Anda di halaman 1dari 112

MAKALA

MODUL
H
KONSEP
KEBIDANAN
EVIDANCE
BASED
DALAM
PRAKTEK
KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI DIVKEBIDANAN MEDAN

HALAMAN PENGESAHAN

OLEH:
Tim Pengajar 1.Mata Kuliah :
Konsep
OLEH:
kebidanan
2.Judul Modul :

3.Penyusun Modul :
Tim Pengajar
MK
4.Institusi :

5.nomor pustaka :

Medan, 20

Mengetahui,

Direktur Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan Kebidanan Medan

Dra.Ida Nurhayati,M,Kes Betty Mangkuji,SST,M.Keb

NIP:1966091019940320001 NIP:1967711101993032002

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 2


VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN

VISI:

MISI:

PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan modul ini dalam
mata kuliah “evidance based dalam praktek kebidanan”.

Tujuan kami dalam penulisan Modul evidance based dalam praktek kebidanan ini untuk
membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca terutama mahasiswa
kebidanan. Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif dan bermanfaat.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 3


Penulis

DAFTAR ISI

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 4


MAKALAH1

METODE PENELTIAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

I. TOPIK

1.1. Pengertian Metode Penelitian


Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut cara kerja untuk memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara
yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas
masalah yang diajukan.
Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti
dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi
pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran
rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 5


harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data
tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis. Adapun metode penelitian
menurut para ahli yaitu:
1. Pengertian metode penelitian menurut Nasir. Nasir menjelaskan bahwa
metode penelitian ialah cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai
tujuan & menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
2. Pengertian metode penelitian menurut Winarno. Winarno menjelaskan bahwa
metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik
yg teliti & sistematik.
3. Pengertian metode penelitian menurut Muhiddin Sirat. Muhiddin Sirat
menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan suatu langkah memilih
masalah & penentuan judul penelitian.
4. Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono. Sugiyono menjelaskan
bahwa metode sebuah penelitian adalah langkah ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan & kegunaan tertentu.

1.2. Macam-macam Metode Penelitian


Ada empat macam metode penelitian, yaitu:
1. Metode filosofi, yaitu penelitian yang dilakukan melalui perenungan dan
pemikiran yang mendalam, terarah dan mendasar. Data-data yang digunakan
bersifat kualitatif sehingga pemecahan masalahnya bersifat apriori.
2. Metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diintepretasikan. Bentuknya
berupa survey, studi kolerasi dan studi pengembangan.
3. Metode historis, yaitu pemecahan masalah dengan menggunaan data-data
masa lalu. Hasilnya digunakan untuk memahami kejadian sekarang atau
memprediksi keadaan yang akan datang.
4. Metode eksperimen, yaitu cara-cara untuk mengungkapkan hubungan sebab
akibat dua variabel atau lebih melalui percobaan secara cermat. Bentuknya
ada dua yaitu: ekperimen eksploratif (bertujuan mempertajam masalah dan
hipotesis) dan eksperimen pengembangan (bertujuan membuktikan hipotesis
guna membuat generalisasi umum).

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 6


1.3. Metode Ilmiah
Ilmu atau sains adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis. Ilmu
adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta
menyeluruh dan sistematis.
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematik berdasarkan bukti fisik. Ketidakpuasan manusia terhadap metode
non-ilmiah (unscientific) membuat manusia menggunakan cara berpikir deduktif atau
induktif.
Cara berpikir atau logika deduktif berangkat dari premis yang ada dan
dianggap benar, sampai pada kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-
premisnya benar. Cara berpikir atau logika induktif berangkat dari serangkaian fakta-
fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Kemudian orang mulai memadukan
cara berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut sebagai berpikir
reflektif (reflective thinking) yang diperkenalkan oleh John Dewey, yang akhirnya
menjadi dasar metode penelitian ilmiah, yaitu :
1. Adanya suatu kebutuhan (the felt need). Seseorang merasakan adanya suatu
kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha mengungkapkan
kebutuhan tersebut.
2. Menetapkan masalah (the problem). Dari kebutuhan yang dirasakan tersebut,
diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi masalah. Studi
literatur, diskusi, dan pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk
mendefinisikan dan menetapkan masalah penelitian.
3. Menyusun hipotesis (the hypothesis). Jawaban atau pemecahan masalah
sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan berdasarkan
pengalaman, teori dan hukum yang ada.
4. Merekam data untuk pembuktian (collection of data as evidence).
Mengumpulkan data dan dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan
kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis data untuk mendukung atau
menolak hipotesis.
5. Kesimpulan (conclusion). Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap
sebelumnya, dibuatlah kesimpulan yang diyakini mengandung kebenaran,
khususnya untuk menjawab tujuan penelitian. Kesimpulan yang dihasilkan
tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan yang

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 7


berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan
tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut.

1.3.1. Kriteria metode ilmiah


a. Berdasarkan fakta keterangan–keterangan yang ingin diperoleh dalam
penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa harus lah
berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuaktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda–legenda atau
kegiatan sejenis
b. Bebas dari prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka,bersih dan jauh
dari pertimbangan subyektif. Menggunakan suau fakta haruslah denga alas
an dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang obyektif
c. Menggunakan Prinsip Analisis
Dalam memahami serta member arti terhadap fenomena yang
kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua maslah harus dicari
sebab-sebab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis,
fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagai mana adanya atau hanya
dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat
dengan menggunakan analisa yang tajam.
d. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, pneliti harus dituntut dalam proses berfiikir
dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokan
persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti
e. Menggunakan Ukuran Objektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang
objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau munuruti hati nurani.
Pertimbangan- pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan
menggunakan pikiran yang waras.
f. Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 8


Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang harus digunakan,
kecuali untuk artibut- artibut tidak dapat dikuantifikasi kan ukuran-ukuran
seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu
digunakan jauhi ukuran-ukuran seperti:sejauh mata Saudaramemandang,
sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya kuantitatif yang
termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan
rating.

1.3.2. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan metode ilmiah


a. Merasakan adanya suatu masalah yang dihadapi
b. Merumuskan atau membatasi masalah
c. Mencoba mengajukan hipotesis untuk menjelaskan penyebab masalah
d. Merumuskan alasan atau akibat dari hipotesis
e. Menguji hipotesis dengan cara mengumpulkan fakta atau penelitian

1.3.3. Ciri pendekatan metode ilmiah


Meskipun tidak ada konsessus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode
ilmiah umumnya memiliki ciri pendekatan sebagai berikut:
a. Kritis dan analitis
Mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi
masalah dan metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional
diturunkan dari bukti yang ada.
b. Logis
Menunjukan pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional
diturunkan dari bukti yang ada.
c. Testability
Penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik
yang menggunakan data yang dikumpulkan
d. Objektif
Hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang
sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian dikatakan ilmiah
apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
e. Konseptual dan Teoritis

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 9


Ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur kosep
dan teoritis untuk menuntut dan mengarahkan upaya penelitian.
f. Empiri
Metode ini pada prinsipnya Saudarabersandar pada realitas dan confidence
peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat.
g. Sistematis
Mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
h. Generalizability
Semakin luas ruang lingkup pengguna hasilnya semakin berguna.
i. Precision
Mendekati realitas dan confidence peluang kerja dari estimasi dapat
dilihat;
j. Parsimony
Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya yang
diperoleh dari penelitiannya tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai
teknik tersendiri.

1.3.4. Kelebihan metode ilmiah


a. Tersusun secara logis dan sistematis
b. Kebenaran teruji secara empiris
c. Siklus uji terus menerus (siklus deduktif – induktif – verifikatif)
d. Terbuka untuk revisi dan tersurat

1.3.5. Kekurangan metode ilmiah


a. Tidak dapat menjawab permasalahan moral dan metafisika
b. Keterbatasan dalam pengukuran fenomena psikologis/kejiwaan
c. Keunikan setiap manusia dalam karakter, lingkungan sosial, nilai, gaya
hidup dan sebagainya merupakan keutuhan yang sulit untuk dipisah-
pisahkan berdasarkan kaidah ilmiah.

1.4. Desain Penelitian


Dalam melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian kuantitatif, salah
satu langkah yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian adalah
suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 10


sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam,
2003 : 81).
Hal senada juga dinyatakan oleh Sarwono. Menurut Sarwono (2006) desain
penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan
arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat tujuan yang telah
ditetapkan, tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan
penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.
Sukardi, membahas rancangan penelitian berdasarkan definisi secara luas dan
sempit. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen desain dapat
mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak ditemukannya ide sampai
diperoleh hasil penelitian (Sukardi, 2004 : 183).
Sedang dalam arti sempit, rancangan penelitian adalah penggambaran secara
jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data,
sehingga dengan desain yang baik, peneliti maupun orang lain yang berkepentingan
mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana
mengukurnya, dst. (Sukardi, 2004 : 184).

1.4.1. Desain penelitian yang tepat


Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh desain
penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam
penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan
berkualitas atau memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz,
2007: 101-102) ., yaitu :
a. Dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif
analitik) dan
b. Dapat mengendalikan atau mengontrol varians.

1.4.2. Tipe-tipe desain penelitian


Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu:
Desain Non-ekperimental dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang
membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak terjadi manipulasi

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 11


variabel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya manipulasi
variabel bebas.
Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan
deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat
dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain non-
eksperimental menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada
tataran permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat
pemahaman yang lebih mendalam.
Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus.
Yang termasuk dalam kategori pertama desain atau rancangan penelitian
deskriptif, rancangan penelitian korelasional, sedang yang termasuk dalam
kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di
laboratorium (laboratory experiment).

1.4.3. Desain penelitian non-eksperimen


a. Desain penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan
atau menggambarakan fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis,
dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-fakta hasil penelitian
disajikan apa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau
dilanjutkan dengan dilakukannya penelitian analitik. Desain atau
rancangan penelitian deskriptif dibedakan menjadi dua: desain studi kasus
dan desain penelitian survai (Nursalam, 2003: 83-84).
1) Desain penelitian studi kasus
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif, misalnya satu pasien,
keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2003 : 83).
Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit tetapi
aspek-aspek yang diteliti banyak.
2) Desain penelitian survei
Survei adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk
menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,
distribusi dan hubungan antar variable dalam suatu populasi
(Nursalam, 2003 : 84). Karakteristik dari penelitian survai adalah

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 12


bahwa subjek yang diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan aspek
yang diteliti sangat terbatas.

b. Desain penelitian korelasional


Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu
atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 :
24). Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu
variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain dan dengan demikian dalam
rancangan korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua variabel
(Nursalam, 2003 : 84). Jika variabel yang diteliti ada dua, maka masing-
masing merupakan variabel bebas dan variabel terikat. Bila variabel yang
diteliti lebih dari dua, maka dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas
atau prediktor dan satu variabel sebagai variabel terikat atau kriterium.

c. Desain penelitian kausal-komparatif


Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk membandingkan
variable bebas dari beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh
yang berbeda dari variabel bebas. Pengaruh variabel bebas terhadap
variable terikat terjadi bukan karena perlakuan dari peneliti melainkan
telah berlangsung sebelum penelitian dilakukan. Desain kausal-komparatif
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu desain kohort dan desain kasus kontrol
(Nursalam, 2003 : 86).
1) Desain penelitian kohort
Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah
pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach.
Sehingga penelitian ini disebut juga penelitian prospektif.
2) Desain penelitian kasus kontrol
Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari
desain penelitian kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada
variabel terikat terlebih dahulu. Sedangkan variabel bebas dteliti secara
retrospektif untuk menentukan ada tidaknya pengaruh pada variabel
terikat.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 13


d. Desain penelitian tindakan
Penelitian tindakan atau action research merupakan penelitian yang
bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain (Sumadi Suryabrata,
2000 : 35).Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri :
1) praktis dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja,
2) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah
dan perkembangan-perkembangan baru,
3) fleksibel dan adaptatif dan,
4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiha (Sumadi Suryabrata,
2000 : 35).

1.4.4. Desain penelitian eksperimen


a. Sistem notasi
Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem notasi yang
digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah
sebagai berikut (Sarwono, 2006) :
X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok
yang diuji terhadap suatu perlakuan ekspe-rimental pada variabel bebas
yang kemudian efek pada variable tergantungnya akan diukur.
O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap
variable tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau
obyek tertentu.
R : menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan
ditentukan secara random.

b. Jenis-jenis desain ekperimental


Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain penelitian
eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Desain penelitian pra-
eksperimental, Desain eksperimental semu, dan Desain eksperimental
sungguhan (Nursalam, 2003: 87).
1) Desain penelitian pra-eksperimental

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 14


Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaituone-shot case
study, one-group pre-post tes design, dan static group design
(Suryabrata, 2000 : 55; Nursalam, 2003 : 87).
a) One-shot case study
Prosedur desain penelitian one-shot case study adalah sebagai
berikut. Sekolompok subjek dikenai perlakuan tertentu (sebagai
variable bebas) kemudian dilakukan pengukuran terhadap variable
bebas.
b) One group pretest-posttes design
Prosedur desain penelitian ini adalah :
 dilakukan pengukuran variable tergantung dari satu
kelompok subjek (pretest),
 subjek diberi perlakuan untuk jangka waktu tertentu
(exposure),
 dilakukan pengukuran ke-2 (posttest) terhadap variable
bebas, dan
 hasil pengukuran prestest dibandingan dengan hasil
pengukuran posttes.

c) Static Group Comparison


Desain ketiga adalah static group comparison yang merupakan
modifikasi dari desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yang dipilih sebagai objek penelitian. Kelompok pertama
mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat
perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok
pembanding / pengontrol.

2) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)


Desain atau rancangan penelitian eksperimen semu berupaya
mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok
kontrol dan kelompok ekperimen tetapi pemilihan kedua kelompok
tersebut tidak dilakukan secara acak (Nursalam, 2003 : 89). Kedua
kelompok tersebut ada secara alami.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 15


3) eksperimen sungguhan (true-experiment)
Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya kelompok
control dan kelompok eksperimen yang ditentukan secara acak. Ada
tiga jenis desain penelitian yang termasuk desain eksperimental
sungguhan , yaitu pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan control
yang diacak, pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan
kontrol yang diacak, dan gabungan desain pertama dan kedua
(Nursalam, 2003 : 90-91).
a) Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara acak
Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan
sedangkan kelompok control tidak. Pengukuran hanya diberikan
satu kali yaitu setelah perlakuan diberikan kepada kelompok
eksperimen.
b) Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok secara acak
Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang dipilih secara
acak. Kelompok pertama diberi perlakuan (kel. Ekperimen) dan
kelopok kedua tidak diberi perlakuan (kel. Control). Observasi atau
pengkukuran dilakukan untuk kedua kelompok baik sebelum
maupun sesudah pemberian perlakuan.
c) Desain solomon
Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan
desain 2) disebut desain Solomon atau Randomized Solomon Four-
Group Design. Ada empat kelompok yang dilibatkan dalam
penelitian ini : dua kelompok kontrol dan dua kelompok
eksperimen. Pada satu pasangan kelompok eskperimen dan kontrol
diawali dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak.

1.5. Sampel Penelitian


Dalam penelitian, pemakaian sampel sering kali tak terhindarkan terutama bila
ukuran populasi sangat besar atau jumlah anggota populasi yang diteliti tak
terhingga. Sampel, pada dasarnya mempunyai peranan sangat penting dalam
penelitian karena salah satu faktor penentu kualitas penelitian adalah kualitas sampel.
Sampel yang berkualitas disebut juga sebagai sampel yang representatif.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 16


1.5.1. Pengertian sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau
diukur.Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipelajari dalam suatu
penelitian dan hasilnya akan dianggap menjadi gambaran bagi populasi asalnya,
tetapi bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari
populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.Ukuran dan
keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil.
Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random) dan tidak
acak (non-random).

1.5.2. Syarat sampel penelitian


Sampel penelitian yang representatif sehingga dapat digeneralisasikan atau
ditarik kesimpulan umum adalah:
a. Digunakan prinsip probabiltas (random sampling)
b. Jumlah sampel memadai
c. Ciri-ciri populasi dipenuhi secara ketat
d. Variasi antar unit populasi sekecil mungkin

Secara skematis, menurut Hastono, penarikan sampel dibagi menjadi dua,


yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan
sampel secara tidak acak (non probability sampling). Sebelum kita bahas lebih
lanjut tentang teknik sampling atau metode pengambilan sampel ada beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan proses pengambilan sampel. Istilah-istilah
tersebut diantaranya adalah: kerangka sampel, rancangan sampel, dan random.
Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada
populasi yang akan diambil sampelnya.

1.5.3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel dapat menentukan mutu atau hasil akhir suatu
penelitian. Jika teknik yang digunakan tidak tepat ataukah keliru dalam
menerapkannya maka penelitian tersebut dapat dipertanyakan dan mungkin
kemaknaannya akan hilang. Untuk menghindari hal ini perlu pengetahuan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 17


tentang teknik sampling sangat diperlukan. Secara umum teknik pengambilan
sampel dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu secara random/probability
dan non random/non probability. Ada beberapa alasan mengapa dalam
penelitian menggunakan pendekatan sampling, antara lain:
a. Jika pengambilan sampel didasarkan atas dasar prinsip probabilitas, maka
penggunaan data dari sampel untuk pengambilan kesimpulan tentang
populasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Jika populasi homogen, sampel adalah identik dengan populasinya.
c. Penghematan biaya dan waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
sensus jauh lebih besar dibandingkan dengan sampling, sehingga
penggunaan sensus banyak menimbulkan pemborosan, sedangkan
penggunaan sampling lebih efisien. Hal ini disebabkan pada sensus objek
yang akan diteliti jauh lebih banyak dibandingkan pada sampling.
Demikian pula dengan waktu. Waktu yang digunakan untuk melakukan
sensus lebih lama jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
melakukan sampling.
d. Masalah ketelitian. Pada sensus objek yang harus diteliti lebih banyak
dibandingkan dengan sampling, sehingga keakuratan hasil penelitiannya
juga lebih kecil dari pada sampling. Pengalaman mengatakan bahwa
semakin banyak objek yang diteliti, semakin kurang ketelitian yang
dihasilkan.
e. Ukuran populasi. Untuk populasi yang tak terhingga, yaitu populasi yang
memiliki banyak objek tidak terhingga banyaknya, sensus tidak mungkin
dilakukan. Namun untuk populasi berhinggapun, jika memiliki objek yang
sedemikian besarnya, sensus juga sulit untuk dilaksanakan. Untuk keadaan
seperti ini, sampling lebih cocok digunakan.
f. Faktor ekonomis diartikan apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan
dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk penelitian
tersebut. Jika tidak, maka alternatifnya dilakukan sampling.

1.5.4. Langkah-langkah pengambilan sampel


Langkah-langkah dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan populasi (Defined the Population)

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 18


Dalam menentukan populasi, populasi dibagi atas empat komponen
yaitu: elemen, unit sampling, tempat dan waktu penelitian.
b. Spesifikasi Sampling Frame (Spesified Sampling Frame)
Spesifikasi sampling frame atau kerangka sampling mempunyai tujuan
untuk memaparkan secara jelas dan spesifik dari elemen populasi, Dalam
spesifikasi sampling frame yang perlu dijelaskan adalah target populasi
dan populasi sampling.
c. Spesifikasi Unit Sampling (Spesified Sampling Unit)
Unit sampling merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan
dijadikan sampel, tetapi kadang-kadang dapat berdiri sendiri menjadi
komponen populasi atau merupakan unit unit sampling dari elemen
populasi.
d. Seleksi Metode Sampling (Spesified Sampling Method)
Dalam hal ini ditentukan metode sampling yang akan digunakan.
Metode sampling yang dapat digunakan adalah teknik probabilitas
(Probability Sampling Method) dan teknik non-probabilitas (Non
Probability Sampling Method).
e. Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sampling Size)
Penentuan besar sampel tergantung pada jenis studi, homogenitas
populasi, jenis sampel, serta jumlah dana dan personel yang tersedia.
f. Mempersiapkan Sampling Plan (Specified Sampling Plan)
Kegiatan ini adalah merencanakan bagaimana keputusan-keputusan
yang telah diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi
kelengkapan perangkat lunak dan populasi itu sudah cukup representatif
untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak
seragam (completely heterogenous) maka hanya pen maka hanya
pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representatif.

