Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, sehingga pemerintah
terus berupaya menurunkan AKI. Pemerintah bersama masyarakat
bertanggung jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi, memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap
keluarga berencana (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Kesehatan ibu saat hamil sangat penting diperhatikan karena dapat
memengaruhi kondisi ibu dan janinnya. Gangguan- gangguan selama
kehamilan mungkin dapat terjadi. Salah satunya adalah gangguan fungsi
Tiroid.
Gangguan fungsi Tiroid lebih banyak terjadi pada wanita jika
dibandingkan dengan pria khususnya dalam masa subur, sehingga tidak
mengejutkan jika banyak gangguan Tiroid ditemukan pada wanita hamil.
Pada kehamilan, penyakit tiroid tidak memiliki gejala yang khas dan terjadi
keadaan Hipermetabolik pada kehamilan normal, hal ini menambah sulit
mendiagnosis apabila terjadi kelainan selama hamil. Namun Bidan harus
waspada dan mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan funsgsi
Tiroid, karena kelainan gangguan fungsi Tiroid pada ibu hamil dapat
mempersulit atau menghambat kehamilan, mempengaruhi langsung pada
janin. Begitu juga sebaliknya
Salah satu gangguan fungsi Tiroid yaitu Hipotiroid. Hipotiroid
merupakan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil. Hal ini ditandai
dengan rendahnya kadar hormone Tiroid bebas (fT4) pada ibu dengan TSH
masih dalam rentang normal. Dasar pathogenesis terjadinya Hipotiroid
sebagian besar adalah akibat dari proses otoimun. Sejumlah otoantigen,

1
otoantibodi dan elemen-elemen imunitas seluler diduga akan
menghancurkan atau merangsang kelenjar tiroid. Gangguan yang terjadi
dapat keluar dari zona fisiologis ibu hamil dan membutuhkan tata laksana
yang tepat (Sarwono, 2014).
Bidan sebagai garda terdepan dalam hal ini hendaknya memahami
betul perubahan-perubahan fisiologis masa kehamilan dan patofisiologis
penyakit Tiroid, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin untuk mencegah
keterlambatan penanganan maupun rujukan pada kehamilan-kehamilan
dengan komplikasi seperti Hipotiroid. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik
untuk membahas asuhan kebidanan patologis mengenai kehamilan dengan
Hipotiroid.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil patologis dengan Hipotiroid
1.2.2 Tujuan khusus
1) Menjelaskan konsep dasar Hipotiroid
2) Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif.
3) Menganalisis data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis
potensial yang mungkin timbul pada klien.
4) Menganalisis masalah dan kebutuhan pada klien.
5) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
6) Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan
kebutuhan klien.
7) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
8) Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan.
9) Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat mempelajari ilmu mengenai asuhan kebidanan patologis terutama
pada ibu hamil dengan kelainan Hipotiroid.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan dengan Hipotiroidisme


2.1.1 Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan
Hormon tiroid yang terdapat di sirkulasi adalah tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3), hanya bentuk bebasnya yang aktif (fT4 dan fT3). Hormon
yang lebih penting adalah fT3 karena lebih mempengaruhi metabolisme, dibentuk
di liver, ginjal, dan otot dan diubah menjadi fT4 oleh enzim deiodinase.
Kebanyakan jaringan termasuk jantung, otak, dan otot memiliki reseptor spesifik
fT3 yang dapat mempengaruhi aktivitas metabolik dan seluler. Pada keadaan
normal, kelenjar hipofisis anterior memproduksi TSH sebagai umpan balik negatif
yang dikendalikan oleh konsentrasi fT3.
Iodin dari sumber makanan penting dalam proses sintesis pembentukan
hormon tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok
risiko tertinggi kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui, serta
anak usia kurang dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi
garam universal. Gangguan fungsi tiroid selama periode reproduksi lebih banyak
terjadi pada wanita, sehingga tidak mengherankan apabila banyak gangguan tiroid
ditemukan pada wanita hamil. Pada kehamilan, penyakit tiroid memiliki
karakteristik tersendiri dan penanganannya lebih kompleks pada kondisi tertentu.
Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid dan sebaliknya
penyakit tiroid dapat pula mempengaruhi kehamilan.
Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. Saat awal gestasi, janin
bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid (tiroksin) ibu yang melewati plasenta
karena fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan.
Tiroksin dari ibu terikat pada reseptor sel-sel otak janin, kemudian diubah secara
intraseluler menjadi fT3 yang merupakan proses penting bagi perkembangan otak
janin bahkan setelah produksi hormon tiroid janin, janin masih bergantung pada
hormon-hormon tiroid ibu, asalkan asupan iodin ibu adekuat.
Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kelenjar
tiroid ibu sehingga kadang-kadang menyulitkan penegakan diagnosis penyakit

