Oleh : Kelompok 3
PRODI KEBIDANAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bidan adalah suatu profesi yang dinamis. Perubahan yang terjadi begitu cepat,
mengharuskan bidan secara terus menerus untuk memperbarui keterampilannya dan
meningkatkan kemampuannya. Dengan demikian, bidan praktik dituntut harus
kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya pelayanan kebidanan
yang berfokus pada kesehatan reproduksi, peran dan fungsi bidan adalah sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Bidan sebagai pelaksana memberi pelayanan kebidanan pada wanita dalam
siklus kehidupannya, asuhan neonatus, bayi, dan anak balita. Sebagai pelaksana,
bidan mempunyai tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
Faktor kepemimpinan diharapkan dapat menfasilitasi pembentukan komitmen
kerja yang tinggi dan lingkungan kerja yang baik. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah karakteristik individu diantaranya usia, jenis kelamin, status perkawinan dan
masa kerja.
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan meningkatkan
KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1) Pelayanan Kebidanan Primer adalah merupakan layanan bidan yang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2) Pelayanan Kolaborasi/Kerjasama adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
3) Pelayanan Rujukan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
2. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami kepemimpinan dalam berbagai pelayanan
kebidanan beserta menyebutkan contohnya
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan kepemimpinan dalam
berbagai pelayanan kebidanan
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
- Memahami yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam pelayanan
kebidanan
- Menyebutkan maksud kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan
mandiri beserta contohnya
- Menyebutkan maksud kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan
kolaborasi beserta contohnya
- Menyebutkan maksud kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan
rujukan beserta contohnya
4. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan?
2) Bagaimana kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan mandiri dan
contohnya?
3) Bagaimana kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan kolaborasi dan
contohnya?
4) Bagaimana kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan rujukan dan
contohnya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEPEMIMPINAN
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik
mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang
otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter
akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam
bentuk :
Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat
lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan
para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat
yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para
anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.
Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang
kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang
khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan
secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
5. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin
dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah
bertipe militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
Senang kepada formalitas yang berlebihan
Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
Tidak mau menerima kritik dari bawahan
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
2.1.3 Prinsip- Prinsip Kepemimpinan
Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Keorganisasian mengatakan
seorang pemimpin dalam tim memfokuskan perhatiannya pertama kepada manusia
baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab pemimpin merupakan
kebalikan dari tugas supervisor.
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip menurut
Stephen R. Coney yang dikutip Rivai (2012:24) sebgai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga di luar sekolah,
contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengarkan.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun buruk sebagi sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip
pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karier sebagi tujuan utama.
Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada
pelayanan yang baik.
3. Membawa energy yang positif
Setiap orang mempumyai energi dan semangat menggunakan energi
positif didasarkan keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang
lain. Untuk itu dibutuhkan energi posotif untuk membangun hubungan baik.
Seorang pemimpin harus dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan
kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukan energi yang positif sebagai berikut:
a) Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf
bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan
pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.
b) Keseimbangan dalam kehidupan seorang pemimpin harus dapat
menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga istirahat, dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia akhirat.
c) Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata “tantangan” sering diinterprestasikan negatif. Dalam hal ini,
tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya, sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang
dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatip keterampilan, kreativitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi, dan kebebasan.
d) Sinergi
Orang berprinsip senantiasa hidup dalam energi dan satu katalis
peruabahan, mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Pengertian lain sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana
memberi hasil efektif daripada bekerja secara perorangan. Seorang
pemimpin harus dapat bersinergis dengan tiap orang,vatasan, staf, teman
kerja.
e) Latihan mengembangkan diri sendiri
Seroang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi ia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses dalam mengambangkan diri terdiri dari beberapa
komponen yang berhubungan dengannya.
1. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf
kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas
tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita
menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi
demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang
dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses
yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan
dengan detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
3. Supporting
4. Delegating
Episiotomi
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi airsusu ibu
(ASI) eksklusif
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga danpostpartum
Penyuluhan dan konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kematian
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
1) Semua profesi memiliki visi dan misi yang sama dalam mengupayakan
kesehatan
Ada pula hal yang pertlu diperhatikan agar hubungan kolaborasi berjalan
optimal yaitu dengan semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk
bekerja sama. Dalam proses kolaborasi juga harus melingkupi beberapa hal,
diantaranya
3) Pengambilan Keputusan
4) Manajemen Konflik
BAB III
PEMBAHASAN
1. Mandiri
2. Kolaborasi
3. Rujukan
Pelayanan mandiri adalah segala tindakan yang dilakukan oleh seluruh bidan
dengan mandiri dan tanpa intervensi dari tenaga profesi lainnya. Pada pelayanan
mandiri, bidan memegang kendali secara penuh, dan pada dasarnya kegiatan praktik
bidan dilakukan secara mandiri, terutama di Praktik Mandiri Bidan (PMB). Karena
bidan tersebut melaksanakannya tanpa intervensi, perlu diperhatikan bahwa rasa
tanggung jawab dan patuh terhadap peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis
mengenai ranah dan pelayanan bidan secara mandiri sangat perlu diperhatikan.
Pada kesehatan ibu, bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada saat ibu
sedang hamil, bersalin, juga pada saat masa nifas sekaligus melaksanakan ASI
eksklusif, yang tentu sangat baik untuk awal masa pertumbuhan bayinya. Untuk
kesehatan anak, bidan dapat melaksanakan vaksinasi, sejak bayi, balita, serta usia pra
sekolah hingga tingkat SMA. Bidan dapat memberikan informasi serta edukasi
kepada ibu mengenai kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,
seperti informasi mengenai siklus menstruasi dan masa ovulasi, serta memberikan
informasi mengenai alat kontrasepsi, lama pemakaiannya, dan sebagainya.
Contoh program pemerintah yang dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
ialah pemberian tablet penambah darah pada ibu hamil dengan Hemoglobin darah
yang rendah, pemberian vaksinasi segera setelah dan sesuai dengan usia yang telah
ditentukan pada buku KIA dari Kemenkes RI, dan lainnya. Apabila seorang bidan
tinggal di suatu daerah dimana tidak ada dokter yang dinas / bekerja pada daerah yang
sama, maka bidan dapat melaksanakan beberapa tindakan yang selayaknya
dilaksanakan oleh seorang dokter, tergantung situasi dan kondisi kesehatan yang
terdapat di daerah tersebut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berpotensi untuk menjadi
pemimpin. Dengan menempuh pendidikan berkelanjutan bidan dibekali dengan ilmu
dan keterampilan tentang manajemen dan human relation bidan akan lebih terasah
keterampilan kepemimpinannya
Contoh :
Layanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,
juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya (Kepmenkes No. 369 Tahun 2007).
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Sulis. 2017. Model Asuhan Kebidanan Continuity of Care. Surakarta: Kekata
Publisher.
Ismainar, Hetty. 2018. Manajemen Unit Kerja : untuk Perekam Medis dan
Informatika Kesehatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, dan
Kebidanan. Deepublish Publisher , Sleman.7