1.5.5. Macam-macam teknik pencuplikan (Sampling)


a. Acak (Random sampling)
setiap anggota dari populasi memiliki kesempatan dan peluang yang
sama untuk dipilih sebagai sampel. Tidak ada intervensi tertentu dari

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 19


peneliti.Masing-masing jenis dari pengambilan acak (probability
sampling) ini memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri.
1) Pengambilan acak sederhana (Simpel random sampling)
Merupakan sistem pengambilan sampel secara acak dengan
menggunakan undian atau tabel angka random.Tabel angka random
merupakan tabel yang dibuat dalam komputer berisi angka-angka yang
terdiri dari kolom dan baris, dan cara pemilihannya dilalukan secara
bebas. Pengambilan acak secara sederhana ini dapat menggunakan
prinsip pengambilan sampel dengan pengembalian ataupun
pengambilan sampel tanpa pengembalian. Kelebihan dari pengambilan
acak sederhana ini adalah mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel dan kemampuan menghitung standard error.
Sedangkan,kekurangannya adalah tidak adanya jaminan bahwa setiap
sampel yang diambil secara acak akan merepresentasikan populasi
secara tepat.

2) Pengambilan acak secara sistematis (Systematic random sampling)


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dilakukan dengan
menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Misalnya, jika
ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi secara acak, maka
kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari interval pertama
antara angka 1-5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka berikutnya
dari interval selanjutnya. Kelebihan dari pengambilan acak secara
sistematis ini adalah lebih praktis dan hemat dibanding dengan
pengambilan acak sederhana. Sedangkan, kekurangannya adalah tidak
bisa digunakan pada penelitian yang heterogen karena tidak mampu
menangkap keragaman populasi heterogen.

3) Pengambilan acak berdasarkan lapisan (Stratified random sampling)


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut
lapisan-lapisan tertentu dan masing-masing lapisan memiliki jumlah
sampel yang sama.Kelebihan dari pengambilan acak berdasar lapisan
ini adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada
populasi dapat terwakili oleh sampel. Sedangkan, kekurangannya

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 20


adalah harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi
populasi penelitian. Selain itu, kadang-kadang ada perbedaan jumlah
yang besar antar masing-masing strata.

4) Pengambilan acak berdasar area (Cluster sampling)


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi
berdasarkan areanya. Setiap area memiliki jatah terambil yang sama.
Kelebihan dari pengambilan acak berdasar area ini adalah lebih tepat
menduga populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam
sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah memerlukan waktu yang
lama karena harus membaginya dalam area-area tertentu.

b. Tidak acak (Non-random sampling)


Merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak di mana
masing-masing anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih
anggota sampel. Ada intervensi tertentu dari peneliti dan biasa peneliti
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya.
1) Pengambilan sesaat (Accidental/haphazard sampling)
Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
tiba-tiba berdasarkan siapa yang ditemui oleh peneliti. Misalnya,
reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat.
Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam
pemillihan anggota sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah belum
tentu responden memiliki karakteristik yang dicari oleh peneliti.

2) Pengambilan menurut jumlah (Quota sampling)


Merupakan pengambilan anggota sampel berdasarkan jumlah
yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut
jumlah ini adalah praktis karena jumlah sudah ditentukan dari awal.
Sedangkan, kekurangannya adalah bias, belum tentu mewakili seluruh
anggota populasi.

3) Pengambilan menurut tujuan (Purposive sampling)

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 21


Merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas
tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Kelebihan dari
pengambilan menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat
terpenuhi. Sedangkan, kekurangannya adalah belum tentu mewakili
keseluruhan variasi yang ada.

4) Pengambilan beruntun (Snow-ball sampling)


Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
sistem jaringan responden. Mulai dari mewawancarai satu responden.
Kemudian, responden tersebut akan menunjukkan responden lain dan
responden lain tersebut akan menunjukkan responden berikutnya. Hal
ini dilakukan secara terus-menerus sampai dengan terpenuhinya
jumlah anggota sampel yang diingini oleh peneliti. Kelebihan dari
pengambilan beruntun ini adalah bisa mendapatkan responden yang
kredibel di bidangnya. Sedangkan, kekurangannya adalah memakan
waktu yang cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi
yang ada.

1.5.6. Besar sampel


Sampel yang dapat mewakili populasinya atau representatif terhadap
populasinya harus memenuhi dua hal yaitu besar sampel dan cara pengambilan
sampel. Besar sampel saja tidak menjamin bahwa sampel akan mewakili
karakteristik populasinya tanpa memperhatikan cara pengambilannya.
Sebaliknya cara pengambilan sampel yang menganut azas probabilitas atau
random tidak dengan sendirinya akan memperoleh sampel yang representatif
terhadap populasinya tanpa memperhitungkan besar sampel terhadap
populasinya. Besar sampel tergantung pada hal-hal berikut ini:
a. Jenis penelitian
Jika penelitian besifat eksploratif maka satu sampel saja mungkin
sudah cukup, namun jika penelitian bertujuan untuk melakukan
generalisasi maka sampel harus representatif terhadap populasi sehingga
perlu memperhatikan besar sampel selain cara pengambilan sampelnya.

b. Skala ukur variabel dependen

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 22


Apakah berskala kategorikal atau kontinu; dan derajat ketepatan
perkiraan yang diinginkan, makin tinggi derajat ketepatan yang diinginkan
maka makin besar pula sampel yang dibutuhkan. Besar sampel juga
ditentukan oleh tujuan penelitian apakah untuk mengestimasi nilai populasi
atau untuk menguji hipotesis. Berikut akan dijelaskan beberapa contoh
perhitungan besar sampel berdasarkan tujuan penelitian.

1.5.7. Sampel yang representatif


Perihal pengambilan sampel merupakan salah satu langkah dalam penelitian
yang sangat penting, oleh karena kesimpulan penelitian pada hakekatnya adalah
generalisasi dari sampel menuju populasi. Generalisasi akan menjadi optimal,
jika dalam tahap sampling di penuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Digunakan prinsip probabilitas (random sampling)
b. Jumlah sampel memadai
c. Ciri-ciri populasi dipenuhi secara ketat
d. Variasi antar unit populasi sekecil mungkin

Dalam bukunya, Sugiyono menyebutkan saran-saran untuk ukuran sampel


penelitian sebagai berikut:

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adala antara 30 sampai dengan
500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misal: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lainlain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya) maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah.

1.6. Pengumpulan Data


Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti
dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data
akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang
akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak
dengan benar.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 23


Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang berbeda,
tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti. Pengumpulan data
kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan data kuantitatif. Pengumpulan
data statistik juga tidak bisa disamakan dengan pengumpulan data analisis.
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus
diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini
adalah demi mendapatkan data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian
pun tidak akan diragukan kebenarannya.

1.6.1. Definisi pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian,
seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia
gunakan, dugaan tersebut disebut dengan hipotesis. Untuk membuktikan
hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan pengumpulan data
untuk diteliti secara lebih mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam
hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya
dan masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai
wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan.
Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan
sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.

1.6.2. Jenis-jenis data


a. Menurut cara memperolehnya
 Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.
 Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari
objek atau subjek penelitian.
b. Menurut sumbernya

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 24


 Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan
dalam sebuah organisasi
 Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau
kegiatan di luar sebuah organisasi
c. Menurut sifatnya
 Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
 Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

1.6.3. Metode Pengumpulan data


Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data
dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua
istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik
atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat,
maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman
wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri,
namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih.
Beberapa metode pengumpulan data antara lain:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan
melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype.
Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur.
1) Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan
pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi
ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 25


sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen
penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
2) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari
masalah yang ingin digali dari responden.

b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan
data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang
kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi
terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1) Participant observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung
dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai
sumber data.
2) Non participant observation
Berlawanan dengan participant observation, non participant
observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara
langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

c. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode
pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 26


responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek
penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh
objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat
ini juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka.
Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun
objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan
kemauan mereka.

d. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis
pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna
untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang
langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi
2) Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh
laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.

1.7. Teknik Analisis Data


1.7.1. Pengertian teknik analisis data
Teknik analisis data adalah metode dalam memproses data menjadi informasi.
Saat melakukan suatu penelitian, kita perlu menganalisis data agar data tersebut
mudah dipahami. Analisis data juga diperlukan agar kita mendapatkan solusi
atas permasalahan penelitian yang tengah dikerjakan. Untuk memahami definisi
dari teknik analisis data, perlu kiranya melihat beberapa pandangan atau
pendapat para pakar atau ahli.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 27


a. Prof. Dr. Sugiyono, Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
Menurut beliau, teknik analisis data merupakan proses penelitian
adalah hal yang sangat sulit, sebab butuh kerja keras, cara berpikir yang
kreatif, serta wawasan yang cukup tinggi. Menurut Sugiyono, dalam teknik
analisis data satu penelitian dengan penelitian lainnya tidak bisa
disamakan, terutama mengenai metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
b. John Tukey, ahli matematika dari Amerika Serikat
Tukey menyatakan ada beberapa konsep penting yang harus dipahami
perihal teknik analisis data. Menurutnya, analisis data suatu prosedur untuk
menganalisis data, teknik untuk menafsirkan hasil dari prosedur tersebut,
cara merencanakan teknik pengumpulan data untuk membuat analisisnya
lebih mudah, lebih akurat, dan semua mesin dan hasil statistik
(matematika) yang berlaku untuk menganalisis data.
c. Prof. Dr. Lexy J Moleong, penulis buku Metode Penelitian Kualitatif
terbitan Rosdakarya
Prof. Lexy berpendapat teknik analisis data merupakan kegiatan
analisis dalam sebuah penelitian yang dilakukan dengan memeriksa semua
data dari instumen penelitian, seperti dokumen, catatan, rekaman, hasil tes,
dan lain-lain.
Dari berbagai pendapat ahli dan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa
teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu data
menjadi informasi sehingga data tersebut menjadi mudah dipahami dan
bermanfaat untuk digunakan menemukan solusi dari permasalahan penelitian.

1.7.2. Jenis teknik analisis data


Teknik analisis data tersebut secara umum dibagi menjadi beberapa ragam
jenisnya, yakni teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Masing-masing
jenis teknik analisis data tentu punya kelebihan dan kekurangan.
a. Teknik Analisis Data Kualitatif
Merupakan teknik analisis yang berfokus pada informasi non numerik
dengan asas filsafat positivisme. Pada penggunaan teknik analisis kualitatif
ini lumrahnya membahas secara konseptual terhadap suatu permasalahan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 28


dan tidak terganggu dengan data-data angka. Beberapa jenis teknik analisis
data kualitatif, yakni:
 analisis konten,
 analisis naratif,
 analisis wacana,
 analisis kerangka kerja,
 teori beralas.
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Merupakan kegiatan analisis data yang mengolah data-data numerik
seperti penggunaan data statistik, data hasil survei responden, dan lain
sebagainya. Sama halnya dengan teknik analisis data kualitatif, pada
analisis data kuantitatif juga terdapat beberapa jenisnya, yakni analisis data
kuantitatif deskriptif dan analisis data kuantitatif inferensial.

1.7.3. Tahap pengolahan data


Setelah tahu soal pengertian dan beberapa jenis teknis analisis data, sekarang
kamu harus tahu tahap-tahap pengolahan data. Mengetahui tahap-tahap
pengolahan data ini kiranya akan membuatmu memahami dasar cara pengolahan
data.
a. Penyuntingan (editing), merupakan kegiatan memeriksa seluruh daftar
pertanyaan yang dikembalikan responden.
b. Pengodean (coding), yakni kegiatan yang dilakukan setelah penyuntingan
data dengan menggunakan cara memberikan simbol atau tanda berupa
angka terhadap jawaban responden penelitian.
c. Tabulasi (tabulating), yakni kegiatan menyusun dan juga menghitung data
dari hasil pengkodean yang kemudian akan disajikan dalam wujud tabel.
Tiga tahap pengolahan data merupakan tahap awal saat melakukan
penganalisisan data. Setelah melakukan tiga tahap itu, kamu akan masuk ke
proses penganalisisan data. Tahap penganalisisan data dilakukan setelah kamu
melalui tahap pengolahan data. Hasil olahan data itu kemudian akan kamu
analisis dan ditafsirkan sehingga data tersebut dapat dipahami sebagai sebuah
informasi.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 29


Pada proses penganalisisan data ini kamu akan memilih menggunakan metode
teknik analisis data, yakni analisis kualitatif atau analisis kuantitatif. Pemilihan
metode itu tentunya disesuaikan dengan data olahan dan pendekatan analisis
yang ingin kamu lakukan.

1.7.4. Tahap penganalisisan data


Tahap penganalisisan data dilakukan setelah kamu melalui tahap pengolahan
data. Hasil olahan data itu kemudian akan kamu analisis dan ditafsirkan sehingga
data tersebut dapat dipahami sebagai sebuah informasi.
Pada proses penganalisisan data ini kamu akan memilih menggunakan metode
teknik analisis data, yakni analisis kualitatif atau analisis kuantitatif. Pemilihan
metode itu tentunya disesuaikan dengan data olahan dan pendekatan analisis
yang ingin kamu lakukan. Tahap ini kamu harus benar-benar detail sebab,
ketika penganalisisan data ini merupakan proses penting ketika kamu melakukan
penelitian. Menerjemahkan data yang kamu miliki sehingga dapat menjawab
permasalahan penelitian.

1.7.5. Penafsiran hasil analisis


Data yang sudah kamu analisis pada tahap sebelumnya kemudian harus
ditafsirkan. Ketika melakukan penafsiran hasil analisis, kamu wajib
memaparkannya dengan bukti-bukti hasil analisismu. Untuk itu, kamu harus
memiliki banyak referensi yang mendukung ketika melakukan penafsiran ini.
Tentunya, referensi yang dimaksud ialah berdasarkan data dan juga kajian-kajian
terkait dari penelitianmu. Atas dasar itulah, bila kamu membaca hasil penelitian
seseorang maka banyak buku referensi yang dirujuk. Hal itu dikarenakan ketika
melakukan penafsiran hasil analisis tersebut kamu tidak bisa hanya
mengandalkan intuisi dan pengetahuan yang sudah kamu kuasai semata.
Memerlukan sejumlah referensi terkait yang bisa digunakan untuk
menjelaskan secara jelas hasil analisis. Bila kamu tidak bisa menjelaskan hasil
analisismu secara jelas maka penelitianmu bisa gagal. ketika kamu melakukan
penafsiran hasil analisis, posisikan diri kamu sebagai pembaca awam. Dengan
begitu, kamu akan memahami cara-cara efektif untuk menjelaskan kepada
khalayak awam terkait penelitanmu kelak.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 30


1.8. Metode Kualitatif
1.8.1. Pengertian metode kualitatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kualitatif memiliki arti
berdasarkan mutu. Itu artinya kualitatf adalah metode penelitian yang berfokus
pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.
Metode kualitatif menutut para ahli:
a. Pengertian Kualitatif Menurut Lexy J. Moloeng
Metode penelitian Kualitatif adalah suatu riset yang bermaksud untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Contoh dari
metode kualitatif adalah penelitian terhadap perilaku, persepsi, motivasi,
dan tindakan yang dideskripsikan dengan kata-kata dan bahasa, dalam
konteks alamiah.
b. Pengertian Kualitatif Menurut Sugiyono
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur,
atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

1.8.2. Metode penelitian kualitatif


Metode penelitian kualitatif menggunakan teknik analisis yang mendalam
dengan cara mengkaji satu persatu masalah yang ada dalam kasus. Tujuan dari
metode kualitatif bukan generalisasi tetapi pemahaman yang secara mendalam
terhadap suatu masalah.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
di masyarakat secara mendalam dengan cara mengumpulkan data secara dalam
dan lengkap. Dalam penelitian ini kelengkapan dan kedalaman data yang diteliti
merupakan suatu yang sangat penting.
Dalam penelitian kualitatif, apabila dalam penelitian yang dilakukan semakin
dalam dan teliti, maka akan semakin baik. Pada umumnya penelitian kualitatif
memiliki objek yang lebih sedikit, sehingga dalam penelitiannya lebih fokus
pada kedalaman data.

1.9. Metode Kuantitatif


1.9.1. Pengertian metode kuantitatif

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 31


Penelitian Kuantitatif adalah metode penilitian yang berfokus pada aspek
pengukuran dengan cara objektif terhadap fenomena sosial. Berikut pengertian
kuantitatif menurut para ahli:
a. Kasiram
Penelitian metode kuantitatif adalah metode penelitian yang
mengunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis
dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah
diteliti.
b. Nana Sudjana dan Ibrahim
Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang didasari pada asumsi,
kemudian ditentukan variabel, dan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode-metode penelitian yang valid, terutama dalam
penelitian kuantitatif.
c. Suriasumantri
Menurut Suriasumantri, metode penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang dilakukan dengan kajian pemikiran yang sifatnya ilmiah. Kajian ini
menggunakan proses logico-hypothetico-verikatif pada langkah-langkah
penelitian yang dilakukan.

1.9.2. Metode Penelitian Kuantitatif


Untuk bisa melakukan pengukuran pada objek penelitian, metode kuantitatif
memerlukan beberapa pemetaan, yaitu masalah, variable, dan indikator.
Setiap variabel yang akan diukur menghasilkan simbol-simbol serta angka
yang berbeda-beda sesuai dengan kategeri dan informasi yang berkaitan dengan
variabel tersebut. Dengan menggunakan simbol-simbol serta angka-angka yang
telah diolah sesuai metode kuantitatif, dapat ditemukan sebuah kesimpulan dari
masalah yang terjadi pada kasus penelitian.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan
cara-cara matematis, teori-teori serta hipotesis yang berkaitan dengan sebuah
peristiwa atau kasus. Proses pengukuran adalah bagian penting dalam metode
penelitian kuantitatif, karena hal tersebut memberikan hubungan yang kuat dari
pengamatan yang empiris dengan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan
kuantitatif.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 32


1.10. Perbedaan Metode Kualitatif Dan Kuantitatif

Kualitatif Kuantitatif
Desain Penelitian Bersifat umum, fleksibel, Memiliki sifat yang
dan dinamis. Penelitian khusus, terperinci, dan
kualitatif sendiri dapat statis. Alur dari penelitian
berkembang selama proses kuantatif sendiri sudah
penelitian berlangsung. direncanakan sejak awal
dan tidak dapat diubah
lagi.
Analisis Data Dianalisis selama proses Dianalisis pada tahap
penelitian berlangsung. akhir sebelum laporan.
Istilah Subjek Penelitian Subjek penelitian yang Subjek penelitian yang
biasa disebut dengan biasa disebut dengan
narasumber. responden.
Cara Memandang Fakta Penelitian kualitatif Penelitian kuantitatif
memandang memandang
“Fakta/Kebenaran” “Fakta/Kebenaran” berada
tergantung pada cara pada objek penelitian di
peneliti luar sana. Peneliti harus
menginterpretasikan data. netral dan tidak memihak.
Hal ini dikarenakan ada Apapun yang ditemukan
hal-hal kompleks yang di lapangan, itulah fakta.
tidak bisa sekedar Penelitian kuantitatif
dijelaskan oleh angka, berangkat dari teori
seperti perasaan manusia. menuju data.
Penelitian kuantitatif
berangkat dari data yang
kemudian dijelaskan oleh
teori-teori yang dianggap
relevan, untuk
menghasilkan suatu teori
yang menguatkan teori
yang sudah ada.
Pengumpulan Data Penelitian kualitatif lebih Pengumpulan data

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 33


berfokus pada sesuatu dilakukan dengan
yang tidak bisa diukur menggunakan serangkaian
oleh hitam putih instrumen penelitian
kebenaran, sehingga pada berupa tes/kuesioner. Data
penelitian kualitatif yang terkumpul kemudian
peneliti mengorek data dikonversikan
sedalam-dalamnya atas menggunakan
hal-hal tertentu. Sehingga, kategori/kriteria yang
kualitas penelitian sudah ditetapkan
kualitatif tidak terlalu sebelumnya. Kualitas
ditentukan oleh banyaknya penelitian kuantitatif
narasumber yang terlibat, ditentukan oleh banyaknya
tetapi seberapa dalam responden penelitian yang
peneliti menggali terlibat.
informasi spesifik dari
narasumber yang dipilih.
Representasi Data Hasil penelitian kualitatif Hasil penelitian kuantitatif
berupa interpretasi peneliti dipresentasikan dalam
akan sebuah fenomena, bentuk hasil penghitungan
sehingga laporan matematis. Hasil
penelitian akan lebih penghitungan dianggap
banyak mengandung sebagai fakta yang sudah
deskripsi. terkonfirmasi. Keabsahan
penelitian kuantitatif
sangat ditentukan oleh
validitas dan reliabilitas
instrumen yang
digunakan.
Implikasi Hasil Riset Hasil penelitan kualitatif Hasil penelitian kuantitatif
memiliki implikasi yang berupa fakta/teori yang
terbatas pada situasi- berlaku secara umum
situasi tertentu. Sehingga, (generalized). Kapanpun
hasil penelitian kualitatif dan di manapun, fakta itu
tidak bisa digeneralisasi berlaku.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 34


dalam setting berbeda.
Macam Metode Fenomenologi, etnografi, Eksperimen, survey,
studi kasus, historis, korelasi, regresi, analisis
grounded theory. jalur, expost facto.
Tujuan Penelitian Memperoleh pemahaman Menjelaskan hubungan
mendalam, antar variabel, menguji
mengembangkan teori, teori, melakukan
mendeskripikan realitas generalisasi fenomena
dan kompleksitas sosial. sosial yang diteliti.
Jenis Data Deskriptif dan eksploratif Numerik dan statistik

MAKALAH 2

2.1. PENGERTIAN EVIDENCE PENGERTIAN EVIDENCE BASED PRACTICE


Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru
yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien
sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan
menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk memperolah
pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif sehingga bisa
menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat 17
dipahami bahwa evidance based practice merupakan suatu strategi untuk mendapatkan
knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan
relevan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam
praktik klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.