4
atau menentukan kelainan tiroid. Proses hiperplasia glandular dan bertambahnya
volume kelenjar tiroid akan menyebabkan kelenjar tiroid membesar sedang,
sehingga penggunaan iodid (Iodide uptake) oleh kelenjar tiroid ibu juga akan
meningkat. Pada awal kehamilan hormon tiroksin ibu akan berpindah ke janin
sehingga terjadi hipotiroidisme janin. Proses ini terjadi selama kehamilan.
Hormon tiroid diperlukan untuk perkembangan otak dan fungsi mental
normal. Selain kadar hormone total ataupun terikat, konsentrasi thyroid- binding
globulin (TBG) dalam serum darah ibu juga akan meningkat secara bermakna.
Akibat rangsangan tiroid, karena adanya aktivitas silang dari hormone chorionic
gonadotropin (HCG) yang lemah, maka pada awal kehamilan aktivitas tirotropin
akan menurun sehingga tidak dapat melalui sawar plasenta.
Pada kehamilan 12 minggu pertama kadar hormone chorionic
gonadotropin akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin bebas akan meningkat
dan akan menekan kadar tirotropin, sehingga thyrotropin releasing hormone
(TRH) tidak dapat terdeteksi dalam serum darah ibu. Berbeda dengan trimester
pertama, pada pertengahan kehamilan, walaupun serum TRH janin tidak
meningkat tetap dapat terdeteksi. Hal ini karena transfer plasenta yang minimal.
Tabel 1. Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSH dan Masa Kehamilan
Usia kehamilan FT4 FT3 (pmol/l) TSH (mU/I)
Tidak hamil 11-23 4-9 0-4
Trimester I 11-22 4-8 0-1.6
Trimester II 11-19 4-7 0.1-1.18
Trimester III 7-15 3-5 0.7-7.3
Sumber : Fraces K(2003) dalam Lauree Sherwold (2006)
Empat perubahan penting terkait tiroid selama kehamilan, antara lain
1. Waktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari 15 menit menjadi 3
hari dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi 20 minggu akibat
glikosilasi estrogen.
2. Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama. Pada
trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, hCG menstimulasi
reseptor TSH dan memberi gambaran biomekanik hipertiroid. Hal ini sering

5
terjadi pada kehamilan multipel, penyakit trofoblastik dan hiperemesis
gravidarum, dimana konsentrasi hCG total dan subtipe tirotropik meningkat.
3. Peningkatan laju filtrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke dalam
Kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi tiroksin total
dapat menyebabkan atau memperburuk keadaan defisiensi iodine.
4. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T4 menjadi fT3 yang lebih
aktif dan pemecahannya menjadi komponen inaktif. Konsentrasi deiodinase III
meningkat di plasenta dengan adanya kehamilan, melepaskan iodin jika perlu
untuk transport ke janin, dan jika mungkin berperan dalam penurunan transfer
tiroksin.
Gambar 1. Pengaruh hormon tiroid pada perkembangan neurologis janin dan
waktu terjadinya beberapa tingkat perkembangan yang penting

Sumber : Garry (2013)

2.1.2 Definisi Hipotiroidisme


Menurut Kemenkes (2015), hipotiroidisme adalah kurangnya hormon
tiroksin dalam tubuh. Hipotiroidisme adalah suatu penyakit akibat penurunan
fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid,
yang dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Pada kondisi
hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi hormon tiroid dalam

6
darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon) (Anwar
R, 2005).

2.1.3 Angka kejadian


Hipotiroidisme jarang ditemui pada kehamilan karena berkaitan dengan
infertilitas, tetapi kejadian dalam kehamilan sekitar 2,5% dan defisiensi kelenjar
tiroid klinik ditemukan 1,3 per 1000 dan subklinis 23 per 1000 orang. -3
kehamilan per 1000 (casey dkk, 2005, Cleary-Goldman dkk., 2008 dalam
Cunningham dkk, 2012). Insidensi keadaan hipotiroid subklinis pada perempuan
berusia 18-45 tahun (Sarwono, 2014).

2.1.4 Tanda dan Gejala


1) Kelelahan, anoreksia, berat badan menurun
2) Sembelit
3) Kulit terasa kasar, kering dan dingin
4) Suara serak
5) Lidah tebal
6) Tekanan darah tinggi
7) Kadang terdapat ronkhi
8) Refleks fisiologis, daya pikir dan bicara lambat
9) Retensi cairan pada jaringan longgar
10) Intoleransi dingin
11) Kram otot
12) Edema
13) Kerontokan rambut
14) Fase relaksasi otot tendon yang memanjang.
15) Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi

2.1.5 Diagnosis Hipotiroidisme


Secara klinis, diagnosis hipotiroidisme hanya dapat ditegakkan apabila
kadar tiroksin bebas rendah sedangkan kadar tirotropin meningkat. Diagnosis
pasti harus dilakukan di rumah sakit dengan melakukan pemeriksaan TSH, T3 dan

