan menggunakan media elektronik seperti radio untuk
memasarkan pelayanan jasa pijat oksitosin. Tempat dilakukannya pijat oksitosin di klinik
bersalin "putri rahayu" tiap hari rabu-kamis jam 9.00 WIB.
c. Media social
Media social yang digunakan untuk promosi yaitu dengan whatsapp dan instragram yang
menjadi iklan utama agar memudahkan klien menggali informasi tentang pelayanan jasa
yang disediakan oleh kami karena sebagian masyarakat dapat lebih mudah mengenal jasa
yang kami lakukan. Tempat dilakukannya pijat oksitosin di klinik bersalin "putri rahayu"
tiap hari rabu-kamis jam 9.00 WIB.
d. Mengadakan promo menarik
Pengembangan pemasaran homecare dapat dilakukan juga dengan menambahkan promo-
promo menarik kepada para klien, seperti potongan harga yang memberikan nilai lebih
dimata para konsumen sehingga jangkauan pasar semakin luas, dan tingkat loyalitas klien
pun setiap harinya kian meningkat. Tempat dilakukannya pijat oksitosin di klinik bersalin
"putri rahayu" tiap hari rabu-kamis jam 9.00 WIB.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah sebuah mindset dan method yang
harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola
sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Rumah Bersalin) dengan
mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi
kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek profesional
kebidanannya.

3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Panduan manajemen laktasi: Diet Gizi Masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Roesli, U & Yohmi, E. (2009). Manajemen Laktasi. Jakarta: IDAI.

Suherni, W. H dan Rahmawati, A. (2010). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitra Maya.

Hamranani, S. (2010). Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum
yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten Klaten.

Handayani. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Asuhan
Keperawatan Ny. E dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah
Dini (KPD) di Ruang Mawar I RSUD dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: STIKes
Kusuma Husada.

Widuri, H. 2013. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta : Gosyen Publising.

Wulandari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu
Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.

Anda mungkin juga menyukai