2.2. MANFAAT EVIDENCE BASE

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:

1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 35


2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2.3. MODEL IMPLEMENTASI EVIDENCE BASED PRACTICE


1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler:
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 : Translasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi

2. Model IOWA
Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care Model EBP
IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN, Model IOWA diawali
dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun focus masalah. Jika
masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting
untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis EBP. Perubahan
terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya
perubahan . kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones &
Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek Melnyk, 2011). 3) Model konseptual Rosswurm
& Larrabee Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change
yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 36


Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek Model ini menjelaskan
bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan paktek harus memperhatikan latar
belakang teori yang ada, kevalidan dankereliabilitasan metodeyangnomenklatur yang
standar.

2.4. KOMPONEN KUNCI EBP


Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya.
Evidence atau bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence dan 24 internal
evidence.
Bukti eksternal didapatkan dari penelitian yang sangat ketat dan dengan proses
atau metode penelitian ilmiah. Pertanyaan yang sangat penting dalam
mengimplementasikan bukti eksternal yang didapatkan dari penelitian adalah apakah
temuan atau hasil yang didapatkan didalam penelitian tersebut dapat
diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia praktek dan apakah seorang
dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dihasilkan
dalam penelitian tersebut.
Berbeda dengan bukti eksternal bukti internal merupakan hasil dari insiatif
praktek seperti manajemen hasil dan proyek perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout,
2011). clinical expertise yang merupakan komponen dari bukti internal adalah
merupakan pengetahuan dan skill tenaga kesehatan yang 25 profesional dan ahli
dalam memberikan pelayanan. Hal atau kriteria yang paling menunjukkan seorang
perawat ahli klinis atau clinical expertise adalah pengalaman kerja yang sudah cukup
lama, tingkat pendidikan, literatur klinis yang dimiliki serta pemahamannnya terhadap
research. Sedangkan patient preference adalah pilihan pasien, kebutuhan pasien
harapan, nilai, hubungan atau ikatan, dan tingkat keyakinannya terhadap budaya.
Melalui proses EBP, pasien dan keluarganya akan ikut aktif berperan dalam
mengatur dan memilih pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien
bisa dilakukan dalam bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan
penyakit kronis ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari EBP
dan dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan 26
berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 37


2.5. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES EBP
Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
b. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
c. Mencari bukti-bukti terbaik

Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie, 2002)
yaitu:

 Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.


 Bukti yang berasal dari disain RCT.
 Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 38


 Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
 Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan diskriptif.
 Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
 Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

d. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan


e. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
f. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
g. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

2.6. HAMBATAN UNTUK MENGGUNAKAN EBP


Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktik sehari-
hari telah dikutip dalam berbagai penelitian, diantaranya antara lain :
1)    Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2)    Kesulitand alam mengubah praktek
3)    Kurangnya dukungan administratif
4)    Kurangnya mentor berpengetahuan
5)    Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian
6)    Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
7)    Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8)    Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia
9)    Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10)    Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11)    Kompleksitas laporan penelitian
12)    Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
13)    Merasa kewalahan

2.7. APLIKASI BERBAGAI METODE EVIDENCE BASE PENELITIAN


DALAM SETTING PRAKTIK PELAYANAN KEBIDANAN
a. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b. Asuhan Antenatal

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 39


Terfokus Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda
bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c. Asuhan Pasca keguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan
Komplikasi Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan
bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian
e. Penatalaksanaan
Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya
menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

MAKALAH 3
KONSEP EBP, MODEL EBP, PUBLIKASI DAN DESIMINASI HASIL

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 40


3.1. Definisi Evidence Based Practice (EBP)
Menurut (Goode & Piedalue, 1999) praktik klinis berdasarkan bukti
melibatkan temuan pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP
didefinisikan sebagai intervensi dalam perawatan kesehatan yang berdasarkan pada
fakta terbaik yang didapatkan. EBP merupakan proses yang panjang, adanya fakta
dan produk hasil yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada
praktek lapangan. EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk
pengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di
dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan
bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruh oleh faktor
internal dan eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan
pelayanan secara bijaksana terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau
sistem (Newhouse, Dearholt, Poe, Pough, & White, 2005). Clinical Based Evidence
atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan bertanggung
jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan dengan
keahlian klinis dan nilainilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
proses perawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang
penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran,
keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi kesehatan dan
sosial. EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur, merupakan
proses yang panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk
pengembangan dan peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam penggunaan
fakta menjadi pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan untuk
mengintegrasikan keahlian klinikal individu dengan fakta yang terbaik berdasarkan
penelitian sistematik. Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam keperawatan
sebagai.
1) Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis
ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998).
2) Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian
secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian
asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G.,
2000).

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 41


3.2. Tingkatan dan Hierarki dalam Penerapan EBP
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan
untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan
bukti yang paling rendah. Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam EBP. Hierarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh
Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam
keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah sebagai
berikut.Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hierarki dari tingkat
kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tingi. Di bawah ini mulai
dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
1) Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari.
2) Studi kasus.
3) Studi lapangan atau laporan deskriptif.
4) Studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara acak
(random).
5) Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding,
dan menggunakan sampel secara acak.
6) Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu
pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi.Evidence Based Practice dengan Decision MakingPengambilan keputusan
untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti-bukti nyata atau EBP di
pengaruhi oleh tiga faktor yaitu, hasil penelitian atau riset termasuk teori-teori
pendukung, pengalaman yang bersifat klinis, serta feedback atau sumber-sumber
dari pengalaman yang dialami oleh pasien.

3.3. Model Implementasi Evidence Based Practice


1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan evidence based langkah dalam Model Settler:
Fase 1. Persiapan
Fase 2. Validasi
Fase 3. Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusa
Fase 4. Translasi dan aplikasi
Fase 5. Evaluasi

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 42


2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN,
Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai fokus
ataupun fokus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi,
tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan
tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP.
Langkah selanjutnya adalah menyintesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan
jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan .
kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett,
2004).
3. Model Konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model evidence based practice change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu.
Tahap 1. Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis.
Tahap 2. Tentukan evidence terbaik.
Tahap 3. Kritikal analisis evidence.
Tahap 4. Desain perubahan dalam praktek.
Tahap 5. Implementasi dan evaluasi perubahan.
Tahap 6. Integrasikan dan maintenance perubahan dalam praktek.
Model ini menjelaskan bahwa penerapan evidence based nursing ke lahan paktek harus
memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan metode
yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang standar.

3.4. Pengkajian dan Alat dalam EBP


Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan
profesional untuk dapat menerapkan praktek klinis berbasis bukti, yaitu.
1) Mengidentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek
2) Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan,
3) Melakukan pencarian literator yang efisien,
4) Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari bukti tersebut
untuk menentukan tingkat validitasnya
5) Mengaplikasikan temuan literator pada masalah pasien, dan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 43


6) Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien dapat
mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian dari
pilihan manajemen/terapi (Jette et al., 2003).

3.5. Langkah-langkah dalam EBP


1) Langkah 1 (Kembangkan Semangat Penelitian)
Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya di dalam EBP, harus
ditumbuhkan semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman
dan tertarik mengenai pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawata pasien
2) Langkah 2 (Ajukan Pertanyaan Klinis dalam Format PICOT)
Pertanyaan klinis dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih
baik dan relevan.
a. Populasi pasien (P),
b. Intervensi (I),
c. Perbandingan intervensi atau kelompok (C),
d. Hasil / Outcome (O), dan
e. Waktu / Time (T).
Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk
mencari database elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya
artikel-artikel yang relevan dengan pertanyaan klinis. Menggunakan
skenario kasus pada waktu respons cepat sebagai contoh, cara untuk
membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan waktu tersebut akan
menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: “Di rumah sakit perawatan
akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi)
dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat (perbandingan)
mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan
(waktu)?”

3) Langkah 3 (Cari Bukti Terbaik)


Mencari bukti untuk menginformasikan praktek klinis adalah sangat
efisien ketika pertanyaan diminta dalam format PICOT. Jika perawat dalam
skenario respons cepat itu hanya mengetik “Apa dampak dari memiliki time
respon cepat?” ke dalam kolom pencarian dari database, hasilnya akan
menjadi ratusan abstrak, sebagian besar dari mereka tidak relevan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 44


Menggunakan format PICOT membantu untuk mengidentifikasi kata kunci
atau frase yang ketika masuk berturut-turut dan kemudian digabungkan,
memperlancar lokasi artikel yang relevan dalam database penelitian besar
seperti MEDLINE atau CINAHL. Untuk pertanyaan PICOT pada time respons
cepat, frase kunci pertama untuk dimasukkan ke dalam database akan
perawatan akut, subjek umum yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
ribuan kutipan dan abstrak.Istilah kedua akan dicari akan rapid respon time,
diikuti oleh serangan jantung dan istilah yang tersisa dalam pertanyaan
PICOT. Langkah terakhir dari pencarian adalah untuk menggabungkan hasil
pencarian untuk setiap istilah. Metode ini mempersempit hasil untuk artikel
yang berkaitan dengan pertanyaan klinis, sering mengakibatkan kurang dari
20. Hal ini juga membantu untuk menetapkan batas akhir pencarian, seperti
“subyek manusia” atau “English,” untuk menghilangkan studi hewan atau
artikel di luar negeri bahasa.

4) Langkah 4 (Kritis Menilai Bukti)


Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka harus cepat dinilai untuk
menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan
klinis. Studi-studi ini adalah “studi kiper.” Salah satu alasan perawat khawatir
bahwa mereka tidak punya waktu untuk menerapkan EBP adalah bahwa banyak
telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan, termasuk penggunaan berbagai
pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan setiap elemen dari sebuah
penelitian. Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga pertanyaan penting
untuk mengevaluasi sebuah studi.
a. Apakah hasil penelitian valid?
Ini pertanyaan validitas studi berpusat pada apakah metode penelitian yang
cukup ketat untuk membuat temuan sedekat mungkin dengan kebenaran.
Sebagai contoh, apakah para peneliti secara acak menetapkan mata pelajaran
untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa mereka
merupakan kunci karakteristik sebelum perawatan? Apakah instrumen yang
valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil kunci?
b. Apakah hasilnya bisa dikonfirmasi?
Untuk studi intervensi, pertanyaan ini keandalan studi membahas apakah
intervensi bekerja, dampaknya pada hasil, dan kemungkinan memperoleh

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 45


hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter sendiri. Untuk studi
kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian, bersama dengan mengevaluasi aspek-aspek lain dari
penelitian ini seperti apakah hasilnya bisa dikonfirmasi.
c. Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya?
ini pertanyaan penelitian penerapan mencakup pertimbangan klinis seperti
apakah subyek dalam penelitian ini mirip dengan pasien sendiri, apakah
manfaat lebih besar daripada risiko, kelayakan dan efektivitas biaya, dan
nilai-nilai dan preferensi pasien. Setelah menilai studi masing-masing,
langkah berikutnya adalah untuk menyintesis studi untuk menentukan apakah
mereka datang ke kesimpulan yang sama, sehingga mendukung keputusan
EBP atau perubahan.

5) Langkah 5 (Mengintegrasikan Bukti Dengan Keahlian Klinis dan Preferensi


Pasien dan Nilai-nilai)
Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam
praktek. Keahlian klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan
data dari program manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah
komponen penting dari EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk
menimbang masing-masing elemen; pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh
variabel kelembagaan dan klinis. Misalnya, ada tubuh yang kuat dari bukti yang
menunjukkan penurunan kejadian depresi pada pasien luka bakar jika mereka
menerima delapan sesi terapi kognitif-perilaku sebelum dikeluarkan dari rumah
sakit. Anda ingin pasien Anda memiliki terapi ini dan begitu mereka. Tapi
keterbatasan anggaran di rumah sakit Anda mencegah mempekerjakan terapis
untuk menawarkan pengobatan. Defisit sumber daya ini menghambat
pelaksanaan EBP.

6) Langkah 6 (Evaluasi hasil Keputusan Praktek atau Perubahan Berdasarkan


Bukti)
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap
perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif
diperbaiki. Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak
berarti ia akan bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 46


Pemantauan efek perubahan EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil
dapat membantu dokter melihat kekurangan dalam pelaksanaan dan
mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang paling mungkin untuk
mendapatkan keuntungan. Ketika hasil berbeda dari yang dilaporkan dalam
literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan.

7) Langkah 7 (Menyebarluaskan Hasil EBP)


Perawat dapat mencapai hasil yang indah bagi pasien mereka melalui EBP,
tetapi mereka sering gagal untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan dan
organisasi perawatan kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini
menyebabkan perlu duplikasi usaha, dan melanggengkan pendekatan klinis yang
tidak berdasarkan bukti-bukti. Di antara cara untuk menyebarkan inisiatif sukses
adalah putaran EBP di institusi Anda, presentasi di konferensi lokal, regional,
dan nasional, dan laporan dalam jurnal peerreview, news letter profesional, dan
publikasi untuk khalayak umum.

3.6. Pelaksanaan EBP


1) Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.
2) Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung
“pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3) Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan
EBP.
4) Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5) Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek,
penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6) Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi
yang berkelanjutan.
7) Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi
pada klien dan
Bagaimana respons terhadap intervensi yang diberikan. Dalam tindakan
diharapkan perawat memperhatikan etnik, sex, usia, kultur dan status kesehatan

2.7. Hambatan Pelaksanaan EBP

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 47


1) Berkaitan dengan penggunaan waktu.
2) Akses terhadap jurnal dan artikel.
3) Keterampilan untuk mencari.
4) Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
5) Kurang paham atau kurang mengerti.
6) Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-hasi riset.
7) Salah pengertian tentang proses.
8) Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9) Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk menggunakan
literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang terbaik untuk diterapkan
pada klien.

MAKALAH 4

4.1 PENELUSURAN DAN REVIEW LITERATURE


4.1.1 Pengertian Penelusuran dan Review Literature

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 48


Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari
keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan
bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca
hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau
gagasan dan konsep-konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang
hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari
gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan hasil
kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau pustaka. Literatur atau bahan
pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.
Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang
dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan
konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga
bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga
sebagai literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai
referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.
4.1.2 Fungsi Kajian Pustaka

Fokus penelitian yang sedang dikerjakan perlu diulas melalui kajian pustaka yang dihasilkan.
Kajian pustaka ini dapat berupa buku-buku teks, laporan hasil penelitian, makalah, risalah,
dan karya-karya ilmiah seperti skripsi, tesis dan disertasi. Dalam Kajian pustaka, peneliti
membuat deskripsi secara sistematis tentang hasil penelitian sebelumnya, yang sejalan
dengan topic penelitian yang sedang dilakukannya. Dengan kata lain, topic penelitian
dibandingkan dengan kajian-kajian yang sama dengan hasil penelitian terdahulu.
Kesuma (2007: 36), salah seorang ahli metodologi penelitian menyebutkan bahwa terdapat
tiga fungsi dari kajian pustaka, yaitu:
1.      Untuk memastikan pernahnya masalah yang lagi diteliti dilakukan oleh peneliti lain.
2.      Apakah masalah yang diteliti dikaji secara komprehensif, lengkap dan hasilnya
memuaskan atau tidak.
3.      Mengungkapkan kekhasan atau perbedaan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan
uraian ini, penulis berpandangan bahwa kajian pustaka sangat bermanfaat untuk memetakan
posisi penilaian yang sedang dilakukan.
Sejalan dengan fungsi ini, kajian pustaka bermanfaat untuk:
(a) memperdalam pengetahuan ihwal masalah yang diteliti sehingga menguasainya.
(b) menegaskan karangka teoritis yang dijadikan landasan atau karangka berfikir terhadap
masalah penelitian.
(c) mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan
hipotesis-hipotesis, dan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 49


(d) menghindarkan terjadinya pengulangan penelitian terhadap masalah yang diteliti.
Sehingga terdapat dua manfaat penting dari tinjauan pustaka yaitu manfaat epistimologi dan
praktik. Manfaat epistimologi terkait dengan pendalaman pengetahuan, penajaman teori, dan
konsep yang terkait dengan focus penelitian. Manfaat praktik terkait dengan tidak
berulangnya penelitian yang sama. Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang sangat penting
dari sebuah tesis atau disertasi.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi adanya Tinjauan Pustaka dalam tulisan ilmiah
sebagaimana yang ditayangkan oleh Deakin University Library:
 Untuk menunjukkan adanya celah-celah kosong (gap) dalam literatur yang perlu diisi
melalui penelitian
 Untuk mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian.
Kita bisa melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum.

 Jika sudah dilakukan, seberapa dalam pengetahuan yang telah diperoleh dan
kemungkinan untuk pengembangannya lebih lanjut.
 Untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai. Penelitian adalah sebuah upaya untuk
memperbaiki apa yang sudah diperoleh sebelumnya.
 Untuk mengetahui siapa saja yang telah melakukan penelitian dan publikasi dalam
bidang ilmu kita masing-masing. Tujuannya adalah agar kita bisa lebih mudah
membangun jejaring akademik.
 Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topik yang sedang kita geluti.
 Untuk menunjukkan bahwa kita memiliki akses terhadap database informasi ilmiah
yang berhubungan dengan topik penelitian kita
 Untuk memberikan landasan teori terhadap penelitian kita sehingga bisa menunjukkan
posisi penelitian kita dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya.
 Untuk mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topik
penelitian kita.
 Untuk mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topik penelitian kita.

4.1.3 Kriteria Pemilihan Sumber Pustaka

Kriteria pemilihan sumber pustaka mencakup:


1) Ketetapan (adequa-cy)
    Isi dari sumber pustaka sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan.
2) Kejelasan (clarity)
    Sumber pustaka harus mudah dipahami atau dimengerti oleh peneliti.
3) Empiris (empericalness)
    Sumber pustaka itu berdasarkan pada kenyataan bukan hasil imajinasi.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 50


4) Terorganisasi (Organization)
Isi dari sumber pustaka harus terorganisasi dengan baik sehingga memudahkan peneliti untuk
mencari informas
5) Kemutakhiran (Recen-cy)
    Sumber pustaka harus berdasarkan perkembangan terbaru dalam   bidangnya (up to date).
6) Relevansi (relevance)
     Sumber pustaka berhubungan dengan penelitian.
7) Meyakinkan (convic-ingness)
    Sumber pustaka dapat menjadi acuan yang terpercaya bagi peneliti.
Berdasarkan penggunaan acuan diatas yaitu: sumber acuan umum dan khusus, penelitian
dapat melakukan dua penelaahan atau analisis dalam mengambarkan kajian pustaka yang
berkaitan. Penalaran deduktif dilakuakn berdasarkan teri-teri atau konsep-konsep umum yang
ada dan penalaran induktif dilakukan berdasarkan sintesis atau pemaduan hasil-hasil
penelitian.
Secara garis besar sumber bacaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Referensi umum: sumber yang dijadikan rujukan utama oleh peneliti, misalnya dari artikel
tertentu, karangan ilmiah, buku, dan dokumen lainnya yang berkaitan langsung dengan
pertanyaan penelitian. Referensi umum merupakan indeks, yaitu daftar pengarang, judul
buku, tempat penerbitan artikel atau wacana atau berupa abstrak.
2. Sumber primer: adalah publikasi di mana seseorang melakukan penelitian penelitian
kemudian diterbitkan. Penulis mengkomunikasikan temuannya secara langsung kepada
pembaca. Sumber primer penelitian pendidikan adalah journal, misalnya Journal of Research
in Science Teaching. Ada journal yang diterbitkan bulanan, tiga kali dalam setahun, dan
artikel yang dimuat merupakan laporan hasil penelitian.
3. Sumber sekunder: adalah publikasi di mana penulis mendeskripsikan hasil karya orang
lain. Sumber sekunder adalah buku (text books), ensiklopedia pendidikan, kajian penelitian,
atau buku tahunan

4.1.4 Langkah-Langkah Menyusun Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam sebuah penelitian ilmiah berarti menempatkan dan menyimpulkan
teori-teori dan konsep-konsep yang nantinya dapat memberikan kerangka kerja dalam
menjelaskan suatu topik dalam sebuah penelitian. Banyak cara  dan model membuat kajian
pustaka, Creswell mengemukakan beberapa model sesuai dengan pendekatan penelitian yang
dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif,  model pertama, peneliti menempatkan kajian
pustaka pada bagian pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan
latar belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua, menempatkan kajian
pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan kuantitatif, model ketiga Kajian

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 51


pustaka ditempatkan pada bagian akhir penelitian bersamaan dengan literatur terkait.  Untuk
pendekatan kuantitatif selain menyertakan  sejumlah besar teori dan konsep pada bagian
pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan secara detail literatur
dalam  bagian khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka,
dan pada bagian akhir penelitian meninjau kembali literatur terkait dan membandingkan
dengan temuan penelitian.
Berikut ini adalah sintesis dari  langkah-langkah melakukan kajian pustaka menurut Donald
Ary dan Creswell sebagai berikut:
1.      Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi,
referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
2.      Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa didapatkan dari
sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.
3.      Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map)
urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
4.      Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan
urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
5.      Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori
dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
6.      Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang
dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik
penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.
Langkah-langkah di atas dapat digunakan untuk menulis kajian pustaka berbagai
jenismetode/pendekatan penelitian. Selain itu juga dapat mempersempit ruang lingkup
penelitian  yang di ajukan sehingga rumusan masalah dan langkah penelitian lebih jelas dan
dapat dilakukan dengan baik.