7
T4. Ditemukannya peningkatan kadar TSH dengan kadar hormon tiroid bebas
normal dan menurun.

2.1.6 Komplikasi Hipotiroidisme


Komplikasi pada ibu : keguguran, preeklamsia, abrupsio plasenta,
hipertensi gestasional, koma miksedema (jarang).
Komplikasi pada janin : berat badan lahir rendah, pertumbuhan janin
terhambat, lahir mati, gangguan perkembangan
neonatus dan anak-anak (kretinisme)
Kadar hormon tiroid yang rendah selama kehamilan dapat menyebabkan
keterlambatan fungsi kognitif verbal dan nonverbal pada masa awal kanak-kanak,
defek psikomotorik, dan bahkan retardasi mental. Hipotiroid yang tidak
terdiagnosis hingga trimester pertama, berisiko tinggi penurunan fungsi
intelektual dan kognitif bagi anak-anak. Hipotiroid berat pada ibu berhubungan
dengan kerusakan perkembangan intelektual anak diduga akibat suplai
transplasenta yang tidak adekuat selama kehamilan. Hipotiroksinemia pada ibu
terbukti dapat meningkatkan risiko keterlambatan fungsi kognitif verbal dan
nonverbal pada saat usia awal anak-anak.
Kadar TSH ibu pada awal kehamilan tidak berhubungan dengan efek
keterlambatan fungsi kognitif pada anak walaupun merupakan indikator
kurangnya fungsi tiroid ibu selama kehamilan. Selain itu, terdapat hubungan
antara hipotiroid dengan penurunan fertilitas. Wanita hamil yang hipotiroid
memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi obstetrik seperti abortus, lahir
mati, anemia, hipertensi dalam kehamilan, solusio plasenta, perdarahan post
partum, dan hipertensi dalam kehamilan. Penelitian menunjukkan bahwa
preeklamsia pada nulipara berhubungan dengan risiko hipotiroid subklinis pada
kehamilan dan juga wanita dengan preeklamisa memiliki risiko lebih tinggi
mengalami gangguan fungsi hipotiroid beberapa tahun setelah preeklamsia.
Walaupun risiko hipotiroid subklinis belum pasti, terapi pengganti dalam kondisi
tersebut tetap dianjurkan. Namun demikian, bila terjadi, dapat meningkatkan
risiko preeklampsia dan abrupsio plasenta. Hipotiroid, baik bermakna maupun

8
subklinis (kadar TSH melebihi batas atas dengan kadar fT4 yang normal),
memiliki efek selama kehamilan dan juga pada perkembangan janin.
Tabel 3. Diagnosis Definitif Hasil Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Tes tiroid Unit Kondisi Nilai Hipotiroid
Normal normal
(hamil)
TSH mU/L 0.2-4.0 0/8-1.3 Sangat
tidak menurun
berubah
TBG mg/L 11-21 23-25 Tidak
meningkat berubah
T4 total g/dL 3.9-11.6 10.7-11.5 Menurun
meningkat
T4 bebas g/dL 0.8-2.0 1.0-1.4 Menurun
tidak
berubah
T3 total g/dL 91-208 205-233 Normal
meningkat hingga
menurun
T3 bebas Pg/dL 190-710 250-330 Menurun
tidak
berubah
Sumber : Norwitz, Errol dan John Schorge (2007) dalam Bothamley (2009)

2.1.7 Tata Laksana


Jenis makanan yang kaya iodin antara lain ikan air laut (memiliki
kandungan iodin 6 kali lebih besar daripada ikan air tawar), produk susu, dan juga
telur. Levotiroksin adalah terapi pilihan jika status nutrisi iodin tidak adekuat.
Wanita hamil hipotiroid memerlukan dosis tiroksin lebih besar, dan wanita yang
sudah menerima terapi tiroksin sebelum hamil memerlukan peningkatan dosis
harian, biasanya 30-50% di atas dosis sebelum konsepsi. Pengobatan sebaiknya
dimulai dengan dosis 100-150 mikrogram per hari atau 1,7-2,0 mikrogram per kg
beratbadan saat tidak hamil, dengan peningkatan dosis hingga 2,0-2,4 mikrogram
per kg beratbadan saat hamil. Kadar serum T4 dan TSH sebaiknya diukur 1 bulan
setelah mulai terapi. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan kadar
fT4 dan TSH normal selama kehamilan.

9
Terapi hipotiroid karena kekurangan yodium yaitu pemberian yodium dosis
tunggal setiap tahun atau memberikan yodium pada air minum, garam dan tepung.
Jika pernah mendapat pengobatan, tidak perlu diubah selama kehamilan.
Walaupun 45% membutuhkan peningkatan dosis obat. Perlu diingatkan tidak
boleh memakan suplemen besi atau kalsium pada saat bersamaan, dapat
mengurangi absorpsi tiroksin, diminum dengan jarak 2 jam. Tiroksin sebainya
mulai diberikan sebelum hamil.
Tatalaksana hipotiroid adalah
1) Rujuk pasien ke rumah sakit
2) Berikan levotiroksin 50-100g/hari kemudian periksa kadar TSH dan tiroksin
setiap 4-6 minggu untuk menyesuaikan dosis levotiroksin sebesar 25-50 g.
Target TSH adalah <2,5 U/ml

