Anda di halaman 1dari 13

KEWIRAUSAHAAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai wirausahawan.
Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual, mulai menawarkan
ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk
layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan
sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai manajerial
dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi
yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan personal selling yang
baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan pelayanan
kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola manajemen pelayanan secara profesional,
serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Bidan yang berwirausaha dengan cara praktek mandiri dirumahnya, saharusnya berusaha
untuk mendongkrak inovasi yang baru terhadap menejemen usaha. Dimulai dari modal yang
ia punya, alaat-alat kesehatan, susunan ruangan, menejemen keuangan, dan lain-lain.agar laba
yang diharapkan dapat terwujud tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PengertianKewirausahaan

Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tan rpa diliputi
rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).

John J.Kao (1993) mendefinisikan berkewirausahaan sebagai usaha untuk menciptakan


nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat,
dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang,
dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek
supaya terlaksana dengan baik.

Menurut Robert D. Hisrich et al. (2005) adalah proses dinamis atas penciptaan tambahan
kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko utama
dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai
untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau
unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan
penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-sumber daya.

Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995: “kewirausahaan adalah semangat,


sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi,
dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”.

Menurut Heri Wibowo (Buku Kewirausahaan , Heri Wibowo:2011), Kewirausahaan


adalah sebuah mindset (pola pikir) dan method (metode). Keduanya dapat berdiri sendiri
maupun bersama-sama.
Sebagai mindset , kewirausahaan mewakili pola pikir, asumsi dasar, nilai atau yang
mendasari pemikiran kita. Ia adalah ‘sesuatu’ yang berbeda diantara stimulus dan respon.
Ia adalah pembeda antara seorang individu dengan individu lainnya. Mindset adalah hal
yang berpotensi mewarnai pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan kita. Mindset
wirausaha dalam hal ini adalah pola pikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha
melihat peluang.
Selanjutnya, sebagai metode (method), tentu saja aktivitas wira usaha memiliki
langkah/cara/strategi tertentu untuk dapat sukses (tidak terlalu mudah gagal). Dari sekian
banyak kasus, tentunya ditemukan formula/rumus ideal bagaimana cara memulai aktivitas
wirausaha dengan baik, dalam arti berpeluang mendapatkan profit sekaligus memiliki
sedikit peluang untuk bangkrut. Metoda dalam hal ini bagaimana aktivitas kewirausahaan
ini dijalankan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan
keuntungan bagi pengelolanya. Secara umum metode ini juga dapat dibagi dua yaitu
business content (jenis bisnisnya/produk/barang), dan business context (yaitu perrangkat
bisnisnya, mulai dari manajemen keuangannya, pemasaran, sdm, dan lain-lain).

Dari definisi-definisi di atas, bila dihubungkan dengan praktik Kebidanan, maka penulis
menyimpulkan bahwa: kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah
mindset dan method yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam
memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta
maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas
dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.

2.2 Manfaat Kewirausahaan

Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah sebagai


berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri
2. Memberi peluang melakukan perubahan
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
4. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa
senang dalam mengerjakannya.
2.3 Fungsi Kewirausahaan

Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan sebagai berikut:
1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu:
a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang tujuan dan
sasaran perusahaan.
b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan
c. Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani
d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya
e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar)
f. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya
g. Mengendalikan secara efektif dan efisien
h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru
i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta
mengolahnya menjadi barang atau jasa yang menarik
j. Memasarkan barang dan atau jasa yang menarik
k. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan
sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu:


a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan
peluang usaha.
b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan.
c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak
lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya.
d. Meluangkan dan peduli atas CSR (Corporate Social Responsibility) . Setiap
pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggung jawab terhadap lingkungan
sosial di sekitarnya.

2.4 Perinsip-Perinsip Kewirausahaan


Dari prinsip-prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Dhidiek D. Machyudin,
Khafidlul Ulum dan Leonardus Saiman, maka prinsip-prinsip berwirausaha dapat
disempurnakan menjadi 14 prinsip, antara lain:
1. mulailah dan jangan takut gagal;
2. penuh semangat;
3. kreatif dan inovatif;
4. sabar, tekun, tabah;
5. optimis;
6. membangun relasi dan network dengan sesama wirausahawan;
7. bertindak dengan penuh perhitungan;
8. pantang menyerah;
9. ambisius;
10. peka terhadap pasar;
11. berbisnis dengan standar etika;
12. mandiri;
13. jujur; dan
14. peduli terhadap lingkungan merupakan modal penting dalam mencapai kunci sukses
berwirausaha.