4.1.2 DATA COLLECTION AND ANALYSIST METHODS


Evaluasi karya ilmiah yang otentik pada publikasi ilmiah jurnal nasional(Indonesia)
sampai saatini belum pernah dilakukankajianyang mendalam,sebaliknya di kalangan
penerbit jurnal internasional, karya ilmiah yangditerbitkan harus memenuhi aspek
“asli” dan “otentik” (genuine and verified). Dibeberapanegara,
tindakanpemalsuankaryailmiah(dansegalabentuknya)bisa dikenakan sanksi tegas mulai dari
sanksi administratif, sanksi akademis,hinggasanksipidana.SebagaicontohdiAmerika,telah
terbentuklembagakhusus untuk mengendalikan “mutu” kegiatan ilmiah (penelitian, publikasi,

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 52


dll)yang dilakukan olehpara peneliti,dosen, mahasiswa, industri, laboratorium,dsb. Lembaga
tersebut adalah Office of Research Integrity (ORI).Tidak semua informasi yang diterima yang
berupa jurnal penelitian ilmiahataupun literatur yang dapat dijadikan sebagai clinicl practice
guidline dapatdijadikan pengetahuan yangdiyakini kebenarannya untuk dijadikan
panduandalam tindakan. Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak
selalumerupakan informasi yang benar. Informasi tersebuEvaluasikarya ilmiah yang otentik
pada publikasi ilmiah jurnal nasional(Indonesia) sampai saatini belum pernah
dilakukankajianyang mendalam,sebaliknya di kalangan penerbit jurnal internasional,
karya ilmiah yangditerbitkan harus memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and
verified).
Dibeberapanegara, tindakanpemalsuankaryailmiah(dansegalabentuknya)bisa
dikenakan sanksi tegas mulai dari sanksi administratif, sanksi
akademis,hinggasanksipidana.SebagaicontohdiAmerika,telah terbentuklembagakhusus untuk
mengendalikan “mutu” kegiatan ilmiah (penelitian, publikasi, dll)yang dilakukan olehpara
peneliti,dosen, mahasiswa, industri, laboratorium,dsb. Lembaga tersebut adalah Office of
Research Integrity (ORI).Tidak semua informasi yang diterima yang berupa jurnal penelitian
ilmiahataupun literatur yang dapat dijadikan sebagai clinicl practice guidline dapatdijadikan
pengetahuan yangdiyakini kebenarannya untuk dijadikan panduandalam tindakan. Demikian
halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalumerupakan informasi yang benar.
Informasi tersebuEvaluasi karya ilmiah yang otentik pada publikasi ilmiah jurnal
nasional(Indonesia) sampai saatini belum pernah dilakukankajianyang mendalam,sebaliknya
di kalangan penerbit jurnal internasional, karya ilmiah yangditerbitkan harus
memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and verified). Dibeberapanegara,
tindakanpemalsuankaryailmiah(dansegalabentuknya)bisa dikenakan sanksi tegas mulai dari
sanksi administratif, sanksi akademis,hinggasanksipidana.SebagaicontohdiAmerika,telah
terbentuklembagakhusus untuk mengendalikan “mutu” kegiatan ilmiah (penelitian, publikasi,
dll)yang dilakukan olehpara peneliti,dosen, mahasiswa, industri, laboratorium,dsb. Lembaga
tersebut adalah Office of Research Integrity (ORI).Tidak semua informasi yang diterima yang
berupa jurnal penelitian ilmiahataupun literatur yang dapat dijadikan sebagai clinicl practice
guidline dapatdijadikan pengetahuan yangdiyakini kebenarannya untuk dijadikan
panduandalam tindakan.
Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalumerupakan informasi
yang benar. Informasi tersebut Evaluasi karya ilmiah yang otentik pada publikasi ilmiah
jurnal nasional(Indonesia) sampai saatini belum pernah dilakukankajianyang
mendalam,sebaliknya di kalangan penerbit jurnal internasional, karya ilmiah yang
diterbitkan harus memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and verified).
Dibeberapanegara, tindakanpemalsuankaryailmiah(dansegalabentuknya)bisa dikenakan
sanksi tegas mulai dari sanksi administratif, sanksi
akademis,hinggasanksipidana.SebagaicontohdiAmerika,telah terbentuklembagakhusus untuk
mengendalikan “mutu” kegiatan ilmiah (penelitian, publikasi, dll)yang dilakukan olehpara
peneliti,dosen, mahasiswa, industri, laboratorium,dsb. Lembaga tersebut adalah Office of
Research Integrity (ORI

4.2.1 Prosedur Pengumpulan Data

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 53


Prosedur pengumpulan data antara lain adalah dengan cara :

1. Wawancara atau interiviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
2. Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal yang diketahui.
3. Observasi adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung yang dapat
dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera.
 Kuesioner terbuka : kuesioner yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimat sendiri.
 Kuesioner tertutup : kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawbannya sehingga
responden tiggal memilih.

4.2.2 Data Sekunder (Secindary Data)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sebelum proses pencarian
data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu.

Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Pemahaman Masalah : Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana pendukung


untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan
melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company
profile atau data administratif lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pemicu untuk
memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita
gunakan sebagai masalah penelitian.

b. Penjelasan Masalah : Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah


dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada data sekunder
yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-komponen situasi lingkungan yang
mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami
persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
mengenai pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti

c. Formulasi Alternative-Alternative Penyelesaian Masalah yang Layak. Sebelum kita


mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan beberapa alternative lain. Data
sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan beberapa alternative lain yang
mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan diteliti. Dengan semakin

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 54


banyaknya informasi yang kita dapatkan, maka peneyelesaian masalah akan menjadi
jauh lebih mudah.

d. Solusi Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam membantu


mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder juga kadang dapat
memunculkan solusi permasalahan yang ada. Tidak jarang persoalan yang akan kita
teliti akan mendapatkan jawabannya hanya didasarkan pada data sekunder saja.

Kita perlu memilih metode pencarian data sekunder apakah itu akan dilakukan secara manual
atau dilakukan secara online. Jika dilakukan secara manual, maka kita harus menentukan
strategi pencarian dengan cara menspesifikasi lokasi data yang potensial, yaitu: lokasi
internal dan / atau lokasi eksternal. Jika pencarian dilakukan secara online, maka kita perlu
menentukan tipe strategi pencarian; kemudian kita memilih layanan-layanan penyedia
informasi ataupun database yang cocok dengan masalah yang akan kita teliti. Setelah metode
pencarian data sekunder kita tentukan, langkah berikutnya ialah melakukan penyaringan dan
pengumpulan data. Penyaringan dilakukan agar kita hanya mendapatkan data sekunder yang
sesuai saja, sedang yang tidak sesuai dapat kita abaikan. Setelah proses penyaringan selesai,
maka pengumpulan data dapat dilaksanakan. Data yang telah terkumpul perlu kita evaluasi
terlebih dahulu, khususnya  berkaitan  dengan kualitas dan kecukupan data. Jika peneliti
merasa bahwa kualitas data sudah dirasakan baik dan jumlah data sudah cukup, maka data
tersebut dapat kita gunakan untuk menjawab masalah yang akan kita teliti. Tahap terakhir
strategi pencarian data ialah menggunakan data tersebut untuk menjawab masalah yang kita
teliti.

Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan secara :

a.   Pencarian Secara Manual

Sampai saat ini masih banyak organisasi, perusahaan, kantor yang tidak mempunyai data base
lengkap yang dapat diakses secara online. Oleh karena itu, kita masih perlu melakukan
pencarian secara manual. Pencarian secara manual bisa menjadi sulit jika kita tidak tahu
metodenya, karena banyaknya data sekunder yang tersedia dalam suatu organisasi, atau
sebaliknya karena sedikitnya data yang ada. Cara yang paling efisien ialah dengan melihat
buku indeks, daftar pustaka, referensi, dan literature yang sesuai dengan persoalan yang akan
diteliti. Data sekunder dari sudut pandang peneliti dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
data internal__ data yang sudah tersedia di lapangan; dan data eksternal__ data yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber lain.

*) Lokasi Internal : Lokasi internal dapat dibagi dua sebagai sumber informasi yang berasal
dari database khusus dan database umum. Data base khusus biasanya berisi informasi penting
perusahaan yang biasanyan dirahasiakan dan tidak disediakan untuk umum, misalnya, data
akutansi, keuangan, sdm, data penjualan dan informasi penting lainnya yang hanya boleh
diketahui oleh orang-orang tertentu di perusahaan tersebut. Data jenis ini akan banyak

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 55


membantu dalam mendeteksi dan memberikan pemecahan terhadap masalah yang akan kita
teliti di perusahaan tersebut.

Sebaliknya, database umum berisi data yang tidak bersifat rahasia bagi perusahaan dan boleh
diketahui oleh umum. Data jenis ini biasanya dapat diketemukan di perpustakaan kantor /
perusaahaan atau disimpan dalam  komputer yang dapat diakses secara umum. Data ini
diperoleh dari luar perusahaan biasanya berbentuk dokumen-dokumen peraturan pemerintah
mengenai perdagangan, berita, jurnal perusahaan, profil perusahaan dan data-data umum
lainnya.

*) Lokasi Eksternal : Data eksternal dapat dicari dengan mudah karena biasanya data ini
tersimpan di perpustakaan umum, perpustakaan kantor-kantor pemerintah atau swasta dan
universitas, biro pusat statistik dan asosiasi perdagangan,  dan biasanya sudah dalam bentuk
standar yang mudah dibaca, seperti petunjuk penelitian, daftar pustaka, ensiklopedi, kamus,
buku indeks, buku data statistik dan buku-buku sejenis lainnya.

b.   Pencarian Secara Online

Dengan berkembangnya teknologi Internet maka munculah banyak data base yang menjual
berbagai informasi bisnis maupun non-bisnis. Data base ini dikelola oleh sejumlah
perusahaan jasa yang menyediakan informasi dan data untuk kepentingan bisinis maupun
non-bisnis. Tujuannya ialah untuk memudahkan perusahaan, peneliti dan pengguna lainnya
dalam mencari data.

Pencarian secara online memberikan banyak keuntungan bagi peneliti, diantaranya ialah:

a) hemat waktu: karena kita dapat melakukan hanya dengan duduk didepan komputer,

b) ketuntasan: melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat mengakses secara tuntas
informasi yang tersedia kapan saja tanpa dibatasi waktu,

c) Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan informasi yang sesuai dengan
mudah dan cepat,

d) hemat biaya: dengan menghemat waktu dan cepat dalam memperoleh  informasi yang
sesuai berarti kita banyak menghemat biaya.

 Kriteria Dalam Mengevaluasi Data Sekunder

Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai berikut:

o Waktu Keberlakuan : Apakah data mempunyai keberlakuan waktu? Apakah data


dapat kita peroleh pada saat diutuhkan. Jika saat dibutuhkan data tidak tersedia atau
sudah kedaluwarsa, maka sebaiknya jangan digunakan lagi untuk penelitian kita.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 56


o Kesesuaian : Apakah data sesuai dengan kebutuhan kita? Kesesuaian berhubungan
dengan kemampuan data untuk digunakan menjawab masalah yang sedang diteliti.
o Ketepatan : Apakah kita dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan yang dapat
mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah sumber data dapat dipercaya?
Bagaimana data tersebut dikumpulkan atau metode apa yang digunakan untuk
mengumpulkan data tersebut?
o Biaya : Berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut? Jika biaya
jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya kita tidak perlu menggunaknnya.

4.2.3 Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian.

Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu :

 Metode Survei (Survey Methods)

o Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan


pertanyaan lisan dan tertulis.
o Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subjek
(responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.
o Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan tatapi
pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelesakan sebab akibat atau
mengungkapkan ide-ide.
o Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dari banyak subjek.
o Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2) kuesioner.

 Wawancara (Interview)

o Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang


menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden atau subjek penelitian.
o Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan
dengan responden.
o Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks,
sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuesioner akan
kurang memperoleh tanggapan responden.
o Teknik ini terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau sejenis
pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan
penerjemahan.
o Teknik wawancara dapat dilakukan dengan (1) melalui tatap muka dan (2) melalui
telepon.
Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 57
o

 Wawancara Tatap Muka (Personal atau Face-to-face Interviews)

Kelebihan teknik wawancara melalui tatap muka daripada melalui telepon atau pun kuesioner
:

o Memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang memerlukan waktu yang


panjang.
o Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas masalah dan
menjelaskan maksud penelitian kepada responden.
o Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan teknik kuesioner.

Kelemahannya :

o Kemungkinan jawaban responden bias karena terpengaruh pewawancara.


o Memerlukan banyak biaya dan tenaga jika jumlah responden relatif banyak dan lokasi
wawancara secara geografis terpencar.

 Wawancara dengan Telepon (Telephone Interviews)

Kelebihan teknik ini dibandingkan tatap muka :

o Dapat menjangkau responden yang letak geografisnya terpencar.


o Biaya lebih murah dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit serta waktu yang
diperlukan lebih cepat.

Kelemahannya :

o Pewancara tidak dapat mengamati ekspresi responden yang pada kondisi tertentu
diperlukan untuk menyakinkan apakah responden menjawab sesuai dengan fakta.
o Ada kemungkinan diputuskan sewaktu-waktu jika responden keberatan untuk
menjawab pertanyaan.
o Tidak semua responden mempunyai telepon
o Terbatasnya jumlah dan waktu untuk pertanyaan.
o Teknik ini dapat dibantu dengan komputer untuk mencatat jawaban responden da
secara otomatis jawaban responden akan disimpan dalam memori komputer.

 Kuesioner (Questionnaires)

Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab
pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara lain : secara
langsung disampaikan oleh peneliti, dikirim bersama paket atau majalah, diletakkan di
tempat-tempat ramai, melalui pos faksimile atau komputer.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 58


Survei memerlukan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai sarana pengambilan
datanya. Jika dilakukan secara online melalui Internet, ada teknik-teknik yang berbeda
dengan cara pengambilan data secara manual. Tulisan ini akan membahas strategi dan teknik
dalam mencari dan mengumpulkan data primer di Internet, etika pencarian data, sumber-
sumber data primer, validasi data, kendala dan solusi serta pertimbangan-pertimbangan
lainnya.

 Kuesioner secara Personal (Personally Administered Quistionnaires)

Jika lokasi antar responden relatif berdekatan seperti dalam satu perusahaan, maka teknik
merupakan cara yang sesuai. Teknik ini seperti halnya wawancara tatap muka, biayanya
relatif mahal jika jumlah responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar.

 Kuesioner Lewat Pos (Mail Quistionnaires)

o Kusioner yang diajukan kepada responden dan  jawabannya  dikirim  lewat pos.
o Memungkinkan peneliti memperoleh jawaban dari responden yang terpencar letak
geografisnya.
o Jumlah pertanyaan yang diajukan relatif banyak yang tidak efisien jika diajukan
melalu telepon.
o Kelemahan utama teknik ini adalah responden tidak mengembalikan kembali
kuesioner.
o Teknik ini memiliki tingkat tanggapan (respon rate) yang paling rendah dibandingkan
teknik pengumpulan data primer lainnya.
o Kemungkinan jawaban responden tidak sesuai dengan konteks pertanyaan.

 Metode Observasi (Observation Methods)

Metode observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau
kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan  atau komunikasi dengan individu-individu
yang diteliti. Kelebihan metode ini dibandingkan metode survei adalah data yang
dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Metode
ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian
(objek).

4.2.4 Tipe-tipe Observasi

Ada beberapa jenis subyek, obyek dan kejadian yang dapat diobservasi oleh peneliti, antara
lain: perilaku fisik, perilaku verbal, perilaku ekspresif, benda fisik atau kejadian-kejadian
yang rutin dan temporal.

 Observasi Langsung (Direct Observation)

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 59


Penggunaan teknik observasi langsung memungkinkan bagi peneliti untuk mengumpulkan
data mengenai perilaku dan kejadian secara detail. Peneliti dalam observasi langsung tidak
berusaha untuk memanipulasi kejadian yang diamati. Pengamat hanya mencatat apa yang
terjadi sehingga mempunyai peran yang pasif. Banyak tipe data yang dikumpulkan melalui
teknik observasi langsung ini hasilnya lebih akurat dan memerlukan biaya yang relatif lebih
ekonomis dibandingkan dengan teknik wawancara atau pertanyaan yang digunakan dalam
metode survei. Data yang diperoleh melalui observasi langsung kadang digunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara atau kuesioner.

Teknik observasi langsung, meskipun tidak memerlukan komunikasi dengan responder, tidak
bebeas dari kemungkinan kesalahan. Data yang dikumpulkan melalui teknik ini kadang
dipengaruhi oleh subyektivitas pengamat dalam menginterpretasikan perilaku atau kejadian
selama proses observasi. Metode observasi pada penelitian terhadap perilaku lebih
menekankan pada respon subyek secara nonverbal dibandingkan dengan metode survei yang
lebih menekankan pada respon subyek secara verbal. Respon nonverbal atau perilaku
ekspresi yang umumnya dilakukan dalam komunikasi, antara lain: mengangguk, tersenyum,
mengernyitkan alis mats, dan ekspresi wajah yang lain atau bahasa tubuh (isyarat). Observasi
terhadap perilaku ekspresi atau komunikasi nonverbal yang lain Bering menghasilkan
interpretasi yang keliru. Misal, pengamat kemungkinan menginterpretasikan bahwa
tersenyum atau tertawa merupakan ekspresi dari kegembiraan seseorang.

 Observasi Terhadap Perilaku dan Lingkungan Sosial

Tujuan observasi dalam banyak hal adalah untuk memahami perilaku dan kejadian-kejadian
dalam lingkungan sosial. Ada dua teknik observasi yang dapat digunakan pada penelitian
terhadap lingkungan sosial, yaitu: (1) partisipant observation dan (2) nonpartisipant
observation.

 Partisipant Observation

Peneliti melakukan observasi dengan cars melibatkan diri atau menjadi bagian dari
lingkungan sosial atau organisasi yang diamati. Peneliti melalui teknik ini dapat memperoleh
data yang relatif lebih banyak dan akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati
perilaku dan kejadiankejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti. Kehadiran peneliti
kemungkinan dapat diketahui atau tidak diketahui oleh lingkungan sosial yang diamati.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kombinasi antara observasi
langsung dan wawancara secara formal dan nonformal.

 Nonpartisipant observation

Peneliti dapat melakukan observasi sebagai pengumpul data tanpa melibatkan diri atau
menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati. Misal, seorang peneliti
dapat berada di sudut ruangan suatu kantor untuk melihat dan mencatat bagaimana seorang

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 60


manajer menggunakan waktunya. Kegiatan ini umumnya memerlukan waktu yang relatif
lama, apalagi jika manajer yang diamati jumlahnya relatif banyak.

 Content Analysis

Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui teknik observasi
dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain berupa : iklan, kontrak
kerja, laporan, notulen rapat, surat, jurnal majalah atau surat kabar).

Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristikl atau informasi
spesipik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan
sistematik.