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan dengan


Hipotiroidisme
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisis data
yang diperoleh dalam bentuk data subjektif, objektif, dan data penunjang yang
akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien.
Tanggal : untuk mengetahui kapan anamnesa dilakukan.
Oleh : untuk mengetahui siapa yang melakukan anmnesa.
Jam : untuk mengetahui pukul berapa anamnesa dilakukan.
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien dan atau keluarganya,
merupakan suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian.
a. Identitas
Nama :
Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan.
Usia :
Untuk mengetahui adanya resiko dalam persalinan seperti terlalu tua (>35
tahun) atau terlalu muda (<16 tahun).
Agama :

10
Untuk memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan. Karena agama merupakan aspek yang mendukung
kesehatan klien (Sudarma, M., 2008).
Suku/Bangsa :
Untuk mengetahui rhesus, resiko penyakit yang mungkin menyangkut ras
dan kebiasaan suatu suku/bangsa sebagai penunjang diagnosis.
Pendidikan :
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam pemberian
informasi.
Pekerjaan :
Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan
serta menunjukkan tingkat ekonomi keluarga klien.
Alamat :
Untuk mengetahui tempat tinggal klien, sehingga mudah untuk melakukan
kunjungan.
Telepon :
Untuk memudahkan dalam menghubungi klien.
Identitas Suami
Nama suami :
Usia :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Untuk mengetahui tingkat perekonomian
Alamat :
Untuk mengetahui apakah tinggal satu rumah atau tidak
Telepon :
Data suami dikaji untuk mempermudah dalam pembuatan akte/ surat
kelahiran, mengantisipasi dalam kesalahan pemberian asuhan jika nama
klien sama, dan mendampingi istri sebagai penanggungjawab dan
pengambil keputusan.

11
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil dengan hipotiroidisme adalah
kurang energi atau cepat lelah, obstipasi, hipotermi, anoreksia, BB
meningkat, rambut rontok, gangguan tidur, mudah lupa, dll. Keluhan
merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa keluhan
utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa
kebidanan.
c. Riwayat Obstetri
Penting untuk mengetahui resiko persalinan saat ini. Berapa kali ibu hamil,
apakah abortus, jumlah anak, cara persalinan lalu, siapa penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2010).
1. Riwayat Menstruasi
Siklus haid : 28 hari
lama : 5-6 hari
Variasi banyak, siklus haid, lama atau gejala yang menyertai haid
dapat memberikan hasil perhitungan tanggal kehamilan yang keliru.
HPHT :
Periode menstruasi terakhir, digunakan sebagai dasar untuk
menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus. Normalnya
pada persalinan fisiologis usia kehamilan memasuki usia kehamilan
aterm (36-40 minggu) (Varney,2007).
HPL :
Rumus yang digunakan untuk memperkirakan waktu kelahiran adalah
+7 (tanggal), +9 (jika haid terakhir bulan Januari-April) atau -3 (jika
haid terakhir bulan Mei-Desember), dan +1 (jika dalam tahun yang
berbeda).
2. Riwayat kehamilan
Keluhan, penyuluhan yang didapat mengenai nutrisi yang baik, tanda
bahaya kehamilan, mengatasi ketidaknyamanan selama hamil, riwayat
perdarahan, terapi yang pernah didapat, dan status TT.
Ditanyakan keadaan dan kondisi janin dan kehamilan sebelumnya,
berapa kali ibu melakukan anc, keluhan-keluhan yang dialami, riwayat

12
keguguran dan melahirkan prematur, serta keadaan dan kondisi janin
dan kehamilannya untuk mengetahui penyulit selama kehamilan.
d. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan
kontrasepsi terhadap penyakit kelenjar tiroid, keluhan selama memakai
alat kontrasepsi, dan sebagai acuan untuk merencanakan KB yang akan
digunakan setelah postpartum.
e. Riwayat penyakit ibu saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kelenjar tiroid yang mengalami atrofi. Bidan harus menanyakan
dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh, atau bertambah buruk.
f. Riwayat penyakit terdahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
g. Riwayat penyakit keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit tiroid.
h. Pola fungsional kesehatan
Nutrisi
Makan dan minum sebagai energi ibu untuk memaksimalkan kualitas
kehamilannya. Tanyakan jenis makanan yang tidak disukai ibu dan apakah
ibu mengalami gangguan makan lain, seperti kurang nafsu makan atau
susah menelan.
(contoh: makan 3x/hari, porsi cukup, komposisi nasi, lauk pauk, sayur.
Tidak suka makanan asin. Minum 7-8 gelas/hari)
Eliminasi
BAK untuk mengetahui isi kandung kemih yang akan berhubungan
dengan kelancaran proses persalinan kelak (kontraksi/HIS). BAB untuk
mengetahui isi rektum yang akan berhubungan dengan kemajuan
persalinan. Pada ibu hamil dengan hipotiroid didapati konstipasi. Bidan