2.5 Pola Fikir Kewirausahaan


Menurut Neal Thornberry, Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut:
1. Memiliki Locus of Control internal Menggambarkan bagaimana seseorang berpikir
tentang kendali hidupnya.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal
yang dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin
membuka restoran adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini
sudah banyak contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil justru
diserbu pelanggannya. Begitu pula dengan pendirian sebuah BPS maupun Klinik
bersalin, tidak harus di tempat yang ramai.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya.
Seorang Bidan yang membuka praktek mandiri maupun klinik bisa bekerja sama
dengan bidan lain maupun dokter spesialis kebidanan dan anak sehingga bersinergi.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal.
Sebagai contoh: Dalam menjalankan praktek sebagai penolong persalinan seorang
bidan bukan hanya menolong persalinan saja tetapi juga menawarkan jasa lain satu
paket dengan jasa persalinan dengan tarif tertentu. Misalnya: Paket A :`Tarif
1.000.000 dengan layanan sebagai berikut: persalinan normal 2 hari+ biaya mecuci
ari-ari+biaya mengurus akte lahir bayi+ biaya pijat ibu dan bayi.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Bidan selaku wirausahawan selalu awas terhadap peluang-peluang baru. Bidan
dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa mampu membaca trend jaman.
6. Rasa urgenitas yang tinggi.
Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini “inovasi atau mati”. Apa artinya?
Artinya adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah
sesuatu yang urgen dan tidak bisa ditunda-tunda lagi.
7. Perseverance
Usaha untuk menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan dan
mewujudkannya.
8. Resilience (ketahanan)
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul
selalu kembali ke posisi semula.
Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar bahwa hidup adalah
perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh
dan bangun setelah terjerambab oleh kerasnya kehidupan.
9. Optimis
Secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivitas ke aktivitas
lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa
tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri.
10. Rasa humor tentang diri sendiri
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah
bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah
sebuah rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang
optimal.
2.6 Kewirausahaan dan Pengembangan Diri
1. Kewirausahaan dan Softskill
Softskill, dalam konteks dunia pendidikan sering kali dibedakan dengan hardskill.
Hardskill sering diidentikkan dengan kemampuan/keterampilan atau kapabilitas yang
didapatkan dari pembelajaran pada bidang ilmu tertentu. Sedangkan softskill lebih
merupakan karakter/keahlian umum dalam hubungan interpersonal, kepemimpinan,
keterampialn berkomunikasi, kemampuan mengorganisasi, kesediaan menerima kritik
dan lan-lain yang cenderung bersifat generalis dan melekat dengan hardskill apapun.
Artinya, hardskill lebih bersifat spesifik (berbasis ilmu pengetahuan), dan softskill
lebih umum dan generalis.
Soft Skill yang dibutuhkan dalam bekerja:
a. Inisiatif
b. Integritas
c. Berpikir kritis
d. Kemauan belajar
e. Komitmen
f. Motivasi
g. Bersemangat
h. Dapat diandalkan
i. Komunikasi lisan
j. Kreatif
k. Kemampuan analitis
l. Dapat mengatasi stress
m. Manajemen diri
n. Menyelesaikan persoalan Dapat meringkas
o. Berkooperasi
p. Fleksibel
q. Kerja dalam tim
r. Mandiri
s. Mau mendengarkan
t. Tangguh
u. Berargumentasi logis
v. Manajemen waktu
2. Kewirausahaan dan Berpikir Apresiatif
Berpikir apresiatif adalah upaya menghargai apa yang ada pada diri kita, mengambil
hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui. Kita diajak untuk lebih fokus pada apa
yang terbaik dari manusia. Salah satu cara melatih diri kita agar mampu berpikir
apresiatif adalah dengan mencoba praktik berwirausaha. Mencoba berwirausaha
adalah suatu aktivitas pembelajaran yang luar bisa. Begitu terjun, kita akan
dihadapkan pada sejumlah tantangan yang menuntut pemikiran kreatif dan inovatif
serta positif. Aktivitas ini, lambat laun, jika ditekuni dengan serius, secara perlahan-
lahan akan dapat mendorong kita untuk memiliki pemikiran yang apresiatif.
3. Kewirausahaan dan Penentuan Tujuan
Sangat penting bagi seorang wirausaha menetapkan sebuah tujuan. Salah satu alasan
mengapa banyak orang yang tidak mencapai tujuan-tujuannya adalah karena mereka
tidak pernah menuliskan tujuan-tujuan mereka tersebut. Sering kita lihat, bidan-bidan
yang sukses dengan BPS maupun klinik bersalinnya menuliskan visi dan misi yang
akan dicapai pada dinding praktek mereka.
4. Kewirausahaan dan, Kkeativitas dan Inovasi
Usaha Bidan Praktek Swasta / klinik bersalin yang sukses dan berhasil dalam waktu
yang cukup lama, biasanya dimulai dengan kreativitas dan inovasi dari
pengelolanya.Perbedaan kreativitas dan Inovatif :
Kreatif:
a. Menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain
b. Menghubungkan ide-ide/hal-hal yang tadinya tidak berhubungan