 Observasi Mekanik

Observasi mekanik adalah observasi yang menggunakan bantuan mesin. Observasi mekanik
dalam penelitian bisnis digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi reaksi fisik atau bagian
tubuh manusia.

Ada empat macam peralatan mekanik yang digunakan, yaitu

(1) pengukur pergerakan mata (eye-tracking monitors)

(2) pengukur pergerakan biji atau manik mata (pupilometers)

(3) pengukur reaksi kulit (psychogalvanometer)

(4) pengukur perubahan suara (voice pitch analyzers).

4.2.5 Cara Mengumpulkan Data Online Secara Umum

Ada dua cara untuk mengumpulkan data primer melalui Internet:

1. Pertama melalui web site

2. Kedua melalui email.

Jika kita menggunakan web site sebagai media penempatan kuesioner maka strateginya ialah:

1. Umumkan alamat web site dimana kita menempatkan kuesioner yang akan digunakan
untuk memperoleh data primer melalui web site atau portal yang sudah popular,
misalnya http://www.detik.com, http://www.kompas.com dan sejenisnya

2. Pengumuman dapat berupa banner atau teks yang berisi link ke alamat web site dimana
studi sedang dilaksanakan, sehingga pengunjung situs tersebut dapat secara langsung
membuka kuesioner dengan cara memilih link yang ada pada banner atau teks tersebut.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 61


3. Pengumuman dapat juga dilakukan dengan cara memberikan undangan kepada responden
yang memenuhi criteria sebagaimana sudah ditetapkan melalui email. Dalam email tersebut
berisi undangan singkat yang menjelaskan tujuan penelitian, cara pengisian kuesioner dan
alamat web site dimana penelitian sedang dilaksanakan dan jika diperlukan password untuk
mengakses kuesioner yang akan diisi oleh para responden.

Jika kita menggunakan email sebagai sarana penelitian yang sedang dilaksanakan, maka
strateginya ialah:

1.   Kirimkan email kepada para responden yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2.   Lampirkan kuesioner pada email yang dapat berupa file dokumen atau pdf pada
attachment atau jika dalam format HTML dapat langsung sebagai isi email itu sendiri.

3. Dalam email tersebut sebaiknya ditulis tujuan penelitian, cara mengisi kuesioner dan cara
mengirimkan kembali kuesioner yang ada dalam email tersebut.

4.2.6 Sumber-Sumber Mendapatkan Alamat Email Calon Responden

Dimana kita dapat mengirimkan email kepada calon responden yang akan kita mintai
informasi? Berikut ini adalah tempat-tempat para pengunjung Internet (netter) melakukan
komunikasi atau berkumpul secara maya.

1. Usenet News Groups: News Groups merupakan tempat dimana pesan-pesan atau berita
ditempatkan dan para netter mengunjungi alamat tersebut untuk membaca pesan atau berita
yang sudah dipasang dengan topik-topik tertentu.

2. Mailing Lists: mailing lists berfungsi mirip dengan news groups perbedaannya ialah jika
pada news groups pesan atau berita dibaca di alamat web tertentu, maka dalam mailing lists
pesan atau berita dengan topik tertentu dikirimkan melalui email.

3. Web Forums: merupakan tempat dimana para netter berkomunikasi berkaitan satu dengan
lain dan difasilitasi oleh situs-situs tertentu.

4. Interest Groups: merupakan kelompok-kelompok kepentingan orang-orang yang


mempunyai kepentingan sama.

5. Pengunjung tetap situs-situs tertentu: ada orang-orang tertentu yang selalu secara tetap
mengunjungi situs-situs tertentu, misalnya situs
berita http://www.detik.com; http://www.kompas.com. Para pengunjung tetap ini biasanya
akan menjadi member pada situs-situs tersebut.

6. Server-server lokal dimana alamat situs dan email disimpan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 62


Dalam mencari alamat email tersebut tentunya tidak semudah yang kita bayangkan, oleh
karena itu kita perlu menggunakan metode tertentu. Metode ini sama dengan metode
pencarian data sekunder di Internet sebagaimana tertulis di bagian ke lima buku ini. Metode
dapat berupa metode tradisional seperti penggunaan FTP, Gopher, Telnet, Wais atau
menggunakan piranti canggih seperti Search Tools dalam World Wide Web, misalnya
pada http://www.google.com yang merupakan search tool yang paling banyak informasinya
sampai dengan artikel ini ditulis terdapat 4,285,199,774 halaman situs di seluruh dunia.

4.2.7 Pertimbangan Umum Dalam Mencari Data Primer / Informasi di Internet

Agar kita dapat memperoleh data atau informasi yang berkualitas, maka kita perlu melakukan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

o Sumber data atau informasi harus dapat dipercaya asalnya


o Kejelasan orang yang memberikan informasi terutama kredibilitas pemberi informasi
o Tujuan pemberian informasi jelas dan obyektif tidak disertai dengan kepentingan-
kepentingan tertentu, misalnya kepentingan politik atau bisnis
o Ada kecocokan antara tujuan penelitian dan data yang diperoleh dan umur data tidak
kedaluwarsa.
o Pertimbangkan tingkat response (response rate) para responden. Hasil penelitian akan
semakin baik jika tingkat response tinggi. Jika tingkat response rendah, hasil penelitian
akan mempunyai kesalahan dengan apa yang disebut sebagai kesalahan yang disebabkan
karena tidak adanya jawaban (no response error). Untuk mensiasati masalah ini,
penelitian bisnis biasanya memberikan insentif dalam bentuk undian berhadiah bagi para
responden yang bersedia menjadi respondennya.
o Gunakan teknik sampling yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam dunia
penelitian.

4.3 QUALITY APPRAISAL OF RESEARCH


4.3.1 Definisi
Criticals appraisal adalah proses sistematis untuk menguji validitas, hasil, dan
relevansi dari sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan untuk mengambil
keputusan. Telaah kritis merupakan bagian penting dari evidence-based medicine
karena dapat menjembatani jurang antara hasil riset dengan aplikasi praktis.
(Chamber, R. 1998).
Criticalappraisaladalah telaah kritis dimana para klinisi
mampumenilaisecaraefisienapakahsuatuliteraturkedokterandapatdigunakanuntukmenjawabpe
rtanyaanklinisdanmampumenilaimetodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
tertentusehinggadapatdiputuskanapakahhasilpenelitiantersebutdapat
diterima atau tidak.Criticals appraisal menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi (ex.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 63


Dokter) untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Criticals appraisal
digunakan untuk menilai validitas (kebenaran)dan kegunaan dari suatu artikel atau journal
ilmiah.
Critical appraisal adalah telaah kritis dimana para klinisi mampu menilai
secara efisien apakah suatu literatur kedokteran dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan klinis dan mampu menilai metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian tertentu sehingga dapat diputuskan apakah hasil penelitian tersebut dapat
diterima atau tidak.
Criticals appraisal menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi (ex. Dokter) untuk
menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari- hari. Criticals appraisal digunakan
untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari suatu artikel atau journal ilmiah.
Jadi bagaimana kita dapat mengetahui bahwa data-data penelitia yang kita
dapatkan berkualitas baik, dapat dan layak dipercaya? Bagaimana kita dapat
memutuskan penelitian mana yang akan kita percaya jika seandainya kita memperoleh dua
data yang meliki topik yang sama namun kesimpulannya berbeda. Karena hal-hal inilah kita
perlu melakukan critical appraisal. Adapun evaluasi dari critical appraisal ini meliputi ;
1. Relevansi
2. Peneliti : pakar, pemula, tempat
3. Sponsor : sumber dana
4. Rancangan penelitian : sesuai dengan tujuan penelitian
5. Perfomance penelitian : keandalan definisi operasional, alat
6. Prosedur menganalisa data
7. Pembahasan
8. Kesimpulan

 Sedangkan Critical appraisal memiliki fungsi sebagai:


 Secara sistematik mengevaluasi literature ilmiah
 Dapat memilih literature yang akan diambil
 Memutuskan artikel manakah yang akan mempengaruhi pekerjaan yang akan
dilakukan
 Memisahkan penghalang antara peneliti dengan hasil penelitian
 Mendukung perkembangan dari Evidence Based Practice (EBP)

4.3.2 Evidence Based Medicine (EBM)


EBM merupakan praktik kedokteran klinis yang memadukan bukti terbaik yang
ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan membantu klinisi agar
pelayanan medis memberikan hasil klinis yang optimal kepada pasien. Penggunaan bukti
ilmiah dari riset terbaik memungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif,
bisa diandalkan, aman, dan cost-effective. EBM terdiri atas lima langkah:
 Merumuskan pertanyaan klinis tentang masalah pasien;
 Mencari bukti dari sumber database hasil riset yang otoritatif;

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 64


 Menilai kritis bukti tentang validitas, kepentingan, dan kemampuan
penerapan bukti;
 Menerapkan bukti pada pasien;
 Mengevaluasi kinerja penerapan bukti yang telah dilakukan pada pasien

EBM menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih yang
diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita yang sedang kita hadapi.
Ini merupakan penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut setelah obat dipasarkan dan
seiring dengan pengobatan rasional. EBM merupakan integrasi dari 3 unsur, yaitu bukti
klinis(best research evidence), keterampilan klinis (clinical expertise), serta Patient
Concerns, Values and Expectation.
Keterampilan klinis adalah keterampilan dan kemampuan menilai oleh dokter yang
didapat dari pengalaman dan prakterk klinik. Bukti klinis adalah penilaian yang relevan
secara klinis, dapat berupa ilmu-ilmu kedokteran dasar, tetapi terutama dari riset-riset
yang berorientasi pasien. Sebuah penemuan klinis dapat mengganti sebuah uji metoda
diagnosis maupun terapi yang telah diterima ke metode baru yang lebih kuat, tepat,
efektif, dan aman. Sehingga dalam menerapkan suatu EBM, dokter tidak hanya
melihat berdasarkan pada keluhan pasien semata, tetapi juga dokter harus dapat mencari
informasi yang valid tentang penyakit yang tengah diderita pasien. Dari informasi
yang diperoleh, dokter diharapkan mampu mengaplikasikannya sesuai dengan keadaan
pasien. Pengambilan keputusan dalam bidang kedokteran antara lain pada diagnosis,
pengobatan, pencegahan, prognosis, etiologi.memberikan bukti-bukti yang mendukung.
Prosesmembanguninformasimerupakanprosesaktifmenggunakaninformasidanmengevaluasiha
silkesimpulanyangdibuatterhadappermasalahan yang dihadapi.Proses tersebut memerlukan
berbagaimacamketrampil

Kelebihan dan kekurangan critical appraisal


4.3.3 Kelebihan critical appraisal adalah:
 Merupakan metode yang sistematis utk menilai hasil, validitas, dan
kegunaan dari publikasi artikel ilmiah.
 Jalan untuk mengurangi jurang antara riset dengan praktis.
 Mendorong penilaian objektif tentang kegunaan sebuah informasi ilmiah.
 Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit dikuasai dan
dikembangkan.
4.3.4 Kekurangan critical appraisal adalah:
 Membutuhkan banyak waktu, terutama pada awal.
 Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah.
 Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil penelitian yang baik
pada bidang tertentu sangat terbatas.

4.3.5 Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 65


Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap kualitas
bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Penilaian kritis kualitas bukti dari
artikel riset meliputi :
1. Validity
Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah kesimpulan yang
ditarik benar (valid), tidak mengandung bias. Bias adalah kesalahan sistematis
(systematic error) yang menyebabkan kesimpulan hasil riset yang salah tentang akurasi tes
diagnosis, efektivitas intervensi, akurasi prognosis, maupun kerugian/ etiologi penyakit.
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari cara
peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian, cara mengukur variabel, dan
mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang disebut faktor perancu (confounding factor).
Untuk memperoleh hasi riset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakan
desain studi yang tepat.
2. Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu dinilai tidak
hanya validitas (kebenaran)nya tetapi juga apakah intervensi tersebut memberikan
informasi diagnostic ataupun terapetik yang substansial, yang cukup penting
(important), sehingga berguna untuk menegakkan diagnosis. Ukuran efek yang lazim
digunakan untuk menunjukkan manfaat terapi dalam mencegah risiko terjadinya hasil
buruk adalah absolute risk reduction (ARR), relative risk reduction (RRR), dan number
needed to treat (NNT). Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan manfaat
terapi dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya hasil baik adalah absolute
benefit increase (ABI), relative benefit increase (RBI), dan number needed to treat
(NNT). Setiap intervensi medis di samping berpotensi memberikan manfaat juga
kerugian (harm). Ukuran efek yang digunakan untuk menunjukkan meningkatnya risiko
terjadi kerugian oleh suatu intervensi medis adalah rasio risiko (RR), odds ratio
(OR), absolute risk increase (ARI), relative risk increase (RRI), dan number needed to
harm (NNH).
3. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan
pada pasien di tempat praktik klinis. ‗Bukti terbaik‘ dari sebuah setting riset belum tentu bisa
langsung diekstrapolasi (diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami
pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy) dan efektivitas
(effectiveness).
Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh
suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada
situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak sama
dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi menunjukkan efikasi jika efek
intervensi itu valid secara internal (internal validity), dengan kata lain intervensi itu
memberikan efektif ketika diterapkan pada populasi sasaran (target population). Agar

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 66


intervensi efektif ketika diterapkan pada populasi yang lebih luas, yang tidak hanya
meliputi populasi sasaran tetapi juga populasi eksternal (external population), maka
intervensi tersebut harus menunjukkan efektivitas. Efektivitas (effectiveness) adalah bukti
tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis
maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada dunia yang nyata ( “ the real
world”).
Efektivitas menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah intervensi ketika
diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang sesungguhnya, di mana banyak
terdapat ketidakteraturan (irregularity) dan ketidakpastian (uncertainty), meskipun pada
lingkungan yang sangat terkontrol alias terkendali intervensi itu mungkin efektif.
Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kesesuaian
antara karakteristik populasi pasien dalam riset dan pasien di tempat praktik,
kesesuaian antara variabel hasil yang diteliti dalam riset dan hasil yang diinginkan pada
pasien (perbaikan klinis), akseptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka
pendek maupun jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas (kelayakan),
perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi pasien, akseptabilitas sosial,
dan sebagainya.
Dokter bekerja di dunia nyata, bukan dunia maya atau dunia lain. Karena itu
keputusan untuk menggunakan/ tidak menggunakan intervensi perlu
mempertimbangkan faktor- faktor yang mempengaruhi efektivitas (effectiveness)
intervensi. Suatu riset yang menemukan efektivitas intervensi, dengan kata lain intervensi
yang efektif ketika diterapkan pada populasi umum (populasi eksternal), maka temuan
riset itu dikatakan memiliki validitas eksternal (external validity). Berdasarkan fakta
tersebut maka dalam praktik EBM, “bukti efektivitas” (“evidence of effectiveness”) lebih
bernilai daripada“ bukti efikasi” (“ evidence of efficacy”)

4.3.6 Yang dinilai pada critical apraisal


1. Deskripsi umum

 Desain

 Populasi target, terjangkau, sampel.

 Cara pemilihan sampel.

 Variabel bebas.

 Variabel tergantung.

2. Validitas interna, hubungan non-kasual

 Bias

 Chance

 Confounding

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 67


3. Validitas interna, hubungan kausal

 Hubungan waktu

 Asosiasi kuat

 Hubungan dosis

 Hasil konsisten

 Hubungan bersifat spesifik

 Koherensi

 Hasil biologically plausible.

4. Validitas eksterna

 Hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih.

 Hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau.

 Hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 68


MAKALAH 5

5.1.EVIDENCE BASED PRACTICE


5.1.2 Pengertian Evidence Based Practice
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.Oleh karena itu EBP merupakan jalan
untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat/bidan dapat
meningkatkan “quality of care” terhadap pasien.Selain itu implementasi EBP juga akan
menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya bagi
pasien,perawat/bidan tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakanpendekatan yang
dapatdigunakandalampraktikperawatankesehatan, yang berdasarkan evidence ataufakta.
Selamaini, khususnyadalamkeperawatan, seringkaliditemuipraktik-praktikatauintervensi yang
berdasarkan “biasanya juga begitu”.

5.1.2 Manfaat Evidence Based Practice


EBPmerupakansuatupendekatanpemecahanmasalahuntukpengambilankeputusandalamo
rganisasipelayanankesehatan yang terintegrasi di dalamnyaadalahilmupengetahuanatauteori
yang adadenganpengalaman dan bukti-buktinyata yang baik (pasien dan praktisi).
Penggunaan evidence base dalampraktekakanmenjadidasar scientific
dalampengambilankeputusanklinissehinggaintervensi yang
diberikandapatdipertanggungjawabkan.

Berikutmanfaat yang dapatdiperolehdaripemanfaatan Evidence Based antara lain:

1)    Keamananbaginakeskarenaintervensi yang dilakukanberdasarkanbuktiilmiah

2)    Meningkatkankompetensi (kognitif)

3)    Memenuhituntutan dan kewajibansebagi professional dalammemberikanasuhan yang


bermutu

4)    Memenuhikepuasanpelanggan yang mana


dalamasuhankebidananklienmengharapkanasuhan yang benar, seseuaidenganbukti dan
teorisertaperkembanganilmupengetahuan dan teknologi

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 69


5.2 Ethical Consideration of Research

Ethical Consideration of Research ataudikenaldenganEtika dalamPenelitian. Etika


DalamPenelitianKebidananMenurut Kode
EtikBidanInternasionaladalahbahwabidanseharusnyameningkatkanpengetahuannyamelaluiber
bagaiprofesisepertidaripelayanankebidanan dan daririsetkebidanan. Riset dan
diseminasinyamenjaditanggungjawabbidan.
Tuntutanmasyarakatterhadapmutupelayanankebidananmakintinggi,
karenasemakinmajujaman, dan kitamemasuki era globalisasi,
dimanaaksesinformasibagimasyarakat juga semakinmeningkat.

5.2.1 TujuanPenelitian
Dalampenelitiankebidanan,
penelitianharusmemilikitujuansebagaietikadalammelakukanpenelitian, sepertiberikut;
1. Memajukanilmupengetahuandalamkaitanuntukmeningkatkanpelayanan
2. Kemajuandalambidangilmupenelitianitusendiri

5.2.2 PrinsipPenelitian
MenurutHelsinskiprinsipdasarpenelitian yang
mengambilobjekmanusiaharusmemenuhiketentuan:
1. Bermanfaatbagimanusia
2. Harus sesuaidenganprinsipilmiah dan harusdidasarkanpengetahuan yang
cukupdaridukungankepustaanilmiah. 72
3. Tidakmembahayakanobjek (manusia) penelitianitu (diataskepentingan yang lain)
4. Tidakmerugikanataumenjadikanbebanbaikwaktu, materimaupunsecaraemosi dan
psikologis.
5. Harus selaludibandingkanrasiountung-rugi-resiko. Makadariitupenelitiantidakada factor
eksploitasi, ataumerugikannamabaikobjekpenelitian.

5.2.3 SyaratPenelitianKebidanan
1. Sukarela/Voluntary

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 70


Penelitianharusbersifatsukarela/voluntary,
tidakadaunsurpaksaanatautekanansecaralangsungmaupuntidklangsungatauadanya unsure
tidakmenyenangkanatauadanaketergantungan.

2. Informed Consent
PenelitianSetiapprofesiperlumengaturanggotanya, bahwadalammengadakanpenelitian,
penelitiwajibmenjelaskansejelas-
jelasnyakepadaobjekpenelitian.Selainitupenelitiperludiyakinkanbahwainformasi yang
diberikansudahadekuat, juga perluadanyapemahaman yang adekuatdariobjekpenelitian.

3. Kerahasiaan
Dalampenelitiantidakbolehmembukaidentitasobjekpenelitianbaikindividumaupuninstitu
si. Semuainformasi yang telahdikumpulkandijaminkerahasiaannya oleh peneliti,
hanyakelompok data tertentu yang akandilaporkan pada hasilriset.

4. Privacy
Penelitianseharusnyatidakmenggangukeleluasaandiriataupribadidalamhal rasa hormat
dan hargadiri, aspek social budaya dan tidakmengganguketenanganhidup dan
keleluasaandiriataugerak, halini juga berkaitandengankerahasiaan dan masalahpribadi.

5. Kelompok Rawan
Kelompokrawanmeliputiwanitahamil, bayi, anakbalita, usialanjut, orang sakitberat,
orang sakit mental, orang cacat yang tidakkompetendalammengambilkeputusan, termasuk
juga kelompokminoritasdalamsuatumasyarakat.

6. Anonimity (Tanpa Nama)


Dalametikapenelitiankebidananadanyapemberianjaminandalampenggunaansubjekpenel
itiandengancaratidakmemberikanataumencantumkannamareponden pada lembarpenelitian
dan hasil dan hanyamenuliskankode (mis. Ny.x) pada lembarpengumpulan data
atauhasilpenelitian yang akandisajikan.