13
dapat mempertimbangkan tindakan untuk mengatasi konstipasi pada ibu
hamil.
(contoh: BAK >5x sehari, BAB 2-3 hari sekali)
Istirahat
Ibu hamil dengan hipotiroid biasanya kekurangan energi dan mudah lelah,
sehingga ibu menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Bidan juga harus
menanyakan apakah ibu mengalami gangguan tidur.
(contoh: tidur siang 3-4 jam, dan tidur malam 8-10 jam)
Aktivitas
Ibu hamil dengan hipotiroid mengalami intoleransi aktivitas. Mengkaji
apakah ibu melakukan aktivitas berlebihan atau kurang
(contoh: menyapu rumah saja)
Seksualitas
Berhubugan seks pada saat TM I dapat menyebabkan abortus. Pada ibu
hamil dengan hipotiroid biasanya mengalami penurunan libido, mudah
lelah, nyeri otot dan sendi sehingga seksualitas menjadi hal yang tidak
nyaman bagi ibu.
i. Riwayat psikososial dan budaya
Ibu hamil denga hipotiroid biasanya sangat sulit membina hubungan sosial
dengan lingkungannya dan mengurung diri. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Bidan juga
melakukan pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas, rasa
ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan
pandangan terhadap dirinya yang salah. Kajilah bagaimana konsep diri
klien mencakup kelima komponen konsep diri.

2. Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan laboratorium.

14
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/cukup/kurang
Kesadaran :composmentis/apatis/somnolent/sopor/koma
Keadaan Emosional : baik/cukup/kurang
Tekanan Darah : normalnya 110/70 120/80 mmHg.
(Hipotiroidisme dapat menurunkan tekanan darah)
Suhu : normalnya 36,5 37,50C
(Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipotiroidisme yaitu jika suhu
<36,50C atau tanda-tanda infeksi jika suhu 380C)
Nadi : normalnya 60 100x/menit
(Ibu hamil dengan hipotiroidisme mengalami penurunan nadi)
RR : normalnya 16 24 kali/menit
(Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipotiroidisme jika RR
<20x/menit)
BB : dilakukan setiap kali kunjungan
(Untuk mengetahui pertambahan berat badan ibu. Normalnya kenaikan BB
pada TM 1 adalah 1-2 kg, pada TM II adalah 5kg, sedangkan pada TM III
tidak boleh naik 0.5 kg tiap minggu. Normalnya BB selama kehamilan
meningkat 10-12 kg. Untuk kasus hipotiroidisme biasanya mengalami
penurunan berat badan)
TB :dilakukan sekali pada kunjungan pertama.
Normalnya >145 cm
Lila : normalnya > 23,5 cm
(Untuk mengetahui status gizi ibu)

b. Pemeriksaan fisik
- Wajah: tidak oedem, tidak pucat, ada kloasma gravidarum/tidak,
konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir tidak pucat, bibir
lembab/kering.
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia akan
berpengaruh pada proses persalinan dan masa nifas. (Manuaba, 2007).

15
Mata dikaji untuk mengetahui anemia atau tidak dengan melihat
konjungtiva dan adanya kelainan penyakit ikterus atau tidak dengan
melihat sclera serta tanda preeclamsia dengan melihat palpebra. Tanda
ini akan berpengaruh pada proses persalinan dan masa nifas (Manuaba,
2007).
Mulut kering atau lembab dapat menunjukkan klien dehidrasi atau
tidak
- Leher : teraba pembengkakan kelenjar tyroid
Untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak, nyeri pada penekanan,
jumlah nodule dan konsistensi
- Payudara : apakah ada kolostrum sudah keluar, ada massa/tidak, puting
menonjol/tidak
- Abdomen :
1. Leopold
Leopold I : TFU 3 jari dibawah prosesus xifoideus, bagian fundus
teraba bagian lunak.
Untuk mengetahui apakah tinggi TFU sesuai dengan usia
kehamilannya dan bagian apa yang terdapat pada fundus.
Leopold II : bagian kiri perut ibu teraba keras, rata seperti papan,
bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil dan tidak rata.
Untuk mengetahui letak punggung dan bagian terkecil janin.
Leopold III : bagian terendah janin teraba melenting keras, masih
tidak dapat digoyangkan.
Untuk menentukan bagian yang terdapat pada bagian bawah uterus
dan apakah masih dapat digerakkan.
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP, jari- jari
tangan penolong masih tidak dapat bertemu.
Untuk menentukan seberapa dalam bagian terendah yang telah
masuk pintu atas panggul
2. Kontraksi: 3x40detik/10 menit
Untuk mengetahui durasi setiap kontraksi, menilai apakah
kontraksi sudah baik dan menandakan persalinan