Inovatif:

a. Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada


b. Pembaruan/menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda
5. Kewirausahaan Dan Networking
Berikut dikemukakan 2 pengertian tentang networking atau jejaring yaitu :
Networking adalah seni dan praktek untuk menghadiri peristiwa sosial dan
berhubungan atau melakukan kontak dengan orang-orang yang memiliki
kemungkinan membantu usaha atau bisnis (Atomic Dog Publishing, 2006). Definisi
ini diambil dari pengalaman dunia usaha atau sektor komersial. Sedangkan definisi
yang berikut lebih dilihat dari pengalaman dalam bidang sosial dimana jejaring dapat
juga diartikan sebagai suatu proses dimana dua atau lebih individu atau organisasi
bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama (Pratomo, 2010).

Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa :


Promosi dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien
baru. Hal ini diperoleh ketika ada seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan
pelayanan profesional bidan tersebut, dia dapat menjadi sumber informasi untuk
menyebarkan informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien lain terutama
yang mengalami ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan
tersebut. 2. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media sosial.
Bidan yang up to date (mahir dan tidak ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan
tidak gatek dapat sharing informasi dan pengalaman dan berkomunikasi dengan klien
atau calon klien menggunakan media sosial misalnya FB, Twitter dsb.

Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa :


Promosi dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien
baru. Hal ini diperoleh ketika ada seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan
pelayanan profesional bidan tersebut, dia dapat menjadi sumber informasi untuk
menyebarkan informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien lain terutama
yang mengalami ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan
tersebut. 2. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media sosial.
Bidan yang up to date (mahir dan tidak ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan
tidak gatek dapat sharing informasi dan pengalaman dan berkomunikasi dengan klien
atau calon klien menggunakan media sosial misalnya FB, Twitter dsb.
BAB III