7. MelindungiPeneliti
Dalametikapenelitiankebidananadanyasyaratkerahasiaanmakadikarenakanhaltersebutm
akapenelitiakandilindungidarigugatan yang muncul.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 71


8. MenghormatiMartabat
Dalametikapenelitian, makahasildaripenelitian yang
dilakukanharusmenjunjungtinggimartabatseseorang (subjek/respondenpenelitian).

9. AsasKemanfaatan
Penelitian yang dilakukanharusmempertimbangkanmanfaat dan resiko yang
mungkinakanterjadi.

10. Berkeadilan
Dalammelakukanpenelitian, perlakuannyasamadalamartiansetiap orang
diberlakukansamaberdasarkan moral, martabat, dan hakasasimanusia. Hak dan
kewajibanpenelitimaupunsubjek juga harusseimbang.

5.2.4 Tanggung Jawab dan TugasKomisi Etika Penelitian Kesehatan


Komisietikmempunyaitugas:
1. Melakukan review dari protocol penelitian yang
akandibahasdenganbenarsesuaiketentuan-ketentuan yang telahditetapkan
2. Membahashasil review
3. Menelitiisi informed consent (persetujuanbagisumbjek/ reposndenpenelitian)
besertanaskahpenjelasanuntukmendapatkanpersetujuandarisubjekpenelitian
4. Memberikan ethical clearance untuksemuapenelitian yang memerlukannya
5. Mengevaluasipelaksanaanpenelitian yang terkaitdenganetik
6. MenghadirirapatrutinKomisietiksetiapbulannya dan pada waktu-waktutertentu yang
dianggapperlu.

5.3 Dissemination stategis


Dissemination stategisatauStrategi diseminasiadalahsuatustrategi
kegiatandenganpenyebaraninformasi yang ditujukankepadakelompok target atauindividu agar
merekamemperolehinformasi, timbulkesadaran, menerima, mengubahperilakusasaran, dan
akhirnyamerekamampumemanfaatkaninformasitersebut.

Definisi Diseminasi hasil penelitian adalah salah
satubentukkegiatanpertanggungjawabanakademik yang dilakukan oleh

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 72


setiap peneliti untukkegiatan penelitian yang
telahdilakukan. Diseminasi hasil penelitian bertujuanuntukmenunjukkanhasil penelitian yang
telahdilakukanterhadap stakeholder dan masyarakatluas.

5.3.1 Tugas Bidang Diseminasi

Bidang diseminasi dalam dunia kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta


melaksanakan kebijakan di bidang diseminasi/penyebarluasan informasi kesehatan.Bidang
diseminasi informasi sendiri membawahi beberapa seksi yaitu sebagai berikut.
a. Seksi Layanan Informasi Kesehatan Publik; mempunyaitugas :

1. Menyiapkan bahan pelayanan informasi kesehatan publik;


2. Menyiapkan bahan pelaksanaan identifikasi,pemantauan dan melayani kebutuhan
masyarakat terhadap informasi kesehatan;
3. Menyiapkan bahan pelaksanaan koordinasi kelembagaan layanan kesehatan publik;

b. Seksi Media Interaktif; mempunyaitugas :

1. Menyiapkan bahan pelaksanaan dan konsep kegiatan penyebarluasan informasi


secara langsung (interpersonal communication);
2. Menyiapkan bahan dalam rangka sosialisasi kesehatan;
3. Menyusun bahan fasilitasi kesehatan untuk publik;

c. Seksi Media Informasimempunyaitugas :

1. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyebarluasan informasi tentang kesehatan


melalui media elektronik,cetak,dan luar ruang;
2. Menyiapkan bahan penyertaan pameran/promosi kesehatan;
3. Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait guna mendapatkan
bahan sajian pelayanan informasi.

5.3.2 Langkah Strategi dalam Proses Diseminasi

Dalamkonteks strategi proses diseminasikepadamasyarakat,


prinsipkomunikasitetapharusmenciptakankepentinganbersama (common interest),

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 73


yaknibagaimanakepentinganpemerintah dan masyarakat ‘bertemu’. Untukitu,
adabeberapalangkah yang harusdiperhatikandalam proses diseminasi.

1. Menentukan dan memahamitujuan.


2. Mengidentifikasipesan inti ataukunci (key messages) yang akandikomunikasikan.
3. Mehamami target audience: siapasaja yang terlibat, siapa yang dipengaruhi, siapa yang
tertarik? Informasiapa yang merekabutuhkan? Bagaimanareaksimereka?
Apakonsernatauminatmereka?
4. Menentukan media yang paling efektif.
5. Memotivasiaudiensuntukmemberitanggapanataumasukan. 
6. Frekuensipenyampaianpesan. 
7. Memperhitungkandampak, baiknegatifatupunpositif. 
8. Ukuransuksessebuah program
diseminasitidakcukupdenganpesanbisaberhasildisampaikan. Hal lain yang
perludilakukanadalahevaluasi, sejauh mana karakteraudiens agar
mampumemahamidenganbaikpesankunci. Selainitu, program
diseminasiperluadanyaanalisaapakahsemua strategi
dalampenyampaininformasisesuaidenganpersoalan yang dihadapi.

5.4 Midwifery knowledge

Midwifery knowledge atau Ilmu Kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang
kehamilan,persalinan,dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan
normal.Evidence Based Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan
bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuanselama masa sebelum hamil,masa
kehamilan,persalinan,pascapersalinan,masa nifas,bayi baru lahir,bayi,balita,dan anak
prasekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan
tugas dan wewenangnya (Kepmenkes No.320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan ).
5.4.1 Pelaksanaan Etika PelayananPraktikKebidanan
1. Aborsi
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 15,
dinyatakanbahwadalamupayapenyelamatkan Ibu dan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 74


ataujaninnyadapatdilakukandengantindakantertentu. Namun,
tindakantertentuinibelumdijelaskanlebih detail, sepertiapa dan
kriteriatertentudalampelaksanaan Tindakan medis yang dimaksud (UU Kesehatan, 1992)

BerdasarkanUndang-undangtersebutbidan yang
membukapelayananpraktikkebidanandilaranguntukmelakukan Tindakan aborsi,
karnabarangsiapa yang melakukan Tindakan tersebutakandikenakansanksi.

 Pasal 349 KUHP:


“Jika seorangdokter,
bidanataujuruobatmembantumelakukankejahatanberdasarkanpasal 346,
ataupunmelakukanataumembantumelakukan salah satukejahatan yang
diterangkandalampasal 347 dan 348, makapidana yang
ditentukandalampasalitudapatditambahdengansepertiga dan
dapatdicabuthakuntukmenjalankanpencariandalam mana kejahatandilakukan.”

 Pasal 348 KUHP:

(1) Barangsiapadengansengajamenggugurkanataumematikankandunganseorangwanit
adenganpersetujuannya, diancamdenganpidanapenjara paling lama lima tahunenambulan.

(2) Jika perbuatanitumengakibatkanmatinyawanitatersebut,
diancamdenganpidanapenjara paling lama tujuhtahun.

Karena sudahadaketentuan yang mengaturlebihkhususyaitu UU Kesehatan, maka yang


berlakuadalahketentuanpidanadalam UU Kesehatan bagisibidan.
IniberartisibidandapatdihukumkarenamelanggarPasal 75 UU Kesehatan
denganancamanahukumansebagaimanaterdapatdalamPasal 194 UU Kesehatan yang
telahdisebutkan di atas.

2. Kontrasepsi
Menurutetikakedokteran, pelaksanaankrontrasepsidapatdilaksanakan,
walaupunpenggunaan AKDR dan kontapmenimbulkanberbagaipertentangan. Belakanganini
AKDR terutama yang mengandung copper berfungsisebagaikontrasepsi,
bukanhanyasekedarmencegahnidasitapi juga melakukan Tindakan
kejahatanyaitudapatmembunuhjanin yang beradadalamkandungan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 75


Dari segihukum, kontapdapatsianggapmelanggaar KUHP pasal 354 yang
melanggarusahapencegahankehamilan dan melanggar pula pasal 351
karenamerupakanusahamutilasialattubuh. Namun, karena KB telahmenjadi program
pemerintah, makaterhadaphalinidibutapengecualian.
MAKALAH 6

Evidance based clinical delcision making and scope practice,the


application of knowledge to midwifery practice,evidence for
hospital based care.

I. DEFINISI DAN LANGKAH-LANGKAH


A. Evidance based clinical delcision making and scope practice

adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk melakukan evaluasi, menemukan,
menelaah/ me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinik.
Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan
medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan
kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara kemampuan
dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Dengan demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan
klinik yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan
dengan masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis,
review sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).
Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan:

1. Bahwa informasi yang selalu diperbarui (update) mengenai diagnosis, prognosis,


terapi dan pencegahan, promotif, rehabilitatif sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-
hari. Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapi selalu disempurnakan dari waktu
ke waktu.
2. Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam textbook)
tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak adekuat pada saat ini; beberapa justru sering
keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan oleh
duta-duta farmasi/detailer), tidak efektif (misalnya continuing medical education yang
bersifat didaktik), atau bisa saja terlalu banyak, sehingga justru sering
membingungkan (misalnya majalah (journal-journal) biomedik/ kedokteran yang saat
ini berjumlah lebih dari 25.000 jenis).
3. Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang, maka kemampuan/ketrampilan
untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi (clinical judgement) juga
meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya
informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan
pengalaman, yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun
secara bermakna (signifikan).

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 76


4. Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan
semakin banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-update ilmu
(misalnya membaca journal-journal kedokteran) sangat kurang.

LANGKAH LANGKAH EVIDENCE BASED MEDICINE


Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya jika timbul
keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah
dalam EBM adalah:

1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang


diderita oleh pasien.
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan
keputusan.
5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.

Langkah I. Memformulasikan pertanyaan ilmiah


Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan
ilmiah yang menyangkut beberapa hal, seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling
tepat, faktor- faktor resiko, prognosis, hingga upaya apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dijumpai pada pasien.
Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk mensintesis dan menelaah beberapa
permasalahan yang ada. Sebagai contoh, dalam skenario 1 disajikan suatu kasus dan bentuk
kajiannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM selain dapat berkaitan dengan diagnosis,
prognosis, terapi, dapat juga berkaitan dengan resiko efek iatrogenik, kualitas pelayanan
(quality of care), hingga ke ekonomi kesehatan (health economics). Idealnya setiap issue
yang muncul hendaknya bersifat spesifik, berkaitan dengan kondisi pasien saat masuk,
bentuk intervensi terapi yang mungkin, dan luaran (outcome) klinik yang dapat diharapkan.
Langkah II. Penelusuran informasi ilmiah untuk mencari “evidence”
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan mencoba
menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk
ini diperlukan keterampilan penelusuran informasi ilmiah (searching skill) serta kemudahan
akses ke sumber-sumber informasi. Penelusuran kepustakaan dapat dilakukan secara manual
di perpustakaan- perpustakaan Fakultas Kedokteran atau rumahsakit-rumahsakit pendidikan
dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
jurnal-jurnal.
Pada saat ini terdapat lebih dari 25.000 jurnal biomedik di seluruh dunia yang dapat di-akses
secara manual melalui bentuk cetakan (reprint). Dengan berkembangnya teknologi informasi,
maka penelusuran kepustakaan dapat dilakukan melalui internet dari perpustakaan, kantor-
kantor, warnet-warnet (warung internet), bahkan di rumah, dengan syarat memiliki komputer
dan seperangkat modem, serta saluran telepon untuk mengakses internet.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 77


Langkah III. Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian
(appraisal) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari penelaahan kritis ini adalah
untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara klinis untuk
membantu proses pengambilan keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya
tidak semua studi yang dipublikasikan melalui majalah (jurnal-jurnal) internasional
memenuhi kriteria metodologi yang valid dan reliabel.
Untuk mampu melakukan penilaian secara ilmiah, seorang klinisi atau praktisi harus
memahami metode yang disebut dengan “critical appraisal” atau “penilaian kritis” yang
dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris. Critical appraisal ini
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menjaring apakah artikel-artikel yang
kita peroleh memenuhi kriteria sebagai artikel yang dapat digunakan untuk acuan.
Langkah IV. Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi dapat langsung
menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-diskusi untuk menyusun
suatu pedoman terapi. Berdasarkan informasi yang ada, maka dapat saja pada Skenario 1
diputuskan untuk segera memulai terapi dengan warfarin. Ini tentu saja didasarkan pada
pertimbangan resiko dan manfaat (risk-benefit assessment) yang diperoleh melalui
penelusuran bukti-bukti ilmiah yang ada.
Dalam Tabel Levels of evidence dipresentasikan derajat evidence, yaitu kategorisasi untuk
menempatkan evidence berdasarkan kekuatannya.
Evidence level 1a, misalnya, merupakan evidence yang diperoleh dari meta-analisis terhadap
berbagai uji klinik acak dengan kontrol (randomized controlled trials). Evidence level 1a ini
dianggap sebagai bukti ilmiah dengan derajat paling tinggi yang layak untuk dipercaya.
Langkah V. Follow-up dan evaluasi
Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence yang digunakan
untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara optimal bagi pasien, dan memberikan
resiko yang minimal. Termasuk dalam tahap ini adalah mengidentifikasi evidence yang lebih
baru yang mungkin bisa berbeda dengan apa yang telah diputuskan sebelumnya. Tahap ini
juga untuk menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan betul-betul memberi manfaat
yang lebih besar dari resikonya (“do more good than harm”). Rekomendasi mengenai
keputusan terapi yang paling baik dibuat berdasarkan pengalaman klinik dari kelompok ahli
yang menyusun pedoman pengobatan.

B. The Application of knowledge to midwifery practice


Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga, komunitasnya, didasari etika dan kode etik
bidan.
Standar Praktek Kebidanan dikembangkan dari Filosofi dan kode etik bidan yang
membentuk kerangka fikir dan kerangka kerja bidan dalam melakukan kegiatan
profesionalnya berdasarkan bukti ilmiah.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 78


C. Jenis evidence

D. Evidance for hospital based care


Secara umum, penerapan evidence based practice dalam asuhan kebidanan ini berupa
penerapan pada pengunaan obat dan vaksin, penggunaan alat-alat diagnostik, prosedur
tindakan, dan sistem (sistem penatalaksanaan, sistem operasi pendukung layanan, program
berkelanjutan, dll).
Pada asuhan kehamilan, penerapan evidence based practice dapat berupa:
1. Obat dan vaksin: anti anemia, vaksin TT, analgetik dan antibiotic, emolien topical.
2. Alat: Test Pack, Dopler, CTG, USG.
3. Prosedure : screening dan deteksi dini pada ANC (KSPR, Kartu Soedarto), massage
perineum.
4. Sistem : metode one-way text-messaging program, Mobile Obstetrik Monitoring,
kelas ANC, SIMPUS KIA.
Pada asuhan persalinan, penerapan evidence based practice dapat berupa:
1. Obat : uterotonika, terapi inhalasi, analgetik menggunakan LEA (Lumbal Epidural
Anastesi).
2. Alat : management nyeri dengan sit bath, cold pack, hot pack; Electronic Fetal
Monitoring.
3. Prosedure : gentle birth, acupressure, hypnotherapy, estimasi jumlah perdarahan pasca
persalinan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 79


4. Sistem : pencegahan dan penatalaksanaan infeksi persalinan.
Pada asuhan nifas, penerapan evidence based practice dapat berupa:
1. Obat : tablet Fe, vitamin A, analgetik dan antibiotic.
2. Alat : scort menyusui, breast pump, cold pack untuk perineum.
3. Prosedure : totok payudara, metode penyimpanan ASI perah.
4. Sistem : kunjungan nifas.
Pada asuhan bayi baru lahir, bayi, balita dan anak pra sekolah, penerapan evidence based
practice dapat berupa:
1. Obat dan vaksin : imunisasi dasar dan lajutan, vitamin K.
2. Alat : inkubator, foto terapi, resuscitator untuk bayi.
3. Prosedure : metode kanguru, sirkumsisi, neonatal screening, muscle pumping, baby
massage.
4. Sistem : kelas ibu balita, kunjungan neonatal.
Pada asuhan kesehatan reproduksi, Keluarga Berencana, dan perimenopause,
penerapan evidence based practice dapat berupa:
1. Obat dan vaksin : Hormone Replacement Therapy for anti aging, vaksin HPV, vaksin
hepatitis dewasa.
2. Alat : mammography, USG trans vaginal.
3. Prosedure : screening keganasan pada cerviks (IVA test, Pap’s Mear), skrining
pranikah dan pra hamil.
4. Sistem : klinik Kespro dan infeksi menular seksual (PKBI), pendidikan kesehatan
teman sebaya (kader remaja), Posyandu remaja, Posyandu Lansia.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 80


Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 81
Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 82
7.1 HASIL PENELITIAN TERBAIK

7.1.1 Pengertian Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah proses pengaturan dan pengelompokan secara baik tentang
informasi suatu kegiatan berdasarkan fakta melalui usaha pikiran peneliti dalam mengolah
dan menganalisis objek atau topik penelitian secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu permasalahan atau menguji suatu hipotesis sehingga terbentuk prinsip-
prinsip umum atau teori.

Bagian hasil dalam suatu karya ilmiah bukan untuk menafsirkan hasil penelitian,
karena penafsiran tersebut termasuk dalam bagian diskusi atau pembahasan. Pada bagian
hasil Anda harus bertujuan untuk menceritakan temuan Anda tanpa mencoba menafsirkan
atau mengevaluasinya, selain untuk memberikan tautan ke bagian diskusi.

Sangat mudah untuk memasukkan terlalu banyak informasi ke bagian hasil dan
mengaburkan temuan Anda. Temuan penelitian itu sendiri meliputi:

1. Data yang disajikan dalam tabel, grafik, grafik, dan gambar lain (dapat ditempatkan di
antara teks penelitian atau di halaman terpisah)
2. Analisis kontekstual dari data tersebut yang dijelaskan artinya dalam bentuk kalimat
3. Laporkan pengumpulan data, rekrutmen, dan / atau partisipan
4. Data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian utama
5. Temuan sekunder (hasil sekunder, analisis sub kelompok, dan lain-lain.)

Jika ruang lingkup penelitian luas atau memiliki banyak variabel, atau jika metodologi
yang digunakan menghasilkan berbagai hasil yang berbeda, penulis harus menyatakan hanya
hasil yang paling relevan dengan pertanyaan penelitian yang dinyatakan di bagian
pendahuluan.

Sebagai aturan umum, setiap informasi yang tidak menyajikan temuan atau hasil
langsung dari penelitian ini tidak perlu dituliskan di bagian ini. Kecuali penulis diminta oleh
penerbit jurnal atau pembimbing untuk memasukkan Hasil dan Diskusi secara bersama,
penjelasan dan interpretasi dari hasil ini harus dihilangkan dari Hasil.

Jadi yang perlu kita ingat bahwa ketika Hasil dan Diskusi/Pembahasan disajikan
secara terpisah, maka: Hasil = Penyajian Data (Eksperimen menunjukkan bahwa ), sedangkan
Diskusi = Interpretasi Data (Eksperimen menyarankan bahwa)

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 83


A. Pengertian Hasil Penelitian Menurut Para Ahli

Adapun definisi hasil penelitian menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut;

1. USC Libraries

Bagian hasil adalah tempat Anda melaporkan temuan studi Anda berdasarkan
metodologi yang Anda terapkan untuk mengumpulkan informasi. Bagian hasil harus
menyatakan temuan penelitian yang disusun dalam urutan logis tanpa bias atau interpretasi.
Bagian yang menjelaskan hasil sangat diperlukan jika makalah Anda menyertakan data yang
dihasilkan dari penelitian Anda sendiri.

2. Wordvice

Bagian hasil dari makalah penelitian ilmiah mewakili temuan inti dari studi yang
berasal dari metode yang diterapkan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Ini
menyajikan temuan dalam urutan logis tanpa bias atau interpretasi dari penulis, menyiapkan
pembaca untuk interpretasi dan evaluasi di bagian diskusi.

Tujuan utama dari bagian hasil adalah untuk memecah data menjadi kalimat yang
menunjukkan signifikansinya terhadap pertanyaan penelitian.

7.1.2 Jenis-Jenis Hasil Penelitian

Untuk sebagian besar makalah penelitian dalam ilmu sosial dan behavioral, ada dua
cara yang memungkinkan untuk mengatur bagian hasil. Kedua pendekatan tersebut sesuai
dalam cara Anda melaporkan temuan Anda, tetapi pilihlah salah satu format untuk
digunakan.