16
3. DJJ
Pemantauan DJJ perlu dilakukan karena gangguan kondisi
kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau
lebih dari 160 kali/menit.
- Genitalia : apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk kondiloma,
varikositas vulva atau rectum, atau luka parut di perineum.
Untuk memastikan jalan lahir dalam kondisi baik atau tidak
membahayakan bagi ibu dan bayi
- Ekstremitas : oedem kaki
Untuk mengetahui tanda gejala preeklampsia atau eclampsia
c. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosa pasti hipotiroidisme didapatkan melalui pemeriksaan
laboratorium TSHs & T4. Bila memungkinkan dapat pula dengan T3.
Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :
a. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4
rendah.
b. Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas
yang tinggi, T3 dalam batas normal.
c. Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak
maka perlu dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan
pemeriksaan TSHs dan anti TPO.
2.2.2 Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.
Contoh :
G3P2002, 36-37 minggu, janin hidup, tunggal, suspect hipotiroid dan
preeklampsia.
2.2.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Diagnosa dan masalah yang dapat muncul pada tiap trimester ketika ada
tanda dan gejala bahaya kehamilan. Bisa dideteksi menggunakan Skor Pudji

17
Rochyati. Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi
kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada
ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya
(Poedji Rochjati, 2003).
Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen
penting dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk
perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila
diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Alat untuk melakukan skrining yang disusun dengan format kombinasi
antara cecklis dan system skor. Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor
untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun non kesehatan PKK
(termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat
menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003).

Gambar. Skor Poedji Rochjati


Cara Pemberian SKOR:

18
1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Untuk tiap faktor risiko
3. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan
antepartum dan pre-eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003).
Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Skor Kehamilan :
- Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan
besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
- Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat.
- Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12.
Kehamilan dengan faktor risiko:
a. Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan
darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk
tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam
upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
b. Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan
persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,
2003).
2.2.4 Identifikasi tindakan segera/kolaborasi/rujukan
Identifikasi kebutuhan dan tindakan segera diperlukan apabila dalam suatu
kondisi ibu memerlukan kebutuhan yang dapat membuat keadaan lebih baik
atau mengatasi keadaan darurat yang tiba tiba terjadi.
Misalnya: Rujukan, Kolaborasi dengan dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi

19
2.2.5 Perencanaan
Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana tindakan yang
sebelumnya telah didiskusikan dengan klien dan kemudian membuat
kesepakatan bersama. Sebelum melaksanakannya, semua keputusan harus
dilakukan berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date dan prosedur
yang telah ditetapkan disertai dengan pertimbangan apakah perlu dilakukan.
Contoh:
Perencanaan pada ibu hamil suspect hipotiroidisme
1. Jelaskan kepada Ibu hasil pemeriksaan
(Dengan mengetahui kondisi dirinya, Ibu akan lebih mudah untuk diajak
bekerja sama dalam menyusun rencana kehamilan secara terarah dan
terencana)
2. Bantu mengatasi ketidaknyamanan pada kehamilan, seperti:
Untuk mengatasi kurang energi atau cepat lelah ibu sebaiknya meminum
terapi yang dianjurkan dan memperhatikan pola aktivitas. Untuk
mengatasi konstipasi ibu dianjurkan lebih banyak mengkonsumsi serat
dan air putih. Untuk mengatasi hipotermi ibu dapat menjaga suhu tubuh
hangat dengan memakai pakaian lebih tebal dan menjauhi tempat
berangin, dan sebagainya.
3. Beri terapi iodine sesuai dengan cakupan trimester untuk TSH
4. Beritahu HE tentang hipotiroidisme pada kehamilan serta efek pada
apabila tidak ditangani dengan tepat.
5. Beritahu HE pada ibu terkait pola nutrisi dan aktivitas selama hamil,
pentingnya ASI, dan kontrasepsi yang dapat digunakan setelah
melahirkan.
6. Beritahu ulang ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan (perdarahan,
bengkak di kaki tangan wajah disertai sakit kepala/pusing dan kejang,
demam atau panas tinggi, muntah terus/tidak mau makan, air ketuban
keluar sebelum waktunya)
7. Beritahu ibu tentang pentingnya persiapan persalinan (penolong
persalinan, tempat persalinan, transportasi, pendamping persalinan, calon
pendonor darah, uang)

20
8. Beritahukan kunjungan ulang minimal 2 minggu atau sewaktu-waktu
bila ada masalah atau indikasi tanda bahaya kehamilan.
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan tindakan dalam asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
ini bidan melakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang lain.
(Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat)
2.2.7 Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, berhubungan
dengan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi dilakukan dengan catatan
perkembangan.
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assessment
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi, yang meliputi :
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosis atau masalah potensial
3. Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi
atau rujukan
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assessment (Varney, 2007)

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Tanggal : 27 Januari 2017 Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Bidan Fulanah Tempat : Poli Kandungan RS PBFKUA