PEMBAHASAN

KEWIRAUSAHAAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

A. Wirausaha Bidan
Bidan yang telah menyelesaikan pendidikannya minimal DIII (Diploma Tiga Kebidanan
dapat melakukan wirausaha Kebidanan
Pengertian Organisasi
Menurut Trewatha dan Newport organisasi dapat dinyatakan sebagai struktur social
yang didesain guna mengordinasi kegiatan dua orang atau lebih, melalui suatu
pembagian kerja dan hierarki dan otoritas, guna pencapaian tujuan umum tertentu.
Sedangkan menurut Dr. H. R. Soedarto. W. W. Sp.OG organisasi adalah kumpulan
individu membentuk golongan untuk mencapai sesuatu secara bersama-sama untuk
mencapai manajemen ( Input, proses, output ) untuk bisa bekerja atau berjalan perlu
aturan atau tata kerja, hubungan satu sama lain ( Cara koordinasi satu bagian dengan
bagian yang
B. Bidan Praktik Swasta
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan oleh seorang yang
memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek bidan
yang mereka jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan dengan gaji
bulanan mereka.
Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan ibu dan anak (KIA)
yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan balita tahap awal. Besarnya tarif
biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka tinggal dan kesenioritasan yang
mencangkup keahlian bidan tersebut.
Untuk bidan praktek swasta di daerah pedesaan tarif yang ditetapkan untuk persalinan
sebesar 450.000 sampai 500.000 rupiah. Untuk imuninasi (dalam bentuk paket) ditetapkan
tarif seharga 10.000 rupiah. Pemeriksaan kehamilan berkisar antara 17.000 (sudah termasuk
pemberian vitamin plus kalsium) dan 25.000 rupiah jika terdapat keluhan seperti batuk dan
pilek.
Harga pemeriksaan balita tahap awal sebesar 15.000-20.000 rupiah mencangkup tumbuh
kembang balita, gerak motorik dan sensorik apakah sesuai dengan umur balita atau tidak,
BB/TB dan pengobatan sementara jika ada keluhan. Namun jika dalam 3 hari tidak ada
perubahan akan dilakukan rujukan ke dokter umum ataupun spesialis. Pelayanannya-pun
semakin hari semakin inovatif. Ada bidan yang memberikan tambahan pelayanan dengan
menjemput pasien yang akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si pasienpun diantar
pulang setelah proses persalinan.
Persalinan
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita usia
subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan
yang paling sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan.
Untuk pasien persalinan, pertama-tama biasanya dilakukan anamnesa atau pertanyaan
seputar nama dan umur pasien, kapan mulai dirasakan kencang-kencang, kapan mens
terakhir dan pemeriksaan BB/TB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum seperti
pemeriksaan tensi, suhu, nadi dan dilihat keadaan umum ibu tersebut apakah dalam kondisi
baik atau tidak. Kemudian dilakukan analisa lengkap dan pemeriksaan obstetri terhadap
kandungan tersebut lalu berlanjut ke pemeriksaan dalam. Dan jika memang dirasa
kehlahiran akan terjadi dilakukan pemeriksaan sekitar 4 jam sekali jika pembukaan sudah
diatas 4.
Pemeriksaan sebelumnya juga harus dilakukan untuk pendeteksian faktor resiko apakah
termasuk kehamilan normal atau yang berisiko sehingga dapat dilakukan penanganan untuk
mengantisipasi.
Peralatan & Ruang Praktek
Usaha ini sebenarnya memerlukan peralatan pendukung yang cukup banyak. Peralatan yang
digunakan dalam praktek bidan swasta meliputi alat tensi, timbangan injak, timbangan bayi,
metlin, dopler, lineks, stetoskop, HB set, partus set, perlak, scoop, sarung tangan dan sepatu
boot. Selain itu, peralatan yang tak kalah pentingnya yang harus dimiliki adalah meja
ginekologi, lampu sorot, sterilisator, kateter, tutup rambut, kacamata, isap lendir, sungkup,
penjepit tali pusar, haeting set, box bayi, inkubator, kamar VK atau kamar persalinan dan
kamar biasa serta harus dilengkapi dengan obat-obatan yang menunjang dan infus.
Untuk ruangan praktek, disarankan minimal mempunyai 4 ruang (kamar). Satu ruang
difungsikan sebagai kamar VK (kamar bersalin), satu ruang lagi untuk perawatan dan 2 buah
ruang untuk dijadikan kamar ibu hamil setelah bersalin. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah kelengkapan peralatan yang menunjang untuk persalinan dan pemeriksaan ibu dan
anak, sterilisasi akan peralatan tersebut dan kebersihan akan 3B yakni bersih alat, bersih
tempat dan bersih penolong.
Kendala
Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan swasta ini biasanya hanya seputar
masalah teknis persalinan. Salah satu contohnya adalah anjuran untuk belum saatnya
mengejan tapi ternyata pasien tidak mengindahkannya dan tetap mengejan. Tentu hal ini
sangat merepotkan apabila bidan tidak terbiasa menangani hal seperti itu. Selain kendala
diatas, untuk jasa praktek bidan swasta yang berada di wilayah pedesaan, kendala yang
sering dirasakan adalah apabila ibu hamil tinggal di daerah pegunungan dan jalan menuju
daerah tersebut sulit dijangkau. dan hal ini memang sering terjadi, mengingat rata-rata
kondisi jalan daerah pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota.
Untuk jam praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh nonstop. Salah satu penyebabnya
adalah proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan. Ini merupakan resiko jika
mereka benar-benar terjun di usaha ini.
Daftar Pustaka

- Kepmenkes RI Permenkes 1464/2010 Tentang Praktik Bidan, Jakarta 2010


- PP-IBI, 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia, Cetakan ke-3 Tahun 2011
- Anonim. Tanpa tahun. Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan. Adesyams.
Blogspot.com/.../hakikat-dan-konsep-dasar-kewirausahaan. diunduh 29 Desember 2011
- Anonim. Tanpa tahun. BPS. http://bisnisukm.com/jasa-praktik-bidan-swasta.html. diunduh
03 Januari 2012
- Hariz Sastrawinata. Kepemimpinan Organisasi dalam manajemen Kebidanan Komunitas.
Harizsastrawinata.blogspot.com/2011. diunduh
04 Januari 2012
http://bisnisukm.com/jasa-praktik-bidan-swasta.html

Anda mungkin juga menyukai