1. Sajikan sinopsis hasil yang diikuti dengan penjelasan tentang temuan-temuan

Pendekatan ini dapat digunakan untuk menyoroti temuan penting. Misalnya, Anda
mungkin telah memperhatikan korelasi yang tidak biasa antara dua variabel selama analisis
temuan Anda. Sangat tepat untuk menunjukkan ini di bagian hasil.

Namun, berspekulasi mengapa korelasi ini ada, dan menawarkan hipotesis tentang apa
yang mungkin terjadi, termasuk di bagian diskusi makalah Anda.

2. Presentasikan hasil dan kemudian jelaskan, sebelum mempresentasikan hasil


berikutnya kemudian jelaskan, dan seterusnya, lalu akhiri dengan sinopsis
keseluruhan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 84


Ini adalah pendekatan yang sesuai jika Anda memiliki beberapa hasil dengan
signifikansi yang sama. Ini lebih umum dalam makalah yang lebih panjang karena membantu
pembaca untuk lebih memahami setiap temuan. Dalam model ini, akan sangat membantu
untuk memberikan kesimpulan singkat yang mengikat setiap temuan bersama-sama dan
menyediakan jembatan naratif untuk bagian diskusi dari makalah Anda.

7.1.3 Ciri Hasil Penelitian

Secara umum, konten bagian hasil penelitian harus mencakup beberapa hal berikut:

1. Konteks pengantar untuk memahami hasil dengan menyatakan kembali masalah


penelitian yang mendasari studi Anda. Ini berguna untuk mengarahkan kembali fokus
pembaca ke penelitian setelah membaca ulasan literatur dan penjelasan Anda tentang
metode pengumpulan dan analisis data.
2. Dimasukkannya unsur-unsur non-tekstual, seperti, gambar, bagan, foto, peta, tabel,
dan lain-lain untuk mengilustrasikan temuan-temuan utama (jika perlu). Daripada
mengandalkan sepenuhnya pada teks deskriptif, pertimbangkan bagaimana temuan
Anda dapat disajikan secara visual.
Ini adalah cara yang bermanfaat untuk mengkondensasi banyak data ke satu tempat
yang kemudian dapat dirujuk dalam teks. Pertimbangkan untuk merujuk pada
lampiran jika ada banyak elemen non-tekstual.
3. Deskripsi sistematis hasil penelitian Anda, menyoroti pengamatan pembaca yang
paling relevan dengan topik yang sedang diselidiki. Tidak semua hasil yang muncul
dari metodologi yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait untuk
pertanyaan menjawab “So What?”.
Jangan mengacaukan pengamatan dengan interpretasi; pengamatan dalam konteks ini
mengacu untuk menyoroti temuan penting yang Anda temukan melalui proses
peninjauan literatur sebelumnya dan melalui pengumpulan data.
4. Panjang halaman bagian hasil tergantung pada jumlah dan tipe data yang akan
dilaporkan. Namun, fokuslah pada temuan yang penting dan yang berkaitan untuk
mengatasi masalah penelitian. Tidak jarang memiliki hasil yang tidak terduga yang
tidak relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Ini bukan untuk mengatakan bahwa Anda tidak mengakui temuan tangensial dan,
pada kenyataannya, dapat disebut sebagai area untuk penelitian lebih lanjut dalam

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 85


kesimpulan makalah Anda. Namun, menghabiskan waktu di bagian hasil
menggambarkan temuan tangensial mengacaukan bagian hasil keseluruhan Anda.
5. Paragraf pendek yang menyimpulkan bagian hasil dengan mensintesiskan temuan-
temuan utama dari penelitian ini. Sorot temuan paling penting yang Anda ingin
pembaca ingat ketika mereka beralih ke bagian diskusi.
Ini sangat penting jika, misalnya, ada banyak hasil yang harus dilaporkan, temuannya
rumit atau tidak diantisipasi, atau mereka berdampak atau dapat ditindaklanjuti dalam
beberapa cara (yaitu, dapat ditindaklanjuti dengan cara yang layak diterapkan pada
praktik).

7.1.4 Cara Menuliskan Hasil Penelitian

Setiap studi adalah unik, tidak ada pendekatan satu ukuran untuk semua ketika
merancang strategi untuk menyusun dan menulis bagian dari makalah penelitian di mana
temuan disajikan. Isi dan tata letak bagian ini ditentukan oleh bidang penelitian tertentu,
rencangan penelitian dan metodologi, dan pedoman jurnal target dan editornya.

Namun, langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk menyusun hasil dari sebagian
besar studi penelitian ilmiah, yaitu sebagai berikut:

1. Sesuaikan dengan pedoman atau instruksi yang disediakan oleh jurnal atau penerbit
yang Anda tuju dan bacalah makalah penelitian yang telah diterbitkannya, terutama
yang memiliki topik, metode, atau hasil yang serupa dengan penelitian Anda

Pedoman umumnya akan menjabarkan persyaratan khusus untuk bagian hasil atau
temuan, dan artikel yang diterbitkan akan memberikan contoh yang baik dari pendekatan
yang sesuai. Perhatikan batasan panjang pada pembatasan konten.

Misalnya, sementara banyak jurnal mengharuskan bagian Hasil dan Diskusi terpisah,
yang lain tidak — makalah penelitian kualitatif sering menyertakan hasil dan interpretasi
dalam bagian yang sama (“Hasil dan Diskusi”). Membaca tujuan dan ruang lingkup di bagian
“panduan untuk penulis” dan memahami minat pembaca akan sangat berharga dalam
mempersiapkan untuk menulis bagian Hasil.

2. Pertimbangkan hasil penelitian Anda sehubungan dengan persyaratan jurnal dan


katalogkan hasil Anda

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 86


Berfokuslah pada hasil-hasil eksperimen dan temuan-temuan lain yang secara khusus
relevan dengan pertanyaan-pertanyaan dan sasaran-sasaran penelitian Anda dan sertakan
hasil dan temuan bahkan jika itu tidak terduga atau tidak mendukung gagasan dan hipotesis
Anda.

Buat katalog temuan Anda-gunakan sub bagian untuk mengklarifikasi laporan Anda.
Ini akan membantu Anda menghindari detail yang berlebihan dan periferal saat Anda menulis
dan juga membantu pembaca Anda memahami dan mengingat temuan Anda. Putuskan
bagaimana Anda akan menyusun hasil Anda. Anda mungkin mencocokkan urutan pertanyaan
penelitian dan hipotesis dengan hasil Anda, atau Anda bisa mengaturnya sesuai dengan
urutan yang disajikan pada bagian Metode.

Tatanan kronologis atau bahkan hierarki kepentingan atau pengelompokan bermakna


tema atau kategori utama mungkin terbukti efektif. Pertimbangkan audiens Anda, bukti, dan
yang paling penting, tujuan penelitian Anda ketika memilih struktur untuk mempresentasikan
temuan Anda.

3. Rancang gambar dan tabel untuk menyajikan dan mengilustrasikan data Anda

Tabel dan gambar harus diberi nomor sesuai urutan yang disebutkan dalam teks utama
makalah penelitian. Informasi dalam angka harus relatif jelas (dengan bantuan keterangan),
dan desainnya harus mencakup semua definisi dan informasi lain yang diperlukan bagi
pembaca untuk memahami temuan tanpa membaca semua teks.

Gunakan tabel dan gambar sebagai titik fokus untuk menceritakan kisah yang jelas
dan informatif tentang penelitian Anda dan menghindari pengulangan informasi. Tetapi ingat
bahwa ketika angka mengklarifikasi teks, itu tidak dapat digantikan.

4. Buat konsep bagian Hasil Anda menggunakan temuan dan angka yang telah Anda
susun

Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan informasi yang kompleks ini sejelas dan
setepat mungkin; frasa dan kalimat yang tepat dan kompak adalah yang paling efektif.

Di paragraf pembuka bagian ini, nyatakan kembali pertanyaan penelitian Anda atau
bertujuan untuk memusatkan perhatian pembaca pada apa yang coba ditunjukkan oleh hasil.
Merupakan ide yang bagus untuk merangkum temuan-temuan utama pada akhir bagian ini
untuk menciptakan transisi logis ke interpretasi dan diskusi selanjutnya.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 87


Cobalah untuk menulis dalam bentuk lampau dan kalimat aktif untuk menyampaikan
temuan karena penelitian telah dilakukan dan subjek biasanya jelas. Ini akan memastikan
bahwa penjelasan Anda juga jelas dan logis. Pastikan bahwa terminologi atau singkatan
khusus yang Anda gunakan di sini telah didefinisikan dan diklarifikasi di bagian
Pendahuluan.

7.2 IMPLIKASI DAN PENTINGNYA EBP DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

7.2.1 Implikasi Pada Praktek Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktek kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia. Semua
tindakan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas- batas wewenang profesi yang
bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara professional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sisitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.

Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus - menerus ditingkatkan mutunya melalui
hubungan bidan antara lain :

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan


2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

7.2.2 Pentingnya EBP Dalam Praktek Kebidanan

Gambril (2000) mendefinisikan EBP sebagai suatu proses yang melibatkan


pembelajaran atas arahan diri sendiri yang mengharuskan pekerja profesional bisa mengakses
informasi sehingga memungkinkan kita bisa :

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 88


1) Menggunakan pengetahuan yang telah kita miliki dalam memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang bisa kita jawab;
2) Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan;
3) Menganalisis bukti-bukti terbaik itu untuk mendapatkan validitas penelitian maupun
kedayaterapannya pada pertanyaan-pertanyaan praktik yang kita ajukan;
4) Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam pembuatan keputusan dan
5) Mengevaluasi kualitas praktik pada klien.

Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada,
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout &
Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan
dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian yang telah
divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu
pada diri individu tertentu.

Adapun jenis penelitian yang harus dikuasai para praktisi dalam EBP adalah
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif didasari pada ide bahwa suatu
problem dapat diteliti dan menggunakan metodologi yang signifikan dimana masing-masing
variabel menunjukan saling keterkaitan satu sama lainnya (Glicken, 2005). Untuk mengontrol
variabel yang kompleks yang berhubungan dengan klien bisa jadi sangat sulit. Walaupun
penelitian kualitatif terbatas pada fakta yang mana variabel penting lainnya tidak dapat
dikontrol, penelitian ini di dasari pada keyakinan bahwa penemuan non empiris merupakan
cara dalam memahami kefektifan treatmen. Meskipun penelitian kualitatif tidak dapat
memperlihatkan hubungan sebab akibat sebagaimana penelitian kuantitatif, namun implikasi
dari hubungan dan kelemahan hubungan dari variabel tersebut dapat diketahui.

7.2.3 Ciri-ciri Evidence-Based Practice

Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan klinis berbasis


bukti memiliki lima ciri penting:

1) Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.


2) Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan
kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan mengenai
kualitas bukti-bukti yang ada.
3) Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi di suatu
organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang digunakan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 89


4) Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara mandiri
informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam konteks praktik masing-
masing.
5) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan
peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama.

7.2.4 Kelebihan Evidence-Based Practice

Kelebihan dari EBP dalam praktek profesional adalah:

1) Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-


banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan
membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan
masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005).
2) Dengan EBP memungkinkan praktisi (a) mengembangkan pedoman praktis yang
bermutu yang bisa diterapkan pada diri klien, (b) mengidentifikasi literatur yang
cocok yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama klien, (c) berkomunikasi dengan
para profesional lain dari kerangka acuan atas panduan pengetahuan dan (d)
meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan kemungkinan
pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).

Selain itu menurut Straus dan Sackett (1998) EBP cukup berhasil di latar psikiatris
dan medis umum dan bahwa para praktisi membaca penelitian itu secara akurat dan membuat
keputusan yang benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53% pasien mengakui
kalau dirinya mendapat penanganan primer yang telah dilaksanakan dengan randomized
controlled trials (RCT) atau percobaan terkendali secara acak dan hasilnya sangat efektif.

7.2.5 Keterbatasan Evidence-Based Practice

Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah:

1) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan sejumlah
bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan (Burns, 1999).
2) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak cukup untuk
melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada (mungkin sangat
banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak (Americal
Medical Assosiation atau disingkat AMA, 1992).

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 90


7.2.6 Perkembangan Keilmuan Midwifery yang Berhubungan dengan Evidence
Based Practice

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir
semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang
sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

1) Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

2) Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,


menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

3) Asuhan Pascakeguguran

Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap


terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

4) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian

5) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan
menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu
berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 91


Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan
aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Beberapa contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang


berhubungan dengan evidence based practice.

1) Gentle Birth

Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang bertujuan
untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat melahirkan. Konsep ini
melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan, serta self hypnosis yang rutin dilakukan
sjak awal masa kehamilan hingga menuju persalinan.

2) Water birth

Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses


melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah
suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air. Secara prinsip,
persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan
normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di
dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya
adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika
dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan
persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.

3) Lotus Birth

Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis
normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami
dalam 10-20 menit pasca persalinan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 92


7.2.7 Prinsip Asuhan Kebidanan yang Berdasarkan Evidence Based Practice

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program


kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:

1. Kunjungan ANC minimal 4 kali Kunjungan


- Trimester I

Waktu kunjungan : Sebelum empat (4) minggu.

Alasan perlu kunjungan:

2. Mendeteksi masalah yang dapat ditanagni sebelum membahayakan jiwa.


3. Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, dan kebiasaan tradisional yang
berbahaya.
4. Membangun hubungan saling percaya .
5. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan mengahdapi komplikasi
6. Mendorong perilaku sehat ( nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks, dll).

- Trimester II

Waktu kunjungan : 14-28 minggu

Alasan perlu kunjungan:

Sama sengan trimester I , ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertesi


kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, proteinuria ).

- Trimester III

Waktu kunjungan:

I. 28-36 minggu

II. 36 minggu.

Alasan perlu kunjungan:

1) Sama dengan trimester sebelumnya ditambah deteksi kehamilan ganda.


2) Sama dengan trimester sebelumnya, ditambah kelainan letak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di rumah sakit

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 93


2. Pemberian suplemen mikronutrien

Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg ( setara dengan zat besi 60 mg ) dan asam
folat 500 gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90
hari ( 3 bulan ). Ibu hamil harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama dengan teh/ kopi
agar tidak mengganggu penyerapannya.

Berdasarkan penelitian yang ada, suplemen mikronutrien berguna untuk mengurangi


angka kesakitan ( morbiditas ) dan kematian ( mortalitas ) ibu hamil secara langsung yakni
dengan mengobati penyakit pada kehamilan atau secara tidak langsung dengan menurunkan
risiko komplikasi saat kehamilan dan persalinan.

3. Imunisasi TT 0,5 cc

Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya untuk


pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

4. 10 T dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 Terlalu


Pada pemeriksaan kehamilan bidan wajib memeriksa dan memberikan 10 T (Depker
RI, 2009 ) yaitu:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Tablet Fe
3) Tekanan darah
4) Tetanus Toksoid ( suntik TT )
5) Tentukan status gizi ( mengukur LILA )
6) Tinggi Fundus Uteri
7) Tentukan presentasi Janin dan DJJ
8) Temu wicara
9) Tes PMS
10) Tes Laboratorium

Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau mengadakan
penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu, yaitu:
1) Terlalu muda
Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun
2) Terlalu sering hamil

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 94


Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.
3) Terlalu banyak anak
Ibu hamil dengan jumlah anak lebih dari 4 anak,
4) Terlalu tua hamil
Ibu hamil dengan usia saat kehamilan lebih dari 35 tahun. terlalu diatas dapat
mengakibatkan komplikasi pada kehamilan, seperti cacat pada janin, perdarahan, bahkan
sampai kematian ibu dan janin (Manuaba, 2010).
5) Perkiraan hemoglobin pada kehamilan
Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar hemoglobin. Kadar Hb
terendah terjadi sekitar pada umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan Hb
harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada sekitar 30
minggu. Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb
<11g%. Pada Trimester I dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II.
Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah difisiensi zat
besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi besi 60 mg/hari elemental besi dan
50µg asam folat untuk profilaksi anemia. Program Kemenkes RI memberikan 90 tablet bsi
selama 3 bulan.
Semua ibu hamil yang dapat suplementasi besi harus menghindari tembakau, teh dan kopi
serta dipastikan mereka mengonsumsi makanan kaya protein dan vitamin
6) Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran Tinggi Fundus UteriTinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi
rahim sesuai usia kehamilan. Biasanya pengukuran inidilakukan saat pemeriksaan abdomen
ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari pengukuranTFU dapat diketahui taksiran
usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU menggunakan jari pemeriksa
sebagai alat ukurnya, namun kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari yang
berbeda.TFU lebih baik diukur menggunakan metylen dengan satuan cm, ujung metylen
ditempelkan padasimfisis pubis sedangkan ujung lain ditempelkan di puncak rahim.
1. TFU untuk mengetahui tafsiran usia kehamilan (UK).
Jika Fundus belum melewati pusat : UK (minggu) = Hasil ukur + 4
Jika Fundus sudah melewati pusat : UK (minggu ) = hasil ukur + 6

2. TFU untuk taksiran Berat Badan Janin.


TBJ ( gram ) = (TFU – 12) X 155 gram

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 95


Terdapat variasi yang lebar antara operator yang melakukan pengukuran TFU dengan
cara tradisional ( jari tangan ).
Menggunakan pita ukur untuk mengukur jarak antara tepi atas simpisis pubis dengan
fundus uteri dalam centimeter adalah metoda yang dapat diandalkan untuk memperkirakan
TFU.
Jarak tersebut ( dalam cm ) sesuai dengan umur kehamilan ( dalam minggu ) setelah
umur kehamilan 24 minggu.
7) Hipotensi Pada Saat Berbaring Terlentang.
Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin. Setiap ibu hamil hendaknya
menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan lanjut. Hal ini disebabkan karena
apabila berbaring terlentang akan terjadi penekanan oleh uterus pada vena pelvis major dan
vena cava inferior yang akan mengurangu sirkulasi darah ke jantung bagian kanan dan akan
mengakibatkan pengaliran oksigen ke otak dan akan mengakibatkan pingsan.
Keadaan tersebut lebih terkenal dengan supine hypotensif syndrome yang dapat
mengakibatkan denyut jantung janin ( DJJ ) abnormal. Namun apabila posisi terlentang
dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal kecil dibawah sisi kiri punggung
bawah.
Secara ringkas penelitian menunjukan hasil:
1. Posisi terlentag mempengaruhi fisiologi ibu dan janin.
2. Setiap ibu hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan
lanjut.
3. Bila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal kecil
dibawah sisi kiri punggung bawah.

8) Pentingnya Deteksi Penyakit Bukan Penilaian/Pendekatan Risiko.


Pendekatan risiko yang mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan antenatal adalah
melakukan screening untuk memprediksi faktor-faktor resiko untuk memprediksi suatu
penyakit.
Dapat dikatakan bahwa wanita hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi
dan haruus mempunyai akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas. Bahkan wanita
yang digolongkan dalam risiko rendah bisa saja mengalami komplikasi. Jadi pendekatan
risiko bukan merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan angka
mortalitas ibu karena:

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 96


1. Faktor risiko tidak dapat memperkirakan komplikasi, biasanya bukan penyebab
langsung terjadinya komplikasi.
2. Apa yang akan anda lakukan bila megidentifikasi pasien beresiko tinggi dan apa yang
harus dilakukan pada pasien dengan risiko rendah?
3. Mortalitas ibu relatif rendah pada populasi yang beresiko ( semua wanita usia subur).
Faktir risiko secara relatif adalah umum pada populasi yang sama, faktir risiko
tersebut bukan merupakan indikator yang baik dimana para ibu mungkin akan
mengalami komplikasi.
4. Mayoritas ibu yang mengalami komplikasi dianggap berisiko rendah, sebagian besar
ibu yang dianggap berisiko rendah melahirkan bayinya tanpa komplikasi.
5. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus mempunyai akses
terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas , sehingga pendekatan risiko tidak
efektif.
6. Bahkan wanita berisiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
7. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang akan
membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak memerluka asuhan
tersebut.