3.1. Data Subjektif


3.1.1. Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. S
Usia : 33 tahun Usia : 34 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya
No telepon : 085x No telepon : 082x
3.1.2. Keluhan Utama :
Benjolan di leher, lemas
3.1.3. Riwayat obstetri lalu
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Su Anak UK Pen Penol Jenis Peny Tempat JK BB/ M Hidup Peny Lm
a ke yulit ong Persalinan ulit persalinan PB a ulit Meny KB
mi ti usui
ke
1 1 39 - Bidan Spontan, - BPM L 3000 - V - 12 bln Stk
mg belakang g/ Usia 3
kepala 51 12 th bln
cm
2 40 - Bidan Spontan, - BPM P 2900 - V - 6 bln -
mg belakang g/ 49 Usia
kepala cm 7 th
3 H A M I L I N I

22
3.1.4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I : mual, muntah, pusing.
Trimester II : kelelahan, benjolan di leher
Gerak janin pertama pada UK 16 minggu.
Status TT : TT5
Penyuluhan yang sudah didapat : KIE nutrisi, istirahat, ANC Terpadu
3.1.5. Riwayat Menstruasi
Teratur, siklus 30 hari, HPHT : 1 Agustus 2016
3.1.6. Riwayat Kesehatan Ibu
Hipertensi selama hamil ini.
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit hipotiroid, penyakit imunitas, dll.
3.1.8. Pola fungsional kesehatan
Nutrisi : Ibu makan 3x sehari (Satu piring nasi, telur,
tempe), jarang makan sayur, tidak menggunakan
garam beriodium
minum 8 gelas air.
Eliminasi : BAK : 7 kali sehari, meningkat selama hamil.
BAB : 2--3 hari sekali
Aktivitas : Ibu melakukan aktivitas rumah tangga ringan.
(Menyapu, memasak)
Istirahat : Ibu tidur 7 jam per hari dengan nyenyak.
Personal Hygiene : Ibu cebok dengan air dan sabun.
3.1.9. Riwayat Psikososialbudaya
Keluarga mendukung kehamilan ibu, tidak ada tradisi membahayakan
kehamilan, ibu merupakan perokok pasif, ibu tidak mengonsumsi jamu
sebelum dan selama hamil, Ibu tidak pernah pijat perut sebelum dan selama
hamil.

23
3.2. Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD :160/ 90 mmHg BB bulan lalu : 60 kg
N : 66 kali/ menit BB sekarang : 58 kg
RR : 24 kali/ menit TB : 156 cm
S : 37 C Lila : 23 cm
IMT : 23,8
b. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus,
bibir tidak pucat
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tiroid
Abdomen :
L1 : Pada fundus uteri teraba bulat lunak. TFU : 25 cm
L2 : Pada sisi kiri teraba keras seperti papan, sisi kanan teraba kosong.
L3 : Teraba bulat keras melenting.
DJJ : 136 x/ menit
Ekstremitas : Oedem kaki
3.3. Analisis
GIIIP2002, UK 25-- 26 minggu, tunggal hidup, dengan suspect preeklampsia
dan hipotiroid.
3.4. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan. (Ibu bisa mengulangi)
2. Memberikan rujukan ke laboratorium untuk skrining Hipotiroid. (Ibu
bersedia)
3. Memberikan rujukan ke poli penyakit dalam untuk pengobatan
hipotiroid dan kontrol hipertensi. (Ibu bersedia)
4. Memberikan KIE tentang nutrisi dan istirahat.
5. Menyarankan ibu untuk mengonsumsi sayur, dan garam beriodium (Ibu
bersedia)
6. Menyarankan ibu untuk istirahat cukup. (Ibu bersedia)

24
7. Menjelaskan penggunaan obat preeklamsia dan hipotiroid yang telah
diberikan. (Ibu bisa mengulangi)
8. Menjadwalkan kunjungan ulang
9. Meminta ibu untuk melakukan kunjungan ulang apabila ada keluhan /
kunjungan satu bulan lagi apabila tidak ada keluhan (Ibu bersedia
melakukan kunjungan ulang)