Mengapa kita memerlukan Evidence based dalam pelayanan kebidanan


Pada tahun 1864 dia tahun adalah 1846, dan seorang dokter Hungaria bernama Ignaz
Semmelweis, asisten profesor di Johns Hopkins School of Public Health pada periode ini
digambarkan sebagai “awal zaman keemasan ilmuwan dokter,” ketika dokter diharapkan
untuk memiliki pelatihan ilmiah. Jadi dokter seperti Semmelweis tidak lagi memikirkan
penyakit sebagai ketidakseimbangan yang disebabkan oleh cuaca yang buruk atau rohroh
jahat. Mereka melihat lebih dalam dari sisi anatomi. Otopsi menjadi lebih umum, dan dokter
mulai tertarik dalam jumlah dan pengumpulan data.
Dr. Semmelweis ketika dia muncul untuk pekerjaan barunya di klinik bersalin di
Rumah Sakit Umum di Wina, ia mulai mengumpulkan beberapa data sendiri. Semmelweis
ingin mencari tahu mengapa begitu banyak wanita di bangsal bersalin menderita demam
nifas. Ia mempelajari dua bangsal bersalin di rumah sakit. Satu dikelola oleh semua dokter
laki-laki dan mahasiswa kedokteran, dan lainnya dikelola oleh bidan perempuan. Dan ia
menghitung jumlah kematian di kedua tempat tersebut. Ketika Semmelweis menemukan
bahwa perempuan di klinik yang dikelola oleh dokter dan mahasiswa kedokteran meninggal

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 97


pada tingkat hampir lima kali lebih tinggi daripada wanita di klinik bidan. Dia mulai bertanya
kenapa.
Semmelweis beropini, di klinik bidan, perempuan melahirkan dengan sisi lateral
tubuh. Di klinik dokter, wanita melahirkan dengan posisi terbaring. Hasilnya, Ia mengatakan,
adalah “tidak berpengaruh.” Kemudian Semmelweis memperhatikan bahwa setiap kali
seseorang di bangsal meninggal karena demam nifas, seseorang akan berjalan perlahan-lahan
melalui klinik dokter, melewati tempat tidur perempuan dengan petugas dering bel. Kali ini
Semmelweis berteori bahwa imam dan bel berdering sehingga para wanita ketakutan setelah
melahirkan dan berpikir meraka juga akan demam, sakit dan meninggal. Ia mengatakan, Hal
ini tidak berpengaruh.”
Akhirnya, Semmelweis frustrasi. Dia mengambil cuti dari tugas rumah sakit dan
melakukan perjalanan ke Venesia. Dia berharap istirahat akan menjernihkan pikirannya.
Ketika Semmelweis kembali ke rumah sakit, beberapa berita duka sudah menunggunya.
Salah satu rekan-rekannya, seorang ahli patologi, telah jatuh sakit dan meninggal. Ini adalah
kejadian yang umum, menurut Jacalyn Duffin, yang mengajar sejarah kedokteran di
Universitas Queen di Kingston, Ontario. Semmelweis berpendapat bahwa tidak hanya ibu
nifas yang meninggal setelah mengalami demam. Semmelweis mempelajari gejala patologis
dan menyadari ahli patologi meninggal karena hal yang sama seperti para wanita yang telah
diotopsi.
Tapi itu masih tidak menjawab ‘pertanyaan awal: “Mengapa lebih banyak wanita
meninggal akibat demam nifas di klinik dokter Semmelweis daripada di klinik bidan.
Perbedaan besar antara bangsal bidan dan bangsal dokter adalah bahwa dokter melakukan
otopsi dan bidan tidak,” katanya. Jadi Semmelweis berhipotesis bahwa ada partikel pucat,
potongan-potongan kecil dari mayat, yang dapat berpindah dari pasien ke dokter. Jika
hipotesis Semmelweis benar, maka tenaga kesehatan harus menyingkirkan partikel-partikel
pucat untuk tingkat kematian demam nifas. Jadi dia memerintahkan staf medis untuk mulai
membersihkan tangan dan instrumen mereka bukan hanya dengan sabun tetapi dengan
larutan klorin. Klorin, seperti yang kita kenal sekarang, adalah disinfektan terbaik yang ada.
Semmelweis tidak tahu apa-apa tentang kuman. Dia memilih klorin karena dia pikir itu akan
menjadi cara terbaik untuk menyingkirkan setiap bau yang ditinggalkan oleh orang-potongan
kecil dari mayat. Dan ketika kejadian ini diterapkan, tingkat kejadian demam nifas jatuh
secara dramatis. Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa untuk mendapatkan
praktik pelayanan yang terbaik diperlukan berbagai penelitian dan analisis untuk mendukung
untuk membuktikan praktik terbaik.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 98


7.3 PRINSIP APLIKASI HASIL PENELITIAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
Inilah prinsip aplikasi hasil penelitian dalam praktik kebidanan dan informasi lain
yang masih ada hubungannya dengan topik prinsip aplikasi hasil penelitian dalam praktik
kebidanan yang Anda cari.

7.3.1 SIGNIFIKANSI PENELITIAN KEBIDANAN


Tujuan utama penelitian kebidanan adalah mengembangkan dasar pengetahuan ilmiah
(development scientific knowledge base) untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien.
Peneliti keperawatan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal penyediaan kualitas.

7.3.2 PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN


Organik administrasi dan manajemen. Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber
manajemen adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market. Prinsip –
Prinsip Manajemen Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol.

7.3.3 PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN


Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah ;
Division of work (pembagian pekerjaan)
• Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
• Dicipline (disiplin)
• Unity of command (kesatuan komando).

7.3.4 PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN ANAK


Praktik kep anak mencakup kontrak dengan anak dan klg untuk mencegah, mengkaji,
mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dgn menggunakan proses kep yang
sesuai dgn aspek moral dan hukum.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 99


Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 100
III. KESIMPULAN

Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara


atau jalan yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut cara kerja untuk
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah
cara yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah
yang diajukan.

Metodologi berasal dari kata metodos (metode/cara) dan logos (ilmu pengetahuan).
Metodologi penelitian adalah cara mengetahui sesuatu untuk menemukan, mengembangkan
atau menguji kebenaran secara sistematik, logis dan empiris menggunakan metode ilmiah.
Secara singkat dikatakan metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode (cara)
penelitian. Hasil suatu penelitian berupa karya tulis ilmiah.

Berdasarkan pembahasan konsep Evidence Based Practice di atas, ada 3 faktor yang
seacara garis besar menenentukan tercapainya pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih
baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan
teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap sustu kasus, dan pengalaman pribadi yang
bersumber dari pasien. Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut, maka di harapkan
pelaksanaan pemeberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan keperawatan
dapat di tingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan,
pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang
diberikan. Namun dalam pelaksanaan penerapan Evidence Based Practice ini sendiri tidaklah
mudah,hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya
referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri

Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice di atas, dapat disimpulkan


bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menentukan tercapainya pelaksanaan praktek
yang lebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di
kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan pengalaman
pribadi yang bersumber dari pasien.Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka di
harapkan pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan
keperawatan dapat di tingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan Kesehatan,
pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang
diberikan.Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence based practice ini sendiri tidaklah

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 101


mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya
referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.

Penarapan Evidence Based Practice dalam Asuhan Kebidanan terdiri atas:


asuhan masa pra natal/ kehamilan, intra natal/ persalinan, post natal/ nifas, bayi baru lahir,
bayi-balita sehat, dan wanita usia subur pengguna kontrasepsi dan masa perimenopause.
Secara umum, penerapan evidence based practice dalam asuhan kebidanan ini berupa
penerapan pada pengunaan obat dan vaksin, penggunaan alat-alat diagnostik, prosedur
tindakan, dan sistem (sistem penatalaksanaan, sistem operasi pendukung layanan,
program berkelanjutan, dll).

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 102


8.1 Konsep Evidence based midwfery practice

8.1.1 Pengertian evidence


Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti
ini pun tidak sekadar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung
jawabkan.
Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, Evidence based Midwifery
adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang
bisa dipertanggung jawabkan. Praktik dalam kebidanan yang di utamakan
adalah lebih didasarkan pembuktian ilmiah hasil observasi/penelitian dan
pengalaman praktik terbaik dari semua para praktisi dari seluruh penjuru
dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Perinsip dalam evidance
Perinsip dalam evidence based midwifery care :
Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health careadalah
bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu bukti ilmiah
yang telah diuji kebenaran dan tingkat kemanfaatannya untuk pasien. Bagi
farmasis, segala tindakan dalam rangka pengobatan, pemmilihan jenis obat,
penilihan jenis sediaan dan cara pemberian obat, maupun konsultasi tentang
obat harus didasarkan bukti ilmiah yang sudah valid, terkini dan bermanfaat.
dengan kemajuan di bidang teknologi informasi saat ini, internet dapat
digunakan untuk memperbaharui segala informasi yang diinginkan.
Penelaahan lebih jauh diperlukan sebelum mempercayai informasi baru
tentang obat. Tidak semua informasi yang didapatakan bisa dipercaya dan
digunakan sebagai bagai bahan pertimbangan dalam menentukan terapi untuk
pasien. Keterampilan memperoleh informasi dengan cepat dan tepat melalui
internet akan sangat menunjang tugas dan tanggung jawab farmasis dalam
praktik profesionalismenya. Informasi dapat diperoleh darimana saja, baik
internet, jurnal publikasi ilmiah, buku terbaru, cerita tenaga kesehatan lain,
maupun seminar kesehatan yang diselenggarakan.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 103


LANGKAH LANGKAH EVIDENCE BASED MEDICINE
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya
jika timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien.
Adapun langkah-langkah dalam EBM adalah:
Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit
yang diderita oleh pasien.
Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek
pengambilan keputusan.
Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.
Langkah I. Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-
pertanyaan ilmiah yang menyangkut beberapa hal, seperti diagnosis penyakit,
jenis terapi yang paling tepat, faktor- faktor resiko, prognosis, hingga upaya
apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dijumpai pada
pasien.
Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk mensintesis dan
menelaah beberapa permasalahan yang ada. Sebagai contoh, dalam skenario 1
disajikan suatu kasus dan bentuk kajiannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM selain dapat berkaitan dengan
diagnosis, prognosis, terapi, dapat juga berkaitan dengan resiko efek
iatrogenik, kualitas pelayanan (quality of care), hingga ke ekonomi kesehatan
(health economics). Idealnya setiap issue yang muncul hendaknya bersifat
spesifik, berkaitan dengan kondisi pasien saat masuk, bentuk intervensi terapi
yang mungkin, dan luaran (outcome) klinik yang dapat diharapkan
Langkah II. Penelusuran informasi ilmiah untuk mencari “evidence”
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari
dan mencoba menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk ini diperlukan keterampilan
penelusuran informasi ilmiah (searching skill) serta kemudahan akses ke

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 104


sumber-sumber informasi. Penelusuran kepustakaan dapat dilakukan secara
manual di perpustakaan- perpustakaan Fakultas Kedokteran atau rumahsakit-
rumahsakit pendidikan dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan
dengan permasalahan yang ada dalam jurnal-jurnal.
Pada saat ini terdapat lebih dari 25.000 jurnal biomedik di seluruh dunia yang
dapat di-akses secara manual melalui bentuk cetakan (reprint). Dengan
berkembangnya teknologi informasi, maka penelusuran kepustakaan dapat
dilakukan melalui internet dari perpustakaan, kantor-kantor, warnet-warnet
(warung internet), bahkan di rumah, dengan syarat memiliki komputer dan
seperangkat modem, serta saluran telepon untuk mengakses internet
Langkah III. Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan
penilaian (appraisal) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari
penelaahan kritis ini adalah untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan
valid dan bermanfaat secara klinis untuk membantu proses pengambilan
keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya tidak semua studi
yang dipublikasikan melalui majalah (jurnal-jurnal) internasional memenuhi
kriteria metodologi yang valid dan reliabel.
Untuk mampu melakukan penilaian secara ilmiah, seorang klinisi atau praktisi
harus memahami metode yang disebut dengan “critical appraisal” atau
“penilaian kritis” yang dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan
Inggris. Critical appraisal ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci
untuk menjaring apakah artikel-artikel yang kita peroleh memenuhi kriteria
sebagai artikel yang dapat digunakan untuk acuan.
Langkah IV. Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi
dapat langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui
diskusi-diskusi untuk menyusun suatu pedoman terapi. Berdasarkan informasi
yang ada, maka dapat saja pada Skenario 1 diputuskan untuk segera memulai
terapi dengan warfarin. Ini tentu saja didasarkan pada pertimbangan resiko
dan manfaat (risk-benefit assessment) yang diperoleh melalui penelusuran
bukti-bukti ilmiah yang ada.
Dalam Tabel Levels of evidence dipresentasikan derajat evidence, yaitu
kategorisasi untuk menempatkan evidence berdasarkan kekuatannya.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 105


Evidence level 1a, misalnya, merupakan evidence yang diperoleh dari meta-
analisis terhadap berbagai uji klinik acak dengan kontrol (randomized
controlled trials). Evidence level 1a ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan
derajat paling tinggi yang layak untuk dipercaya
Langkah V. Follow-up dan evaluasi
Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence
yang digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara
optimal bagi pasien, dan memberikan resiko yang minimal. Termasuk dalam
tahap ini adalah mengidentifikasi evidence yang lebih baru yang mungkin bisa
berbeda dengan apa yang telah diputuskan sebelumnya. Tahap ini juga untuk
menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan betul-betul memberi
manfaat yang lebih besar dari resikonya (“do more good than harm”).
Rekomendasi mengenai keputusan terapi yang paling baik dibuat berdasarkan
pengalaman klinik dari kelompok ahli yang menyusun pedoman pengobatan.

kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based pada praktik

Pengguna pelayanan kesehatan memiliki pengalaman berharga yang dapat


digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh provider
terkait. Adanya persepsi yang berbeda antara bidan dan pasien terhadap
pelayanan asuhan kebidanan, memerlukan keterlibatan pasien dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Tujuan artikel ini untuk mengetahui:

Aspek mutu pelayanan kebidanan yang paling dihargai oleh pasien

Aspek mutu pelayanan kebidanan yang dapat ditingkatkan menurut kaum


perempuan

Bagaimana pengalaman kaum perempuan dapat dipergunakan untuk menilai


mutu dan meningkatkan program mutu oleh praktik kebidanan individual,

Pelayanan obstetrik di Belanda diberikan oleh primary caregiver (dokter dan


bidan) serta secondary caregiver (dokter spesialis kandungan). Pada tahun
1990, perwakilan dari pasien, provider pelayanan kesehatan, agen asuransi,
dan pemerintah di Belanda bertemu secara formal dalam Leidschendam
Conferences, dimana mereka mendiskusikan bagaimana mutu pelayanan
kesehatan terbaik dapat ditingkatkan. Semua pihak sependapat bahwa
pelayanan kesehatan disediakan berdasarkan kebutuhan dibandingkan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 106


berdasarkan ketersediaan. Para bidan di Belanda mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mutu organisasi, Royal Dutch
Midwifery Association (KNOV) menyusun suatu sistem mutu untuk
mengembangkan organisasi secara sistematis dan pengadaan pelayanan
kebidanan.

Pada penelitian yang dilakukan pada 2004 di Belanda, data dikumpulkan dari
358 responden yang merupakan ibu muda dari 57 bidan. Kuesioner yang
dipergunakan memuat berbagai aspek meliputi; prenatal, natal, periode post
partum, dan memuat dua pertanyaan terbuka.

Sebanyak 312 responden berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperoleh data
berupa daftar sebanyak 870 aspek yang dihargai oleh responden dalam
perawatan kebidanan yang mereka peroleh. Berikut adalah aspek-aspek
tersebut; sopan santun (337 pernyataan positif), kompetensi profesional (224
pernyataan positif), dukungan (57 pernyataan positif). Aspek-aspek tersebut
dapat dikategorikan sebagai kekuatan dalam pelayanan asuhan kebidanan.
Namun, 177 responden memberikan pernyataan negatif yang memerlukan
perbaikan lebih lanjut terkait aspek-aspek tersebut, yakni; dimensi organisasi
(65 pernyataan negatif), kebijakan (62 pernyataan negatif), dan informasi (46
pernyataan negatif).

Aspek-aspek yang menjadi penekanan bahasan pada penelitian ini mengacu


pada hasil penelitian yang dilakukan, meliputi:

Aspek Interpretasi Individu

Kompetensi Profesional

Informasi

Sopan Santun

Dukungan

Organisasi

Evaluasi

Kebijakan

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 107


Hasil penelitian ini dapat menjadi awal pengembangan instrumen peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dari perspektif kaum perempuan atau pasien yang
menggunakan layanan kebidanan. Namun tidak semua hasil pada penelitian ini
dapat diterapkan pada semua praktik layanan kebidanan. Bersama dengan
seluruh kolega, provider lain, pasien, bidan sebaiknya 'mengenali' pernyataan-
pernyataan yang disampaikan oleh responden. Ketika bidan dapat mengenali
kekuatan dan kelemahan pada pelayanan kebidanan yang mereka berikan,
maka suatu strategi yang berfokus pada pasien dapat dikembangkan dan tidak
hanya mengacu pada kebijakan mutu Royal Dutch Midwifery Association
(KNOV).

BAB III

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 108


PENUTUP

Kesimpulan

Langkah awal dan utama untuk memperbaiki adalah kembali lagi kita
melakukan evaluasi dan pemetaan. Baik pemerintah pusat melalui
kementerian kesehatan maupun pemerintah daerah dengan dinas
kesehatannya, marilah kitamempelajarin lebih lanjutnya mengenai 1. perinsip
dalam evidence based midwifery care
2. langkah-langkah dalam evidence based midwifery care
3. kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based pada praktik
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti
ini pun tidak sekadar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung
jawabkan.
Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health careadalah
bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu bukti ilmiah
yang telah diuji kebenaran dan tingkat kemanfaatannya untuk pasien. Bagi
farmasis, segala tindakan dalam rangka pengobatan, pemmilihan jenis obat,
penilihan jenis sediaan dan cara pemberian obat, maupun konsultasi tentang
obat harus didasarkan bukti ilmiah yang sudah valid, terkini dan bermanfaat.
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya
jika timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien.
Adapun langkah-langkah dalam EBM adalah:
Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit
yang diderita oleh pasien.
Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 109


IV.

V. DAFTAR PUSTAKA

M
Makalah 1
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1989). Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penelitian
di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti
Hastono, S.P. (2007) Analisa Data Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Hasan,I.,(2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta :PT
Ghalia Indonesia.
https://poltekkes.id/sampel-penelitian
https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/materi-kuliah/konsep-metodologi-penelitian
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan : Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Makalah 2
Banning, M Clinical reasoning and its application to nursing: concepts and research studies.
Nurse education in practice, 8(3), doi: /j.nepr
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M Nursing Interventions
Classification (NIC) (Sixth Edit.). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Currey, J., Considine, J., & Khaw, D Clinical nurse research consultant: a clinical and
academic role to advance practice and the discipline of nursing. Journal of advanced nursing,
67(10), doi: /j x
Dicenso, A., Cullum, N., & Ciliska, D Implementing evidence-based nursing : some
misconceptions. Evidence-Based Nursing - Implementation Forum, 1(2),

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 110


Facchiano, L., & Snyder, C. H Evidence-based practice for the busy nurse practitioner: part
one: relevance to clinical practice and clinical inquiry process. Journal of the American
Academy of Nurse Practitioners, 24(10), doi: /j

Makalah 4
Ary, Donald, et al. 2004, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, terjemahan Arief Furchan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/makalah-tinjauan-pustaka-literature.html

https://nagabiru86.wordpress.com/makalah/

https://dokumen.tips/documents/critical-appraisal-55cb77f96524a.html

ejaring.web.id/pengertian-manfaat-dan-langkah-langkah-literatur-review/

Makalah 5
 https://www.pengadaan.web.id/2019/08/diseminasi.html
 https://studylibid.com/doc/419514/10.-aplikasi-etika-dalam-praktik-kebidanan
 ih1gda1594091931.pdf
 http://repo.unand.ac.id/33995/1/Dengan-EBM-Implementasi-Dalam-Masa-
Kehamilan.pdf
 https://www.academia.edu/15628741/KONSEP_EVIDENCE_BASED_PRACTICE_AGUS
_PUTRADANA
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt538c858f7a71c/jerat-hukum-
bagi-bidan-yang-membantu-aborsi/#:~:text=mana%20kejahatan%20dilakukan.
%E2%80%9D-,Pasal%20348%20KUHP%3A,lama%20lima%20tahun%20enam
%20bulan.
 Buku Teks dengan Evidence Based Midwifery ImplementasiDalam Masa Kehamilan

MAKALAH 6

http://rsudalihsan.jabarprov.go.id/page/900-Evidence-Based-Bedicine-EBM

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 111


Konsep Evidence Based Practice.pdf

MAKALAH 7
https://academia.edu/resource/work/40042849
https://penelitianilmiah.com/hasil-penelitian/
https://www.infokeperawatan.com/artikel/prinsip-aplikasi-hasil-penelitian-dalam-praktik-
kebidanan.html

MAKALAH 8
Evidence based midwifery di royal college midwivesinggris :
http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2015/volume
https://www.midwferytoday.com/a rticles midwifestouch.asp

Prodi D-IV Kebidanan MedanPage 112

Anda mungkin juga menyukai