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada ibu hamil yang telah dilakukan pada kasus Ny. N
secara umum sudah sesuai dengan teori dan konsep dasar menejemen asuhan
kebidanan. Berikut akan dibahas mengenai pengkajian data subjektif, data
objektif, analisa data dan penatalaksanaan yang telah diberikan.
Ny. N datang periksa ke poli kandungan untuk memeriksakan
kehamilannya dengan keluhan pandangan mata kabur dan kelelahan. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2015), salah satu tanda dan gejala hipotiroid adalah
mudah lelah, lemah dan pada mata terjadi gangguan pengelihatan. Pada trimester
1 kehamilan, ibu mengeluh mual, muntah dan pusing. Penyakit hipotiroid pada
kehamilan memiliki gejala yang sama dengan kehamilan itu sendiri, seperti lelah,
mual, penambahan berat badan, rambut rontok, kulit kering, sulit BAB, pusing,
sakit kepala dan perubahan mood, sehingga sering dianggap sebagai gejala hamil
biasa. Untuk memastikan adanya hipotiroid maka perlu dilakukan tes
laboratorium yaitu dengan memeriksa kada hormon TSH (Yusrawati, 2016). Pada
kehamilan ini ibu mengalami hipertensi gestasional. Wanita hamil yang hipotiroid
memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi obstetrik seperti abortus, lahir
mati, anemia, hipertensi dalam kehamilan, solusio plasenta, perdarahan post
partum dan hipertensi dalam kehamilan (Garry, 2013). Pada riwayat penyakit
keluarga tidak terdapat riwayat penyakit hipotiroid, penyakit autoimun dan
hipertensi. Pola makan ibu perlu dikaji bagaimana konsumsi garamnya apakah
sudah mengandung cukup yodium dan kualitas makan ibu sehari-hari. Ibu dan
keluarga tidak pernah melakukan tradisi yang berpengaruh pada kehamilannya.
Pada data objektif ditemukan tekanan darah ibu tinggi mencapai 160/90
mmHg, tekanan darah yang tinggi pada kehamilan di atas 20 minggu masuk
dalam penyakit preeklampsia. Preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan
dapat terjadi salah satunya karena hipotiroid. Ibu hamil dengan hipotiroid dapat
mengalami risiko yang lebih tinggi terhadap hipertensi dalam kehamilan. Nadi
pada Ny. N adalah 66 kali/menit. Salah satu tanda dan gejala hipotiroid pada
jantung dan pembuluh darah adalah tekanan nadi berkurang (bradikardia) dan

26
hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Oedema pada kaki juga merupakan
salah satu manifestasi klinis dari peningkatan tekanan darah pada kehamilan.

Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan, maka disusun rencana


asuhan yang akan diberikan. Karena Ny. N mengalami preeklampsia dan suspect
adanya hipotiroid maka untuk lebih memastikan dirujuk ke poli penyakit dalam
agar diperiksa laboratorium untuk hormon TSH dan pemberian obat sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan. Ibu diberikan konseling tentang nutrisi ibu selama
kehamilan yaitu dengan gizi yang seimbang, menggunakan garam beryodium,
tetapi tetap menjaga jumlah konsumsi garam. Banyak istirahat dan olahraga atau
aktivitas ringan. Kunjungan ulang dapat dilakukan satu bulan atau apabila ibu
mempunyai keluhan. Asuhan yang telah diberikan kemudian didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hipotiroidisme adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi


hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar
tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia.
Hormon tiroid berfungsi mengatur aktivitas metabolik dan seluler,
memelihara keseimbangan hormon tiroid dalam batas normal selama
kehamilan sangat penting untuk mencegah dampak buruk. Hipotiroid
selama kehamilan walaupun ringan dapat menurunkan fungsi intelektual
anak. Sangat dianjurkan memeriksa kadar hormon tiroid pada ibu hamil
yang memiliki gejala penyakit tiroid. Ibu hamil juga dianjurkan patuh
terhadap terapi yang sudah diberikan.

5.2 Saran

1) Bagi ibu hamil dengan hipotiroid


Diharapkan bagi setiap ibu hamil dengan hipotiroid memperhatikan
masalah yang dapat timbul, bekerja sama dengan bidan dan antusias
mengikuti saran bidan dengan baik, sehingga tidak ada komplikasi
pada masa hamil hingga nifas serta jika ada komplikasi dapat
terdeteksi secara dini.
2) Bagi bidan
Diharapkan bidan dapat mendeteksi secara dini komplikasi pada masa
hamil dan memberikan HE serta intervensi yang tepat kepada klien.
Sehingga klien dapat menjalani masa hamil dengan nyaman.
3) Bagi mahasiswa
Dapat menjadikan tugas ini sebagai pertimbangan dasar untuk
menyusun tugas atau laporan selanjutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anwar R. (2005). Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Pertemuan Fertilitas


Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi RSHS/FKUP
Bandung. pp.1-64.
Bothamley J., Boyle, M, 2009. Medical condition affecting pregnancy and
childbirth : Patofisiologi dalam kebidanan. Jakarta : IKAPI
Cunningham, F. Gary.et al. 2012. Obstetri William. Edisi 23 Volume 2. Jakarta :
EGC
Krassas GE, Poppe K, Glinoer D. Thyroid Function and Human Reproductive
Healt, Endocrine, Rev.2010;31:702-755
Laurentius, dkk. 2015. Pengelolaan Penyakit Graves pada Kehamilan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia. Jakarta :Departemen Ilmu
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, Jakarta, Indonesia
Lauree S, 2006. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Garry, D, 2013. Tinjauan pustaka : Penyakit Tiroid pada Kehamilan. Lampung :
RSUD Menggala
Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2014. Jakarta :
Kemenkes RI
Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta:
EGC.
WHO, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI
Yusrawati. 2016. Gangguan Tiroid Saat Hamil, Majalah Kesehatan Smart Living
Edisi 59. Padang : Prodia

29

Anda mungkin juga menyukai